Anda di halaman 1dari 58

BENCANA NUKLIR JEPANG SEBAGAI ACUAN GAGASAN ENERGI NUKLIR DI INDONESIA

Disusun oleh : Rendi XII IPA 2 22 SMA Bunda Hati Kudus DKI Jakarta

I.

Pendahuluan

Munculnya gagasan tentang reaktor nuklir diawali oleh konsep sederhana yang terus dicari dan disempurnakan oleh para ilmuwan dan peneliti, yaitu teori atom. Kajian teori atom mencakup struktur, sifat, dan perilaku dari zarah paling dasar yang membentuk suatu zat. Pengkajian terhadap masalah ini dimulai sejak lebih dari 2000 tahun lalu, oleh seorang filsuf Yunani kuno bernama Demokritus, yang menyatakan bahwa zat tidak dapat terus terbagi menjadi bagian yang lebih kecil, suatu saat akan diperoleh bagian paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi yang dinamakanatom. Pengkajian tentang teori atom mulai berlanjut lagi pada 1803, di mana John Dalton mengajukan teori pertama tentang struktur atom, atom adalah bola pejal yang menyusun suatu zat tertentu dengan sifat-sifat seperti paling kecil dan tidak dapat dibagi lagi, serupa dengan unsur yang dibentuknya, tidak dapat diubah, dapat bersatu membentuk molekul, dan tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Tentu saja teori-teori di atas tidak berlaku pada dunia modern ini, namun gagasan yang dikemukakan Dalton telah mengawali serangkaian usaha dalam menmukan kebenaran tentang atom.

Pada tahun 1879, J..J. Thomson melakukan percobaan sinar katoda dan mendapati sebuah partikel bermuatan negatif yang disebut dengan elektron. Berangkat dari hal ini dia mendeskripsikan atom sebagai bola padat dengan muatan-muatan listrik positif tersebar merata di seluruh bagian dan muatan-muatan positif ini dinetralkan oleh elektron elektron yang melekat pada bola homogen

bermuatan positf tersebut. Model atom ini terkenal dengan nama model atom kue kismis.

Pada tahun 1911, Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan dan Erners Masreden)melakukan

percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa ( ) terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas. Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom itu betul betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok. Percobaan di atas menunjukkan bahwa inti atom bermuatan positif , terpusat di tengah-tengah atom, dan terdapat ruang kosong pada atom.

Model Atom Rutherford

Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut; hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti; selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap; elektr hanya dapat berpindah dari satu on lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck, E = hv.; lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu, terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2 atau nh/2 , dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck. Menurut model atom bohr, elektron -elektron mengelilingi inti pada lintasanlintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah

kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.

Pada tahun 1926, model atom mekanika kuantum dikemukakan oleh Erwin Schrodinger.Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom .

Erwin Schrodinger

Werner Heisenberg

Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger. Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi. Persamaan Schrodinger

x,y Y m

dan

z =Posisi = =

dalam Fungsi

tiga

dimensi gelombang massa

= h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14 E V = = Energi potensial Energi total

Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Model atom mutakhir atau model atom mekanika gelombang

Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital me nggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama. Ciri khas model atom mekanika gelombang adalah gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi dari kebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom), bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut),dan posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesua yang pasti, tetapi boleh jadi tu merupakan peluang terbesarnya ditemukan elektron. Sampai sekarang ini teori-teori tersebut masih terus disempurnakan hingga tidak terdapat lagi kelemahan-kelemahan. Tugas dari para ilmuwan dan peneliti masa kini dan mendatang untuk mewujudkan hal tersebut.

Hal-hal di atas merupakan suatu bagian dari ilmu fisika yang disebut dengan fisika atom, fisika atom ini mengantar para ilmuwan dan peneliti kepada fisika inti (nukleonik). Fisika inti ini menjadi dasar bagi apa yang kita sekarang sebut dengan teknologi nuklir. Fisika inti akan dibahas lebih lanjut pada bagian.

II.

Latar Belakang

Pada Jumat siang, 11 Maret 2011 gempa berkekuatan 8,9 SR ( Skala Richter) menghantam timur laut Jepang dan menyebabkan tsunami dengan tinggi kurang lebih 4 meter di sepanjang pantai negara tersebut. Badan Survei Geologi AS (USGS) sebelumnya menyatakan bahwa gempa tersebut berkekuatan 7,9 dan berpusat di kedalaman 24,3 km sekitar 130 km di sebelah timur Sendai, di pulau utama Honshu. Namun, badan itu kemudian menyatakan bahwa gempa berkekuatan 8,9. Pantai Pasifik di timur laut Jepang, yang disebut Sanriku, telah menderita akibat gempa dan tsunami pada masa yang lalu. Rabu lalu, daerah itu dilanda gempa berkekuatan 7,2 SR. Bencana ini memakan korban hingga lebih dari 18.000 kiwa, termasuk yang hilang dan tewas.

Namun selain bahaya langsung yang disebabkan oleh gempa dan tsunami ini, terdapat satu bahaya lagi yang merupakan akibat tidak langsung dari kejadian ini. Hal tersebut adalah bahaya radioaktif akibat kerusakan reaktor nuklir di Jepang sebagai bencana di atas. Reaktor nuklir di pembangkit listrik Fukushima Daiici dan Fukushima Daini yang dimiliki oleh Tokyo Electric Power Corporation (Tepco) ini terletak di 240 km utara Jepang. Hingga saat tulisan ini dibuat reaktor Daiichi disebut sebagai satu-satunya reaktor yang lumpuh dan mengalami kerusakan hingga adanya kebocoran materi radioaktif yang berbahaya. Dilaporkan terdapat sebelas reaktor nuklir lain di Jepang yang mengalami kerusakan, namun tidak terjadi kebocoran. Reaktor nuklir Fukushima Daiichi

III.

Rumusan Masalah

Peristiwa bencana gempa dan tsunami serta ledakan reaktor nuklir di Jepang ditinjau melalui pendekatan 5WIH : 1. Apa yang terjadi Jepang? 2. Siapa yang terlibat dalam bencana yang terjadi? 3. Kapan bencana itu terjadi? 4. Bagaimana bencana tersebut dapat terjadi? 5. Di mana daerah terparah yang terkena dampak bencana itu? 6. Berapa total korban dari bencana itu? Mengacu pada pertanyaan-pertanyaan dasar di atas, permasalahan utama yang diangkat adalah MAMPUKAH INDONESIA MENGELOLA PEMANFAATAN ENERGI NUKLIR DENGAN EFISIEN DAN AMAN?

IV.

Kaji Teori dan Pembahasan

RADIOAKTIVITAS Radioaktivitas adalah suatu gejala yang menunjukan adanya aktivitas inti atom,yang disebabkan karena inti atom tak stabil. Gejala yang dapat diamati ini dinamakan sinar radio aktif. Dalam tahun 1896 seorang fisikawan Perancis Henry Becquerel(1852-1908) untuk pertama kalinya menemukan radiasi dari senyawa-senyawa uranium.Radiasi ini tak tampak oleh mata,radiasi ini dikenal karena sifatnya yaitu: a.Menghitamkan film b.Dapat mengadakan ionisasi c.Dapat memendarkan bahan-bahan tertentu d.Merusak jaringan tubuh e.Daya tembusnya besar Radiasi ini tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan keadaan lingkungan seperti:suhu,tekanan suatu reaksi kimia. Contoh : uranium disebut bahan radio aktif,dan radiasi yang dipancarkan disebut sinar radio aktif. Gejala ini diperoleh Becquerel ketika mengadakan penelitian terhadap sifat-sifat Fluoresensi yakni perpendaran suatu bahan selagi disinari cahaya. Fosforesensi yaitu berpendarnya suatu bahan setelah disinari cahaya, jadi berpendar setelah tak disinari cahaya. Fluoresensi dan Fosforesensi tidak bertentangan dengan hukum kekelan energi,bahan -bahan berpendar selagi menerima energi atau setelah menerima energi Persenyawaan uranium tidak demikian halnya,radiasi persenyawaan uranium tanpa didahului oleh penyerapan energi,suatu hal yang sangat bertentangan dengan hukum kekelan energi Namun setelah teori relativitas Einstein lahir,gejala itu bukan sesuatu yang mustahil,sebab energi dapat terjadi dari perubahan massa.

Penyelidikan terhadap bahan radioakivitas dilanjutkan oleh suami istri Pierre Curie(1859 -1906),dan Marrie Currie(1867-1934),yang menemukan bahan baru.

Bila berkas sinar radioaktif dilewatkan melalui medan listrik dan medan magnet,ternyata hanya 3 jenis sinar pancaran yang lazim disebut sinar E,sinar F dan sinar K Gambar:

a.Sinar E adalah berkas yang menyimpang ke keping negatif.Dari arah simpangannya,jelas bahwa sinar E adalah partikel yang bermuatan positif. Ternyata sinar E adalah ion He martabat (valensi) dua. 2E4 = 2He4 Daya ionisasi sinar E sangat besar sedangkan daya tembusnya sangat kecil. b.Sinar F adalah berkas yang menyimpang kearah keping positif,sinar F adalah partikel yang bermuatan negatif.Ternyata massa dan muatan sinar sama dengan massa dan muatan elektron.-1F
0

= -1 e0

Daya ionisasinya agak kecil sedangkan daya tembusnya agak besar. c.Sinar K adalah berkas yang tidak mengalami simpangan di dalam medan listrik maupun medan magnet.Ternyata sinar K adalah gelombang elektromagnetik seperti sinar X.Daya ionisasi sinar K paling kecil dan daya tembusnya paling besar.

INTERAKSI SINAR RADIO AKTIF DENGAN MATERI SINAR E (ALFA) *sinar tidak lain adalah inti atom helium (2He4), bermuatan 2 e dan bermassa 4 sma *sinar E dapat menghitamkam film. Jejak partikel dalam bahan radioaktif berupa sinar lurus. *radiasi sinar E mempunyai daya tembus terlemah dibandingkan dengan sinarF dan sinar K *radiasi sinar ini mempunyai jangkauan beberapa cm di udara dan di sekitar 10-2mm dan logam tipis. *radiasi sinar ini mempunyai daya ionisasi paling kuat *sinar E dibelokkan oleh medan magnetik *berdasarkan percobaan dalam medan magnet dan medan lintrik dapat ditentukan kecepatan dan muatan sinarE, yakni kecepatannya berharga antara 0,054 c dengan c = kecepatan cahaya dalam vakum.

SINAR F (BETA) *sinar F tidak lain ialah partikel elektron. *radiasi sinarF mempunyai daya tembus lebih besar dari pada E tetapi lebih kecil dari pada K *sinar. F dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet. *kecepatan partikel F berharga antara 0,32 c dan 0,7 c. *jejak partikel F dalam bahan berbelok-belok. *jejak yang berbelok-belok disebabkan hamburan yang dialami oleh elektron didalam atom. SINAR K(GAMMA) *mempunyai daya tembus paling besar. *tidak dibelokkan didalam medan magnetik *sinar K memerlukan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih pendek

*foton K tidak banyak berinteraksi dengan atom suatu bahan dalam interaksinya dengan bahan mengalami peristiwa fotolistrik dan produksi pasangan Dalam interaksi dengan bahan,seluruh energi foton diserap dalam bahan. Energi yang diserap oleh atom ini dibawa oleh sebuah elektron,untuk membentuk pasangan elektron.Peristiwa ini yang disebut sebagai produksi pasangan.Foton sinar K juga dapat berinteraksi dengan elektron orbital melalui hamburan compton. Urutan daya tembus dari yang lemah ke kuat adalah:sinar E, sinar F, sinar K. Sinar E dapat dihentikan oleh selembar kertas,sinar F dapat dihentikan oleh papan kayu setebal 2,5 cm,dan sinarK dapat dihentikan oleh beton.Sinar K merupakan sinar yang sangat ampuh,dan dapat digunakan untuk membunuh kuman,dan bakteri untuk sterilisasi alat kedokteran. Karena sinar ini sangat kuat dan dapat menembus kertas,dan plastik, sterilisasi dapat dilakukan setelah alat kedokteran itu dibungkus. Intensitas sinar-sinar setelah menembus suatu bahan akan berkurang. Pelemahan intensitas itu dinyatakan dengan rumus:

I=I0e-Qx

keterangan: -I = Intensitas (J/s m2) Io = Intensitas mula-mula (j/sm2) e = bilangan natural =2,71828
Q = Koefisien pelemahan bahan keping (m-1)

x = tebal keping (m) Apabila intensitas sinar setelah melewati bahan =1/2 dari intensitas selum melewati bahan (I = 1/2 I 0) 1/2 I0 = I0e-Qx

I 1/2 ln1/2

= I0e-Qx = e-Qx = -Q x

ln1 - ln2 = -Q x 0-ln2 = -Q x

x=

ln2
Q

x = 0,693
Q

x disebut HALF VALUE LAYER (HVL) atau lapisan harga paruh, yaitu: lapisan atau tebal bahan yang membuat intensitas menjadi separuh dari intensitas semula. STRUKTUR INTI Inti atom terdiri dari: proton dan neutron. Jumlah proton dan neutron dalam inti (disebut nukleon) dinyatakan sebagai nomor atom (A). Jumlah proton dalam inti dinyatakan sebagai nomor atom (Z) dan jumlah neutron dalam inti adalah A-Z. Nuklida adalah suatu campuran nukleon tertentu yang membentuk jenis inti atom tertentu. Nuklida dibedakan sesuai nama unsur kimianya, sehingga suatu nuklida dapat dituliskan sebagai

xa

A = nomor massa nuklida, sama dengan jumlah proton dan neutron. Z = nomor atom, sama dengan jumlah proton. x = lambang unsur.

* ISOTOP adalah unsur yang memiliki nomor atom (Z) sama, tetapi memiliki nomor massa (A) berbeda. Berarti nuklida itu memiliki sifat kimai yang sama, sedangkan sifat fisika berbeda. * ISOBAR : nuklida -nuklida yang memiliki nomor massa (A) sama, akan tetapi nomor atom (Z) berbeda. *ISOTON : nuklida yang memiliki jumlah neutron sama. STABILITAS INTI Nuklida bersifat stabil jika : jumlah proton (Z) kurang dari 20 dan harga N (jumlah neutron) / Z (jumlah proton) sama dengan satu atau jumlah sama dengan jumlah neutron atau jumlah proton (Z) lebih dari 20 dan harga N / Z berkisar 1 - 1,6. Nuklida-nuklida dengan N/Z diluar pita kestabilan merupakan nuklida tidak stabil disebut sebagai nuklida radio aktif. Gambar grafik N-Z

TENAGA IKAT INTI (ENERGI BINDING) Telah diketahui bahwa inti terdiri dari proton dan neutron. Proton didalam inti tolak menolak, adanya kesatuan didalam inti disebabkan oleh adanya gaya yang mempertahankan proton itu dalam inti, gaya ini disebut gaya inti (nucleus force). Penilaian yang cermat menunjukkan bahwa massa inti yang lebih kecil lebih stabil dari jumlah massa proton dan netron yang menyusunnya.

Massa detron (1H2) lebih kecil dari massa proton dan netron yang menjadi komponen-komponen detron. Detron terdiri atas satu proton dan satu netron massa 1 proton = 1,007825 sma massa 1 netron = 1,008665 sma jumlah massa detron = 2,016490 sma = 2,014103 sma
+

Perbedaan massa m= 0,002387 sma = 2,222 MeV Hal ini menunjukkan ketika proton bergabung dengan netron dibebaskan energi sebesar 2,222 MeV
1

p1 + 0n1 p 1H2 + 2,222 MeV

Untuk membelah detron kembali menjadi proton dan netron diperlukan energi 2,222 MeV, karenanya tenaga sebesar 2,222 MeV disebut tenaga ikat (energi binding) detron. Karena detron terdiri atas 2 nukleon, maka tenaga ikat tiap nukleon adalah2,222/2=1,111 MeV. Tenaga ikat nukleon paling besar pada unsur yang nomor atomnya 50. Makin besar tenaga ikat ,makin besar pula energi yang diperlukan untuk memecah unsur iti,ini berarti makin stabil keadaan unsur itu. Karena tenaga ikat tiap nukleon paling besar pada atom yang nomor atomnya50 dapat ditarik kesimpulan : a. Ketika inti-inti ringan bergabung menjadi inti-inti yang lebih berat akan disertai dengan pembebasan energi. b. Bila inti-inti berat terbelah menjadi inti-inti yang sedang akan dibebaskan energi. Dengan demikian energi ikat inti di dapat dari adanya perbedaan massa penyusun inti dengan massa intinya sendiri dan perbedaan ini disebut dengan Deffect massa. Maka energi ikat inti adalah : { (7massa proton + 7massa netron) massa inti }. c2 (1 sma c2 = 931 MeV)

PELURUHAN (DISINTEGRASI). Inti atum unsur radio aktif dalam keadaan tidak stabil. Sinar E,F keluar dari inti atom secara spontan, akibatnya inti atom mengalami perubahan yang timbul karena radiasi partikel secara spontan. HUKUM PERGESERAN a.Keluarnya sinar E dari inti atom berakibat berkurangnya nomor atom sebanyak dua dan berkurangnya nomor massa sebanyak empat. b.Radiasi sinarF berakibat naiknya nomor atom dengan satu. c.Radiasi sinarK hanya merupakan proses penyertaan tanpa merub nomor atom dan nomor ah massa. contoh: Uranium yang nomor massannya 238 dan nomor atomnya 92,karena memancarkan sinar E berubah menjadi torium 234 yang nomor atomnya 90. Unsur ini masih bersifat radioaktif denggan memancarkan sinar F berubah menjadi prolaktinium,akhirnya setelah melampaui serentetan disentgrasi menjadi Pb yang stabil
E F F

92

U238

90

Th234

91

Pa234

92

U234

Kegiatan unsur radioaktif bergantung pada banyaknya partikel-partikel yang dipancarkan dalam tiap detik. Makin banyak partikel-partikel yang dipancarkan tiap detik makin besar keaktifannya dan makin cepat berkurangnya unsur radioaktif yang bersangkutan. Kekuatan radioaktif diukur dengan satuan Curie. 1 curie = 3,7.1010 pancaran partikel tiap detik. SATUAN SETENGAH UMUR: (waktu paruh / half life time) Karena adanya peluruhan jumlah unsur radioaktif, demikian pula keaktifannya akan berkurang dan pada akhirnya habis, yakni setelah seluruhnya menjadi atom stabil (tidak aktif lagi)

Selang waktu agar unsur radioaktif itu stabil (tidak aktif lagi) disebut umur unsur radioaktif. Selang waktu agar unsur radioaktif itu tinggal separuhnya disebut setengah umur (T). Waktu setengah umur dapat dirumuskan sebagai: T=0,693 = ln 2
P P

Hubungan jumlah unsur radioaktif dengan selang waktu dapat dirumuskan sebagai:

N = N0e-Pt atau N = N0 2

t T

R=PN

Keterangan : T = waktu setengah umur


P = tetapan peluruhan (tetapan radiasi/ tergantung dari jenis zat radioaktif)

ln = logaritma napier yang bilangan pokoknya e = 2 7183 N = jumlah unsur radioaktif setelah selang waktu t N0 = jumlah unsur radioaktif mula-mula R = keaktifan R A

Grafik hubungan N-t N

Ada 2 (dua) macam radio aktifitas, yaitu : alam : suatu unsur sudah bersifat radio aktif sejak ditemukannya. Buatan: terjadinya radio aktifitas akibat suatu proses (isotop). Transmutasi Telah diketahui bahwa adanya perbedaan antara atom yang satu dengan atom yang lain semata mata karena hanya perbedaan jumlah proton dan neutron yang terdapat dalam inti atom. Oleh sebab itu jika jumlah proton dan neutron yang menyusun inti dapat kita rubah akan berubalah pula atom itu menjadi atom yang lain. merubah atom secara buatan lazim disebut TRANSMUTASI Gagasan merubah inti atom secara buatan dirintis oleh Rutherford. Pada tahun 1959 Rutherford menempatkan preparat radio akyif yang memancarkan sinar didalam E tabung yang berisi gas niterogen. Setelah selang waktu tertentu, dalam tabung itu terjadi oksigen dan proton. Rutherford berpendapat ada partikel-partikel E yang membentur inti atom niterogen sebagai akibat benturan yang amat dasyat, inti niterogen terbelah menjadi proton dan oks

P1

2E

4 7

N14

O17

Peristiwa itu dapat dipandang sebagai reaksi inti antara partikel E dengan inti niterogen. Reaksi ini lazim dituliskan sebagai berikut :
2E 4

+ 7N14p 8017 + 1P1

Dalam reaksi berlaku kekalan massa dan kekekalan muatan. Jumlah nomor massa dan nomor atom sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. Pada tahun 1937 Chadwick menembaki logam berilium dengan partikel-partikel Edari unsur radioaktif. Hasilnya diperoleh karbon dan partikel netral yang kira-kira sama dengan proton. Partikel ini disebut neutron.
2E 4

+ 4Be9p6012 + on1

Tranmutasi oleh partikel-partikel yang dipercepat. Tranmutasi dengan sinar Eyang berasal dari unsur radioaktif tidak membawa hasil yang memuaskan. Dari sekian banyak partikel-partikel E hanya beberapa yang dapat mengadakan transmutasi. Hal ini disebabkab karena partikel E yang mendekati inti atom yang mengalami gaya tolak, sehingga hanya partikelE yang kecepatannya besar yang dapat sampai pada inti. Transmutasi akan lebih berhasil bila digunakan partikel-partikel yang kecepatan cukup tinggi. Untuk itu diciptakan alat yang dapat mempercepat partikel bermuatan yang disebut Cyclotron. Pada tahun 1932 Coekroft dan Walton melaporkan hasil reaksi inti dengan proton.
1

H1 + 3Li7 p 2He4 + 2He4

Pada reaksi inti tersebut jumlah energi sebelum reaksi adalah: energi massa proton energi massa litium energi kinetik proton 150 keV jumlah = 0,000160 sma  = 8,023990 sma = 1,007825 sma = 7,016005 sma

Jumlah energi sesudah energi :

energi massa helium 2x4,0026=8,0052 sma ada selisih sebesar 8,023990-8,0052=0,01879 sma =17,4939 MeV Ketika diukur energi kinetik kedua atom He diperoleh sebesar 17,0 MeV Suatu persesuaian yang cukup baik. Transmutasi dengan detron yang dipercepat.
13

A27 + 1H2 p12Mg25 + 2He4

Transmutasi dengan netron. Netron merupakan partikel netral, sangat baik untuk mengadakan transmutasi, sebab hanya mengalami gaya tolak yang kecil ketika menghampiri inti.

N14 + 0n1p5B11 + 2He4

Netron yang dipakai untuk transmutasi diprodusir dalam reaktor atom. Dengan netron tersebut dapat diperoleh berbagai macam radio isotop.

11

Na23 + 0n1p11Na24

Natrium yang diperoleh adalah isotop radioaktif. Dengan memancarkan sinar F, isotop natrium berubah menjadi magnesium yang stabil.

F
11

Na24

12

Mg24

DOSIS PENYERAPAN

Jika sinar radioaktif mengenai suatu materi, maka sinar radioaktif itu akan diserap oleh materi tersebut. Besar energi pengion yang diserap oleh materi yang dilalui sinar radioaktif tergantung pada sifat materi dan berkas sinar radioaktif. DOSIS PENYERAPAN adalah banyaknya energi radiasi pengion yang diserap oleh satu satuan massa materi yang dilalui sinar radioaktif. Satuan dosis penyerapan adalah Gray (Gy) atau rad. 1 Gy = 1 joule/ kg 1Gy = 0,01 joule/ kg 1Gy = 100 rad

Persamaan dosis penyerapan

D=

E M

E = energi yang diberikan oleh radiasi pengion, satuannya joule. M =massa materi yang menyerap energi, satuannya kg D = dosis penyerapan, satuannya Gy atau rad.

PARTIKEL ELEMENTER

Meson adalah partikel yang massanya diantara massa proton dan elektron dapat bermuatan positif, negatif dan netral. Meson ada dua macam yaitu meson Q dan meson

Neutrino adalah partikel yang tidak bermuatan dan massanya kurang dari massa elektron, pasangannya adalah antineutrino. Hyperon, massanya diantara proton dan deutron.

REAKSI INTI

Zat radioaktif alam mempunyai inti yang berubah dengan sendirinya setelah memancarkan sinar radioaktif., tetapi inti atom yang tidak bersifat radioaktif dapat diubah sehingga menjadi zat radioaktif (radioaktif buatan).yaitu dengan jalan menembaki inti itu dengan partikel partikel (ingat peristiwa transmutasi)yang mempunyai kecepatan tinggi. Penembakan inti dengan kecepatan tinggi ini disebut reaksi inti. contoh : 2He4 + 7N14 p 8O17 + 1H1 REAKSI BERANTAI Reaksi yang berulang hanya berakhir akibat zat yang bereaksi itu habis atau berubah menjadi zat yang lain. contoh : Reaksi berantai ENRICO PERMI (1937)
92

U235 + 0n1 p 92U236 p 54Xe140 +

38

Sr94 + 0n1 + 0n1

tak stabil

Hasil reaksi ini masih mengandung 2 buah NETRON (0n1) sehingga netron ini akan menembak uranium lian sehingga terjadi reaksi seperti semula.

Sr

Xe

Sr (n) U

(n)

(n)

U (n) U

(n) (n) (n)

(n)

(n) (n)

U U

Xe

Xe

Sr

Tiada reaksi seperti ini akan dibebaskan tenaga dalam bentuk panas. REAKSI FISI DAN FUSI

a. Fisi adalah reaksi pembelahan dari sebuah atom menjadi dua bagian atom lain yang disertai dengan pelepasan tenaga. contoh :
0

n1 +

92

U235 p 56Ba144 +

36

Kr89 + 30n1 + tenaga

(bahan baku : unsur berat (misal : uranium )) b.FUSI contoh :


1

adalah reaksi penggabungan 2 buah unsur ringan disertai pengeluaran tenaga.

H2 + 1H2 p 2He4 + tenaga

-tenaga fusi> tenaga fisi -fisi lebih muda terjadi daripada fusi, (fusi temperatur harus tinggi). ALAT-ALAT DETEKSI a. Pencacah Geiger (penghitung Geiger Muller) b. Kamar kabut Wilson (Geiger Chamber)

c. Imulsi Film d. Detektor Sintilasi

Orang mengenal radiasi radioaktif pertama kali melalui pelat foto, kemudian berkembang menjadi alat deteksi emulsi fotografi. Perkembangan alat deteksi tersebut kemudian disusul dengan detektor Geiger Muller yang memanfaatkan ionisasai menjadi pulsa listrik.Kemudian alat ini berkembang menjadi tabung ionisasi dan tabung detektor proporsional. Dengan ditemukannya bahan -bahan sintilasi, yaitu bahan yang jika ditembus radiasi akan memancarkan cahaya, timbul adanya detektor sintilasi.

Pada dasarnya sistem peralatan deteksi radiasi dapat digolongkan menjadi dua bagian utama, ba gian pertama adalah transduser yang disebut detektor, yaitu berupa alat yang mengubah radiasi radioaktif menjadi sinyal elektris. bagian kedua berupa alat elektronik yang mampu memperkuat dan memproses sinyal listrik menjadi besaran yang diamati.

Detektor tabung ionisasi, tabung proporsional dan tabung Geiger Muller merupakan alat yang sejenis. Semuanya memiliki bentuk dasar yang sama serta mempergunakan ruang tertutup yang berisi gas atau campuran gas, dilengkapi dengan anoda dan katoda dengan bentuk sedemikian rupa, sehingga medan listrik memungkinkan terjadi ionisasi secara effisien.Jadi, semua memanfaatkan ionisasi menjadi pulsa listrik. Detektor sintilasi mempergunakan dasar penyeleksianyang sangat berbeda dengan jenis tabung Geiger Muller. Detektor sintilasi memanfaatkan cahaya yang timbul pada interaksi radiasi, sehingga memerlukan bahan yang mengeluarkan cahaya jika kena radiasi, seperti pada layar CRO atau layar televisi.bahan yang demikian itu disebut sintilator. Sintilator mempunyai sifat bahwa intensitas cahaya yang tinmbul sebanding dengan energi radiasi yang mengenainya, sehingga sangat menguntungkan jika digunakan untuk mengukur energi radiasi.

TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER (GM)

Detektor GM bekerja pada tegangan yang sangat tinggi, yaitu 1000 volt - 1400volt. Detektor ini menghasilkan sebuah pulsa listrik dari setiap partikel tunggal yang datang padanya., dan tidak tergantung pada energi radiasi.Biasanya detektor ini digunakan untuk mendeteksi sinar gamma (yang madah menembus dinding tabung) na mun sinar betapapun dapat dideteksi, yaitu melalui jendela ujung yang biasanya terbuat dari mika yang sangattipis agar dinar beta dapat menembusnya. Sinar gamma yang menembus dinding (katoda) menyebabkan atom gas terionisasi, sehingga ada elektron yang keluar dari ikatan atomnya, kemudian menumbuk anoda sehingga terjadi pulsa listrik yang kemudian diperkuet dan dicatat pada alat pencatat (scaler). Dengan demikian untuk sinar beta, akan menjadi ionisasi. Ion negatif menuju anoda sebagai pulsa listrik dan seterusnya.

TABUNG SINTILASI Setiap partikel radiasi didalam sintilator menghasilkan satu puksa cahaya. Radiasi yang datang pada sintilator akan menimbulkan foton, akibat dari eksitasi atom gas. Foton ini kemudian diteruskan ke bagian-bagian photomultiplier yang dalamnya terdapat dynode-dynode yang berurutan yang diberi tegangan satu lebih tinggi. Foton tersebut menumbuk dynoda sehingga menghasilkan foto elektron. Foto elektron tersebut kemudian menumbuk dynoda berikutnya dan akhirnya terjadi elektron sekunder, sehingga didapatkan elektron berlipat ganda. Elektron ini dipergunakan untuk pengukuran energi radiasi (sopektrometeri energi) ukuran pulsa-pulsa listrik yang terjadi sebanding dengan energi radiasi dan jumlah pulsa sebanding dengan jumlah partikel radiasi. KAMAR KABUT WILSON Uap (alkohol) jenuh diembunkan pada ion-ion udara yang ditimbulkan oleh radiasi. Akibatnya, terlihat garis putih dari tetesan-tetesan zat cair yang sangat kecil, yang merupakan jejal lintasan dalam kamar tersebut, asal diterangi dengan tepat. Perlu dicatat, bahwa yang kita lihat hanyalah jejak lintasan, bukan radiasi yang menimbulkan ionisasi. terdapat tiga jenis kamar kabut yaitu : -Expansion cloud chamber (kamar kabut pemuaian) -Diffusion cloud chamber (kamar kabut diffusi) -Bubble chamber (kamar gelembung)

pada bubble c ambe radiasi yang mengionkan akan mennggalkan jejak berupa gelembung gelembung didalam hidrogen cair. Pada sis em ini perkiraan massa dan kelanjutannya dapat diperoleh, berdasarkan hukum kekekalan energi dan momentum.

Garis-garis sinar dari ketiga jenis radiasi, dapat juga dipelajari pada film fotografi. Emulsi film foto, dapat mengurangi jangkauan partikel alpha sekitar 0,002mm dan bahkan garis lintasan partikel beta, hanya sekitar 1 mm. Karena itu, harus menggunakan mikroskop untuk mengamatinya. Emulsi nuklir yang khusus, digunakan untuk maksud ini. Emulsi tersebut lebih tebal dari biasanya dan mempunyai kepekaan butir-butir perak bromida yang lebih tinggi. Metoda ini mempunyai keuntungan karena secara otomatis diperoleh rekaman yang permanen dari gejala yang dipelajari.

Pembangkit listrik tenaga nuklir

Sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Reaktor nuklir di kungkung dalamcontainment building silindris. Pemb n it Listrik Ten

yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1200 MWe. Hingga saat ini, terdapat 442 PLTN berlisensi di dunia [1] dengan 441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17%daya listrik dunia. Sejarah

EMUL

LM

Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas

Reaktor nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah stasiun pembangkit percobaanEBRI pada 20 Desember 1951 di dekat Arco, Idaho, Amerika Serikat. Pada 27 Juni 1954, PLTN pertama dunia yang menghasilkan listrik untuk jaringan listrik (power grid) mulai beroperasi di Obninsk, Uni Soviet [1]. PLTN skala komersil pertama adalah Calder Hall di Inggris yang dibuka pada 17 Oktober 1956 [2].

Jenis-jenis PLTN PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang b erbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, di masa depan diharapkan mempunyai sistem keamanan pasif. Reaktor Fisi Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi

nuklir dari isotop fissil uranium dan plutonium. Selanjutnya reaktor daya fissi dikelompokkan lagi menjadi:
 Reaktor

thermal menggunakan moderator

neutron untuk

melambatkan

atau

me-

moderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fissi selanjutnya. Neutron yang dihasilkan dari reaksi fissi mempunyai energi yang tinggi atau dalam keadaan cepat, dan harus diturunkan energinya atau dilambatkan (dibuat thermal) oleh moderator sehingga dapat menjamin kelangsungan reaksi berantai. Hal ini berkaitan dengan jenis bahan bakar yang digunakan reaktor thermal yang lebih memilih neutron lambat ketimbang neutron cepat untuk melakukan reaksi fissi.
 Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator

neutron. Karena reaktor cepat menggunkan jenis bahan bakar ya berbeda dengan ng reaktor thermal, neutron yang dihasilkan di reaktor cepat tidak perlu dilambatkan guna menjamin reaksi fissi tetap berlangsung. Boleh dikatakan, bahwa reaktor thermal menggunakan neutron thermal dan reaktor cepat menggunakan neutron cepat dalam proses reaksi fissi masing-masing.
 Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunaka reaksi n

berantai untuk menghasilkan reaksi fissi. Hingga 2004 hal ini hanya berupa konsep teori saja, dan tidak ada purwarupa yang diusulkan atau dibangun untuk menghasilkan listrik, meskipun beberapa laboratorium mendemonstrasikan dan beberapa uji kelayakan sudah dilaksanakan. Reaktor thermal
 Light water reactor (LWR)

  

Boiling water reactor (BWR) Pressurized water reactor (PWR) SSTAR, a sealed, reaktor untuk jaringan kecil, mirip PWR

 Moderator Grafit:     

Magnox Advanced gas-cooled reactor (AGR) High temperature gas cooled reactor (HTGR) RBMK Pebble bed reactor (PBMR)

 Moderator Air berat:  

SGHWR CANDU

Reaktor cepat Meski reaktor nuklir generasi awal berjenis reaktor cepat, tetapi perkembangan reaktor nuklir jenis ini kalah dibandingkan dengan reaktor thermal. Keuntungan reaktor cepat diantaranya adalah siklus bahan bakar nuklir yang dimilikinya dapat menggunakan semua uranium yang terdapat dalamurainum alam, dan juga dapat mentransmutasikan radioisotop yang tergantung di dalam limbahnya menjadi material luruh cepat. Dengan alasan ini, sebenarnya reaktor cepat secarainheren lebih menjamin kelangsungan ketersedian energi ketimbang reaktor thermal. Lihat juga reaktor fast breeder. Karena sebagian besar reaktor cepat digunakan untuk menghasilkan plutonium, maka reaktor jenis ini terkait erat dengan proliferasi nuklir. Lebih dari 20 purwarupa (prototype) reaktor cepat sudah dibangun di Amerika Serikat, Inggris, Uni Sovyet, Perancis, Jerman, Jepang, India, dan hingga 2004 1 unit reaktor sedang dibangun di China. Berikut beberapa reaktor cepat di dunia:
 EBR-I, 0.2 MWe, AS, 1951-1964.  Dounreay Fast Reactor, 14 MWe, Inggris, 1958-1977.  Enrico Fermi Nuclear Generating Station Unit 1, 94 MWe, AS, 1963-1972.  EBR-II, 20 MWe, AS, 1963-1994.  Phnix, 250 MWe, Perancis, 1973-sekarang.  BN-350, 150 MWe plus desalination, USSR/Kazakhstan, 1973-2000.  Prototype Fast Reactor, 250 MWe, Inggris, 1974-1994.  BN-600, 600 MWe, USSR/Russia, 1980-sekarang.  Superphnix, 1200 MWe, Perancis, 1985-1996.  FBTR, 13.2 MWe, India, 1985-sekarang.

 Monju, 300 MWe, Jepang, 1994-sekarang.  PFBR, 500 MWe, India, 1998-sekarang.

(Daya listrik yang ditampilkan adalah daya listrik maksimum, tanggal yang ditampilkan adalah tanggal ketika reaktor mencapai kritis pertama kali, dan ketika reaktor kritis untuk teakhir kali bila reaktor tersebut sudah di dekomisi (decommissioned). Reaktor Fusi Artikel utama: daya fusi Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Namun demikian, saat ini masih terdapat kendal-kendala bidang keilmuan, teknik dan ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik. Hal ini masih menjadi bidang penelitian aktif dengan skala besar seperti dapat dilihat di JET, ITER, dan Z machine Keuntungan dan kekurangan Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit dayautama lainnya adalah:


Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas) Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal) Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan Baterai nuklir - (lihat SSTAR)

  

Berikut ini berberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN:




Risiko

kecelakaan

nuklir -

kecelakaan

nuklir

terbesar

adalah

kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building)




Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun

Gempa dengan kekuatan 9 skala Richter yang diikuti oleh Tsunami pada hari Jumat tanggal 11 Maret 2011 telah memporak-porandakan negara Jepang. Gempa terjadi pada pukul 14:46 (waktu setempat) dan kemudian menimbulkan Tsunami setinggi hingga sepuluh meter yang melanda pantai pesisir timur Jepang satu jam kemudian. Sebagian besar daerah pantai timur Jepang mendapat dampak langsung dari tsunami. Gambar 1 berikut ini menunjukkan area daerah yang terkena dampak tersebut.

Gambar 1: Daerah yang terkena dampak gempa bumi Jepang 11-3-2011 Hingga saat ini Jepang mengoperasikan 54 buah PLTN, sedang membangun 2 buah PLTN dan merencanakan membangun 10 buah PLTN, sehingga total akan terdapat 66 buah PLTN yang akan dioperasikan di Jepang. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2, lokasi PLTN tersebar di 19 tempat.

Gambar 2: Distribusi lokasi PLTN di Jepang Dilaporkan oleh sumber resmi pemerintah Jepang, bahwa sistem keselamatan sebelas PLTN melakukan tanggapan reaktif terhadap gempa 11 -3-2011 dengan menghentikan reaktor secara otomotis (automatic shutdown) sehingga reaksi fisi praktis terhenti. Tidak ada PLTN yang gagal melakukan prosedur automatic shutdown. PLTN lainnya tetap beroperasi secara normal. Diskripsi pada Tabel 1 memperlihatkan status operasi dari beberapa lokasi PLTN yang tersebar di pantai timur negara Jepang yang menerima dampak langsung dari serangan tsu nami.

Tabel 1: Status operasi beberapa PLTN yang terletak di pantai timur Jepang Status Status operasi operasi TIPE NO NAMA PLTN sebelum setelah PLTN gempa gempa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Hokkaido EPCo Unit 1 Hokkaido EPCo Unit 2 Hokkaido EPCo Unit 3 Tohoku EPCo Higashidori Unit 1 Tokyo EPCo Higashidori Unit 1 Tohoku EPCo Onagawa Unit 1 Tohoku EPCo Onagawa Unit 2 Tohoku EPCo Onagawa Unit 3 Tokyo EPCo Fukushima I-1 Tokyo EPCo Fukushima I-2 Tokyo EPCo Fukushima I-3 Tokyo EPCo Fukushima I-4 Tokyo EPCo Fukushima I-5 Tokyo EPCo Fukushima I-6 Tokyo EPCo Fukushima II-1 Tokyo EPCo Fukushima II-2 Tokyo EPCo Fukushima II-3 Tokyo EPCo Fukushima II-4 Japan Atomic PCo Tokai-Dani1 Chubu EPCo Hamaoka Unit 3 Chubu EPCo Hamaoka Unit 4 Chubu EPCo Hamaoka Unit 5 Shikoku EPCo Ikata Unit 1 Shikoku EPCo Ikata Unit 2 Shikoku EPCo Ikata Unit 3 Kyushu EPCo Sendai Unit 1 Kyushu EPCo Sendai Unit 2 PWR PWR PWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR BWR PWR PWR PWR PWR PWR O O O X X O O O O O O X X X O O O O O X O O O O O O O O O O X X X X X X X X X X X X X X X X X O O O O O O O

Press release yang dikeluarkan oleh Tokyo Electric Power Company (TEPCO) melaporkan adanya kegagalan sistem pendinginan setelah reaktor padam otomatis pada PLTN yang berada di lokasi Fukushima Daiichi. Kegagalan tersebut terjadi setelah tsunami datang melanda. Pada lokasi ini terdapat enam buah PLTN. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas, sebelum gempa terjadi PLTN unit 4 -6 dalam kondisi tak beroperasi untuk perawatan, sedangkan PLTN unit 1 - 3 sedang beroperasi secara normal. Data enam buah PLTN yang berada pada lokasi Fukushima Daiichi ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 2: Data operasi PLTN Fukushima Daiichi No. Tipe Operasi Daya Pemasok Unit PLTN pertama 1 2 3 4 5 6 BWR BWR BWR BWR BWR BWR March 26, 1971 July 18, 1974 March 27, 1976 460 MWe 784 MWe 784 MWe General Electric General Electric/Toshiba Toshiba Hitachi Toshiba General Electric/Toshiba

Teknologi sistem keselamatan MARK I MARK II MARK II MARK II MARK II MARK II*

October 12, 784 1978 MWe April 18, 1978 784 MWe

October 24, 1100 1979 MWe

PLTN Fukushima Daiichi unit 1 3 berhasil dipadamkan secara otomatis karena reaksi tanggapan dari sistem keselamatan terhadap adanya gempa. Setelah reaktor padam, dalam teras reaktor (inti reaktor) masih terkandung energi panas dalam jumlah cukup besar yang disebut panas peluruhan (decay heat), walaupun energi panas ini secara bertahap akan menurun kuantitasnya, tetapi untuk mengambil energinya diperlukan pendinginan. Setelah dilanda tsunami, sistem pendinginan paska pemadaman (decay heat removal system) pada PLTN Fukushima Daiichi unit 1 3 gagal beroperasi karena genset diesel gagal dan tak dapat memasok energi listrik cadangan pada sistem pendinginan paska pemadaman (catu daya listrik utama dari jaringan lsitrik negara mati karena gempa bumi). Penyebab kegagalan genset diesel adalah tangki bahan bakar yan g hanyut terbawa arus tsunami. Kegagalan genset diesel juga mempengaruhi semua sistem pendingin darurat aktif yang membutuhkan listrik untuk menggerakkan pompa. Beberapa pompa sistem pendingin teras darurat digerakkan oleh turbin uap yang mengambil uap dar i bejana reaktor, tetapi sistem ini mempunyai keterbatasan, terutama jika tekanan dan temperatur dalam bejana pengungkung reaktor cukup tinggi.

Gambar 3: Lokasi Kompleks PLTN Fukushima Daiichi dilihat dari atas PLTN Fukushima Daiichi unit 1 adalah PLTN yang tua, bahkan merupakan PLTN tipe BWR tertua yang ada di Jepang. Dalam waktu beberapa bulan ke depan, sedianya PLTN ini direncanakan

untuk dihentikan secara permanen. Sesuai dengan statusnya sebagai PLTN tertua, maka teknologi sistem keselamatan yang dimilikinya juga dari teknologi lama. Teknologi sistem keselamatan PLTN yang baru banyak mengandalkan sistem pasif, dan tidak tergantung dengan pasokan catu daya listrik, sedangkan teknologi lama masih mengandalkan sistem aktif yang membutuhkan catu daya listrik. Oleh karena itu PLTN lama ini mengalami kegagalan sistem pendinginan paska pemadaman karena kehilangan catu daya listrik cadangan dari genset diesel. Struktur sistem keselamatan PLTN Fukushima Daiichi unit 1 ditunjukkan dalam Gambar 4. Pada gambar ini terlihat bahwa banyak sistem keselamatan yang membutuhkan catu daya listrik. Struktur konstruksi sistem keselamatan penurun tekanan pengungkung yang dianut adalah sistem dengan teknologi Mark I yang mana ruang dalam bajana pengungkung reaktor (reactor containment vessel) agak kecil. Pada struktur konstruksi keselamatan penurun tekanan pengungkung dengan teknologi Mark II, ruang dalam bejana pengungkung reaktor didesain lebih besar sehingga peningkatan tekanan ruangan pengungkung pada saat kecelakaan dap diredam at lebih lambat. Diskripsi dari sistem keselamatan penurun tekanan pengungkung teknologi Mark I ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 4: Struktur sistem keselamatan Fukushima Daiichi unit 1

Gambar 5: Tampang lintang potongan struktur konstruksi PLTN Fukushima Daiichi unit 1

Kegagalan sistem pendinginan panas peluruhan akan membahayakan reaktor, karena temperatur dan tekanan reaktor serta ruang pengungkung akan meningkat. Untuk itu dilakukan usaha pendinginan dengan memasukkan air laut dengan bantuan alat pemadam kebakaran ke dalam bejana reaktor melalui jalur injeksi asam borat. Rupanya upaya ini tidak memadai, sehingga terjadi pengauapan berlebihan dalam teras reaktor, dan volume pendingin berkurang karena telah berubah menjadi uap. Akibatnya permukaan pendingin teras turun dan terdapat bagian bahan bakar yang tak tercelup air. Peningkatan temperatur teras reaktor terus berlanjut sehingga mencapai temperatur oksidasi bahan struktur teras yang terbuat dari zirkaloy, stainless steel serta bahan lainnya, serta tersedianya cukup uap air yang akan meningkatkan produksi gas hidrogen. Uap air dan gas hidrogen yang terbentuk akan melipatgandakan tekanan dalam bejana reaktor dan bejana pengungkung. Untuk menghidari tekanan berlebihan maka dilakukan venting (membuang uap dan gas yang berlebihan keluar dari bejana pengungkung primer reaktor).

Gambar 6: Struktur pengungkun dalam BWR dengan teknologi MARK I

Proses venting ini sedikit banyak akan meningkatkan pembebasan radioaktivitas ke ling kungan. Dari monitor radioaktif, peningkatan dosis lingkungan paska venting terlihat jelas, bahkan radioaktivitas meningkat sampai kira-kira seribu kali dari kondisi normal. Bahkan uap dan gas hidrogen yang dibuang dari ruang pengungkung reaktor ini berger ke ruang gedung reaktor ak (pengungkung sekunder) dan bertemu dengan oksigen, hasilnya adalah terjadinya ledakan yang cukup besar. Akibat ledakan ini struktur atap gedung reaktor PLTN Fukushima Daiichi unit 1 terlepas seperti ditunjukkan pada gambar birikut ini.

Gambar 7: Kondisi bangunan reaktor setelah ledakkan 12-3-2011 pukul 15:36 (b) Ledakan menghancurkan struktur konstruksi atap gedung reaktor yang menjadi rumah untuk perangkat crane. Walaupun demikian laporan dari TEPCO tidak menyebutkan bahwa ledakan tersebut telah merusak bejana pengungkung primer reaktor (reactor containment vessel). Oleh karena itu diharapkan tidak terjadi pembebasan zat radioaktif secara besarbesaran. Data pemantauan radioaktivitas lingkungan di sekitar PLTN ditunjukkan pa Tabel 3 membuktikan da hal tersebut. Tabel 3: Pengamatan radioaktivitas di sekitar reaktor Fukushima Daiichi

Tanggal 11-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 12-32011 13-32011 13-32011 13-32011 13-3-

Waktu

Lokasi Monitor Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu

Radioaktivitas

Kecepatan Arah Angin Angin [m/s] Timur laut Timur laut Barat Barat Barat laut Selatan Tenggara Utara Timur Tenggara Selatan Barat daya Selatan Tenggara Barat daya Barat Timur laut Selatan Timur Barat 0,6 1,1 1,0 0,5 0,7 1,6 2,5 1,8 1,6 1,8 2,7 2,7 2,9 2,3 0,6 0,3 0,3 0,6 2,4 1,3

22:10 00:40 03:20 04:40 05:10 06:40 08:50 09:30 10:30 11:30 12:30 14:30 15:00 15:30 16:00 20:30 22:40 00:00 06:00 12:00 15:00

60 nGy/jam 68 nGy/jam 69 nGy/jam 866 nGy/jam 1590 nGy/jam 4,92 mSv/jam 4,87 mSv/jam 5,16 mSv/jam 385,5 mSv/jam 35,77 mSv/jam 5,78 mSv/jam 9,98 mSv/jam 6,95 mSv/jam 5,49 mSv/jam 5,29 mSv/jam 3,16 mSv/jam 2,85 mSv/jam 3,16 mSv/jam 3,467 mSv/jam 5,545 mSv/jam 8,311

2011 13-32011 13-32011 14-32011 18:00 21:00 00:00

gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang Pintu gerbang

mSv/jam 5,382 mSv/jam 4,371 mSv/jam 4,855 mSv/jam

daya Barat laut Barat laut Barat 0,6 0,8 0,5

Pemerintah Jepang menyatakan bahwa kecelakaan ini mencapai level 4 dari katagori INES (lihat Gambar 8). TEPCO melaporkan bahwa pada kecelakaan ini terdapat korban dengan rincian, 2 orang pekerja konsultan terluka, 1 orang karyawan TEPCO tidak bisa berdiri tegak dan terus memegang dada kiri, 1 orang pekerja subkontraktor terluka pada saat gempa dan dilarikan ke rumah Sakit. Selain itu terdapat 4 orang pegawai TEPCO yang terluka dan segera dibawa ke Rumah Sakit. 2 pekerja TEPCO yang berada di lapangan belum dapat dikonfirmasi. Diberitkan oleh Kyodonews bahwa pada kecelakaan ini terdapat 3 pekerja TEPCO dan 19 anggota masyarakat yang terkena paparan radiasi. Pada saat ulasan ini dibuat PLTN Fukushima Daiichi unit 3 sudah menunjukkan gejala yang serupa dengan unit 1, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa over pressure teras akan diatasi dengan pembebasan gas ( venting ) dari ruang pengungkung primer ke ruang pengungungkung sekunder dengan konsekuensi akan terjadi ledakan hidrogen di dalam bangunan gedung reaktor. Apabila upaya pendinginan panas peluruhan paska reaktor padam pada PLTN unit 2 juga tidak memadai, maka perkembangan berikutnya akan dapat ditebak.

Gambar 8: Level kecelakaan menurut katagori INES NISA (Badan Pengawas Keselamatan Industri dan Nuklir Jepang) mengoreksi tingkat bahaya kecelakaan Nuklir dari level 4 menjadi level 5 pada skala 7 bedasarkan INES (International Nuclear Events Scale).

Pasca koreksi level ini, beberapa surat kabar memberitakan bahwa Industri Nuklir di Jepang tengah dalam krisis dengan konsekuensi potensial yang mengerikan. Perlu diketahui level 5 disini sama artinya dengan level ketika terjadi kecelakaan pada Three Mile Island-2 (TMI-2) yang terjadi di Amerika pada tahun 1979. Efek dari kecelakaan TMI-2 ini, Amerika menghentikan segala Industrinya yang berhubungan dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di negaranya selama kurang-lebih 11 tahun. Pemberitaan-pemberitaan seperti ini tentu saja hanya membuat kita dan keluarga kita di Indonesia yang tidak mengerti tentang PLTN menjadi sangat panik pada saat membacanya. Membuat semua orang mengerti apa yang sedang terjadi tanpa harus membuat pembaca menjadi lebih panik adalah informasi yang dibutuhkan saat ini untuk memberi gambaran yang jelas tentang kecelakaan Fukushima saat ini. Adapun pendapat saya lainnya adalah sebagai berikut : 1. Jarak Tokyo Fukushima sejauh 250-300 km, masih ditetapkan dalam radius yang sangat aman. Adapun data laju dosis radiasi beberapa daerah di utara dan selatan Fukushima dapat dilihat pada gambar 1. Dari data ini jika dibandingkan dengan gambar 2 dapat disimpulkan bahwa dosis radiasi masih dalam tingkat yang tidak membahayakan kesehatan manusia.

Gambar 1. Laju Dosis Radiasi di Beberapa Kota di Jepang Sebagai gambaran bahwa dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering terpapar sinar radiasi, sebagai contoh saat kita berpergian menggunakan pesawat yang terbang dari New York dan Tokyo akan mengalami paparan radiasi sebesar 200 micro-sievert per satu kali perjalanan pulang-pergi. Radioaktif yang terpapar ditubuh kita saat ini adalah partikel-partikel kecil yang menempel pada tubuh kita, namun akan segera hilang apabila kita membilasnya dengan air. (dekontaminasi).

Gambar 2. Dosis Radiasi dalam kehidupan di sekitar kita2.

2. Ledakan yang terjadi di reaktor Fukushima merupakan ledakan yang disebabkan oleh akumulasi gas Hidrogen di bangunan penyokong reaktor. Sangat perlu ditekankan disini bahwa ledakan yang terjadi bukanlah ledakan aki at reaksi fisi nuklir. b Ledakan ini adalah ledakan yang disebabkan oleh terakumulasinya gas Hidrogen di antara sungkup reaktor dan bangunan beton akibat proses venting (membuka pressure relieve valve, katup penurun tekanan) untuk menurunkan tekanan di reaktor. Ledakan ini terjadi di luar reaktor, sedangkan reaktornya sendiri tidak mengalami kerusakan. Sempat teramati adanya kenaikan tingkat radiasi sesaat, terutama di sekitar lokasi PLTN. Fakta ini menjadi alasan kedua kenapa kita belum perlu untuk panik. 3. Reaktor sudah tidak beroperasi, sudah tidak ada reaksi fisi nuklir. Jadi kecelakaan reaktor ini berbeda dengan kasus Chernobyl ataupun There Mile Island (TMI), dimana reaksi fisi nuklir masih terjadi di dalam teras reaktor saat kedua kecelakaan itu terjadi. Level daya reaktor TMI-2 saat terjadi kecelakaan adalah ~97 , dan 5-20 pada kasus Chernobyl. Upaya yang dilakukan ahli-ahli nuklir di Jepang saat ini, merupakan suatu upaya dengan tujuan untuk mencegah peningkatan jumlah bahan bakar yang rusak baik di kolam bahan bakar bekas maupun di dalam teras reaktor akibat sisa panas hasil energi peluruhan. Apabila bahan bakar meleleh, diperlukan biaya yang sangat besar dan memakan waktu yang lama untuk membersihkan reaktornya. Meski tergolong tua, PLTN Fukushima memiliki tingkat dan sistem pengamanan yang modern. PLTN Fukushima telah dirancang untuk menahan gempa berskala hingga 9 SR dan ancaman tsunami.

Sistem pendingin yang tidak beroperasi, terjadi ledakan gas hydrogen di unit 1 dan 3 bukan berarti keadaan PLTN saat ini bertambah parah, reaktor masih berfungsi sesuai dengan desain awalnya pada kondisi terburuk sekalipun. 4. Zat radioaktif yang terdeteksi saat ini adalah zat radioaktif yang memiliki waktu paruh yang sangat pendek. Pendek disini dalam artian beberapa menit saja. Pelepasan material radioaktif berupa gas yang berdifusi keluar dari reaktor. Zat radioaktif ini akan segera hilang dari tubuh dengan membilas menggunakan air. Pencegahan dilakukan dengan selalu menggunakan masker dan pakaian yang me nutupi seluruh permukaan tubuh untuk orang-orang yang bekerja disekitar kawasan pembangkit. Untuk yang berada di luar daerah 20 km sekitar PLTN Fukushima, antisipasi dapat dilakukan dengan antisipasi yang sama dengan pencegahan alergi akibat radiasi serbuk bunga di Jepang akhir-akhir ini (gunakan masker dan selalu berkumur). 5. Reaktor didesain mengikuti filosofi Defense of Depth . Desain pembangkit dirancang dengan keamanan berlapis untuk mengantisipasi segala kemungkinan terburuk. Untuk kasus PLTN Fukushima dengan paparan sebagai berikut : a. Reaktor langsung berhenti seketika sesaat setelah terjadi gempa. b. Dalam kasus Reaktor Fukushima, sistem pendingin dinyatakan gagal akibat generator diesel yang rusak pasca tsunami. c. Sistem power supply dalam kondisi darurat selain generator diesel juga didesain dengan back-up baterei-nya yang memiliki waktu paruh 8 jam. Apabila sesaat setelah reaktor shut-down, langsung dikirimkan generator diesel tambahan ke lokasi, saya yakin tidak akan ada permasalahan sepe ini. rti Dalam kasus Fukushima unit 1 disini, murni disebabkan karena kekurangsiapan engineer Jepang dalam menghadapi situasi darurat. d. Walaupun engineer Jepang masih belum terlatih untuk kondisi seperti ini saja PLTN masih bisa dikatakan aman. Jadi memang PLTN disini dari awal sudah dirancang untuk segala kondisi terburuk termasuk kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh manusia. e. Ledakan besar akibat akumulasi gas hydrogen terjadi di bangunan reaktor, namun reaktor tidak mengalami masalah sama sekali dan tidak ada peningkatan radiasi zat radioaktif. f. Untuk segala kondisi terburuk pun, level radioaktif diprediksi tidak akan mengalami peningkatan. 6. Kelistrikan Jepang sangat bergantung dengan pembangkit listrik tenaga nuklir. Segala kesalahan dalam penanganan bencana ini akan membawa dampak yang besar untuk perindustrian nuklir di Jepang. Berdasarkan pengalaman ini di masa depan teknologi PLTN yang lebih canggih, yang tahan gempa dengan kekuatan diatas 9 SR, tsunami dan segala kemungkinan bencana besa lainnya yang r lebih parah lagi akan menjadi fokus perhatian industri nuklir dunia.

Perlu diketahui PLTN Fukushima adalah PLTN generasi ke II,buatan perusahaan Amerika, mulai dioperasikan dari tahun 1971. Saat ini Jepang memiliki teknologi PLTN generasi ke III+, dengan teknologi yang sangat aman, lebih kompak, lebih simple dengan tingkat kehandalan yang tinggi. 1. PLTN Fukushima adalah PLTN bertipe BWR (Boiling Water Reactor). Bahan bakar Uranium direaksikan dengan neutron sehingga menghasilkan panas dari reaksi fisinya. Energi panas ini digunakan untuk mendidihkan air di dalam reaktor. Uap air yang dihasilkan digunakan untuk menggerakan turbin untuk menghasilkan energi listrik. 2. Bahan bakar PLTN adalah Uranium Oxide, yang dibentuk slinder ukuran 11 cm, (seruas jari kelingking manusia) yang memiliki titik leleh sekitar 3000 derajat celcius. Bahan bakar UO2 ini berupa keramik yang mampu menahan gas -gas hasil reaksi fisi (Xenon dan Kripton) sehingga tetap berada di dalam pelet. Jadi pelet itu sendiri merupakan bentuk pertahanan lapis I agar bahan radioaktif tidak keluar dari lingkungan. 3. Pelet ini kemudian disusun sepanjang 4 meter dengan menggunakan selongsong (cladding) Zircaloy dengan titik leleh sebesar 2200 derajat celcius. Untuk pembangkit BWR, tube disusun 1010 batang, dan kumpulan dari tube inilah yang diperjual belikan dan disebut sebagai bahan bakar dari PLTN. Selongsong ini berfungsi sebagai perantara untuk menghantarkan energi panas yang dihasilkan pelet ke air dengan tetap menjaga pelet agar tidak larut sehingga zat radioaktif berbahaya tetap terjaga di dalam pelet ini. Ada 5 pelindung dalam desain PLTN agar zat radioaktif tidak membahayakan lingkungan disekitar pembangkit : 1. Pelet yang memiliki titik leleh sekitar 3000 derajat celcius dan tube Zircaloy-nya sebagai pelindung I. 2. Sistem pendingin yang dapat mengontrol agar permukaan air di reaktor selalu berada di atas bahan bakar Uranium sebagai pelindung II. Air akan mendidih pada suhu330 350 C dengan tekanan 70 bar. Pada kasus Fukushim sistem pendingin mengalami kegagalan operasi a, sehingga suhu selongsong meningkat cukup tinggi sebesar 800 -900 C. Zirkonium mulai mengalami oksidasi dan menghasilkan hidrogen. 3. Reaktor dengan titik leleh ratusan derajat celcius sebagai pelindung III, yang berfungsi sebagai pelindung apabila air di reaktor berada di bawah level bahan bakar. 4. Primary containment sebagai pelindung IV yang berfungsi saat vessel reaktor meleleh menjaga agar bahan radiasi tidak menyebar kemana-mana. 5. Secondary containment atau bangunan reaktor yang terbuat dari kerangka baja tebal dilapisi konkrit beton sebagai pelindung V yang menjaga agar udara di dalam bangunan tidak bercampur dengan udara luar tanpa melalui filter.

ZAT RADIOAKTIF Iodine-131 Kadar terukur di air keran di Tokyo per 03/20 adalah 2.93 Bq/kg, sedangkan batas aman berdasarkan standar Komite Keselamatan Nuklir Jepang adalah 300 Bq/kg. Waktu paruh Iodine-131 adalah 8.02 hari, sehingga dalam 8 hari akan menjadi setengah bagian, dan dalam 80 hari akan menjadi 1/2^10, dan akan terus melemah menjadi 1/1000 bagian. Cesium-137 Kadar terukur di air keran di Tokyo per 03/20 adalah Not Detected, yang berarti sangat rendah, sedangkan batas aman berdasarkan standar Komite Keselamatan Nuklir Jepang adalah 200 Bq/kg. (Sumber : http://ftp.jaist.ac.jp/pub/emergency/monitoring.tokyo-eiken.go.jp/monitoring/wpast_data.html) Dosis maksimum untuk Iodine : a.150Bq/kg(1Bq/kgsebanding1Bq/l)untukmakanan bayi b. 500 Bq/kg untuk makanan pokok c. 2000 Bq/kg untuk bukan makanan pokok d. 500 Bq/l untuk minuman Dosis maksimum untuk Cesium : a. 400 Bq/kg untuk makanan bayi b. 1000 Bq/kg untuk makanan pokok c. 1250 Bq/kg untuk selain makanan pokok d. 1000 Bq/l untuk minuman (sumber : http://au.news.yahoo.com/thewest/a/-/world/9041428/radioactive-contamination-offood-risks-experts/) PENJELASAN TENTANG INES (Japan Atomic Energy Agency, JAEA, Badan keselamatan nuklir Jepang merevisi kategori kecelakaan Fukushima sebagai skala 5 dalam INES (International Nuclear and Radiological Event Scale)) Skala INES adalah suatu ukuran yang dibuat oleh IAEA dengan tujuan untuk mengetahui dampak terhadap keselamatan dari suatu kejadian pada sebuah fasilitas nuklir. Skala ini mempunyai rentang dari 0 (tidak ada pengaruh terhadap keselamatan secara signifikan) sampai dengan 7 (kecelakaan besar). Setiap levelnya, dampak kerusakan yang dihasilkan 10 kali lebih besar dari level sebelumnya. Untuk menentukan level INES, ada 3 kriteria yang harus dikaji dan masing-masing kriteria mempunyai nilai minimum dan maksimum. Nilai tertinggi dari tinjauan ketiga kriteria tersebut akan dijadikan nilai secara umum dalam menentukan tingkat kecelakaan nuklir. Adapun ketiga kriteria itu adalah sebagai berikut : Kategori 1 : dampak terhadap orang dan lingkungan di sekitar pembangkit (le 2 sampai 7) vel

Kategori 2 : dampak terhadap kerusakan bangunan pembangkit dalam fungsinya sebagai pelindung radiasi, misal gedung, pengungkung, dan lain-lain. (level 2 sampai 5) Kategori 3 : dampak terhadap pertahanan berlapis, misal adanya sistem cadanga redundansi (level n, 1 sampai 3) Rapor Kecelakaan Fukushima dai-ichi Unit 1, 2 dan 3 : (Referensi berdasarkan Ministry of Economy, Trade and Industry) Kategori 1 : ditentukan berdasarkan pelepasan radioaktif (masih berlangsung) Kategori 2 : 5 Kategori 3 : 3 Rapor Kecelakaan Fukushima dai-ichi Unit 4 (Referensi berdasarkan Ministry of Economy, Trade and Industry) Kategori 1 : ditentukan berdasarkan pelepasan radioaktif (masih berlangsung) Kategori 2 : belum ditentukan Kategori 3 : 3 Rapor Kecelakaan Fukushima dai-ni Unit 1, 2 dan 4 (Referensi berdasarkan Ministry of Economy, Trade and Industry) Kategori 1 : ditentukan berdasarkan pelepasan radioaktif (masih berlangsung) Kategori 2 : belum ditentukan Kategori 3 : 3 Dari rapor diatas terlihat bahwa nilai tertinggi adalah 5 pada Fukushima Unit 3 di kategori 2, kerusakan pada gedung beton penyokong reaktor. Hal ini lah yang menjadi dasar dalam pengoreksian tingkat kecelakaan di reaktor Fukushima. Tanggal 11 Maret Waktu 15:42 15:45 16:36 16:45 Kejadian Catu daya AC luar mati tangki minyak hanyut ECCS gagal - lapor no. 2 keadaan darurat

20:03

unit 1, 2, 3 M/C terendam air, unit 2 disiapka dengan truk genset prioritas pompa pemadam D/D dengan harapan tekanan reactor akan menurun supaya bisa injeksi unit 2, ketinggian air kembali dan dipastikan pada posisi L2 unit 1 terjadi kenaikan paparan radiasi di gedung turbin. truk genset datang lokasi unit 1 uap reactor didinginkan dengan condenser emergency, unit 2 dengan catu daya sementara posisi air bias diamankan, unit 3 dilakukan injeksi air dengan menggunakan system pendingingan saat isolasi. tekanan drywell di unit 1 kemungkinan telah melampai 600 kPa

21:00 21:54 23:00 23:30 12 Maret 0:00

0:30

1:57

radiokativitas di gedung turbin unit 1 naik dilakukan perispan tindakan untuk menrunkan tekanan di dalam kontainmen melalui venting untuk unit 1 (catatan untuk venting kedua dari drywell akan menimbulkan source yang besar) volume drwyell + s/p = 5600 m3, tekanan (dari 8 atm ke 1 atm) unit 2 pompa RCIC jalan unit 1 tekanan drwell kemungkinan mencapai 840 kPa

1:25

3:33 4:00

7:50

Unit 1 dilakukan penyambungan batere ke pompa air laut dalam waktu bersamaan dilakukan injeksi air dari air pendingin dan dilakukan rekoveri catu daya katup venting. Unit 2 dilakukan penyambungan genset truk . direncanakan dilakukan venting unit 1 pada jam 9.00, Unit 1 dilakukan injeksi ke reactor menggunakan pompa hydrant Unit 1 di-venting salah satu dari 2 katup venting susah dioperasikan sehingga tidak dapat di-venting

8:30 9:00 10:49

11:13 Venting telah dimulai , tekanan turun dari 0.8 ke 0.74 11.04 12.05 terjadi proses penurunan level air 11:04 minus 50 cm dari bb bagian paling atas 11:02 minus 90 cm 12:05 minus 150 cm 15:28 minus 170 cm 13:00 Ketinggian air reaktor di Unit 1 turun, injeksi air diteruskan. 14:00 Tekanan dry well unit 1 naik, valve dibuka 14:.30 Tekanan reaktor unit 1 turun 750 MPa --> 670 MPa 14:29 Diberitakan unsur cesium radioaktif terdeteksi di sekitar unit 1 15:28 Tekanan reaktor unit 1 turun menjadi 540 MPa

15:36 16:17 20:20

Terjadi guncangan vertikal, terjadi ledakan besar antara Unit 1 dan Unit 2, timbul asap putih. Paparan radiasi melampaui 500 micro-sievert/jam Mulai dilakukan injeksi ke reaktor unit 1 menggunakan air laut dari jalur hydrant. Selanjutnya air laut akan dicampur dengan asam borat yang diinjeksikan melalui valve-pit. Dikonfirmasikan bahwa pengungkung (confinement) tidak mengalami kerusakan Sistem injeksi tekanan tinggi pada reaktor unit 3, STOP Air pada reaktor unit 3 berkurang sampai bagian paling atas tinggi efektif bahan bakar Ketinggian air reaktor di Unit 1 tidak dapat dipastikan, sehingga injeksi dilanjutkan (catatan: sebelumnya diprediksi pada pukul 03:00 air akan penuh) ECCS pada reaktor unit 3 kehilangan fungsi injeksi (Catatan: Karena sistem injeksi tekanan tinggi berhenti, maka injeksi dengan sistem pendingin saat isolasi reaktor tidak akan berfungsi. Sehingga disiapkan untuk menurunkan tekanan dengan cara melakukan venting). Dilaporkan bahwa kondisi Reaktor unit 3 dalam kondisi darurat. Diprediksi, reaktor unit 3 (kerusakan teras) akan mengalami pelelehan bahan bakar

20:41 13 Maret 2:44 4:15

5:00

5:10

5:58 7:30 7:39

Dimulai penyemprotan (spray) terhadap pengungkung pada reaktor unit 3 Pada reaktor unit 1 berlangsung injeksi air laut ditambah asam borat 1m3/menit. Ketinggian air reaktor minus 1700mm (tidak diketahui tingkat kebenaran alat ukurnya) Karena paparan radiasi melebihi 500 micro Sievert per jam, maka dinyatakan dalam kondisi darurat. Dilakukan penurunan tekanan pada reaktor unit 3 melalui SR -Valve. Ketinggian air plus 1800 mm, tekanan reaktor 460 kPa. Selanjutnya dimulai injeksi air ke dalam reaktor menggunakan jalur sistem hydrant. Dilakukan Venting pada reaktor unit 3 Dimulai injeksi air menggunakan jalur sistem hydrant. Dilakukan penyambungan dengan kendaraan genset, namun karena terdapat cacat pada kabel, pemasangan ditunda (dijadwalkan pukul 13:00) Terjadi gempa di peraiaran Fukushima. Dampak terhadap PLTN belum dapat dipastikan. Tekanan reaktor pada unit 3 turun sampai 120kPa Dilakukan persiapan venting pada reaktor unit 2. Sedang dilakukan evaluasi paparan radiasi pada saat dilakukan venting.

8:55

8:56

9:08

9:20 9:38 10:00

10:15 11:55 12:18

Sistem venting pada reaktor unit 3 tidak berfungsi. Terkunci akibat suatu hal. 13:00 13:12 14:15 15:00 Reaktor Unit 3 : Ketinggian air minus 1400 mm dan tekanan 190 kPa. Mulai dilakukan injeksi ke reaktor unit 1 menggunakan air laut. Pada posisi MP4, paparan radiasi melampaui 500 micro-Sievert per jam. Dilakukan penyesuaian metode pendinginan kolam penyimpanan bahan bakar bekas di reaktor unit 1. Karena pada reaktor Unit 3 kondisi ketinggian air tidak mengalami kenaikan dalam waktu yang lama, dan untuk mengantisipasi kenaikan paparan radiasi di dalam gedung, maka kejadian seperti pada reaktor unit 1 pada tanggal 12, tidak dapat dielakkan. Sedang dilakukan kajian untuk tindakan preventif. 16:00 17:30 18:45 Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 1500mm dan tekanan 180 kPa. Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 1800mm dan tekanan 240 kPa. Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 1800mm dan tekanan 250 kPa. Dilakukan injeksi air laut pada reaktor Unit 1 dengan debit 1m3/menit. Ketinggian air reaktor minus 1700mm (ketepatan alat ukur tidak diketahui) 19:00 Dilakukan pertimbangan untuk membuka panel-panel dinding bagian luar gedung reaktor pada Unit 2 dan 3, untuk mengantisipasi hidrogen pada saat venting. Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 1800mm dan alat ukur tekanan rusak. Dalam perbaikan. Ketinggian air pada reaktor Unit 1 minus 1750mm dan tekanan 320kPa. Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 1800mm dan tekanan 66kPa 14 Maret 1:00 2:00 3:20 4:00 Lokasi intake air laut berkurang, mengakibatkan injeksi air laut ke reaktor unit 1 dan 3 terhenti. Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 1800mm dan tekanan 79kPa. Injeksi air laut pada reaktor unit 3 dimulai lagi. Ketinggian air pada reaktor Unit 1 minus 1700mm dan tekanan 304kPa. Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 1800mm dan tekanan 159kPa. 5:00 Ketinggian air pada reaktor Unit 1 minus 1700mm dan tekanan 299kPa.

21:40 23:30

Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 2000mm dan tekanan 181kPa. 6:00 6:10 7:44 Ketinggian air pada reaktor Unit 1 minus 1700mm dan tekanan 293kPa. Tekanan pada dry well reaktor unit 3 naik mencapai 460kPa. kondisi Dry well reaktor unit 3 dinyatakan "Kondisi Darurat", direncanakan untuk di-venting. Akibat venting, kemungkinan paparan radiasi mencapai 100 kali lipat. Karena ketinggian air pada reaktor 3 naik, maka pelaksanaan venting diundur. Injeksi air laut diteruskan. Paparan radiasi di sekitar reaktor unit 3 melampaui 500 microsievert/jam Ketinggian air pada reaktor Unit 1 minus 1500mm dan tekanan 332kPa. terjadi ledakan pada unit 3 (tekanan 300 kPa) Panel dinding reaktor unit 2 dilepas. (Antisipasi hidrogen) Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 1600mm dan tekanan 215kPa. Ketinggian air pada reaktor Unit 2 3400mm Ketinggian air pada reaktor Unit 2 minus 3000mm dan tekanan 6,188kPa. Ketinggian air pada reaktor Unit 3 minus 1800mm dan tekanan 251kPa. Pada reaktor unit 3, kemungkinan terjadi kerusakan pada jalur injeksi. 13:14 13:24 13,25 15:10 15:15 15:30 16,15 17:00 18:30 21:24 22:10 22:40 22:45 23:12 23:30 15 Maret 0:41 Unit 2 : tekanan 1720 kPa Ketinggian air pada reaktor unit 2 menurun, dimungkinkan pada pukul 16 posisi mencapai posisi minus. Ketinggian air pada reaktor unit 2 mencapai 2400 RCIC unit 2 berhenti Tekanan pada reaktor unit 2 mencapai 7,515MPa Ketinggian air pada reaktor unit 2 mencapai 1100 Tidak dapat dilakukan injeksi air laut ke reaktor Unit 2 karena tekanan terlalu tinggi. Persipan injeksi air laut unit 2 level air turun Ketinggian air Unit 2 minus 3700 mm tekanan 830kPa Ketinggian air Unit 2 minus 3500 mm tekanan 833kPa Ketinggian air Unit 2 minus 1600 mm tekanan 405kPa Ketinggian air Unit 2 minus 700 mm tekanan 428 kPa Ketinggian air Unit 2 minus 1900 mm tekanan 196 kPa Ketinggian air Unit 2 minus 2000 mm tekanan 2655 kPa Ketinggian air Unit 2 minus 2000 mm tekanan 3120 kPa

8:20 9:27 10:00 11:01

11:15 12:00 12:30 13:00

1:11 2:07 2:45 5:00

Unit 2 : tekanan 1440 kPa -->920kPa Unit 2 : tekanan 630 kPa Unit 2 : tekanan 653 kPa Ketinggian air Unit 3 minus 1800 mm tekanan 240 kPa Tekanan Unit 2 626 kPa terjadi bunyi aneh di sekitar ruang supression pool pada unit 2 tekanan menurun, kemungkinan terjadi sesuatu Unit 4 terdengar suara, dinding berlobang. Unit 3 mengeluarkan asap. minus 2700 mm tekanan air di RPV 612 kPa kelihatan terjadi kebocoran di suppresion pool Unit 4 terjadi deformasi dibagian atas gedung reaktor Unit 2 disekitar lantai 5 gedung reaktor terdapat asap putih unit 5 dan 6 untuk aktisipasi venting hidrogen diperimbangkan untuk melepas dinding panel di sisi luar gedung reaktor Terjadi kebakaran disekitar lantai 3 unit 4, dilantai 4 terdapat pompa resirkulasi antara unit 2 dan 3 : 30 mSv/jam di sekitar unit 3 : 400 mSv/jam di sekitar unit 4 : 100 mSv/jam Tampak dari luar, kondisi reaktor unit 2 masih terjaga integritasnya.

6:10 6:14 6:20 6:42 6:56 8:25 9:16 9:38 10:22

11:14

11:25 11:30 11:31

Asap yang terjadi pada reaktor unit 3, diperkirakan berasal dari banyaknya uap yang terjadi pada kolam. Tidak ada perubahan parameter yang signifikan terkait dengan confinement. Sehingga diprioritaskan untuk menginjeksikan air ke kolam bahan bakar bekas. Unit 2 ketinggian air minus 1200 mm tekanan 270 kPa unit 3 posisi air minus 1900 mm tekanan 249 kPa pada kebakaran unit 4 berdasarkan pengamatan mata tampak kobaran api, sehingga kemungkinan kebakaran itu merupakan kebakan minyak Berdasarkan analisis dari berbagai data, kemungkinan kerusakan parah pada confinement reaktor Unit 3, sehingga diinstruksikan untuk memulai penanganan lagi. Informasi yang disampaikan sebelumnya bahwa paparan radiasi sebesar 100mSv/jam adalah salah, yang benar adalah 10mSv/jam. Sebelum dilakukan penyemprotan air dengan helikopter, dilakukan pengukuran paparan radiasi di sekitar gedung. Untuk reaktor unit 5 dan 6, dikonfirmasi bahwa data paparan radiasi normal. Dipastikan terjadi kebakaran pada reaktor unit 4 lantai 3 Diperkirakan kebakaran pada Unit 4 ini merupakan kebakaran alamiah

11:32

11:55 16:20 20:00 16 Maret 5:45 7:26

8:34 9:55

Unit 3 mengeluarkan uap sangat banyak Reaktor Unit 3 : Ketinggian air minus 1900 mm dan tekanan 95 kPa. Unit 2, berdasarkan pengematan dari luar kondisi baik. Unit 3, asap yang terjadi diperkirakan dari kolam penyimpanan bahan bakar bekas. Parameter yang menunjukkan kondisi confinement baik. Diprioritaskan injeksi air pada kolam. Berdasarkan analisis dari berbagai data, kemungkinan kerusakan parah pada confinement reaktor Unit 3 sangat kecil, sehingga diinstruksikan untuk memulai penanganan lagi. Penyiraman gedung reaktor unit 3 sebanyak 4 kali dengan helikopter. Dilakukan penyiraman pada reaktor unit 3 dengan water canon (1 kali) Dilakukan penyiraman pada reaktor unit 3 dengan mobil pemadam kebakaran (5 kali).

11:14

11:32 17 Maret 09:48~10:00 19:05 19:35 18 Maret 7:55

Reaktor Unit 1 : Ketinggian air minus 1700 mm dan tekanan 169 kPa. Reaktor Unit 2 : Ketinggian air minus 1400 mm dan tekanan 29 kPa.

8:00 13:30 14:00~14:38 17:00 17:50

Reaktor Unit 3 : Ketinggian air minus 1900 mm dan tekanan 9 kPa. Unit 5, selesai pekerjaan pembuatan lobang pada atap gedung. Dilakukan penyiraman pada reaktor unit 3 dengan mobil pemadam kebakaran (7 kali). Unit 6, selesai pekerjaan pembuatan lobang pada atap gedung. Unit 1,2 dan 3: Level INES=5 Unit 4 : Level INES=3 Reaktor Unit 3 : Ketinggian air minus 1900 mm dan tekanan 16 kPa. Dilakukan penyiraman pada reaktor unit 3 dengan mobil pemadam kebakaran. Pompa RHR unit 5 beroperasi kembali. Pompa FRC unit 6 dioperasikan untuk melakukan sirkulasi kolam bahan bakar bekas. Reaktor Unit 3 : Ketinggian air minus 1200 mm dan tekanan 45 kPa. 2 Unit diesel darurat unit 6 dapat beroperasi, sehingga unit 5 dan 6 mendapat jaminan pasokan listrik. Paparan di dekat Pintu Barat melebihi 500 mikro Sievert/jam Selesai pekerjaan pelobangan atap reaktor di Unit 5 dan 6

21:05 19 Maret 0:30 5:00 5:11 6:10 7:42 8:58 9:15

18:30 22:14 20 Maret 0:00

Temperatur air kolam pada unit 5 turun. Menuju 48.1 derajat celcius Pompa RHR unit 6 beroperasi kembali. Dimulai pendinginan pada kolam penyimpanan bahan bakar bekas.

Reaktor Unit 1 : Ketinggian air minus 1750 mm dan tekanan 205 kPa. Reaktor Unit 2 : Ketinggian air minus 1300 mm dan tekanan 23 kPa.

3:00

Kolam penyimpanan di reaktor unit 6 temperaturnya turun mencapai 52 derajat celcius. Reaktor unit 3 : temperatur teras mencapai lebih dari 300 derajat celcius, tekanan meningkat. (Temperatur normal operasi sekitar 290 derajat celcius) Dilakukan penyemprotan air menggunakan mobil Damkar ke reaktor unit 4. Reaktor Unit 5 : Kondisi Cold shutdown (temperatur air teras kurang dari 100 derajat celcius). Dilakukan penyemprotan air menggunakan mobil Damkar ke reaktor unit 2. Reaktor Unit 3 : Ketinggian air minus 1650 mm dan tekanan 162 kPa. Dilakukan penyemprotan air menggunakan mobil Damkar ke reaktor unit 4. Reaktor Unit 6 : Kondisi Cold shutdown (temperatur air teras kurang dari 100 derajat celcius). Dimulai penyemprotan ke reaktor unit 3 menggunakan Damkar bantuan dari Tokyo.

8:00

8:20 14:30 15:05 16:00 18:22 19:27 21:30 21 Maret 4:00 6:37 10:37

Reaktor Unit 3 : Ketinggian air minus 1650 mm dan tekanan 214 kPa. Dimulai penyemprotan ke reaktor unit 4 menggunakan mobil Damkar pasukan bela diri Jepang. Dimulai penyemprotan ke reaktor unit 4 menggunakan Damkar bantuan dari Tokyo. Dilakukan sampling air laut, dari hasil analisis terdeteksi adanya nuklida radioaktif. Jenis dan konsentrasinya melebihi ambang yang ditetapkan oleh Undang-undang. Co-58 : 5,955e-02 Bq/cm3, standard : 1e+00Bq/cm3 I-131 : 5,066e00 Bq/cm3, standard : 4e-02Bq/cm3 I-132 : 2,136e00 Bq/cm3, standard : 3e+00Bq/cm3 Cs-134 : 1,486e+00 Bq/cm3, standard : 6e-02Bq/cm3 Cs-138 : 2,132e-01 Bq/cm3, standard : 3e-01Bq/cm3

14:30

15:55 16:49 18:02 18:22 19:41 22:46 23 Maret 2:33

Cs-137 : 1,484e+00 Bq/cm3, standard : 9e-02Bq/cm3 Terlihat seperti ada asap abu-abu dari Reaktor unit 3 Terjadi perubahan warna asap menjadi putih pada unit 3 Dipastikan terjadi kebakaran kecil pada reaktor unit 3. Unit 2 mengeluarkan asap. Unit 5 dan 6 telah selesai tersambung dengan listrik eksternal. Pencahayaan pada RKU unit 3 telah normal kembali.

Laju injeksi pada unit 1 dinaikkan, yang semula hanya menggunakan jalur hydrant ditambah dengan menggunakan jalur air umpan Pada unit 5, pada saat pemindahan dari catu daya temporer ke catu daya permanent , RCHC mati/stop (Akan dihidupkan pompa cadangannya pada tanggal 24) Unit 3 mengeluarkan asap hitam (Sedang diperiksa)

17:24 16:20 24 Maret 5:35 10:50 11:30 14:25 14:36 15:37 16:35 18:05 25 Maret 6:05

Unit 3, mulai mengeinjeksikan air melalui jalur pemurnian air pendingin) Dikonfirmasi, gedung reaktor Unit 1 mengeluarkan uap. Penerangan di RKU unit 1 menyala Ketika air di sekitar panel catu daya pompa kondenser yang berada di lantai bawah dari gedung turbin unit 3 diukur, kadar radiasi mencapai 200 mSv Penyemprotan terhadap reaktor Unit 4 Dimulai pasokan listrik eksternal ke kolam bahan bakar bekas bersama. Dilakukan penggantian pompa RCHC pada unit 5 mengoperasikannya. Me-start pompa pendingin kolam bahan bakar bekas bersama. Penyemprotan terhadap reaktor Unit 4 dan

Sumber : (Badan Penanggulangan Bencana http://www.kantei.go.jp/jp/kikikanri/jisin/20110311miyagi/ Daftar korban pada manusia Pegawai 2 orang Perusahaan rekanan 2 orang Tidak diketahui keberadaannya/hilang 2 orang Sakit mendadak 2 orang

Nuklir)

17 orang yang berada di daerah pengawasan (Pegawai 9 orang dan 8 orang dari perusahaan rekanan) mengalami paparan radiasi pada bagian wajah. (Kadar paparan rendah, tidak perlu dibawa ke rumah sakit) 1 dari beberapa pegawai yang melakukan venting terpapar radiasi (sebesar 106.3 mSv) selanjutnya diangkut ke off side center 2 orang di dalam RKU yang menggunakan pakaian anti radiasi lengkap menyatakan kondisi tidak enak. Selanjutnya diangkut keluar. 2 orang polisi yang terpapar radiasi selesai dikontaminasi [Korban akibat ledakan di reaktor unit 1] 11 Maret pukul 15:36 Pada saat terjadi asap, 4 orang mengalami luka ringan, diangkut ke rumah sakit. [Korban akibat ledakan di reaktor unit 3] 14 Maret pukul 11:01 Pada saat terjadi ledakan, 11 orang mengalami luka ringan, diangkut ke rumah sakit. [Korban paparan radiasi lainnya] Diantara orang-orang yang dievakuasi dari Rumah sakit Futaba, ada 3 orang yang terpapar radiasi. Terdapat 9 orang mengalami paparan radiasi saat dievakuasi menggunakan bis.

Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuahpun PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik dunia. Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan statistik PLTN dunia tahun 2002 terdapat 439 PLTN yang beroperasi di seluruh dunia dengan kapasitas total sekitar 360.064 GWe, 35 PLTN dengan kapasitas 28.087 MWe sedang dalam tahap pembangunan. PLTN yang direncanakan untuk dibangun ada 25 dengan kapasitas 29.385 MWe. Kebanyakan PLTN baru dan yang akan dibangun berada di beberapa negara Asia dan Eropa Timur. Memang di negara maju tidak ada PLTN yang baru, tetapi ini tidak berarti proporsi listrik dari PLTN akan berkurang. Di Amerika beberapa PLTN telah mendapatkan lisensi perpanjangan untuk dapat beroperasi hingga 60 tahun, atau 20 tahun lebih lama daripada lisensi awalnya. Di Indonesia, ide pertama untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN sudah dimulai pada tahun 1956 dalam bentuk pernyataan dalam seminar-seminar yang diselenggarakan di beberapa universitas di Bandung dan Yogyakarta. Meskipun demikian ide yang sudah mengkristal baru muncul pada tahun 1972 bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut dengan diselenggarakannya sebuah seminar di Karangkates, Jawa Timur pada tahun 1975 oleh BATAN dan Departemen PUTL, dimana salah satu hasilnya suatu keputusan bahwa PLTN akan dikembangkan di Indonesia. Pada saat itu juga sudah diusulkan 14 tempat yang memungkinkan di Pulau Jawa untuk digunakan sebagai lokasi PLTN, dan kemudian hanya5 tempat yang dinyatakan sebagai lokasi yang potensial untuk pembangunan PLTN. Pada perkembangan selanjutnya setelah dilakukan beberapa studi tentang beberapa lokasi PLTN, maka diambil suatu keputusan bahwa Semenanjung Muria adalah lokasi yang paling ideal dan diusulkan agar digunakan sebagai lokasi pembangunan PLTN yang pertama di Indonesia. Disusul kemudian dengan pelaksanaan studi kelayakan tentang introduksi PLTN yang pertama pada tahun 1978 dengan bant uan Pemerinatah Itali, meskipun demikian, rencana pembangunan PLTN selanjutnya terpaksa ditunda, untuk menunggu penyelesaian pembangunan dan pengoperasian reaktor riset serbaguna yang saat ini bernana GA Siwabesy berdaya 30 MWth di Puspiptek Serpong. Pada tahun 1985 pekerjaan dimulai dengan melakukan reevaluasi dan pembaharuan studi yang sudah dilakukan dengan bantuanInternational Atomic Energy Agency (IAEA), Pemerintah Amerika Serikat melalui perusahaanBechtel International, Perusahaan Perancis melalui perusahaan SOFRATOME, dan Pemerintah Itali melalui perusahaanCESEN. Dokumen yang dihasilkan dan kemampuan analitis yang dikembangkan dengan program bantuan kerjasama tersebut sampai saat ini masih menjadi dasar pemikiran bagi perencanaan dan pengembangan energi nuklir di Indonesia khususnya di Semenanjung Muria. Pada tahun 1989, Pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Energi Nasional (BAKOREN) memutuskan untuk melakukan studi kelayakan yang komprehensif termasuk investigasi secara mendalam tentang calon tapak PLTN di Semenanjung Muria Jawa-Tengah. Pelaksanaan studi itu sendiri dilaksanakan di bawah koordinasi BATAN, dengan arahan dari Panitia Teknis Energi (PTE), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan dilakukan bersama -sama oleh beberapa instansi lain di Indonesia.

Pada bulan Agustus tahun 1991, sebuah perjanjian kerja tentang studi kelayakan telah ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Perusahaan Konsultan NEWJEC Inc. Perjanjian kerja ini berjangka waktu 4,5 tahun dan meliputi pelaksanaan pekerjaan tentang pemilihan dan evaluasi tapak PLTN, serta suatu studi kelayakan yang komprehensif tentang kemungkinan pembangunan berbagai jenis PLTN dengan daya total yang dapat mencapai 7000 MWe. Sebagian besar kontrak kerja ini digunakan untuk melakukan pekerjaan teknis tentang penelitian pemilihan dan evaluasi tapak PLTN di lokasi tapak di Semenanjung Muria. Pada 2 tahapan pekerjaan yang pertama (Step 1-2) sudah dilakukan dengan baik pada tahun 1992 dan 1993. Pada fase ini 3 buah calon tapak yang spesifik sudah berhasil dilakukan dengan studi perbandingan dan ditentukan rangkingnya. Sebagai kesimpulan didapatkan bahwa calon tapak terbaik adalah tapak PLTN Ujung Lemahabang. Kemudian tahapan kegiatan investigasi akhir (Step-3) dilakukan dengan mengevaluasi calon tapak terbaik tersebut untuk melakukan konfirmasi apakah calon tapak tersebut betul dapat diterima dan memenuhi standar internasional. Studi tapak PLTN ini akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 1995. Secara keseluruhan, studi tapak PLTN di Semanjung Muria dapat diselesaikan pada bulai Mei tahun 1996. Selain konfirmasi kelayakan calon tapak di Semanjung Muria, hasil lain yang penting adalah bahwa PLTN jenis air ringan dengan kapasitas antara 600 s/d 900 MWe dapat dibangun di Semenanjung Muria dan kemudian dioperasikan sekitar tahun 2004 sebagai solusi optimal untuk mendukung sistem kelistrikan Jawa-Bali. Pada tahun-tahun selanjutnya masih dilakukan lagi beberapa studi tambahan yang mendukung studi kelayakan yang sudah dlakukan, antara lain studi penyiapan Bid Invitation Specification (BIS), studi pengembangan dan evaluasi tapak PLTN, studi perencanaan energi dan kelistrikan nasional dan studi pendanaan pembangunan PLTN. Selain itu juga dilakukan beberapa kegiatan yang mendukung aktivitas desain dan pengoperasian PLTN dengan mengembangkan penelitian di beberapa fasilitas penelitian BATAN, antara lain penelitian teknologi dan keselamatan PLTN, proteksi radiasi, bahan bakar nuklir dan limbah radioaktif serta menyelenggarakan kerjasama internasional dalam bentuk partisipasi desain PLTN. Akibat krisis multidimensi yang terjadi pada tahun 1998, maka dipandang layak dan perlu untuk melakukan evaluasi kembali tentang kebutuhan (demand) dan penyediaan (supply) energi khususnya kelistrikan di Indonesia. Untuk itu suatu studi perancanaan energi dan kelistrikan nasional ja ngka panjang Comprehensive Assessment of Different Energy Resources for Electricity Generation in Indonesia (CADES) yang dilakukan dan diselesaikan pada tahun 2002 oleh sebuah Tim Nasional di bawah koordinasi BATAN dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dengan dukungan IAEA. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi di Indonesia diproyeksikan meningkat di masa yang akan data ng. Kebutuhan energi final (akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4% per tahun dan mencapai jumlah sekitar 8146 Peta Joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini adalah sekitar 2 kali lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal studi tahun 2000. Pertumbuhan jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan kapasitas pembangkitan energi listrik yang mencapai lebih dari 3 kali lipat dari kondisi semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000 menjadi sekitar 100 GWe di tahun 2025. Jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75% akan dibutuhkan di jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi yang tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan keekonomiannya, maka energi gas akan mendominasi penyediaan en ergi guna pembangkitan energi listrik, sekitar 40% untuk wilayah Jamali. Energi batubara akan muncul sebagai pensuplai kedua setelah gas, yaitu sekitar 30% untuk wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30% untuk akan disuplai oleh jenis energi yang lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru dan terbarukan lainnya. Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 5-6% pada tahun 2025. Mengingat situasi penyediaan energi konvensional termasuk listrik nasional di masa mendatang semakin tidak seimbang dengan kebutuhannya, maka opsi nuklir dalam perencanaan sistem energi nasional jangka panjang merupakan suatu solusi yang diharapkan dapat mengurangi tekanan dalam masalah penyediaan energi khususnya listrik di Indonesia. Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan tersebut di atas maka diharapkan pernyataan dari semua pihak yang terkait dengan pembangunan energi nasional bahwa penggunaan energi nuklir di Indonesia sudah

diperlukan, dan untuk itu perlu dimulai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sekitar tahun 2010, sehingga sudah dapat dioperasikan secara komersial pada sekitar tahun 2016. BATAN sebagai Lembaga Pemerintah, berdasarkan Undang -undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, telah dan akan terus bekerjasama dengan Lembaga Pemerint terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga dan ah Masyarakat Internasional, dalam mempersiapkan pengembangan energi nuklir di Indonesia, khususnya dalam rangka mempersiapkan pengembangan energi nuklir tersebut adalah studi dan kajian aspek energi, teknologi, keselamatan, ekonomi, lingkungan hidup, sosial-budaya, dan manajemen yang tertuang dalam bentuk rencana stratejik 2006-2010 tentang persiapan pengembangan energi nuklir di Indonesia.

V.

Kesimpulan

Bencana yang terjadi Jepang pada 13 Maret 2011, sekitar pukul 14.00 dan melanda bagian timur laut Jepang sebagai daerah terparah akibat gempa dan tsunami serta kerusakan PLTN Fukushima yang menimbulkan bahaya radiasi materi radioaktif. Seluruh warga Jepang terkena dampak dari bencana ini baik secara langsung maupun tidak langsung dan tidak lepas dari warga dunia yang mengkhawatirkan dampak radiasi tersebut. Bencana tersebut masih terus terjadi dengan adanya gempa-gempa susulan dan ledakan-ledakan di PLTN, namum kondisi terusu mebaik dengan perbaikan yang masih dilakukan. Gempa terjadi dengan episentrum di kedalaman 24,3 km, sekitar 130 km dari daerah Sendai, Honshu dengan kekuatan 8,9 SR. Bencana diperkirakan memakan korban sebanyak 20.000 jiwa lebih dengankorban tewas sebanyak 10.000 jiwa, namun belum ada kepastian apakah angka tersebut termasuk korban yang disebabkan radioaktivitas. Berdasarkan rangkuman di atas, dalam 5 tahun mendatang ini kita belum siap untuk memanfaatkan energi nuklir dalam kehidupan sehari-hari. Jika membandingan kedua negara, terdapat perbedaan yang jauh baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan mental kepribadian manusia. Jepang yang merupakan negara terdepan yang mewakili Asia sempat kewalahan dalam mencegah perluasan dari be ncana PLTN yang dialaminya, termasuk beberapa human error yang sudah termasuk di dalamnya. Tanpa bermaksud mengecilkan bangsa sendiri, perhitungan logis berdasarkan komparasi yang ada tentu membuat bahaya yang mungkin muncul lebih besar dan sulit untuk dit nggulangi jika hal a serupa, lebih buruk atau lebih ringan, terjadi di negara kita. Namun, saya sendiri merupakan orang yang mendukung gagasan tersebut, tanpa mengacuhkan paragraf di atas. Energi nuklir memiliki banyak sisi positif yang dapat menyokong kita menuju pembangunan pada tahap yang lebih tinggi. Sebagai generasi muda, sebuah tantangan dan tanggung jawab bagi kita untuk mewujudkan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai