Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada periode usia

pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, sedangkan menurut Yusuf

(2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun yang sudah dapat

mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang

menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti:

membaca, menulis, dan menghitung) (Raswani, 2019).

Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian integral dari kesehatan tubuh secara

keseluruhan, pintu gerbang masuknya kuman dan bakteri yang dapat

mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Rachmawati dkk, 2020).

Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya

meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya

makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak

orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan

seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam

menunjang kesehatan seseorang. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari

aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran dan penanganan

kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan (Ratih & Yudita, 2019).

1
2

Menurut Organisasi kesehatan Dunia (WHO) tahun 2020, sekitar 90%

penduduk pernah mengalami penyakit gigi, yang sebagian besar sebenarnya

dapat dicegah. Sebanyak 78% anak-anak di dunia, yakni sekitar 573 juta

anak,  menderita penyakit gigi yang tidak terawat, dan terutama disebabkan

kurangnya asesibilitas terhadap sarana kedokteran gigi. Penyakit gigi selain

menimbulkan rasa tidak nyaman juga mempengaruhi produktivitas serta

kualitas hidup. Penyakit gigi di Amerika Serikat mengakibatkan per tahun

total kehilangan 2,4 juta hari kerja, dan 1,6 juta hari sekolah. Sedang di

Thailand per 1000 murid kehilangan 1900 jam sekolah per tahunnya karena

penyakit gigi (World Oral Health Day, 2020).

Di Indonesia berdasarkan Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI tahun 2019), proporsi masalah gigi di Indonesia yaitu gigi

rusak/berlubang/sakit sebanyak 45,3%, gigi hilang karena dicabut/tanggal

sendiri sebanyak 19%, gigi telah ditambal atau ditumpat karena berlubang

sebanyak 4,1%. Proporsi masalah mulut di Indonesia yaitu gigi

bengkak/keluar bisul (abses) yaitu sebanyak 14%, gusi mudah berdarah

sebanyak 13,9%, sariawan berulang sebanyak 8%, dan sariawan menetap dan

tidak pernah sembuh sebanyak 0,9%.

Data Provinsi Jambi tahun 2020, jumlah kasus penyakit gigi dari 11

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi yaitu sebanyak 49.093 jiwa. Jumlah kasus

yang dirujuk yaitu sebanyak 1.363 jiwa, dan persentase kasus yang dirujuk

yaitu sebanyak 0,3% (Profil Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2020).


3

Data di Kabupaten Kerinci, jumlah kasus penyakit gigi pada tahun 2020 yaitu

sebanyak 439 kasus, sedangkan pada tahun 2021 kasus penyakit gigi

mengalami sedikit peningkatan yaitu sebanyak 512 kasus (Dinas Kesehatan

Kabupaten Kerinci tahun 2022).

Di SDN 114/III Dusun Baru Siulak Kabupaten Kerinci, didapatkan data

jumlah siswa yaitu siswa kelas 1 sebanyak 20 orang, siswa kelas 2 sebanyak

14 orang, siswa kelas 3 sebanyak 30 orang, siswa kelas 4 sebanyak 33 orang,

siswa kelas 5 sebanyak 23 orang, dan siswa kelas 6 sebanyak 12 orang. Dan

berdasarkan hasil wawancara dan pemeriksaan langsung yang dilakukan oleh

peneliti terhadap siswa, didapatkan data mengenai siswa yang memiliki

masalah kesehatan gigi dan mulut yaitu kelas 1 sebanyak 14 orang, kelas 2

sebanyak 10 orang, kelas 3 sebanyak 19 orang, kelas 4 sebanyak 22 orang,

kelas 5 sebanyak 14 orang dan kelas 6 sebanyak 9 orang (Data Kesiswaan

SDN 114/III Dusun Baru Siulak, tahun 2022).

