Anda di halaman 1dari 10

ISSN: -

Volume I No. 2 Agustus 2015


©Pusat Studi Geosains FMIPA UI

Sebaran potensi deposit emas epitermal di Simpenan – Ciemas, Kabupaten


Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

Diah Ayu Wulandari1, Supriatna1, dan Frans Sitanala1


1
Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
Diah.ayu12@ui.ac.id

Abstrak

Emas merupakan jenis logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Saat ini emas sedang menjadi tren hidup di kalangan manusia modern. Dalam kegiatan
eksplorasi emas, penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk menunjang analisis bidang geologi dan
mineral dalam mengefektifkan kegiatan ini. Pada penelitian ini, penginderaan jauh dimanfaatkan
untuk meneliti sebaran potensi emas epitermal dengan asosiasi mineral yang berhubungan serta
variabel geologi dan mengintegrasikannya dalam sistem informasi geografis. Tujuan penelitian ini
mencoba untuk mendapatkan sebaran potensi emas epitermal di daerah penelitian. Metode yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah defoliant technique dan Fuzzy Logic dengan analisis spasial
deskriptif. Hasil penelitian dianalisis berdasarkan luas sebaran pada wilayah sekitar Simpenan -
Ciemas di mana hasilnya menyimpulkan sebaran potensi emas epitermal potensi tinggi menyebar di
bagian tengah dan barat daya lokasi, sedangkan potensi rendah menyebar di bagian tenggara wilayah
penelitian. Penyebaran ini juga mengikuti arah sebaran struktur geologi (yang menyebar merata
seluruh wilayah penelitian), sebaran litologi potensial, dan zona alterasi (terutama alterasi propilitik
dan alterasi argilik lanjut). Validasi hasil potensi sebaran diukur berdasarkan 79 titik sampel dan
dihasilkan nilai ketelitian 96%.

Keywords: Defoliant Technique, Emas Epitermal, Fuzzy Logic, Mineral.

Abstract

Barito Basin is located in Kalimantan basin as a potential coal deposition, the basin has a many
tectonic setting and it is separated by Adang fault with others surrounding the basin. Potential coal
here was detected in Warukin Formation and Tanjung Formation. This study focused on identifying
the Warukin Formation coal seams used seismic method with respect to inversion technique. This
technique used acoustic impedance that originated from velocity and density of formations, to support
we also analyzed well data to control the inversion. Impedance value of coal relative the lowest of all,
but it should be noted that the weathered rocks which has a density of about 1.6 gr/cc, and density of
coal is 1.3 gr/cc, the rocks close to the surface of the soil that has a low density. Coal thickness
uncertain because this can complicate the interpretation, because it required additional data to
strengthen the presence of coal seams, by utilizing the attributes - attributes of seismic waves, for
example by using the instantaneous frequency and spectral frequency decomposition, this effort was
to see the coal layers, and produce value for p-impedance by 12433 (ft / s) * (g / cc) - 14571 (ft / s) *
(g / cc) with continued layer of coal to west.

Keywords: Defoliant Technique, Epithermal Gold, Fuzzy Logic, Mineral

1. PENDAHULUAN kaya akan sumber daya mineral, terutama mineral


logam. Salah satu busur magmatik yang melintasi
Emas merupakan jenis logam yang bersifat Indonesia berada pada wilayah selatan dan baratnya
lunak dan mudah ditempa yang memiliki nilai yaitu busur magmatik Sunda-Banda. Pada busur
ekonomis tinggi. Keberadaan emas yang ada saat magmatik ini, diperkirakan terdapat 20% endapan
ini jumlahnya relatif sedikit dan begitu berharga. emas Indonesia (Sabil, 2013).
Penambangan emas terus berkembang teknologinya Emas banyak jenisnya menurut proses
untuk mengefektifkan dan mengefisienkan banyak pembentukannya. Jenis mineral endapan emas yang
faktor pertambangan, seperti biaya, waktu, dan banyak ditemukan di Indonesia sebagian besar pada
tenaga. endapan epitermal.
Wilayah Indonesia berada pada pertemuan Pengeksplorasian emas di Indonesia belum
lempeng Benua Eurasia, Lempeng Pasifik, dan banyak berkembang (masih sedikit) karena
Samudera Hindia sehingga memunculkan jajaran metodenya yang sulit. Eksplorasi emas saat ini
busur magmatik. Posisi ini menjadikan Indonesia banyak dilakukan dengan metode pemetaan

14
JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI
Jurnal Geosans Terapan, Volume I, No. 2., Agustus 2015,

geologi, parit uji, geokimia tanah/endapan sungai Sangrawayang, Desa Kertajaya dan Desa Cihaur di
yang dimaksudkan untuk mengetahui kondisi Kecamatan Simpenan. Kemudian Desa
geologi lokal, melokalisir penyebaran dan Langkapjaya di Kecamatan Lengkong, Desa
menafsirkan model/tipe pembentukan emas di Ciemas di Kecamatan Ciemas, dan Desa Waluran
wilayah bersangkutan (Tampubolon, 2006). Salah di Kecamatan Ciracap. Wilayah penelitian ini
satu tantangan terbesar dari kegiatan tersebut berada pada area seluas 9.544,73 Ha. Alur pikir
adalah pada tahap pemetaan lapangan, yang penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
membutuhkan waktu panjang serta biaya yang
besar, terutama untuk daerah-daerah baru yang Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
relatif belum terjamah, sehingga seringkali sulit diperoleh baik dari institusi lain maupun pribadi.
untuk dilakukan pada wilayah yang luas. Berikut data yang akan dikumpulkan beserta asal
Dalam rangka efisiensi waktu dan biaya datanya.
dalam eksplorasi mineral, saat ini digunakanlah  Data geologi yang meliputi litologi, struktur
aplikasi Penginderaan Jauh (PJ) / Remote Sensing dan sebaran urat kuarsa (quartz vein) daerah
dan Sistem Informasi Geografis kajian diperoleh dari Peta Geologi Lembar
(SIG)/Geographical Information System (GIS). Jampang dan Balekambang, Jawa (lembar
Teknologi PJ memungkinkan untuk eksplorasi 1208-4 dan 1108-6) Pusat Penelitian dan
mineral dalam cakupan wilayah yang luas bahkan Pengembangan Geologi skala 1: 100.000.
untuk daerah yang belum terjamah sekalipun  Data topografi daerah penelitian diperoleh dari
dengan presisi dan akurasi yang semakin baik Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
seiring dengan kemajuan teknologi melalui Bakosurtanal skala 1: 25.000 wilayah
peningkatan resolusi spasial dan spektralnya. penelitian.
Metode pengolahan hasil integrasi dari  Data sebaran mineral permukaan yang
teknologi ini akan diterapkan di wilayah sekitar mencirikan zona alterasi dan zona oksidasi
Simpenan - Ciemas, Kabupaten Sukabumi yang diperoleh dari hasil pengolahan citra
akan dilakukan eksplorasi agar potensi emas di LANDSAT 8 dengan scene ID
daerah sekitar Simpenan - Ciemas dapat dipetakan LC81220652014160LGN00 path 122 row 65
lebih baik lagi. yang direkam pada tanggal 9 Juni 2014 yang
. didapatkan dari U.S. Geological Survey.

Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari:


2. METODE PENELITIAN
1. Pengolahan Data Raster
Wilayah penelitian adalah pada Wilayah a. Pra Pengolahan
Sekitar Simpenan - Ciemas yang dibatasi oleh Grid - Create Multiband File
yang berukuran sekitar 9.8 km x 9.8 km yang Proses pembuatan multiband pada
sebagian besar meliputi Kecamatan Ciemas dan citra adalah menggabungkan image dari band-
Simpenan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. band yang terpisah (band 1, band 2, band 3,
dst) menjadi satu file. Proses ini sangat
penting dilakukan untuk melakukan proses
pengolahan citra lebih lanjut yang
membutuhkan citra multiband.
- Dark Pixel Correction
Pengambilan gambaran permukaan
bumi dari satelit di angkasa harus
memanfaatkan sensor. Sensor semacam itu
tidak selalunya dalam kondisi paling
maksimal dan sering kali mempengaruhi
kebenaran data yang diambil. Untuk
mengurangi efek kerusakan data karena faktor
sensor ini, digunakan teknik koreksi
radiometrik.
b. Pengolahan
Setelah citra dilakukan pra
Gambar 1 Diagram Alur Penelitian pengolahan, selanjutnya adalah pengolahan
sebaran mineral permukaan dengan
Secara geografis batas daerah penelitian menggunakan software ENVI 5.1 dan Arc GIS
dari utara ke selatan 7° 3’ 48,75” LS - 7° 9’ 9,2” LS 10.1.
dan dari barat ke timur 106° 32’ 57,5” BT – 106° - Pengolahan citra menggunakan metode
38’ 14,2” BT. Wilayah meliputi tujuh desa di Defoliant Technique (Teknik Crosta) yaitu
empat kecamatan, yaitu Desa Loji, Desa
JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI
15
Jurnal Geosans Terapan, Volume I, No. 2., Agustus 2015,

dengan menginput masing – masing band principal component berupa input


ratio pada mineral permukaan. Hal ini perbandingan rasio band untuk masing-masing
berdasarkan pada analisa nilai eigen vector mineral permukaan dapat dilihat pada tabel 1.
- Setelah tahap pengolahan principal
untuk mengidentifikasi komponen mana
component selesai, maka data selanjutnya
yang mengandung informasi spektral akan diproses dengan software ArcGIS 10.1
untuk material tertentu dan juga untuk untuk melakukan proses Fuzzy data. Data
menghitung kontribusi dari setiap band setiap mineral akan diolah dengan fungsi
terhadap komponen utama dalam Fuzzy linier. Pada citra Landsat
hubungannya dengan respon spektral dari disederhanakan dari (antara 0-65.536)
material yang dimaksud. Hasil dari analisa menjadi nilai data raster yang lebih sempit
(antara 0-1).
ini ditunjukkan dengan warna terang atau
- Kemudian setiap mineral yang ada dalam satu
gelap pada citra hasil olahan berdasarkan zona alterasi maupun gosan (zona oksidasi)
pada besarnya nilai eigen vektor. Teknik akan digabungkan dengan operator Fuzzy OR.
ini dapat digunakan untuk mengetahui dan - Gabungan keseluruhan wilayah mineral
membuat peta zona alterasi hidrotermal penciri akan dilakukan dengan operator Fuzzy
(Crosta dan Moore, 1989 dalam Novriadi Gamma.
2005). -
Tabel 1. Band Ratio Mineral Permukaan
Zona alterasi hidtrotermal yang dihasilkan
dari citra Landsat 8 terbagi atas alterasi MINERAL RASIO BAND
filik (pirit), alterasi argilik (illit, kalsit), Hematit 5/6 7/4
alterasi propilitik (epidot, klorit), dan Limonit 5/6 6/7
alterasi argilik lanjut (kaolinit, kuarsa). Goethit 6/7 5/4
Ketika metode ini mampu diberlakukan Kromit 3/4 6/7
untuk memetakan sebaran mineral yang Pirit 6/7 6/4
tergolong pada zona alterasi tertentu, maka Illit 5/7 7/3
tidak menutup kemungkinan juga metode Kalsit 7/4 5/6
Epidot 5/7 6/5
yang sama dapat dipergunakan dalam
Klorit 5/7 6/4
memetakan sebaran zona oksidasinya yaitu Kaolinit 5/6 6/4
pengolahan untuk mengidentifikasi Kuarsa 5/6 5/7
wilayah gosan dengan penciri mineral
hematite, limonit, goethite, dan kromit.
Kurva spektral dari masing-masing Pengolahan Data Vektor
mineral dan vegetasi dapat dilihat pada 1. Litologi
gambar 2. - Dilakukan pembobotan pada setiap litologi.
Pembobotan litologi dalam penelitian ini
dilakukan dengan mempertimbangkan dua hal
yang berhubungan dengan batuan intrusi
(penerobos) dan batuan sekitar (sedimen yang
diterobos) yang berpotensi menjadi batuan
induk potensial serta data adanya mineralisasi
pada daerah penelitian. Bobot ini dihasilkan
melalui wawancara geologist lapangan,
keterangan geologi daerah penelitian, dan
Gambar 2. Kurva Spektral Mineral dan Vegetasi survei secara langsung.
- Mengolah menggunakan salah satu fungsi
Penyusunan ratio band untuk band yang tersedia Fuzzy yaitu Fuzzy Linier dalam software Arc
dalam citra satelit Landsat 8. Penyusunan ratio GIS 10.1. Fuzzy Linier ini dipilih sebagai
band ini mengikuti tata aturan dalam metode interpretasi penyederhanaan rentang data
defoliant technique yang sebelumnya telah diskrit yang dihasilkan dari pembobotan
dijelaskan dalam bagian tinjauan pustaka.
terhadap setiap litologi menjadi range nilai 0 –
- Pengolahan ratio band dengan principal
component dengan memanfaatkan fasilitas 1 sehingga dihasilkan data raster yang
menu transform – principal component pada memiliki nilai setara dengan data raster lain
software ENVI 5.1. Hasil pengolahan yang akan dilakukan proses Fuzzy lebih lanjut.

JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI


16
Jurnal Geosans Terapan, Volume I, No. 2., Agustus 2015,

2. Struktur Geologi beberapa di bagian utara dan selatan daerah kajian,


- Dijitasi struktur geologi yang berupa patahan, terutama di Desa Langkap Jaya, Waluran dan
urat kuarsa. Ciemas.
- Dilakukan buffer pada struktur geologi Proporsi terbesar sebaran mineral goethit
terletak di bagian utara hingga timur dan tengah ke
patahan meliputi sesar dan kekar. Langkah
barat daya wilayah penelitian, terutama di desa
buffer dilakukan dengan teknik Euclidean Kertajaya dan Cihaur yang merupakan daerah
distance yang tersedia dalam menu di eksploitasi. Selain di bagian tersebut, mineral
software ArcGIS 10.1. Dalam penelitian ini, goethite juga banyak terdapat beberapa di bagian
nilai euclidean distance, jarak maksimal selatan daerah kajian, terutama di Desa Waluran
dibatasi hingga lima ratus meter (Wiguna, dan Ciemas.
2012). Proporsi terbesar sebaran mineral kromit
terletak di bagian utara hingga timur wilayah
penelitian, terutama di desa Kertajaya dan Cihaur
- Data hasil buffer dengan teknik ini kemudian yang merupakan daerah eksploitasi. Selain di
dilakukan pengolahan dengan Fuzzy linier bagian tersebut, mineral kromit juga banyak
sehingga didapatkan rentang nilai antara 0 – 1. terdapat beberapa di bagian selatan daerah kajian,
Nilai tersebut merepresentasikan bahwa terutama di Desa Waluran dan Ciemas.
semakin mendekati nilai 1 maka buffer Proporsi terbesar sebaran mineral kalsit terletak
tersebut semakin mendekati jalur struktur, di bagian utara hingga timur wilayah penelitian,
terutama di desa Kertajaya dan Cihaur yang
sebaliknya jika nilai Fuzzy linier semakin
merupakan daerah eksploitasi. Selain di bagian
mendekati 0 maka wilayah tersebut semakin tersebut, mineral kalsit juga banyak terdapat
jauh dari jalur struktur. beberapa di bagian selatan daerah kajian, terutama
di Desa Waluran dan Ciemas.
Penggabungan Operasi Fuzzy Logic Proporsi terbesar sebaran mineral epidot terletak
Proses integrasi ini melibatkan seluruh variabel di bagian tengah wilayah penelitian, terutama di
menggunakan salah satu operator dalam Fuzzy desa Kertajaya dan Cihaur yang merupakan daerah
yaitu Fuzzy Gamma Hasil integrasi dengan opertaor eksploitasi. Selain di bagian tersebut, mineral
Fuzzy gamma akan menghasilkan wilayah yang epidot juga banyak terdapat beberapa di bagian
berpotensi dalam mineralisasi emas epitermal selatan daerah kajian, terutama di Desa Waluran
dengan pendekatan seluruh variabel yang dan Ciemas.
digunakan dalam penelitian ini. Nilai Fuzzy yang Proporsi terbesar sebaran mineral klorit terletak
masuk dalam kategori tinggi adalah >0,66, Nilai di bagian tengah wilayah penelitian, terutama di
Fuzzy kategori prospek sedang adalah 0,33 – 0,66 desa Kertajaya dan Cihaur yang merupakan daerah
dan nilai fuzzy yang masuk kedalam kategori eksploitasi. Selain di bagian tersebut, mineral klorit
prospek rendah adalah 0 – 0,33. juga banyak terdapat beberapa di bagian selatan
daerah kajian, terutama di Desa Waluran dan
Uji Sebaran Potensi Ciemas.
Uji Validasi ini dilakukan dengan meng-overlay- Proporsi terbesar sebaran mineral kuarsa
kan titik sampel yang memiliki informasi kadar terletak di bagian utara hingga tengah wilayah
emas di permukaan. penelitian, terutama di desa Kertajaya dan Cihaur
yang merupakan daerah eksploitasi. Selain di
3. HASIL DAN PEMBAHASAN bagian tersebut, mineral kuarsa juga banyak
terdapat beberapa di bagian selatan daerah kajian,
Sebaran Mineral Permukaan Emas Epitermal terutama di Desa Waluran dan Ciemas.
Proporsi terbesar sebaran mineral kaolinit
Proporsi terbesar sebaran mineral hematit terletak di bagian utara hingga tengah wilayah
terletak di bagian tengah dari barat hingga timur, penelitian, terutama di desa Kertajaya dan Cihaur
terutama di desa Kertajaya dan Cihaur yang yang merupakan daerah eksploitasi. Selain di
merupakan daerah eksploitasi. Selain di bagian bagian tersebut, mineral kaolinit juga banyak
tersebut, mineral hematit juga terdapat dengan terdapat beberapa di bagian selatan dan utara
hanya beberapa di bagian utara dan selatan daerah daerah kajian, terutama di Desa Waluran,
kajian, terutama di Desa Langkap Jaya, Waluran Sangrawayang dan Ciemas.
dan Ciemas. Proporsi terbesar sebaran mineral pirit terletak
Proporsi terbesar sebaran mineral limonit di bagian utara hingga tengah wilayah penelitian,
terletak di bagian tengah dari barat hingga timur, terutama di desa Kertajaya dan Cihaur yang
terutama di desa Kertajaya dan Cihaur yang merupakan daerah eksploitasi. Selain di bagian
merupakan daerah eksploitasi. Selain di bagian tersebut, mineral pirit juga banyak terdapat
tersebut, mineral limonit juga banyak terdapat beberapa di bagian selatan dan utara daerah kajian,

JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI


17
Jurnal Geosans Terapan, Volume I, No. 2., Agustus 2015,

terutama di Desa Waluran, Sangrawayang dan


Ciemas.
Proporsi terbesar sebaran mineral illit terletak di
bagian tengah hingga selatan wilayah penelitian,
terutama di desa Kertajaya dan Cihaur yang
merupakan daerah eksploitasi. Selain di bagian
tersebut, mineral illit juga banyak terdapat beberapa
di bagian selatan daerah kajian, terutama di Desa
Waluran dan Desa Ciemas.

Gambar 3. Sebaran Mineral Permukaan (Hematit, Limonit, Goethit, Kromit, Kalsit, Epidot, Klorit,
Kuarsa, Kaolinit, Pirit dan Iliit) di daerah penelitian.

Dari peta sebaran dan luasan, maka


Sebaran Zona Alterasi dan Zona Oksidasi diketahui sebaran zona oksidasi ini memiliki luas
Zona alterasi di daerah penelitian menyebar di hingga 2488 Ha yang memenuhi 25,62 % dari
seluruh wilayah penelitian, khususnya di bagian keseluruhan wilayah penelitian yang dilihat dari
tengah daerah penelitian seperti terlihat pada Gambar 5.
Gambar 4.

Gambar 4. Sebaran Alterasi


Gambar 5. Sebaran Zona Oksidasi

JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI


18
Jurnal Geosans Terapan, Volume I, No. 2., Agustus 2015,

Sebelum variabel ini diolah, untuk mengetahui


pengaruh litologi dalam pembentukan emas
Sebaran Struktur Geologi dan Litologi epitermal didasarkan pada landasan teori yang
Struktur Geologi didukung informasi geologi wilayah Simpenan -
Untuk menganalisis keberadaan mineral Ciemas serta rekomendasi kuat geologist.
dari adanya struktur geologi, adalah menggunakan Kemudian dihasilkan range angka dari masing -
prinsip buffer atau jangkauan. Dalam penelitian ini masing susunan litologi atau pembobotan yaitu dari
dilakukan buffer hingga pada jarak lima ratus meter 1 - 5 (Hasil wawancara dengan geologist sekaligus
(Wiguna, 2012). Hasil buffer struktur dapat dilihat pembimbing lapangan Danang Nor Arifin, S.T, dan
pada Gambar 6. geologist Ir. Daman Suyadi selaku penemu
tambang emas di Cigaru, Oktober 2014). Bobot 5
atau semakin besar menunjukkan bobot yang
semakin besar atau semakin terindikasi membawa
mineral pembawa emas epitermal, dan sebaliknya
bobot 1 menunjukkan bobot semakin kecil atau
semakin tidak terindikasi membawa mineral
pembawa emas epitermal (Tabel 2).

Tabel 2. Bobot Litologi Daerah Penelitian


Bobot Litologi
1 Qpot Endapan Undak Tua
2 Tmja Anggota Ciseureuh
3 Tmjc Anggota Cikarang
4 Tmjv Formasi Jampang
5 Tmcd Dasit Cilemas

Pembobotan tersebut merupakan input yang


Gambar 6. Buffer Struktur Geologi akan logic yaitu fuzyy linier. Hasil pengolahan
dapat dilihat pada Gambar 8. Hasil pengolahan
Setelah dilakukan proses buffering dengan dengan fungsi Fuzzy linier menghasilkan nilai
euclidean distance kemudian dilakukan proses Fuzzy dari 0 - 1. Nilai Fuzzy tersebut menunjukkan
Fuzzy (Fuzzy linier) dengan acuan nilai terjauh asosiasi antara jenis batuan dengan mineral
sebagai nilai minimum dan nilai terdekat sebagai pembawa emas epitermal, semakin mendekati nilai
nilai maksimum atau dapat dideskripsikan sebagai Fuzzy 1 maka kandungan suatu batuan tertentu
nilai jarak lima ratus meter sebagai nilai 0 dan merupakan batuan yang mengandung beberapa
sebaliknya nilai jarak 0 menjadi nilai 1 pada Fuzzy mineral pembawa seperti mineral berbentuk kuarsa,
linier. Hasil fuzzy linear dapat dilihat pada Gambar pirit, kalkoripit, kaolinit dan mineral lainnya.
7. Batuan yang mengandung mineral pembawa
tersebut berupa batuan breksi dan andesit di
wilayah penelitian.

Gbr 8. Fuzzy Linear Litologi


Gambar 7. Fuzzy Linear Struktur
Gambar 8 Fuzzy Linier Litologi

JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI


19
Jurnal Geosans Terapan, Volume I, No. 2., Agustus 2015,

Hasil Fuzzy linier yang telah dilakukan, yang bernilai Fuzzy 0 – 0,33 terlihat dalam peta
kemudian diproses menjadi tiga kelas dengan berwarna cerah cenderung putih yang memiliki
interval yang sama nilainya. Pengelasan ini wilayah seluas 2115 Ha atau sekitar 21,78% dari
dimaksudkan memberikan nilai yang setara pada keseluruhan wilayah penelitian, wilayah ini
keseluruhan nilai Fuzzy yang sebelumnya dibentuk memiliki potensi paling kecil dalam mineralisasi
sehingga dalam proses Fuzzy gamma yang atau keberadaan emas epitermal.
dilakukan selanjutnya dalam rangka menyusun Sebaran emas epitermal yang menunjukkan sebaran
wilayah sebaran potensi deposit emas epitermal tinggi menyebar merata di sebelah tengah
masih dilakukan dengan pendekatan se-objektif penelitian meliputi Desa Kertajaya, Cihaur kearah
mungkin. Kelas “Tinggi” memiliki rentang nilai barat daya daerah penelitian yaitu Desa Ciemas
Fuzzy antara 1 – 0,667. Kelas “Sedang” memiliki (Gambar 9). Di sisi lain, sebaran emas epitermal
rentang nilai Fuzzy antara 0,667 – 0,333. sedang menyebar di seluuruh daerah penelitian dari
Sedangkan kelas “Rendah” memiliki rentang nilai utara kearah barat daya daerah penelitian yang
Fuzzy antara 0,333 - 0. berada di Desa Kertajaya, Cihaur, Sangrawayang
Luasan setiap kelas di atas, dapat diamati hingga Desa Ciemas (Gambar 9). Kemudian
bahwa luasan kelas yang mendominasi adalah kelas sebaran emas epitermal yang semakin rendah
tinggi yang bernilai Fuzzy 0.66 – 1 terlihat dalam ditunjukkan dengan nilai Fuzzy mendekati 0.
gambar berwarna cerah yang memiliki wilayah Sebaran emas epitermal rendah juga menyebar di
seluas 8755 Ha atau mencapai 91,72%. Kemudian bagian tenggara wilayah penelitian yaitu di sebelah
kelas sedang atau bernilai Fuzzy 0,33 – 0,66 terlihat selatan Desa Kertajaya yang berdasarkan hasil
dalam citra berwarna keabuan yang memiliki pengolahan data, tidak menghasilkan potensi yang
wilayah seluas 330 Ha atau sekitar 3,46% dari signifikan sesuai yang telah dikategorikan (Gambar
keseluruhan wilayah penelitian, dan yang terakhir 9).
adalah kelas rendah yang bernilai Fuzzy 0 – 0,33
terlihat dalam citra berwarna gelap cenderung
hitam yang memiliki wilayah seluas 459 Ha atau
sekitar 4,81% dari keseluruhan wilayah penelitian,
wilayah ini memiliki kecenderungan potensi paling
kecil dalam mineralisasi atau keberadaan emas
epitermal.
Asosiasi jenis batuan yang menunjukkan
asosiasi tinggi menyebar merata di sebelah tengah
penelitian meliputi Desa Kertajaya, Cihaur kearah
barat daya daerah penelitian yaitu Desa Ciemas,. Di
sisi lain, asosiasi jenis batuan sedang menyebar di
sebelah utara daerah penelitian yang berada di utara
Desa Kertajaya dan sebagian Desa Langkap Jaya,
meskipun hanya berada pada beberapa bagian saja.
Kemudian asosiasi yang semakin rendah
ditunjukkan dengan nilai Fuzzy mendekati 0.
Asosiasi tersebut menunjukkan bahwa kandungan
dari suatu batuan tertentu tidak ada atau langkanya
akan mineral pembawa endapan emas epitermal.
Batuan tersebut berupa lempung, gamping, dan
lain-lain. Asosiasi rendah juga menyebar di bagian
tenggara wilayah penelitian yaitu di sebelah selatan
Desa Kertajaya dan didominasi oleh satuan formasi
Endapan Undak Tua yang berumur lebih muda.
Gbr 9. Potensi Sebaran Emas Epitermal
Sebaran Wilayah potensi
Berdasarkan Gambar 9 dapat diamati
bahwa luasan kelas yang mendominasi adalah kelas
sedang atau bernilai Fuzzy 0,33 – 0,66 terlihat
Gambar 9 Potensi Sebaran Emas Epitermal
dalam peta berwarna oranye muda yang memiliki
wilayah seluas 4711 Ha atau sekitar 48,51% dari
keseluruhan wilayah penelitian. Kemudian kelas
tinggi yang bernilai Fuzzy 0.66 – 1 terlihat dalam
gambar berwarna semakin oranye gelap yang
memiliki wilayah seluas 2883 Ha atau mencapai
29,69%, dan yang terakhir adalah kelas rendah

JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI


20
Jurnal Geosans Terapan, Volume I, No. 2., Agustus 2015,

Uji Wilayah Potensi masih memungkinkan untuk diterima hasilnya.


Berdasarkan survei lapang, sampel yang menampal
Sebelum pada pembahasan uji validasi,
kurang tepat pada kurang potensi tersebut
berikut dijelaskan mengenai titik sampel kadar
dimungkinkan terjadi karena banyak faktor yang
emas permukaan yang tersedia. Jumlah titik sampel
mempengaruhi, salah satunya adalah batasan
dari parit uji yang pernah dilakukan dalam daerah
litologi dalam pengolahan data merupakan batasan
penelitian sejumlah 79 titik berupa data primer dan
litologi yang masih regional dari peta geologi
sekunder yang berasal dari Puslitbang LIPI
lembar Jampang dengan skala 1:100.000. Artinya
Jampangkulon berjumlah 18 titik dan data yang di
jarak dari masingmasing batas litologi tersebut
dapat dari hasil plotting ketika survey lapangan
masih mungkin terjadi kekurang-presisian deliniasi
sejak Oktober 2014 berjumlah 61 titik. Jumlah
sepersis di lapangan hingga radius sekitar 1 km.
tersebut seluruhnya menyebar di daerah eksplorasi.
Kadar kandungan unsur eams (Au) pada titik
sampel di daerah penelitian di bagi menjadi tiga
kelas saja berdasarkan sebaran data yaitu kadar
prospek tinggi (>1 ppm), prospek sedang (0,5 – 1
ppm) dan kadan prospek rendah (<0,5 ppm).
Penentuan kelas ini berdasarkan pada keputusan
perusahaan yang sebelumnya juga telah dibahas
pada metodologi.
Overlay data titik sampel dengan sebaran
emas epitermal merupakan salah satu uji validasi
untuk mengetahui sebaran potensi deposit emas
epitermal. Hasil dari overlay tersebut dapat diamati
pada tabel 3 di bawah.

Tabel 3. Perbandingan Titik Sampel Dan Wilayah


Potensi
Kelas Titik
Prospek Prospek Prospek
Wilayah Akurasi
Tinggi Sedang Rendah
Potensi (%)
(>1 (0,5 - 1 (<0,5
ppm) ppm) ppm)
Potensi 72 3 0 96%
Tinggi
Potensi 0 2 0 100%
Sedang
Potensi 0 1 1 50% Gambar 10. Uji Sebaran Emas Epitermal
Rendah
6. KESIMPULAN
Dari hasil overlay didapatkan bahwa pada
wilayah potensi tinggi terdapat 75 titik samel. Dari Hasil penelitian yang telah dilakukan di
72 titik sampel merupakan kelas titik sampel sekitar wilayah Simpenan - Ciemas ini
prospek tinggi (>1 ppm) dan 3 kelas titik sampel menyimpulkan bahwa sebaran deposit emas
merupakan prospek sedang (0,5 – 1 ppm). Secara epitermal pada wilayah penelitian ini menyebar
statistic sederhana, hasil akurasi untuk wilayah mengikuti arah sebaran struktur geologi. Sebaran
potensi tinggi yang di-overlay-kan dengan titik potensi tinggi menyebar di bagian tengah dan barat
dengan kelas prospek mencapai 96%. Kemudian daya lokasi, sedangkan potensi rendah menyebar di
pada wilayah potensi sedang terdapat 2 titik bagian tenggara wilayah penelitian. Sebaran potensi
sampel. Dari 2 titik sampel merupakan prospek tinggi merupakan wilayah yang berada pada zona
sedang (0,5 – 1 ppm), seluruhnya berada tepat di alterasi dan zona oksidasi yang kaya mineral
wilayah prospek sedang. Perhitungan sederhana ini pembawa endapan emas epitermal dan semakin
menghasilkan tingkatan akurasi 100%. Kemudian dekat dengan struktur geologi sesar. Selain itu
pada wilayah potensi rendah terdapat 2 titik sampel, memiliki kadar kandungan emas dalam setiap titik
1 titik sampel merupakan titik sampel prospek bor >1 ppm. Sedangkan sebaran potensi rendah
sedang (0,5 – 1 ppm), dan 1 titik lainnya merupakan daerah yang tidak berada dalam zona
merupakan titik sampel prospek rendah (<0,5 ppm). alterasi dan oksidasi atau merupakan daerah yang
Perhitungan sederhana ini menghasilkan tingkatan tidak adanya mineral pembawa mineral emas
akurasi 50%. Artinya pada model sebaran wilayah epitermal serta memiliki kadar kandungan emas
potensi deposit emas epitermal yang diolah yang rendah <0,5 ppm.
berdasarkan kompilasi data pada penelitian ini
JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI
21
Jurnal Geosans Terapan, Volume I, No. 2., Agustus 2015,

International Institute for Geo- Information


UCAPAN TERIMAKASIH Science and Earth Observation. Netherland.
[11]. Sabil, Ibni. 2013. Sebaran Potensi Deposit
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat rahmat Emas Epitermal, (Studi Kasus Area
dan karunia Allah SWT. Bapak Drs. Supriatna, Eksplorasi PT. Intan Prima Metalindo,
M.T. dan Bapak Drs. Frans Sitanala, M.S. selaku Kabupaten Kupang). Jurusan Geografi
dosen pembimbing yang telah banyak memberi Universitas Indonesia, Depok.
arahan dalam penulisan skripsi ini. Kedua Orangtua [12]. Soebowo, Eko. 1989. Penelitian Unsur Au
penulis yang senantiasa memberi doa dan dukungan Pada Urat Kuarsa Termineralisasi di Daerah
penuh kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Cimanggu, Jampang Kulon, Jawa Barat.
Para staff di beberapa instansi yang telah Pusat Penelitian dan Pengembangan
memberikan data, serta pihak-pihak lain yang turut Geoteknologi LIPI.
membantu selama proses penyusunan skripsi ini. [13]. Soemarno, S., dkk. 1981. Penelitian
Geofisika Terpadu di Daerah Mineralisasi
Cigaru – Jampang Kulon, Jawa Barat. Riset
DAFTAR ACUAN Jilid 4, No.1, LGPN – LIPI, hal. 32 – 46.
[1]. Ardiansyah. 2014. Pengolahan Citra Satelit [14]. Sugeng. 2005. Kajian Analisis kelurusan
Menggunakan Envi 5.1 (Teori Dan Praktek). Struktur Dengan Citra Landsat Digital Untuk
Bogor. Eksplorasi Mineralisasi Emas Di Daaerah
[2]. Bammelen, R.W. 1949. The Geology of Bayah, Kabupaten Lebak, Jawa Barat. Dalam:
Indonesia. Vol. 1A. The Haque, Martinus Makalah Pertemuan Ilmiah tahunan MAPIN
Nijhoff. XIV. Surabaya, 14 -15 September 2005.
[3]. Corbett, G.J. dan Leach, T.M. 1997. [15]. Sukamto, R. 1975. Peta Geologi Lembar
Southwest Pasific Rim Gold / Copper System : Jampang dan Balekambang, Jawa Skala 1:
Structure, Alateration and Mineralitation. A 100.000. Direktorat Geologi Indonesia,
Workshop Presented for the Society of Bandung
Exploration eochemist. Townsville. [16]. Sukandarrumidi. 2007. Geologi Mineral
[4]. Faeyumi. 2012. Sebaran Potensi Emas Logam. Gadjah Mada University Press.
Epitermal Di Areal Eksploitasi Pt Antam Unit Jogjakarta.
Geomin, Tbk Kecamatan Nanggung [17]. Suparka, S. 1980. Perkembangan Tektonik
Kabupaten Bogor. Jurusan Geografi Daerah Jampang, Jawa Barat Berdasarkan
Universitas Indonesia. Depok. Pengamatan Struktur Geologi, Teknologi
[5]. NASA. Landsat Science. Indonesia – LIPI Jilid III, No.1, hal. 17 – 33.
[http://landsat.gsfc.nasa.gov] diakses pada [18]. Suwiyanto, dkk. 1987. Structure Control for
15.00 WIB, 18 September 2014 Ephitermal Gold Mineralization in the Bayah
[6]. Novriadi, 2005. Penerapan Metode Fuzzy and Jampang Blocks, West Java. Proceedings
Logic dalam Pemetaan Potensi Mineralisasi ARS. LIPI
Emas Epitermal di Pulau Flores, NTT dengan [19]. Tampubolon, A. 2006. Eksplorasi Emas di
Menggunakan SIG. Program Studi Rekayasa Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
Pertambangan Institut Teknologi Bandung. Proceeding Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan
Bandung. Lapangan dan Non- Lapangan. Pusat
[7]. Paraditya, Rangga dan Hery, Taufik P. 2012. Sumberdaya Geologi. Bandung.
Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ Untuk [20]. Wicaksono, Aji et al. 2014. Laporan Kuliah
Pemetaan Potensi Mineralisasi Emas Di Kerja Lapang 1 Desa Kertajaya, Kecamatan
Kawasan Gunung Dodo, Kabupaten Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Sumbawa, NTB. Yogyakarta: Fakultas Jurusan Geografi Universitas Indonesia,
Geografi Universitas Gadjah Mada. Depok
[8]. Parington, Gregor Alan. 2000. Mineral [21]. White, N. C. dan Hedenquist, J.W. 1996.
Exploration in the Drummond Basin North Epithermal Gold Deposits : Style,
Queensland, Using Spatial Analysis in a GIS. Characteristics, and Exploration. Society of
The 12th Annual Colloquium of the Spatial Resource Geology. Tokyo.
Information Research Center. University of [22]. Widodo. 2004. Laporan Hasil Kegiatan
Otago, Dunedin, New Zaeland. Ekplorasi Bahan Galian Logam Mulia dan
[9]. Rajesh. 2004. Application of Remote Sensing Logam Dasar pada wilayah Penugasan
and GIS in Mineral Resource Mapping - An Pertambangan, Direktorat Inventarisasi
Overview. Australia: University of Sumber Daya Mineral di Daerah Tepungsari
Queensland. sekitarnya, Kabupaten Lumajang. Jawa
[10]. Rojash. 2003. Predictive Mapping of Timur.
Massive Sulphide Potential in The Western [23]. Wiguna, Sesa. 2012. Sebaran Potensi
Part of The Escambray Terrain, Cuba. Deposit Emas Epitermal di Cibaliung,

JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI


22
Jurnal Geosans Terapan, Volume I, No. 2., Agustus 2015,

Pandeglang-Banten. Jurusan Geografi [24]. Zadeh, L.A., 1993, Fuzzy sets Information
Universitas Indonesia. Depok. Control. Department of Electrical Engineering
University California, California.

JURNAL GEOSAINS TERAPAN Pusat Studi Geosains FMIPA UI


23

Anda mungkin juga menyukai