Anda di halaman 1dari 18

BAB II

SISTEM KOMUNIKASI SELULER

2.1 Arsitektur Sistem

Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

Communication) dapat dilihat pada Gambar 2.1. Seorang pengguna memakai

perangkat telekomunikasi yang kemudian disebut sebagai Mobile Station (MS),

dimana MS berkomunikasi melalui udara dengan sebuah base station yang

kemudian disebut Base Tranceiver Station (BTS) dalam GSM. Sebuah BTS terdiri

dari perangkat transmitter dan receiver seperti antena, amplifier dan komponen

lainnya yang berhubungan dengan sinyal dan pengolahan protokol. Sebagai

contohnya, kode proteksi kesalahan (error protection coding) dilakukan di BTS,

dan protokol level link untuk pensinyalan pada jalur radio diputuskan disini.

Gambar 2.1 Arsitektur Sistem GSM[1]

1
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjaga agar ukuran BTS tidak terlalu besar maka bagian kontrol

yang penting dilakukan oleh Base Station Controller (BSC). Sebuah BSC terdiri

dari fungsi kontrol untuk kanal radio, pengaturan kanal dan pengaturan handover.

Umumnya beberapa BTS dikontrol oleh sebuah BSC. Pada prakteknya, BTS dan

BSC dikoneksikan melalui hubungan kabel langsung (fixed lines) ataupun

hubungan radio point-to-point. BTS dan BSC bersama-sama membentuk Radio

Access Network (RAN).

Kumpulan trafik dari pengguna dirutekan melalui sebuah switch, yang

disebut juga Mobile Switching Center (MSC). Pada MSC dilakukan pencarian

jalur, pengolahan data dan segala fungsi switching dari sebuah node switching

pada sebuah jaringan telepon tetap seperti pada jaringan Integrated Services

Digital Network (ISDN). Perbedaan utama ISDN dan MSC adalah pada MSC

harus diperhitungkan alokasi dan administrasi dari kanal radio dan mobilitas dari

pengguna. Selain itu, sebuah MSC harus menyediakan fungsi tambahan untuk

registrasi lokasi pengguna dan handover dari sebuah koneksi apabila pengguna

bergerak dari sel yang satu ke sel lainnya.

Sebuah jaringan seluler dapat memiliki beberapa MSC dengan setiap MSC

bertanggung jawab sebagai sebuah bagian dari jaringan contohnya di perkotaan

atau daerah metropolitan yang mempunyai trafik padat. Panggilan yang berasal

dari jaringan telepon lokal akan ditangani oleh Gateway MSC (GMSC). Bagian

yang mengatur hubungan antara jaringan telepon lokal (PSTN) dengan jaringan

seluler (ISDN) adalah Interworking Function (IWF) dimana pada bagian ini

dilakukan pemetaan protokol dari jaringan seluler dengan jaringan telepon lokal.

2
Universitas Sumatera Utara
Sambungan antara MS dengan jaringan internasional dilakukan oleh International

Switching Center (ISC) dengan negara yang akan dihubungkan.[1]

Sebuah jaringan GSM juga memiliki beberapa jenis database. Home

Location Register (HLR) dan Visitor Location Register (VLR) menyimpan lokasi

terkini dari sebuah MS. Ini diperlukan karena jaringan harus mengetahui dimana

posisi sel yang digunakan oleh pengguna untuk membangun panggilan ke BTS

yang tepat. Sebagai tambahan, register ini menyimpan profil dari pengguna, yang

kemudian digunakan untuk keperluan administrasi dan pencatatan biaya

penggunaan dari jaringan. Database lainnya berfungsi untuk tujuan keamanan

seperti Authentication Center (AUC) yang menyimpan data yang berhubungan

dengan keamanan seperti kunci yang digunakan untuk enkripsi dan autentikasi;

Equipment Identity Register (EIR) menyimpan data peralatan.

Pengelolaan dan manajemen dari jaringan dilakukan di suatu tempat di

pusat yang disebut sebagai Operation and Maintenance Center (OMC). Fungsi

dari OMC adalah sebagai administrasi dari pengguna, terminal, data pembayaran,

konfigurasi jaringan, operasi, pengawasan performa dan pemeliharaan jaringan.

Bagian OMC bekerja berdasarkan konsep dari Telecommunication Management

Network (TMN) yang distandarisasi oleh ITU-T seri M.30.

Sebuah jaringan GSM dapat dibagi menjadi tiga subjaringan yaitu: Radio

Access Network, Core Network dan Management Network ketiga subjaringan ini

biasa disebut subsistem dalam jaringan GSM. Ketiga subsistem ini disebut juga

Base Station Subsystem (BSS), Network Switching Subsystem (NSS) dan

Operation and Maintenance Subsystem (OMSS).[1]

3
Universitas Sumatera Utara
2.2 Prinsip Seluler

Karena keterbatasan band frekuensi yang bisa digunakan, jaringan radio

hanya mempunyai sedikit kanal yang tersedia. Sebagai contohnya, sistem GSM

mempunyai alokasi bandwidth sebesar 25 Mhz pada jangkauan 900 Mhz, dimana

kanal maksimum yang dapat dipergunakan hanya 125 kanal dengan bandwidth

tiap kanal 200 khz. Dengan delapan kali multipleks dapat disediakan 1000 kanal

yang kemudian dikurangi dengan kanal kontrol pada spektrum frekuensi dan

overhead yang terjadi pada saat signalling. Untuk melayani ratusan bahkan ribuan

pengguna maka harus digunakanlah pembagian frekuensi atau biasa disebut

dengan frequency reuse. Penggunaan dari frequency reuse telah membuat

perkembangan yang signifikan pada nilai ekonomis dari frekuensi. Karakteristik

dari jaringan seluler dapat dijelaskan sebagai berikut[1] :

a. Area yang dilayani oleh sebuah BTS dibagi menjadi sel. Sel ini biasanya

dimodelkan dalam bentuk segi-enam (heksagonal) dengan BTS terdapat

tepat di tengah dari setiap sel.

b. Dua sel yang saling bersebelahan tidak boleh menggunakan frekuensi

yang sama karena dapat menyebabkan co-channel interference.

c. Hanya pada jarak D (jarak frequency reuse yang diperbolehkan) frekuensi

yang sama boleh dipergunakan, seperti pada Gambar 2.2. Ketika

merancang sistem jaringan radio, jarak D harus diperhitungkan agak besar

supaya co-channel interference tidak mengganggu kualitas percakapan.

4
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Model dari jaringan seluler dengan penggunaan frequency reuse[1]

d. Ketika pengguna yang sedang melakukan percakapan bergerak dari satu

sel ke sel lainnya, akan terjadi pergantian frekuensi secara otomatis atau

biasa disebut dengan handover dan akan tetap menjaga koneksi

percakapan.

2.2.1 Rasio Carrier-to-Interference

Kualitas sinyal dari suatu koneksi dihitung dengan membandingkan daya

sinyal yang diterima dengan daya interferensi yang diterima karena co-channel

dan dirumuskan dengan rasio Carrier-to-Interference (CIR atau C/I) pada

persamaan 2.1 [1]:

(2.1)

5
Universitas Sumatera Utara
Intensitas dari interferensi sangat bergantung pada jarak D dari frequency

reuse. Dari sudut pandang MS, interferensi co-channel diakibatkan karena BTS

yang berada pada jarak D dari BTS yang sedang melayaninya. Pada keadaan

terburuk untuk level CIR, sebuah MS sedang berada pada jarak R yang

merupakan ujung dari suatu area cakupan dari sebuah BTS dan diasumsikan enam

dari sel yang bersebelahan mentransmisikan daya yang sama, dapat dilihat pada

persamaan 2.2 :

(2.2)

Dengan daya yang dikirim adalah sama kita dapatkan kondisi terburuk dari

CIR dengan fungsi jari-jari sel yaitu R, maka pada persamaan 2.3 jarak reuse D

dan eksponen attenuasi adalah:

(2.3)

Nilai dari CIR sangat bergantung pada rasio R/D. Dengan syarat ini untuk

merancang suatu jaringan seluler, haruslah diperhitungkan jarak minimum untuk

frequency reuse agar interferensi akibat co-channel dapat tetap berada di batas

ambang.[1]

2.2.2 Formasi cluster

Sebuah cluster adalah kumpulan dari sel dimana sel-sel dalam satu cluster

tidak boleh menggunakan frekuensi yang sama dan sel yang berada di cluster

yang lain bisa menggunakan kembali frekuensi tersebut. Ukuran dari suatu cluster

dikarakteristik dengan jumlah sel dalam setiap cluster atau dinotasikan dengan k,

yang menentukan jarak frequency reuse D, ketika jari-jari dari sel diberikan R.