Pada anak usia sekolah, sangat banyak ditemukan kasus kerusakan gigi seperti

gigi berlubang, kurangnya pengetahuan tentang cara menggosok gigi yang

benar, serta jarangnya anak usia sekolah yang menggosok gigi setiap malam

sebelum tidur sehingga sangat perlu untuk dilakukan penyuluhan. Penyuluhan

kesehatan gigi pada anak sekolah dasar umur 6-12 tahun sangat penting karena

pada usia tersebut adalah masa kritis, baik bagi pertumbuhan gigi geliginya

juga bagi perkembangan jiwanya sebagai memerlukan pendekatan untuk


4

menghasilkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang sehat khususnya

kesehatan gigi dan mulut (Husna & Prasko, 2019).

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada orang tua anak akan memengaruhi

perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak, karena para orang

tua yang menjaga perawatan kesehatan anak termasuk kesehatan gigi dan

mulutnya. Jika pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan gigi pada

orang tua kurang mendukung, maka perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut pada anak menjadi kurang mendukung (Hidayah & Praptiwi, 2021 :

12).

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hidayat,

dkk (2020) yang berjudul “Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi

Berhubungan dengan Perilaku Perawatan Gigi pada Anak Usia 10-12 Tahun”

dengan hasil penelitian yaitu analisa data menggunakan uji Spearman Rho

diperoleh p value = 0,000 dengan nilai=0,05, jadi p (0,000) < (0,05) maka H0

ditolak yang bermakna ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan

gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia 10-12 tahun di SDN

Banasare I Kecamatan Rubaru.

Dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusmanijar & Mulyanah

(2019) yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan

Gigi dan Mulut dengan Perilaku Perawatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia

Sekolah 7-9 Tahun di SD Islam Al Amal Jati Cempaka”, membuktikan bahwa


5

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan

mulut dengan perilaku perawatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah 7-9

dimana penelitian ini mendukung secara ilmiah bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang maka akan semakin baik pula perilaku seseorang

dalam menjaga kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di SDN 114/111 Dusun

Baru Siulak pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2022, peneliti mengambil

sampel dari siswa kelas 5 SDN 114/III Dusun Baru Siulak yaitu sebanyak 6

orang siswa, 5 orang diantaranya mengalami permasalahan gigi karena tidak

menggosok gigi pada malam hari, sedangkan yang 1 orang saat diwawancarai

oleh peneliti, ia tampak paham tentang kesehatan gigi karena orang tuanya

merupakan tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit. Sehingga peneliti

dapat menyimpulkan bahwa sangat sedikit sekali siswa yang rajin menggosok

gigi pada malam hari serta sangat sedikit sekali siswa yang mengetahui

tentang cara menggosok gigi dengan benar, dan pengetahuan orang tua juga

sangat berpengaruh terhadap perilaku anak dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulutnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan dari

tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan motivasi terhadap

perilaku pemeliharaan kesehatan gigi. Maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul proposal yaitu “Hubungan Tingkat Pengetahuan


6

Tentang Kesehatan Gigi terhadap Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi

pada Anak SDN 114/III Dusun Baru Siulak Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

proposal ini adalah “Bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Kesehatan Gigi terhadap Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi pada Anak

SDN 114/III Dusun Baru Siulak Tahun 2022?.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan

gigi terhadap perilaku pemeliharaan kesehatan gigi pada anak SDN 114/III

Dusun Baru Siulak tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden siswa SDN

114/III Dusun Baru Siulak tahun 2022.

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan siswa SDN 114/III

Dusun Baru Siulak tahun 2022.

c. Mengetahui perilaku pemeliharaan kesehatan gigi siswa SDN 114/III

Dusun Baru Siulak tahun 2022.

d. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi

terhadap perilaku pemeliharaan kesehatan gigi pada anak SDN 114/III

Dusun Baru Siulak tahun 2022.


7

D. Manfaat

1. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai referensi bagi perpustakaan dan sebagai bahan acuan bagi instansi

pendidikan dalam hal memberikan pengetahuan kepada mahasiswa calon

perawat mengenai cara memelihara kesehatan gigi pada anak sekolah

dasar, serta pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan informasi dalam mengetahui pentingnya menjaga dan

memelihara kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar agar

terhindar dari berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh kuman yang

terdapat dalam gigi dan mulut.

3. Bagi Peneliti Selanjutya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan referensi bagi peneliti selanjutnya, dan dapat menjadi pedoman dalam

melakukan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai