Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


dr. R. SOETRASNO
Jl. Pahlawan No. 16 Rembang Telp (0295) 691444, Fax (0295) 692613
e-mail : rsu_rembang@yahoo.co.id, Kodepos 59218

Pedoman Etik
RSUD dr R Soetrasno
Kabupaten Rembang

Rembang, 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun,
sehingga Buku Pedoman Etik RSUD dr. R. Soetrasno Rembang ini dapat
selesai disusun.
Buku Pedoman Manajemen Etik ini adalah pedoman dalam
menyelesaikan permasalahan etik di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang.
Dengan selesainya penyusunan Buku Pedoman Etik ini, penyusun
mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan Pedoman Etik RSUD dr. R. Soetrasno
Rembang.

2
PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr.R.SOETRASNO
Jl.Pahlawan No. 16 Telpon (0295) 691444 Rembang 59218
E-mail : rsu_rembang@yahoo.co.id,rsu@rembangkab.go.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


dr. R. SOETRASNOKABUPATEN REMBANG
NOMOR 445 / / 2018

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEDOMAN ETIK PADA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. SOETRASNO REMBANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. SOETRASNO,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya menjamin asuhan pasien


diberikan didalam norma- norma bisnis, finansial,
etis dan hukum yang melindungi pasien dan hak
mereka;

b. bahwa untuk maksud tersebut huruf a, maka


perlu pedoman etis pada RSUD dr. R. Soetrasno
Kabupaten Rembang;

c. bahwa untuk maksud tersebut huruf a dan huruf


b, maka perlu ditetapkan dengan keputusan
Direktur RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten
Rembang.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tantang


Rumah Sakit;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005


tentang Pengelolaan Badan Layanan Umum;

4. Peraturan Menteri Kesehatan 1691 / 2011 tentang


Keselamatan Pasien di Rumah Sakit;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 1


Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan pada RSUD Kabupaten Rembang;

3
7. Peraturan Bupati Rembang Nomor 24 Tahun 2009
tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum
Daerah dr. R. Soetrasno Rembang sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Bupati Rembang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Bupati Rembang Nomor 24 Tahun 2009
tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum
Daerah dr. R. Soetrasno Rembang;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu : Memberlakukan Pedoman Etik pada pada Rumah


Sakit Umum Daerah dr. R. Soetrasno Kabupaten
Rembang sebagaimana lampiran keputusan ini;
Kedua : Pedoman Etik pada akan digunakan sebagai
panduan sebagai pedoman dalam menyelesaikan
masalah etik;
Ketiga : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan di dalam Keputusan ini maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Rembang
Pada tanggal 2018

DIREKTUR RSUD dr. R. SOETRASNO


KABUPATEN REMBANG

dr. H. AGUS SETIYO HP. M.Kes


Pembina Utama Muda
NIP. 19640805 199003 1 008

4
DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Landasan Hukum.................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................... 3
BAB II. DEFINISI........................................................................... 4
BAB III. TATALAKSANA ORGANISASI KOMITE ETIK RUMAH 5
SAKIT.....................................................................................
A. Pembentukan KERS............................................................. 5
B. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab KERS................. 5
C. Rapat-rapat............................................................................. 7
D. Sumber Keuangan.................................................................... 7
BAB IV. PENUTUP............................................................................ 8

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional dan


diterima pasien merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit.
Namun hal ini tidak mudah dilakukan dewasa ini. Meskipun rumah
sakit telah dilengkapi dengan tenaga medis, perawat dan sarana
penunjang lengkap, masih sering terdengar ketidak puasan pasien
akan pelayanan kesehatan yang mereka terima.

Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh lebih kompleks


dibandingkan dengan beberapa dasawarsa sebelumnya.
Beberapa faktor yang mendorong kompleksitas pelayanan
kesehatan pada masa kini antara lain

1. Semakin kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan


kesehatan bermutu, efektif dan efisien,
2. Standar pelayanan kesehatan harus sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran,
3. Latar belakang pasien amat beragam (tingkat pendidikan,
ekonomi, sosial dan budaya) dan
4. Pelayanan kesehatan melibatkan berbagai disiplin dan institusi.

Situasi pelayanan kesehatan yang kompleks ini seringkali


menyulitkan komunikasi antara pasien dan pihak penyedia layanan
kesehatan. Komunikasi yang baik amat membantu menyelesaikan
berbagai masalah sedangkan komunikasi yang buruk akan
menambah masalah dalam pelayanan kesehatan. Di samping
komunikasi yang baik, pelayanan kesehatan harus memenuhi
kaidah-kaidah profesionalisme dan etis. Untuk menangkal hal-
hal yang berpotensi merugikan berbagai pihak yang terkait dengan
pelayanan kesehatan di rumah sakit dan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan maka perlu ditingkatkan kemampuan tenaga
kesehatan menyelesaikan masalah-masalah medis dan non-

6
medis di rumah sakit dan tercipta struktur yang mendukung
pelayanan kesehatan secara profesional dan berkualitas. Salah
satu upaya mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu dan
profesional di rumah sakit adalah dengan memenuhi kaidah-
kaidah yang tercantum dalam Kode Etik Rumah Sakit Umum
Daerah dr R Soetrasno.

Kode Etik Rumah Sakit Umum Daerah dr R Soetrasno


memuat rangkaian nilai-nilai dan norma-norma moral
perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan
pegangan bagi setiap karyawan yang terlibat dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit. Kode Etik
merupakan kewajiban moral yang harus ditaati oleh setiap
karyawan agar tercapai pelayanan rumah sakit yang baik,
bermutu, profesional dan sesuai dengan norma dan nilai-nilai
luhur profesi kedokteran.

Dalam rangka melengkapi kode etik maka perlu dibuat acuan


dasar prosedural dalam bentuk Pedoman Pengorganisasian
Komite Etik Rumah Sakit. Dengan adanya pedoman ini
diharapkan penerapan kode etik dalam pelayanan rumah sakit
menjadi kenyataan sehingga rumah sakit mampu mengemban
misi luhur dalam meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan rakyat Indonesia.

B. Landasan Hukum

Landasan Hukum penyusunan Pedoman ini ialah :


1. UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3. UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1045/MenKes/ PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.

7
6. Kode Etik Rumah Sakit indonesia (KODERSI)

C. Tujuan

Pedoman ini menjadi acuan tatalaksana pembentukan dan


tatakerja Komite Etik Rumah Sakit Umum Daerah dr R Soetrasno.

8
BAB II
DEFINISI

Untuk memudahkan penerapan pedoman, perlu dirumuskan


ketentuan umum dan pengertian pokok sebagai berikut :

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang telah


ditentukan dan diatur oleh peraturan perundang undangan
Negara Republik Indonesia. Rumah sakit sebagai sarana
pelayanan kesehatan merupakan unit sosial ekonomi, harus
mengutamakan tugas kemanusiaan dan mendahulukan fungsi
sosialnya.
2. Karyawan adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan
penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.
3. Kode Etik Rumah Sakit Umum daerah dr R Soetrasno adalah
rangkuman norma-norma moral organisasi profesi bidang
perumahsakitan di Indonesia.
4. Komite Etik Rumah Sakit adalah suatu perangkat organisasi
non struktural yang dibentuk dalam rumah sakit untuk
membantu pimpinan rumah sakit dalam melaksanakan KODE
ETIK.
5. Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia (MAKERSI)
adalah badan otonom PERSI yang dibentuk secara khusus di
tingkat Pusat dan Daerah untuk menjalankan KODERSI.

9
BAB III

TATALAKSANA ORGANISASI KOMITE ETIK

RUMAH SAKIT

A. Pembentukan KERS

1. Komite Etik Rumah Sakit merupakan perangkat organisasi


rumah sakit di bentuk di Rumah Sakit dalam rangka membantu
direktur rumah sakit menerapkan Kode Etik Rumah Sakit di
rumah sakit.
2. Pembentukan Komite Etik Rumah Sakit adalah wajib.
3. Ketua dan Anggota Komite Etik dipilih dan diangkat oleh
Direktur Rumah Sakit, untuk selama masa bakti tertentu. KERS
sekurang-kurangnya harus terdiri dari seorang Ketua, seorang
Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan 2 (dua) orang Anggota,
dengan jumlah seluruhnya paling banyak 7 (tujuh) orang.
4. Keanggotaan Komite Etik harus mewakili berbagai profesi di dalam
rumah sakit.
5. Dalam struktur organisasi rumah sakit, posisi Komite Etik dan
Disiplin berada di bawah direktur dan setingkat komite medik.
6. Komite Etik dan Disiplin rumah sakit bertanggung jawab
langsung kepada direktur.
7. Bila dipandang perlu anggota Komite Etik dapat ditambah yang
sifatnya ad-hoc.
8. Syarat untuk dapat dipilih menjadi anggota Komite Etik :
berjiwa Pancasila, memiliki integritas, kredibilitas sosial, dan
profesional. Ia juga memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap
masalah sosial, lingkungan dan kema- nusiaan.

B. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Komite Etik

1. Secara umum Komite Etik bertugas membantu direktur rumah


sakit menerapkan Kode Etik Rumah Sakit di rumah sakit, baik
diminta maupun tidak diminta.

10
2. Secara khusus Komite Etik memiliki tugas, wewenang dan
tanggung jawab:
a. Melakukan pembinaan karyawan secara komprehensif dan
berkesinambungan, agar setiap orang menghayati dan
mengamalkan KODE ETIK sesuai dengan peran dan
tanggung jawab masing-masing di rumah sakit. Pembinaan
ini merupakan upaya preventif, persuasif, edukatif dan korektif
terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau
pelanggaran KODE ETIK. Pembinaan dapat dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan, diskusi kasus dan seminar.
b. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan terhadap setiap
kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh direktur atau pemilik
rumah sakit
c. Membuat pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan di
rumah sakit yang terkait dengan etika rumah sakit.
d. Menangani masalah-masalah etik dan disiplin yang muncul di
dalam rumah sakit
e. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan etik dan
d i s i p l i n kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
f. Membantu menyelesaikan perselisihan/sengketa medik yang
terjadi di lingkungan rumah sakit.
g. Menyelenggarakan pelbagai kegiatan lain yang
dipandang dapat membantu terwujudnya kode etik rumah
sakit.

3. Dalam melaksanakan tugasnya Komite Etik wajib menerapkan


prinsip kerjasama, koordinasi dan sinkronisasi dengan Komite
Medik serta struktur lain di rumah sakit sesuai dengan tugas
masing-masing.

4. Pimpinan dan anggota Komite Etik wajib mematuhi peraturan


rumah sakit dan bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit
serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.

11
5. Komite Etik dapat meminta saran, pendapat atau nasehat dari
MAKERSI Daerah bila menghadapi kesulitan.

6. Komite Etik wajib memberikan laporan kepada MAKERSI


Daerah mengenai pelaksanaan KODE ETIK di rumah sakit ,
minimal sekali setahun.

7. Komite Etik wajib melaporkan masalah etik yang serius atau


tidak mampu ditangani sendiri ke MAKERSI Daerah.

C. TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ETIK


1. Pengaduan pelanggaran etik dapat berasal dari :
a. Intern : Unit Kerja .
b. Eksternal : Perorangan/Pasien.
2. Penanganan Pelanggaran Etik:
a. Pengaduan ditujukan langsung kepada Direktur Rumah
Sakit atau Komite Etik Rumah Sakit;
b. Apabila pengaduan langsung kepada Direktur Rumah Sakit,
maka Direktur Rumah Sakit meneruskan masalah tersebut
kepada Komite Etik dan Rumah Sakit.
c. Komite Etik melakukan penyelidikan terhadap masalah
tersebut dengan mengumpulkan informasi, menghubungi
unit kerja ataupun mereka-mereka yang berhubungan
dengan masalah.
d. Apabila pelanggaran ini merupakan pelanggaran murni etik
profesi maka Komite Etik dapat mengkonsultasikan kepada
Ikatan Profesi yang bersangkutan.
e. Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam
sidang Komite Etik dan Disiplin;
f. Hasil sidang memberikan pertimbangan kepada Direktur
dalam memecahkan masalah;

12
g. Dalam keadaan tertentu penanganan pelanggaran etik dapat
diselesaikan oleh nit kerja secara berjenjang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

D. Rapat-rapat
Rapat KERS terdiri dari :
1. Rapat Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 4 kali setahun,
membicarakan pelaksanaan program kerja dan masalah- masalah
yang baru timbul.
2. Rapat Insidentil diadakan menurut kebutuhan.

E. Sumber Keuangan

Sumber keuangan Komite Etik berasal dari anggaran BLUD


RUD dr R Soetrasno.

13
BAB IV

PENUTUP

Dengan demikian diharapkan KODE ETIK dapat dilaksanakan dengan


baik di rumah sakit.

14

Anda mungkin juga menyukai