Anda di halaman 1dari 2

PERLAKUAN ATAS FAKTUR PAJAK MASUKAN

YANG TERLAMBAT DITERBITKAN LAWAN


TRANSAKSI
Sehubungan dengan pertanyaan tentang perlakuan atas faktur pajak masukan yang terlambat
diterbitkan lawan transaksi, dengan ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Ilustrasi transaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut :


a. PT. A bertransaksi BKP dengan PT. B. pada bulan Juni 2021.
b. PT B menerbitkan invoice tagihan tertanggal bulan Juni 2021, sedangkan Faktur Pajak
diterbitkan pada bulan Juli 2021.
c. Keterlambatan penerbitan Faktur Pajak terjadi karena Nomor Seri Faktur Pajak sudah habis dan
baru diminta kembali pada bulan Juli 2021.
d. Bagaimanakah perlakuan atas Faktur Pajak yang terlambat diterbitkan ini dari sisi penerima
Faktur Pajak?
2. Ketentuan perpajakan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU PPN”), di antaranya
mengatur:
1) Pasal 1 angka 24
Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh
Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena
Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang
Kena Pajak
2) Pasal 9 ayat (2)
Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa
Pajak yang sama.
3) Pasal 9 ayat (9)
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran
pada Masa Pajak yang sama dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3
(tiga) Masa Pajak setelah berakhirnya Masa Pajak saat Faktur Pajak dibuat sepanjang
belum dibebankan sebagai biaya atau belum ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak serta memenuhi ketentuan
pengkreditan sesuai dengan Undang-Undang ini.
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara
Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara

Halim Santoso & Associates


PT HBMS Consulting
Grand Tower Slipi Lantai 8 Unit P
Jl. S.Parman Kav. 22-24
Jakarta Barat 11480 – Indonesia 1
(021) 29021888-89-90
www.hbmsconsulting.com
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak sebagaimana telah
diubah terakhir dengan PER - 17/PJ/2014, di antaranya mengatur:
1) Pasal 2 ayat (1)
Faktur Pajak harus dibuat pada :
a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;
b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan;
d. saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai; atau
e. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2) Pasal 16
ayat (1)
PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati batas waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
ayat (2)
PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat
Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dianggap tidak
menerbitkan Faktur Pajak.
ayat (3)
PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak yang menerima Faktur
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan
Nilai yang tercantum di dalamnya sebagai Pajak Masukan.
3. Berdasarkan ketentuan pada angka 2, dengan ini disimpulkan hal-hal sebagai berikut
a. Ketentuan Bagi Penerbit Faktur (Penjual)
1) Penerbit wajib menerbitkan Faktur Pajak tepat waktu sesuai ketentuan perundang-
undangan.
2) Penerbit yang menerbitkan Faktur Pajak tidak tepat waktu akan dikenai sanksi administrasi.
b. Ketentuan Bagi Penerima Faktur (Pembeli)
1) Penerima Faktur Pajak mengkreditkan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran dalam Masa
Pajak yang sama atau pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) Masa Pajak setelah
berakhirnya Masa Pajak saat Faktur Pajak dibuat.
2) PKP Pembeli Barang Kena Pajak tidak dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang Faktur
Pajaknya diterbitkan setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak
seharusnya dibuat.
3) Sejauh ini tidak ada ketentuan yang melarang pengkreditan Pajak Masukan yang Faktur
Pajaknya diterbitkan terlambat tetapi tidak melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat
Faktur Pajak seharusnya dibuat.

Demikian disampaikan.

Halim Santoso & Associates


PT HBMS Consulting
Grand Tower Slipi Lantai 8 Unit P
Jl. S.Parman Kav. 22-24
Jakarta Barat 11480 – Indonesia 2
(021) 29021888-89-90
www.hbmsconsulting.com

Anda mungkin juga menyukai