6
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 menunjukkan contoh dari cluster dan penggunaan frequency reuse

dari setiap cluster. [1]

Gambar 2.3 Formasi cluster dan frequency reuse[1]

Karakteristik dari setiap cluster :

a. Sebuah cluster dapat berisi semua frekuensi yang terdapat dalam sistem

komunikasi radio.

b. Dalam sebuah cluster tidak boleh digunakan frekuensi yang sama dalam

setiap selnya.

c. Semakin besar ukuran sebuah cluster, maka jarak frequency reuse dan

nilai CIR juga akan semakin besar dan semakin banyak nilai k, maka

jumlah kanal yang tersedia akan semakin sedikit dan jumlah pengguna

yang dapat dilayani di setiap sel akan berkurang.

Rumus jarak frequency reuse D dapat diperoleh dari persamaan 2.4

dengan model segi-enam dan bergantung pada nilai k dan jari-jari dari sel :

(2.4)

7
Universitas Sumatera Utara
Nilai CIR dapat diperoleh sebagai persamaan 2.5:

(2.5)

Dengan hasil tersebut, kita dapat menentukan ukuran cluster yang

optimum dengan memasukkan nilai (C/I) yang minimum dengan rumus pada

persamaan 2.6:

(2.6)

Berdasarkan pada data perhitungan yang ada, kualitas percakapan yang

bagus mempunyai nilai . Dengan mengasumsikan koefisien

propagasinya maka ukuran cluster minimumnya dapat diperoleh pada

persamaan 2.7 dan 2.8:

(2.7)

(2.8)

Model seluler yang dibahas sejauh ini sangat ideal untuk analisis dan

ilustrasi, akan tetapi pada kenyataanya sel bukanlah berupa lingkaran maupun

segi-enam melainkan merupakan bentuk tak beraturan karena kondisi dari

propagasi yang sangat acak. Pada Gambar 2.4 dapat dilihat gambaran nyata dari

suatu jaringan dan dapat dilihat pembagian dari kanal yang dialokasikan beserta

frequency reuse. Perbedaan ukuran dari tiap sel bergantung pada area dari sel itu

sendiri apakah merupakan daerah perkotaan, pinggiran ataupun jalur lintas. [1]

8
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Gambaran nyata dari sel[1]

2.3 Parameter Propagasi Sinyal

Gelombang elektromagnetik dari sinyal radio merambat dengan kondisi

ideal di ruang bebas dengan pola radial simetris. Daya yang diterima

berbanding terbalik dengan pangkat dua dari jarak dari pemancar. Secara

spesifik, daya yang diterima dapat dijabarkan dalam model ruang bebas sebagai

fungsi dari daya yang dipancarkan, jarak dan panjang gelombang dari sinyal

radio sebagai persamaan 2.9 [1]:

(2.9)

dimana dan adalah gain pemancar dan penerima. Rumus 2.9 belum

memasukkan efek terrestrial dari perambatan radio seperti sinyal yang

terhamburkan dan terpantulkan karena halangan seperti bangunan, gunung,

pepohonan, dan permukaan air. Pada sisi penerima, sinyal yang diterima

merupakan gabungan dari sinyal langsung dipancarkan dari sumber ataupun

9
Universitas Sumatera Utara
sinyal yang dipantulkan dan kemudian dapat ditulis pada persamaan 2.10

merupakan fungsi linier dari dan gabungan dari gain kanal :

(2.10)

Gain kanal dapat dibagi menjadi 3 komponen seperti pada persamaan 2.11 :

(2.11)

dimana setiap komponen merupakan faktor utama dari parameter propagasi.

a. Gain berdasarkan jarak (path gain) : Komponen ini biasanya

dimodelkan sebagai fungsi deterministik dari jarak antara pemancar dan

penerima. memberikan nilai rata-rata yang diterima pada jarak

dari pengirim (jika diasumsikan . Model umum dari path gain

dapat dituliskan sebagai persamaan 2.12 :

(2.12)

Dimana adalah jarak referensi dan adalah eksponen attenuasi,

tergantung pada lingkungan propagasi. Nilai biasanya diantara 3 dan 5.

b. Gain karena efek shadowing ( shadowing gain )( ) : Shadowing

merupakan efek fluktuasi dari daya yang diterima di nilai rata-ratanya, ini

terjadi karena adanya halangan seperti bangunan maupun pepohonan.

Besar tidaknya pengaruh dari efek shadowing sangat bergantung pada

jumlah dan jenis dari halangan diantara pemancar dan penerima.

Perubahan nilai dari shadowing terjadi dalam satuan meter, seperti

contohnya ketika pengguna berbelok dari suatu persimpangan ketika

sedang melakukan panggilan. Untuk melakukan pengukuran data, model

yang paling sering digunakan untuk memodelkan efek shadowing adalah

10
Universitas Sumatera Utara
dengan model statistik, menjabarkan gain shadowing ( ) sebagai variabel

acak terdistribusi log-normal. Untuk itu, gain shadowing dalam satuan

desibel didistribusikan dengan distribusi Gaussian seperti pada persamaan

2.13 :

(2.13)

Standar deviasi menentukan seberapa besar pengaruh shadowing dan

bergantung pada lingkungan yang akan dimodelkan. Berdasarkan data

pengukuran, nilai yang umum untuk adalah diantara 5 sampai 10 dB.

c. Gain karena efek multipath fading( : Sumber lain yang menyebabkan

fluktuasi daya yang diterima di sekitar nilai rata-ratanya diakibatkan oleh

multipath fading. Pada lingkungan perkotaan, biasanya sinyal yang

diterima berasal dari sinyal yang diterima dari beberapa jalur propagasi.

Gabungan dari sinyal-sinyal yang diterima dari jalur propagasi yang

berbeda-beda tersebut mengakibatkan timbulnya medan gelombang

disekitar penerima. Panjang gelombang dari kuat sinyal yang diterima di

medan gelombang ini berubah tergantung pada tempat-tempat dimana

superposisi dari sinyal destruktif dan konstruktif terjadi. Hasil dari variasi

sinyal yang diterima dimodelkan oleh variabel acak yaitu pada

persamaan 2.14 :

(2.14)

Distribusi dari variabel acak bergantung pada lingkungan propagasi. Jika

tidak ada hubungan line of sight antar pemancar dan penerima, maka

diasumsikan terdistribusi Rayleigh.

11
Universitas Sumatera Utara
2.4 Handover

Keleluasaan untuk melakukan dan menerima panggilan dimanapun dan

kapan pun telah menciptakan sebuah dimensi baru dalam sistem komunikasi

wireless dimana pengguna dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain ketika

sedang melakukan panggilan. Handover adalah bagian terpenting yang mendasari

mobilitas dari pengguna.[6]

Handover adalah proses memutuskan suatu koneksi yang lama dan

menggantikannya dengan koneksi yang baru dimana pengguna itu berada yang

kemudian disebut sebagai sel tujuan. Umumnya handover dilakukan ketika

kualitas sinyal yang diterima mobile daribase station berkurang di bawah batas

tertentu.

Dari informasi mengenai kualitas sinyal radio yang diperoleh, dapat

ditentukan kapan handover diperlukan ke sel lainnya. Pengetahuan mengenai

alokasi ketersediaan sinyal radio pada sel tujuan dan pelepasan kanal yang tepat

setelah handover selesai dilakukan sangatlah mendukung tingkat keberhasilan dari

suatu handover.

Ketika jaringan tidak berhasi membangun koneksi dengan sel tujuan maka

handover tersebut dinyatakan gagal. Kegagalan handover terjadi ketika tidak ada

ketersediaan kanal baru di sel tujuan atau terjadinya dropped call. Dropped call

terjadi ketika kualitas sinyal radio telah jatuh dibawah batas tertentu sebelum

berhasil tersambung dengan sel tujuan dan sering terjadi pada sistem GSM.

12
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Jenis Handover

Ada beberapa jenis handover yaitu hard handover, soft handover dan

softer handover. Proses handover dimulai ketika MS mendeteksi sinyal pilot yang

secara signifikan lebih kuat dibandingkan dengan kanal trafik forward lain yang

ditujukan kepadanya. MS tersebut akan mengirimkan pesan pilot measurement ke

base station kandidat dengan sinyal terkuat sekaligus menginstruksikan untuk

memulai proses handover. Cell tersebut akan mengirimkan pesan handover

direction ke MS, mengarahkan untuk melakukan handover. Setelah mengeksekusi

pesan handover tersebut, MS akan mengirimkan pesan handover completion pada

kanal trafik yang baru. Perbedaan dari masing-masing jenis handover [6]:

a. Hard Handover

Hard handover terjadi pada dua frekuensi yang berbeda. Pada hard handover ini,

terjadi proses “break before make” yang berarti hubungan mobile station dengan

base station yang lama harus diputuskan terlebih dahulu sebelum membangun

hubungan kembali dengan base station yang baru. Hard handover dapat

dilakukan pada sistem komunikasi analog, sistem FDMA (Frequency Division

Multiple Access), sistem TDMA (Time Division Multiple Access), dan sistem

OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access).

b. Soft Handover

Pada soft handover terjadi proses “make before break” yang berarti mobile

station harus membangun hubungan dengan base station yang baru terlebih

dahulu sebelum memutuskan hubungan dengan base station yang lama. Soft

handover dapat dilakukan pada sistem CDMA (Code Division Multiple Access)

13
Universitas Sumatera Utara
karena handover pada sistem CDMA terjadi antara dua code channel yang

berbeda bukan dua frekuensi yang berbeda.

c. Softer Handover

Softer Handover hanya terjadi di antar sektor pada base station yang melayani

mobile station. Softer handover merupakan proses “make before break”

menggunakan perbedaan dua code channel.

2.4.2 Keputusan Handover

Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi suatu mobile yang sedang

melakukan panggilan bergerak menjauhi base station yang sedang melayaninya.

Begitu mobile bergerak menuju batas terluar dari area cakupan yang dilayani base

station maka kualitas dan kuat sinyal yang diterima oleh mobile akan menurun.

Pada saat yang sama, ketika mobile berada di batas terluar dari cell, mobile

tersebut menerima sinyal yang lebih kuat dari base station di sekitarnya. Pada

tahap ini kontrol dari mobile akan dialihkan ke base station baru, peristiwa ini

disebut juga handover. Terdapat beberapa jenis keputusan handover dalam sistem

seluler yaitu[3]:

1. Network Controlled Handover (NCHO)

NCHO digunakan pada generasi pertama sistem seluler seperti Advanced

Mobile Phone System (AMPS) dimana pusat switching mobile bertanggung jawab

terhadap seluruh keputusan handover. Pada NCHO, jaringan melayani

pengukuran kuat sinyal yang diperlukan dan pelaksanaan handover sangat

bergantung pada padatnya trafik.

14
Universitas Sumatera Utara
2. Mobile Assisted Handover (MAHO)

Pada NCHO beban dari jaringan akan sangat berat karena jaringan

menangani seluruh keputusan handover sendiri. Untuk mengurani beban pada

jaringan, pada sistem MAHO mobile bertanggung jawab untuk melakuan

pengukuran kuat sinyal yang diterima dan mengirimkannya kepada base station.

Dengan berdasarkan pada pengukuran yang diterima, base station atau

MSC(Mobile Switching Center) akan memutuskan apakah handover akan

dilakukan atau tidak. Sistem MAHO digunakan pada sistem GSM ( Global System

for Mobile Communication). Pelaksanaan handover akan berlangsung selama satu

detik.

3. Mobile Controlled Handover (MCHO)

Pada sistem MCHO, peran dari mobile diperbanyak dengan memberikan

fungsi kontrol pada mobile. Mobile dan base station bersama-sama melakukan

pengukuran dan base station akan mengirimkan hasil pengukuran kepada mobile.

Kemudian mobile akan memutuskan kapan dilakukan handover berdasarkan

informasi yang diterima dari base station. Sistem MCHO digunakan pada DECT

(Digital European Cordless Telephone) dengan lama pelaksanaan handover

selama 100-500 milisekon.

2.4.3 Jenis-jenis Algoritma Hard Handover

Hard handover terjadi ketika koneksi dengan BS yang lama terputus

sebelum koneksi dengan BS yang baru dibangun. Sinyal yang diterima dapat

dirata-ratakan untuk menghilangkan fluktuasi yang cepat dari multipath alami

pada lingkungan propagasi radio. Gambar 3.1 menunjukkan sebuah MS bergerak

15
Universitas Sumatera Utara
dari base station yang lama (BS1) ke base station yang baru (BS2) dan melewati

base station yang berada di antara BS1 dan BS2. Kuat sinyal rata-rata dari BS1

menurun ketika MS menjauh dari BS1. Kuat sinyal rata-rata dari BS2 meningkat

ketika MS mendekati BS2. Sedangkan kuat sinyal rata-rata dari BS3 meningkat

pada pertengahan dari jalur yang dilalui oleh MS. Melalui Gambar 2.5 , beberapa

pendekatan akan dijelaskan sebagai berikut[10] :

a. Relative signal strength, selalu memilih sinyal terkuat yang diterima dari

BS. Keputusan berdasarkan pada rata-rata pengukuran sinyal terima. Pada

Gambar 2.5, handover akan terjadi pada posisi A. Karena adanya fluktuasi

sinyal yang diterima maka metode ini terlihat menimbulkan terlalu banyak

handover yang tidak penting ketika sinyal dari BS sekarang masih

memadai. Handover yang tidak perlu ini disebut juga sebagai efek ping-

pong yang membuat beban dan biaya dari trafik bertambah.

b. Relative signal strength dengan threshold, membolehkan user untuk

handover hanya jika sinyal BS sekarang cukup lemah (kurang dari

threshold) dan sinyal dari BS lain lebih kuat dari sinyal BS sekarang. Jika

threshold lebih rendah dari nilai T2 pada Gambar 2.5, MS akan menunda

handover sampai kuat sinyal sekarang melewati threshold pada posisi B.

Pada kasus T2, penundaan mungkin cukup lama karena MS bergerak jauh

ke dalam sel baru. Hal ini mengurangi kualitas link komunikasi dan dapat

mengakibatkan drop call. Selain itu, hal ini menyebabkan interferensi

tambahan kepada co-channel user. Sehingga skema ini dapat

menimbulkan area cakupan sel yang tumpang tindih.

16
Universitas Sumatera Utara
c. Relative signal strength dengan hysteresis, membolehkan user untuk

handover hanya jika BS baru cukup lebih kuat daripada BS sekarang

sebesar nilai hysteresis yang sudah ditetapkan. Pada kasus ini, apabila MS

saat ini dikelola oleh BS1 maka handover akan terjadi pada titik C dan

apabila MS dikelola oleh BS3 maka handover akan terjadi pada titik E.

Teknik ini mencegah “efek ping-pong”, yaitu handover yang terjadi

berulang kali di antara base station akibat fluktuasi yang cepat pada kuat

sinyal terima dari base station yang ada.

d. Relative signal strength dengan hysteresis dan threshold, meng-

handoverkan user ke BS baru hanya jika kuat sinyal sekarang jatuh / turun

di bawah threshold dan BS target lebih kuat daripada BS sekarang dengan

hysteresis margin yang diberikan. Pada Gambar 2.5, handover akan terjadi

pada titik D jika threshold yang digunakan T2.

Kuat
Sinyal
Pilot (dB)

Hysteresis

T1
T2

Jarak
A B C D E

Gambar 2.5 Pergerakan MS dari BS1 ke BS2 melewati BS3

17
Universitas Sumatera Utara
e. Teknik prediksi, keputusan handover berdasarkan pada perkiraan nilai

kuat sinyal terima untuk waktu berikutnya. Sebuah teknik yang telah

diusulkan dan disimulasikan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik,

pada pengurangan jumlah handover yang tidak penting, daripada metode

relative signal strength baik dengan atau tanpa hysteresis dan threshold.

f. Penggunaan pendekatan nonstandard untuk mekanisme handover seperti

neural network, fuzzy logic, uji hypotesis, dynamic programming dan

lain-lain.

Pada Tugas Akhir ini, akan dibahas tiga pendekatan nonstandard yaitu

Suboptimal Signal Degradation Handover (SDH), Suboptimal Delay Handover

(DH) dan Suboptimal Delay Handover Signal Degradation (DHSD).

18
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai