Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HARGA DIRI RENDAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan melaksanakan
hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan sosialnya. Tapi
dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang
menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga
konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa
yang sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan
seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam
kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk
menanggulangi stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang
akan memunculkan gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah,
yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi,
sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri
rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak
mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai
mencederai diri (Townsend, 1998).
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang dicintai
dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat mempengaruhi
persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang buruk
dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa
bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah,
merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang
individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari
seorang perawat. Perawat harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis
keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun
kelompok.

B.  Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?
2.    Apa saja etiologi dari harga diri rendah?
3.    Apa manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah?
4.    Bagaimana proses terjadinya masalah?
5.    Bagaimana rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6.    Bagaimana pohon masalah dari harga diri rendah?
7.    Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri rendah?
8.    Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah?
9.    Bagaimana contoh aplikasi komunikasi terapeutik pada SP klien?

C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai berikut :
1.    Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2.    Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
3.    Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4.    Menjelaskan proses terjadinya masalah
5.    Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6.    Menjelaskan pohon masalah dari harga diri rendah
7.    Menjelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah
8.    Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan harga dirir rendah.
9.    Mencontohkan aplikasi komunikasi terapeutik dari SP klien.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
( Townsend, 1998 ).
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian
negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat
bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
B.  Etiologi
1.    Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2.    Faktor presipitasi
Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.
C.  Tanda dan Gejala
1.    Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2.    Penurunan produktivitas
3.    Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4.    Gangguan dalam berhubungan
5.    Rasa diri penting yang berlebihan
6.    Perasaan tidak mampu dan rasa bersalah
7.    Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8.    Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
9.    Ketegangan peran yang dirasakan
10.     Pandangan hidup yang pesimis dan bertentangan
11.     Keluhan fisik dan khawatir
12.     Penolakan terhadap kemampuan personal
13.     Destruktif terhadap diri sendiri dan pengurangan diri
14.     Menarik diri secara sosial dan dari realitas
15.     Penyalahgunaan zat

D.  Proses Terjadinya Masalah


Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima
tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan
gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan
sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak
menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang
tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara.
Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung
jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan
individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau
kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah
isolasi sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh
orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )
E.   Rentang Respon
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana aktifitas
merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia, 2005). Depresi adalah emosi
normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku
sehari-hari, menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah
dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal yang
negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus, mengekspresikan sikap
malu /minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan
ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif,
pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negative mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah
kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut
kelompok social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan
anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu
akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah menutup
identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang
yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. disasosiasi, isolasi,
proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. terjadinya gangguan
konsep diri harga diri rendah juga dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor
biologis, psikologis, social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi
kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar
karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah adalah :
1.    System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri rendah yang
kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
2.    Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien dengan
harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat
dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat
padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3.    Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi
sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.
Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini
maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi
berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari
klien.
4.    Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

F.   Pohon masalah


Keputusasaan prilaku kekerasan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Perubahan Isolasi sosial :
penampilan Menarik diri
   peran
Gangguan citra tubuh Ideal diri tidak realistik

G.  Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1.    Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2.    Koping individu tidak efektif
3.    Isolasi social : menarik diri
4.    Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5.    Resiko tinggi perilaku kekerasan
6.    Berduka disfungsional

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah meliputi
tingkah laku :
a.       Menyalahkan diri atau orang lain.
b.      Produktivitas menurun.
c.       Gangguan berhubungan
d.      Rasa bersalah.
e.       Mudah marah
f.       Pesimis terhadap kehidupan
g.      Keluhan fisik
h.      Menarik diri dari realita
i.        Cemas dan takut
j.        Mengurung diri
k.      Penyalahgunaaan zat

Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan
ditemukan batasan karakteristik :
a.       Kurang kontak mata
b.      Ungkapan yang mengaktifkan diri
c.       Ekspresi rasa malu
d.      Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi berbagai peristiwa.
e.       Menolak  umpan  balik  yang  positif  dan melebih-lebihkan  umpan  balik yang negatif
tentang dirinya.
f.       Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
g.      Hipersensitif  terhadap  kritik, mudah  tersinggung  dengan  pembicaraan orang lain.
Data yang perlu dikaji
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Masalah utama :       Mengungkapkan ingin     Merusak diri sendiri
Gangguan konsep diri : diakui jati dirinya     Merusak orang lain
harga diri rendah       Mengungkapkan tidak     Menarik diri dari
ada lagi yang peduli hubungan sosial
      Mengungkapkan tidak     Tampak mudah
bisa apa-apa tersinggung
      Mengungkapkan     Tidak mau makan
dirinya tidak berguna dan tidak tidur
      Mengkritik diri sendiri
2. Masalah Keperawatan :      Mengkritik diri sendiri   Tampak sedih dan
Penyebab gangguan      Mengungkapkan tidak melakukan
citra tubuh perasaan main terhadap aktivitas yang
diri sendiri seharusnya dapat
     Mengungkapkan malu dilakukan
dan tidak bisa bila   Wajah tarnpak
diajak melakukan murung
sesuatu   Klien terlihat lebih
     Perasaan tidak mampu suka sendiri
     Perasaan negatif   Bingung bila disuruh
mengenai dirinya memilih alternatif
sendiri tindakan
3. Masalah Keperawatan:      Mengungkapkan tidak     Ekspresi wajah
Akibat Isolasi sosial : berdaya dan tidak ingin kosong
menarik diri hidup lagi     Tidak ada kontak
     Mengungkapkan mata ketika diajak
enggan berbicara bicara
dengan orang lain     Suara pelan dan tidak
     Klien malu bertemu jelas
dan berhadapan dengan
orang lain

B.  Diagnosa Keperawatan


1.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
2.      Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

C.  Intervensi keperawatan


      Diagnosa 1 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
1.    Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2.    Tujuan Khusus (TUK)
a.    TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.    Kriteria evaluasi :
  Ekspresi wajah bersahabat
  Menunjukkan rasa senang dan ada kontak mata
  Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama
  Mau menjawab salam dan duduk berdampingan dengan perawat
  Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2.    Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a)    Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b)   Perkenalkan diri dengan sopan
c)    Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukainya
d)   Jelaskan tujuan pertemuan
e)    Jujur dan menepati janji
f)    Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g)   Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b.    TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
1)   Kriteria evaluasi :
Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki :
1.   Kemampuan yang dimiliki klien
2.   Aspek positif keluarga
3.   Aspek positif keluarga yang dimiliki klien
2)   Intervensi :
1.    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas
ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan.
2.    Setiap bertemu dengan klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
3.    Usahakan memberi pujian yang realistik
Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya mendapatkan pujian.
c.    TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
1)   Kriteria evaluasi :
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
2)   Intervensi :
a)   Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah.
b)   Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilanjutkan penggunaannya.
Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki klien memotifasi untuk tetap mempertahankan
kegunaannya.
      Diagnosa 2 : Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
1.    Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2.    Tujuan Khusus :
a.       Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.    Kriteria evaluasi :
  Ekspresi wajah bersahabat
  Ada kontak mata
  Mau berjabat tanganMau menyebutkan nama
  Mau duduk berdampingan dengan perawat
  Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2.    Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik:
a)    Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
b)   Perkenalkan diri dengan sopan
c)    Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d)   Jelaskan tujuan pertemuan
e)    Jujur dan menepati janji
f)    Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g)   Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1.    Kriteria evaluasi :
  Kemampuan yang dimiliki klien
  Aspek positif keluarga
  Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
2.    Intervensi :
a)    Klien dapat menilai kemampuan yang dapat
b)   Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c)    Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang
realistis
d)   Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c.       Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
1.       Kriteria evaluasi :
kemampuan yang dapat digunakan
2.       Intervensi :
  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
  Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
d.      Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
1.       Kriteria evaluasi
Klien dapat membuat rencana kegiatan harian
2.       Intervensi :
  Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
  Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
  Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e.       Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
1.       Kriteria evaluasi :
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
2.       intervensi :
  Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
  Beri pujian atas keberhasilan klien
  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f.       Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1.       Kriteria evaluasi :
Kilen memanfaatkan sistem pendukung yang ada
2.       Intervensi :
  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
  Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
  Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

 Contoh Aplikasi Komunikasi Terapeutik pada SP Klien


SP 1 pasien :Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai
kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dialtih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar.”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T
lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T lakukan di rumah
sakit. Setelah itu kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.”
“Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau
20 menit?”

Kerja
“T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar?
Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang T miliki!”
“T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit?
(mis.ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini!”
“Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur T! Coba lihat, sudah rapikah
temapt tidurnya?”
“Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di
sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut! Bagus!”
“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakan
dengan sebelum dirapikan! Bagus!”
“Coba T lakukan dan jangan lupa member tanda di kertas daftar kegiatan, tulis M
(mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau T melakukan dengan
dibantu, dan tulis T (tidak) kalau T tidak melakukan (perawat member kertas berisi daftar
kegiatan harian).”

Terminasi
 “Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap, dan latihan merapikan tempat
tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah T praktikkan dengan baik sekali. Nah,
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang. Sekarang, mari kita masukkan
pada jadwal harian. T mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu
pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 4 sore.”
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring… kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini
sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya!”  

SP 2 Pasien : latih pasien melakukan kegiatan lain sesuai dengan kemampuan pasien

Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan   Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
 ”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi? Bagus
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan
kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja :
“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk
membilas., Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Bapak bersihkan piring
tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci
piring.  Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun
sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu  Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih
tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba  Bapak yang melakukan…”
“Bagus sekali,  Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya

Terminasi :
”Bagaimana perasaan   Bapak setelah latihan cuci piring ?”
 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
 Bapak Mau berapa kali  t mencuci piring? Bagus sekali  Bapak mencuci piring tiga kali
setelah makan.”
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

 Tindakan Keperawatan Pada Keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a.       Tujuan :
1.    Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2.    Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3.    Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan
pujian atas keberhasilan pasien
4.    Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b.      tindakan keperawatan :
1.    Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2.    Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3.    Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien atas
kemampuannya.
4.    Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5.    Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6.    Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah seperti yang telah perawat yang masih dimildemonstrasikan sebelumnya
7.    Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan
tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat 
Orientasi :
“Selamat pagi !”
 “Bagaimana keadaan  Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak? Berapa lama
waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”

Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang  terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu
memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang
selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Bapak ini terus menerus seperti
itu, Bapak bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu
dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga mengatakan hal
yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Bapak)
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta
telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Bapak
untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya
Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula
memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap  perlu
memantau perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari
lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian
langsung kepada Bapak”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah
langsung kepada pasien

Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga BapakIbu  seperti yang kita
pelajari  dua  hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Bapak.”
”Waktunya 20 menit”. 
”Sekarang mari kita temui Bapak” 

Kerja:
”Selamat pagi Bapak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,
keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak agar Bapak cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan keluarga Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana  perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan keluarga?”
”Baiklah,  sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat dulu”
 (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi :
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Bapak»
« tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang  Pak/Bu »
« Sampai jumpa »
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi :
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka  kita akan membicarakan
jadwal Bapakselama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

Kerja :
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua
dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama Bapak dirawat
dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan  maupun jadwal minum
obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan diri sendiri
dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi rumah sakit atau bawa
bapak lansung kerumah sakit”

Terminasi :
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak. Jangan lupa
kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan
administrasinya!”

BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
            Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Berikut
ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a.    Mengkritik diri sendiri
b.    Perasaan tidak mampu
c.    Pandangan hidup yang pesimis
d.   Penurunan produktivitas
e.    Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan seseorang
dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan diri, berpakaian tidak
rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan
bicara lambat dengan nada suara lemah.

B.  Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit sangat bergantung
pada kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu hubungan yang baik
antara sesama anggota dan klien maka akan sulit membangun kepercayaan masyarakat dalam
Asuhan Keperawatan yang diberikan. Agar kinerja dalam keperawatan berjalan dengan
efektif maka seorang perawat juga perlu memahami setiap karakter yang berbeda dari setiap
klien. Selain dapat memberikan hasil kerja yang terbaik, dalam memberikan Asuhan
Keperawatan juga dapat dilakukan dengan lancar.
Diposkan oleh Haerani Asrina di 21.26
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai