Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERPINDAHAN MASSA

CARA OPERASI EKSTRAKSI DAN CONTOH-CONTOH SOAL

Disusun Oleh:

4 KIC
Farhan Ihtifazhuddin 062040422364
Dosen Pengampu : Ir. Selastia Yuliati. M.Si.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAAN i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Luaran yang diharapkan 2
1.5 Kegunaan 2
BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA 3
2.1 Nama Usaha 3
2.2 Kemasan Produk 3
2.3 Analisa Pemasaran 3
BAB III METODE PELAKSANAAN 5
3.1 Alat 5
3.2 Bahan 5
3.3 Cara Pembuatan Kaos Sablon 5
3.4 Cara Pembuatan Totebag 6
3.5 ST (Segmentation dan Targeting) 6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Berbagai jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan komposisi
yang beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat mengambil seluruh zat dari
bahan tersebut atau dapat mengambil beberapa zat yang dibutuhkannya saja dari
suatu bahan. Untuk dapat mengambil atau memperoleh zat tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai proses, salah satunya yaitu ekstraksi.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran


berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling
bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah
gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs pengganggu dalam analisis
secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi
secara selektif.

Proses ekstraksi dapat dibedakan menurut bentuk campurannya menjadi dua


jenis, yaitu padat-cair dan cair-cair. Zat yang diekstraksi dalam ekstraksi padat-
cair yaitu berbentuk padatan. Sedangkan pada ekstraksi cai-cair, zat yang
diekstraksi merupakan bentuk cairan. Ekstraksi cair-cair inilah yang biasa disebut
ekstraksi pelarut.

Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan
yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan
pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform.
Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam
kedua fase pelarut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Ekstraksi?

2. Bagaimana prinsip dasar ekstraksi pelarut?

3. Apa saja tujuan ekstraksi?


4. Bagaimanakah metode dari ekstraksi tersebut?

5. Apa sajakah syarat-syarat ekstraksi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu ekstraksi

2. Untuk mengetahui prinsip dasar dari ekstraksi pelarut

3. Untuk mengetahui apa itu tujuan ekstraksi

4. Untuk mengetahui bagaimana metode ekstraksi pelarut

5. Untuk mengetahui apa itu syarat-syarat ekstraksi


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara umum definisi ekstraksi pelarut/cair-cair adalah proses pemisahan
suatu komponen/solut dari larutan fase air menggunakan pelarut organik tertentu.
Dalam proses ekstraksi dihasilkan dua jenis larutan yaitu larutan fase organik dan
fase air. Larutan fase organik yang dihasilkan dari proses ekstraksi adalah larutan
yang kaya dengan solut yang diinginkan dan sering disebut ekstrak sedangkan
larutan fase air adalah larutan yang miskin dengan solut disebut rafinat.
Ekstraksi pelarut menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk
pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primernya bukanlah analitis namun
preparatif, ekstrasi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan
yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik
atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit, namun
seringkali hanya diperlukan sebuah corong pisah. Seringkali suatu permisahan
ekstrasi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu
komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan pelarut
yang sesuai dengan komponen yang diinginkan. Cairan dipisahkan dan kemudian
diuapkan sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian
suatu zat terlarut antar dua pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil
zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Ekstraksi memegang peranan
penting baik di laboratorium maupun industry. Di laboratorium, ekstraksi
seringkali dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan zat terlarut dalam
larutan dengan pelarut air yang diekstraksi dengan pelarut lain seperti eter,
kloroform, karbondisulfida atau benzene.
Tahap-tahap ekstraksi:
1. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling
berkontak.    Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi
pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian
terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarutan ekstrak.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara
penjernihan atau filtrasi.
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut,
umumnya dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu,
larutan ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut atau dioalh setelah
dipekatkan.
Faktor- faktor yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut;
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal.
Semakin kecil ukurannya, semakin besar lusa permukaan antara padat
dan cair; sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan
kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam
padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan
pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar
dapat dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan
diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir,
konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun, pertama
karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya
menjadi lebih kental.
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang
diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan
temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan
proses difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan
partikel ke zat pelarut.

Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair


misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau
pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa
pelarut).
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama
pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya
lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang
diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus
dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan
pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).

3. Kemampuan tidak saling bercampur


Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara
terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat
perbedaaan kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal
ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan
kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
5. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-
hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan
garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi
juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan
dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
6. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak
boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau
dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik
didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas
penguapan yang rendah).
7. Kriteria yang lain
Pelarut sedapat mungkin harus :
 Murah
 tersedia dalam jumlah besar
 tidak beracun
 tidak dapat terbakar
 tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
 tidak korosif
 tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
 memilliki viskositas yang rendah
 stabil secara kimia dan termis.
Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas, maka untuk
setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai.
Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air, asam-asam organik dan
anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon
yang mengandung khlor, isopropanol, etanol.
B. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat
padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat
diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan
proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk
senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini
diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk
kelompok senyawa kimia tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional
Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang
dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai
obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui
kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya
untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya
dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining)
dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik
yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional
untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut


organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di
luar sel.
C. Prinsip Ekstraksi
1. Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur
kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan.
2. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan
jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan
berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah.
Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
3. Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di
dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon,
seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler
hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon
tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
4. Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari
lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap
3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
5. Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan
dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk
ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat
dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi
menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga,
campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan
akan memisah antara air dan minyak atsiri.
6. Prinsip Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan
yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat
menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena
adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan
penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi
menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu
alas bulat penampung.
7. Prinsip Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen
kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu
kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan
komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan
tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
8. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi,
yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),
komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap
adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda
berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya
pemisahan.
9. Prinsip Penampakan Noda
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

D. Metode Ekstraksi
1. Ekstraksi secara dingin
a. Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi
sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak,
tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai
berikut :
 Modifikasi maserasi melingkar
 Modifikasi maserasi digesti
 Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
 Modifikasi remaserasi
 Modifikasi dengan mesin pengaduk
b. Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap
cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah :
 Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan
tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
 Digunakan pelarut yang lebih sedikit
 Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
 Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah
di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat
menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
 Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap
dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya.
 Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi,
seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah
komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau
campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi
dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau
pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam
wadah.

c. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini
adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc)
telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel
padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks,
dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak
melarutkan komponen secara efisien.

2. Ekstraksi secara panas


a. Metode refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada
titik didih pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah palarut
tertentu tertentu dengan adanya pendinginan balik (kondensor).
Umumnya dilakukan tiga kali sampai lima kali pengulangan proses
pada residu pertama agar proses ekstraksinya sempurna.
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan
tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan
volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator.

Prosedur:

Bahan + pelarut -> dipanaskan -> pelarut menguap -> pelarut yang
menguap didinginkan oleh kondensor -> jatuh lagi -> menguap lagi karena
panas -> dan seterusnya. Proses ini umunya dilakukan selama 1 jam.

b. Metode destilasi uap


Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi
minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode
destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia
yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

E. Proses Ekstraksi

Bahan baku bersih yang telah disortasi dikecilan ukuran ukurannya dengan
cara menggiling menggunakan mesin grinding, baru pengayakan pada mesh
tertentu. Untuk mendapat hasil berkualitas, gunakan mesin penggiling rempah
yang inert yaitu berbahan stainless steel.

Perkolator
Tahap selanjutnya serbuk bahan baku diekstraksi dengan pelarut organik. Ada
beberapa pelarut yang biasa dipakai seperti etanol, metilen chloride, aceton,
hexan, dll. Pemilihan solven organik ini disesuaikan dengan jenis rempah yang
diekstraksi agar mendapat hasil yang optimum dan spesifikasi produk oleoresin
sesuai standar yang telah ditentukan. Selain pemilihan pelarut, pemilihan metode
ekstraksi juga berpengaruh terhadap produk. Metode ekstraksi skala industri bisa
dengan ekstrak maserasi satu tahap dan multi tahap atau menggunakan metode
perkolasi dengan alat perkolator untuk mendapatkan proses penyarian yang
sempurna.

Vacuum Filter
Selanjutnya dilakukan filtrasi untuk memisahkan residu dan filtrat
menggunakan alat filtrasi. Untuk mempercepat proses filtrasi, gunakan alat filtrasi
sistem vakum. Penggunaan filter penyaring bisa dipasang berapa mikron yang
akan dipakai, menyesuaikan bahan baku yang diekstraksi. Kemudian filtrat yang
diperoleh selanjutnya dievaporasi atau diuapkan dengan evaporator recycling
solvent agar diperoleh oleoresin murni. 

Evaporator Oleoresin
Penggunaan alat evaporator recycling solvent ini dimaksudkan agar pelarut
tertampung dalam container dan bisa digunakan lagi untuk ekstraksi sehingga
mendapat efisien cost produksi.

F. Klasifikasi Pelarut
Berdasarkan kepolaran pelarut, maka para ahli kimia mengklasifikasikan pelarut
ke dalam tiga kategori yaitu :
a. Pelarut Protik Polar
Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom
elektronegatif yang dalam hal ini adalah oksigen. Dengan kata lain pelarut
protik polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH. Contoh dari
pelarut protik polar ini adalah air H2O, metanol CH3OH, dan asam asetat
(CH3COOH).
b. Pelarut Aprotik Dipolar
Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H.
Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang memilki ikata
dipol besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan ganda antara karbon
dengan oksigen atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang termasuk kategori
ini adalah aseton [(CH3)2C=O] dan etil asetat (CH3CO2CH2CH3).
c. Pelarut Nonpolar
Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta
dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut dari
kategori ini adalah benzena (C6H6), karbon tetraklorida (CCl4) dan dietil
eter (CH3CH2OCH2CH3).

G. Menghitung Neraca Massa Ekstraksi Padat Cair


Soal :
Jahe sebanyak 10 kg diekstraksi denagn 10 L alkohol (p=0,85 g/ml), jika setelah
proses ekstraksi didapatkan 10,5 L alkohol (p=0,90 g/ml, maka kadar ekstrak di
dalam jahe adalah...
A. 9,5%
B. 12,5%
C. 14,5%
D. 17,5%
E. 20,5%
Solusi :
Langkah pertama adalah membuat blok diagram neraca massa ekstraksi beserta
data-data yang diketahui.

Perhitungan :
Karena menghitung neraca massa sudah dipelajari di mata pelajaran Azas Teknik
Kimia (ATK), jadi perhitungan neraca massa ekstraksi ini dapat dilakukan secara
langsung menggunakan blok diagram neraca massa seperti berikut ini.
H. Contoh-Contoh Soal Ekstraksi
Soal 1 :
Zat terlarut A memiliki koefisien distribusi antara benzena dengan air adalah 3.
Misalkan 100 ml larutan A 0,01 M dalam air diekstraksi dengan benzena.
Hitunglah berapa banyak fraksi A yang masih tertinggal dalam fasa air, bila
dilakukan:
a. Satu kali ekstraksi dengan menggunakan 500 mL benzena
b. Lima kali ekstraksi dengan menggunakan masing-masing 100 mL
benzena.

Soal 2:
Diketahui koefisien distribusi untuk kelat logam yang berpartisi antara air dengan
kloroform adalah 6,4. Hitunglah berapa banyak fraksi kelat logam yang
diekstraksi dari 25 mL ligan logam 4,3.10-2 M
a. Satu kali ekstraksi menggunakan 10 mL kloroform
b. Dua kali ekstraksi menggunakan masing-masing 10 mL kloroform.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/41257541/Ekstraksi_Makalah
https://id.scribd.com/document/490809693/Neraca-Massa-Ekstraksi-Padat-Cair
http://eprints.polsri.ac.id/5160/3/File%20III.pdf
https://www.academia.edu/41257541/Ekstraksi_Makalah
https://www.academia.edu/7395598/
Ekstraksi_Pengertian_Prinsip_Kerja_jenis_jenis_Ekstraksi
https://id.scribd.com/doc/212874355/Kuliah-3-Pemisahan-Secara-Ekstraksi-
Bagian-1-2014

Anda mungkin juga menyukai