Yuni Rindiantika
FKIP Universitas Kutai Kartanegara
1. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang
secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar
sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam pendidikan, media diartikan sebagai
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional
di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Pengertian media
menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: 1) AECT: media sebagai bentuk
dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi; 2) Gagne:
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang untuk belajar; 3) Briggs: media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Agak berbeda dari pendapat-pendapat di atas, pengertian yang dikemukakan
oleh Nasional Education Association (NEA). Dikatakan bahwa media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatnnya.
Apapun pengertian media yang diberikan, ada persamaan-persamaan yang
dapat dikombinasikan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan inat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar dapat terjadi.
2. Fungsi Media
Media dapat digunakan untuk mengatasi rasa kebosanan siswa: jika siswa
tertarik dengan apa yang mereka kerjakan, mereka akan mengamati proses belajar
mengajar dan memahami materi yang diberikan (Ur, 1988). Hal senada
diungkapkan oleh DePorter dan Hernacki (2000) yang mengatakan bahwa media
visual/alat peraga dapat menciptakan lingkungan yang optimal, baik secara fisik
maupun mental, hal yang penting adalah bahwa media mampu mendorong siswa
untuk berbicara, menulis dan dengan menggunakan media proses belajar mengajar
dan hubungan antara guru-siswa akan terjalin lebih efektif.
Menurut Sukartiwi (1996) ada beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan
menggunakan media, yaitu: a) meningkatkan motivasi siswa, b) mencegah
kebosanan siswa dalam mengikuti sustu proses belajar mengajar, c) menjadikan
proses belajar mengajar berjalan lebih sistematis, d) memudahkan siswa memahami
instruksi guru dalam proses belajar mengajar, dan e) memperkuat pemahaman siswa
pada konteks peljaran yang diharapkan. Dalam Sydney Micro Skill, media
pembelajaran berfungsi untuk: a) membangkitkan dan menjaga ketertarikan siswa,
b) merangsang otak siswa untuk berfikir dengan landasan yang konkrit, c)
mendapatkan tingkat pemahaman yang tinggi secara efisien dan tingkat permanensi
dalam pembelajaran.
3. Jenis Media
Media pembelajaran secara arbiter dapat dikategorikan dalam lima kategori
sebagai berikut:
a. Media visual: gambar, sketches, ilustrasi, pola, diagram, foto, film, film strip,
slide, chart, graphs (pictorial, lingkaran, balok, garis), drawings, lukisan,
buletin, koran, majalah, poster, periodical, buku (teks, referensi,
4. Pemilihan Media
Sebenarnya dasar pertimbangan untuk memilih media sangatlah sederhana,
yaitu apakah media itu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang
diinginkan atau tidak. Dalam bahasa yang lebih tegas Mc. Connel mengatakan: “if
the medium fits, use it” bila media itu sesuai pakailah (Sadiman, 2002).
Pertanyaannya adalah apa ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut. Jawaban
atas pertanyaan itu tidaklah mudah. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan,
misalnya: tujuan instruksional atau capaian pembelajaran yang ingin dicapai,
karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang dinginkan (audio,
visual, gerak, dst), keadaan latar ataulingkungan, kondisi setempat dan luasnya
jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus
diterjemahkan dalam keputusan pemilihan media.
Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang
dingin dicapai atau capain pembelajaran, kondisi atau keterbatasan yang ada dengan
mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang
bersangkutan.
Elly dalam Sadiman (2002) menyarankan bahwa pemilihan media seyogiyanya
tidak terlepas dari konteksnya karena media merupakan komponen dari istem
instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah
diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar,
organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya
juga perlu dipertimbangkan. Sebagai pendekatan praktis disarankan untuk
mempertimbangkan media apa saja yang ada, berapa harganya, seberapa lama
diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apa yang memenuhi selera
pemakainya (siswa dan guru).
Dick dan Carey dalam Sadiman (2000) menyebutkan bahwa di samping
kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor
lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: pertama,
ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat
pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah
apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga atau
fasilitas. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan
ketahanan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya bisa
digunakan dimana pun dengan peralatan yang ada di sekitanrnya dan kapan pun
serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Faktor yang terakhir adalah efektifikas
biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
Banyaknya pilihan media yang dapat digunakan membuat pengguna media
lebih bebas berkreasi untuk menunjang keberhasilan proses belajar nengajar sesuai
dengan topik bahasan. Allen dalam Suparman (1997) memberikan saran dalam
memilih media yang sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dilakukan. Secara
ringkas, saran tersebut tertuang dalam tabel berikut:
Macam Belajar
Jenis Media Belajar Menyajikan Mengemban
Belajar Belajar
Instruksional konsep, Belajar keterampilan gkan sikap,
informasi pengenal
prinsip, dan prosedur persepsi opini dan
faktual an visual
aturan gerak motivasi
Gambar diam Sedang Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah
Dengan memperhatikan tabel di atas, maka dapat dipersiapkan media yang akan
digunakan dalam proses belajar mengajar tertentu sesuai dengan topik bahasan dan
tujuan pembelajaran serta capaian pembelajaran.
Penelitian yang ada tidaklah menetapkan akan adanya suatu media yang terbaik
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsekuensinya, para guru perlu
merencanakan serangkaian media yang cocok dengan topik pembelajaran dan siswa
yang sedang belajar. Tedapat banyak sekali media pembelajaran yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran dan Briggs (1997) menyarankan bahwa
penting kiranya memilih media yang cukup sederhana bagi pemahaman siswa tetapi
cukup memadai dalam menantang dan merangsang siswa untuk berfikir.
a. Penggunaan Relia
Relia merupakan benda nyata yang digunakan sebagai media pembelajaran di
dalam kelas. Sebenarnya objek nyata yang sderhana pun dapat digunakan tidak
hanya untuk pengajaran kosa kata tetapi juga dapat digunakan untuk pengajaran
gramatika dan pengembangan situasi.
Kegunaan relia antara lain: i) untuk mengajar kosa kata, ii) untuk mengajarkan
struktur baru, iii) untuk membantu siswa masuk dalam karakter tatkala berperan
dalam sebuah dialog ataupun role playing. Jika siswa berperan sebagai polisi, dia
dapat mengenakan helm seorang polisi, dan sebagainya, iv) sebagai penguatan
untuk dialog atau pun role-playing, jika ceritanya terjadi di sebuah toko; banyak
relia yang bisa digunakan jika uang atau objek nyata itu digunakan’ v) sebagai
bantuan untuk beragam permainan. Misalnya, kita menunjukkan satu bungkusan teh
di ruang kelas, kita dapat menggunakannya:
- Untuk mengajarkan kata-kata tea dan packet (yang dapat dikontraskan
dengan kemasan yang lain, misalnya a bag of sugar, a tin of orange juice).
- Untuk mengembangkan sebuah deskripsi dari suatu proses pembuatan satu
gelas teh: first you open the packet, then you put some tea in the pot... (guru
dapat juga membawa a pot, a spoon, dan sebagainya.
- Sebagai bagian dalam sebuah shopping dialogue, menanyakan harga: how
much is a packet of tea? ‘750 rupiahs, dan sebagainya.
- Untuk mengembangkan imaginative dialogue, praktek meminjaam,
misalnya:
A : Could you lend me some tea?
B : Yes, of course. What do you want it for?
A : My relatives have come to visit me?
Relia juga dapat digunakan dalam permainan Kim’s Game. Permainan ini
merupakan game yang sangat luwes untuk bisa dipakai mengajar berbagai
gramatika. Prinsip dasarnya adalah guru memajangkan beberapa relia yang harus
dicermati oleh siswa selama satu atau dua menit. Apa yang ditunjukkan kemudian
disembunyikan dari penglihatan para siswa, dan para siswa diminta untuk meningat
apa-apa yang telah dilihatnya.
Misalnya untuk mengajar there was/there were. Guru memperlihatkan sepuluh
atau beberapa objek di atas meja selama satu atau dua menit dan kemudian
menutupnya dengan kain – para siswa harus mengingat apa saja yang telah
dilihatnya.
4) Apakah merupakan ide yang baik bila Anda menulis dengan huruf
bersambung?
5) Cobalah warna kapur yang berbeda pada papan tulis dan bandingkan mana
yang tampak lebih bagus?
6) Beberapa warna ada yang tidak dapat dilihat dengan sangat jelas. Warna
apa sajakah itu?
7) Ketika mendikte, apakah merupakan suatu ide yang bagus untuk menulis
materi dikte itu di papan tulis sebelum pelajaran dan menutupnya dengan
kain ataupun kerta, lalu dibuka pada saat diperlukan. Dalam kondisi seperti
ini apakah menutupi papan tulis itu bermanfaat?
Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa? Ketika anda serius menyalin materi
yang panjang di papan tulis, maka dengan mudah anda dapat menoleh ke belakang
dan melihat perhatian siswa yang sedang memelototi bagian demi bagian. Hal ini
lebih-lebih terjadi ketika Anda menggambar sesuatu di papan tulis secara rinci.
Terdapat beberapa cara untuk melibatkan perhatian siswa sepenuhnya:
1) Berbicara dengan siswa tatkala Anda sedang menulis dan sering-sering
menoleh ke belakang untuk menatap mereka.
2) Tanyalah para siswa tentang apa yang perlu ditulis sesering mungkin dan
mintalah contoh dari mereka.
3) Tanyalah mereka apa yang mereka fikir tentang kata atau gambar yang
sedang dibuat.
4) Mintalah mereka untuk melafalkan begitu Anda selesai menulis.
5) Tanyalah mereka bagaimana melafalkan kata-kata sulit yang ada di papan
tulis.
6) Ketika menulis usahakan untuk berdiri di sisi kanan papan tulis tatkala para
siswa melihatnya. Hal ini memiliki keuntungan agar memungkinkan Anda
untuk menulis secara lurus.
Bagaimana merencanakan penggunaan papan tulis? Banyak pekerjaan yang
acak-acakan dan tidak rapi yang bisa dihindari pada papan tulis jika pekerjaan itu
direncanakan di awal dan memasukannya sebagai bagian dari rencana pengajaran.
Idealnya papan tulis dapat dibagi-bagi menjadi beberapa area. Terdapat beragam
cara untuk membaginya, tetapi yang terbaik adalah dengan menyimpan satu bagian
yang tidak dilihat sebelumnya. Slah satu cara untuk membagi papan tulis adalag
dengan model H yang secara efektif membagi papan tulis menjadi empat bagian.
Dengan demikian sebagian dari papan tulis dapat digunakan untuk gambar, bagian
yang lain untuk tabel dan daftar, atau sebagian dapat dipakai untuk kerja yang telah
direncanakan. Meskipun telah dihapus hampir semua bagian yang ada di papan tulis
ketika telah selesai disalin siswa. Seorang guru dapat juga menggunakan sebagian
yang permanen untuk menulis kosa kata yang mungkin perlu untuk tetap
ditampilkan di papan tulis selama mungkin. Bagian yang agak permanen juga akan
bermanfaat di akhir pelajaran untuk menyegarkan ingatan siswa dari berbagai
kegiatan yang telah dilakukan dan kosa kata yang mungkin telah dilupakan.
Bagaimana dengan menggambar di papan tulis? Banyak sekali guru yang
enggan untuk mencoba tangannya menggambar di papan tulis, dengan mengatakan
bahwa mereka tidak dapat menggambar, ironisnya mereka tidak pernah mencoba.
Bagaimanapun, gambar stick sederhana bukanlah sesuatu yang amat sukar dengan
sedikit latihan setiap guru dapat belajar untuk membuat gambar sederhana.
d. Penggunaan Flashcard
Flashcard memiliki nilai lebih karena guru dapat mempersiapkannya di waktu
senggang di rumah. Dengan demikian, guru dapat membuatnya dengan lebih
menarik dan berwarna-warni Dalam pembuatannya juga meliputi hal-hal detail yang
tidak mungkin dilakukan dalam kondisi terburu-buru atau waktu yang sempit di
papan tulis. Meskipun flashcard ini mungkin digunakan dengan cara dan tujuan
yang sama dengan papan tulis, tetapi kelebihannya adalah dapat ditampilkan
seketika dan juga memiliki banyak variasi. Guru juga dapat membuat gambar bolak-
balik pada satu flashcard ketika ingin menunjukkan perbedaan penggunaan bahasa,
misalnya:
Sisi depan She usually drinks tea.
Sisi belakang But now she’s drinking champagne.
Kaji Tindak yang dilakukan oleh Nursiyani, seorang guru SMP dari Jember
menunjukkan bahwa penggunaan flashcard dengan model picture series dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Dalam kajiannya, pembelajaran
dilakukan dengan dua tahap. Pertama siswa diminta untuk membuat karangan
tentang tema yang dipilih yaitu tema tentang kebudayaan dan anak tema yang
dipilih adalah rumah tradisional. Siswa diajar seperti biasa dengan mengikuti
tahapan-tahapan yang ada dalam lesson plan dan diberi beberapa informasi tentang
rumah adat/rumah tradisional, kemudian di akhir pembelajaran siswa diminta untuk
wilayah dan orang yang jauh jaraknya. Memberikan ruang bagi pesan visual dalam
pengajaran bahasa inggris merupakan suatu hal yang menarik dan enghibur guna
meningkatkan kemampuan komunikatif para siswa. Pesan yang ada dalam film
menawarkan sebuah perubahan yang menyegarkan dalam rutinitas kegiatan kelas.
Hingga sekarang penggunaan filam dalam pengajaran bahasa Inggris masih
jarang dipakai karena para guru masih sering merasa bahwa penggunaan film
membutuhkan waktu panjang dan terlalu sulit diselenggarakan. Namun dengan
adanya penyebaran peralatan video, VCD, dan DVD ke dalam lembaga pendidikan,
penggunaan film semakin lazim. Film yang baik dapat membantu proses pendidikan
lebih bermakna, baik untuk ruang kelas maupun self-study. Tujuan akhirnya adalah
untuk meningkatkan sensivitas bagi siswa dan untuk memberi stimulus dalam
mengembangkan imajinasi dan kreativitas siswa.
Kesulitan film sebagai medium telah diakui secara umum. Film dapat
dieksploitasi dengan berbagai cara. Salah satu cara penggunaan film dalam
pembelajaran bahasa Inggris adalah dengan penyerapan ide-ide dan perluasan
wawasan para siswa. Adapun tahap-tahap penggunaan video fil sebagai media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Seleksi
Memilih film merupakan langkah yang paling penting. Proses ini sekaligus
memberikan tantangan yang paling besar. Pemilihan ini dapat didasarkan pada isi
tema untuk menguatkan dan mengkonsolidasikan topik yang ada dalam silabus
bahasa Inggris, seperti tentang olah raga, rekresai, media massa, pendidikan,
pariwisata, atau untuk mengilustrasikan fungsi-fungsi bahasa dan pola gramatikal
dalam penggunaan yang nyata. Lebih jauh, berbagai terminologi bisa didapatkan
dalam cerita detail sebagaimana dicontohkan dalam filmnya Stone yang berjudul
Wall Street tentang perbankan dan pasar modal, istilah dan aturan hukum dalam
filmny Demme yang berjudul Philadelpia, masalah pendidikan dalam filmnya
Weir berjudul Dead Poet Society dan lain sebagainya.
Pemilihan film haruslah berhati-hati, keputusan tentang pokok permasalahan
harus didasarkan pada pertimbangan kriteria yang matang karena hal ini
berkaitan dengan kompetensi linguistik dan konseptual siswa dan bisa jadi tidak
sesuai dengan keinginan dan ketertarikan siswa. Umur dan kematangan
psikologis siswa juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan film agar
terhindar dari film yang menyentuh sensitifitas siswa. Durasi film juga
merupakan aspek yang harus diperhitungkan. Film yang panjang sebenarnya
dapat digunakan, tetapi dalam perencanaan haruslah ditentukan beberapa kali sesi
pemutaran dengan pertanyaan pre-viewing dan post-viewing.
2) Eksploitasi
Isi film secara keseluruhan dapat disikusikan untuk mengecek dan
meningkatkan pemahaman umum dari sebuah cerita, dengan pertanyaan-
pertanyaan tentang setting, tokoh dan pesan-pesan yang tersurat serta tersiratnya.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah memisahkan sebuah alur yang
paling mewakili atau dialog kunci yang mencerminkan intisari dari cerita untuk
dibahas menjadi topik yang signifikan. Misalnya kita dapat membuat evaluasi
dari fil secara keseluruhan dari bagian tertentu dalam perdebatan semisal sistem
peradilan dalam filmnya Sheridan yang berjudul In the Name of the Father.
Kemungkinan lain adalah dengan memilih dua atau tiga kalimat penting dari
script dan meminta siswa untuk menganalisanya dalam kerangka plot secara
keseluruhan. Dalam filmnya Zemeckis’s yang berjudul Forrest Gump kita dapat
menganalisis ucapan Mrs. Gump: life is like a box of chocolates, you never know
what you are going to get atau ucapan Lieutenant Dan: We all have a destiny.
Semua kegiatan di atas adalah terfokus pada masalah tematik, sebenarnya
film juga memberi ruang untuk eksploitasi aspek gramatika dan fungsi bahasa,
sebutlah filmnya Newell yang berjudul Four Wedding and a Funeral
mencontohkan serangkaian fungsi seperti mengemukakan pendapat,
mengekspresikan bela sungkawa, persuasi, diskusi, berdebat dan sebagainya.
Dalam mengeksploitasi film dalam kelas, kesulitan malah bukan terletak
pada filmnya itu sendiri tetapi dalam mendesain bentuk-bentuk tugas. Dalam hal
ini guru harus menyesuaikan film dengan tingkat profisiensi dan kompetensi
konseptual siswa.
3) Kegiatan Integratif
Sebagaimana dalam seluruh aspek pembelajaran, penting kiranya untuk
mengintegrasikan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan informasi
terbaru yang didapat dari film, caranya dengan mengekstrapolasi kedua hal
tersebut. Siswa dapat diminta untuk membuat ringkasan untuk merekonstruksi
struktur makso dari cerita secara keseluruhan. Siswa juga bisa menulis ulasan
film dengan memberi pendapatnya tentang film tersebut. Salah satu tugas yang
menarik adalah membuat persamaan-persamaan dari beberapa film dengan
menggunakan kriteria objektif yang diidentifikasi oleh siswa sendiri.
Dramatisasi film menjadi suatu daya dorong, khusunya para siswa yang
memiliki jiwa petualangan. Bagi kelompok tingkat dasar dapat diminta untuk
meneliti dan menulis biografi dari pemeran utama taupun sutradaranya,
sedangkan untuk kelompok tingkat lanjut dapat melakukan investigasi masalah-
masalah seperti ekologi dan lingkungan, musik klasik, atau yang lainnya.
sebagai perangsang percakapan, dan iii) sebagai alat bantu dalam pengembangan
ranah kognitif.
Dalam memahami penggunaan komputer di ruang kelas, perlu diingat dua
istilah penting, CAI dan CALL. Computer Assisted Instruction (CAI) merupakan
istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan program komputer yang didesain
untuk pengajaran, sedangkan Computer Assisted Language Learning (CALL)
merupakan istilah yang digunakan dalam pengajaran bahasa yang dilengkapi dengan
penggunaan komputer.
Dalam menggunakan program CAI, siswa mengikuti instruksi pelajaran yang
dikeluarkan dari setiap bagian tatkala berinteraksi dengan komputer. Biasanya
digunakan untuk pengembangan keterampilan membaca dan menulis, belajar dapat
mencakup drill dan latihan-latihan praktis, lembar pemahaman wacana, game,
simulasi, dan sebagainya. Dalam perkembangannya sekarang ini, hardware terus
mengalami kemajuan dengan menghasilkan fasilitas grafik yang lebih tajam,
resolusi warna, penggunaan animasi, touch screen, tampilan video, keluaran audio,
dan multimedia. Latihan-latihan listening komprehension telah dikembangkan
dengan menggunakan sound blaster dan CD-ROM. Sebuah dialogue dapat
ditampilkan di layar (dan siswa dapat mendengarkannya), kemudian beberapa
pertanyaan yang terkait dapat dilihat di layar. Saat itu juga siswa dapat melihat
sebuah jawaban, sistem akses yang cepat dan akurat memungkinkan adanya balikan
terhadap siswa.
Pengajaran berbasis komputer dapatlah digunakan sebagai sumber daya di
kelas, bukan menggantikan keberadaan guru. Cara penggunaan dan pengemasannya
sangat beragam sesuai dengan konteks penggunaan, tingkat umur, pokok masalah
dan setting kelas. Menggunakan komputer dalam pengajaran bahasa mampu
memberikan berbagai jenis kegiatan dan potensi yang tidak terbatas. Jika Anda guru
yang meyakini bahwa pendidikan merupakan perolehan pengetahuan dalam bentuk
informasi akan mendapati bahwa banyak kemasan komputer yang bisa digunakan.
Sedangkan bila Anda guru yang menghargai nilai pembelajaran dengan cara
menemukan dan berinteraksi dengan siswa lain juga akan mendapati nahwa
berbagai kemasan berbaai komputer juga dapat digunakan untuk mendukung
pendekatan ini. Contoh-contoh penggunaan komputer berbasis CD-ROM untuk
pembelajaran bahasa Inggris yang sudah banyak beredar antara lain, internet.
Internet merupakan jaringan besar dari komputer-komputer yang saling terhubung di
seluruh dunia. Jutaan orang secara rutin menggunakan internet untuk
berkomunikasi, mengakses data base, dan tranfer file. Setiap PC dengan sebuah
modem dengan kondisi tertentu dapat dipakai untuk koneksi internet.
Jika kita mampu mengintegrasikan penggunaan internet ke dalam proses
pembelajarn bahasa Inggris berarti kita dapat mengakselerasi pembelajaran kita
dengan kemungkinan yang tidak terbatas. Penggunaan internet yang amat lazim
adalah untuk surfing, e-mail, chatting, audio-video streaming, serta messaging.
1) Surfing
Surfing adalah istilah menjelajah dunia maya yang bernama internet.
Seseorang dapat mengakses jurnal-jurnal elektronik, referensi, web pages,
streaming audio video dan sebagainya. Jika kita tidak tahu pasti alamat yang kita
tuju, maka bisa digunakan Search Engine.
Search Engine ini lazim digunakan karena dunia virtual sangatlah luas
sehingga kita perlu bantuan untuk menemukan sumber yang sesuai dengan topik
yang kita kaji. Search engine bisa diibaratkan seperti detektif yang bekerja untuk
pemakai internet. Search Engine menggunakan kata kunci untuk menemukan
situs (dokumen, file, web pages) yang dimaksudkan oleh pengguna internet.
Diantara search engine yang paling terkenal adalah yahoo.com, google.com, dan
altavista.com.
2) E-mail
E-mail merupakan aplikasi internet yang paling lazim digunakan. Guru
bahasa Inggris dapat mengintegrasikan aktivitas berbasis e-mail dalam
pembelajarannya. Misalnya, diadakan kegiatan yang memungkinkan siswa untuk
melakukan korespondensi dengan kenalan native speaker, hal ini sangat mudah
diimplementasikan tatkala para siswa memiliki akses, perangkat dan kontak
teman asing. Siswa bisa diberi tugas untuk melakukan korespondensi dengan
native speaker dan hasilnya bisa dilaporkan sebagai bahan penilaian.
Jika seseorang telah memiliki e-mail address, orang tersebut dapat
bergabung dalam komunitas yang disebut mailist yang memungkinkan sharing
berupa pengalaman, gagasan, ataupun solusi untuk masalah tertentu. Namun jika
seseorang belum memiliki e-mail address, orang tersebut bisa melakukan
registrasi di situs yang menyediakan layanan e-mail. Diantara situs penyedia e-
mail secara gratis adalah yahoomail.com.
koneksi modem yang bagus. Pada dasarnya jaringan juga mempengaruhi kualitas
kmunikasi. Pengembangan dan ketersediaan layanan broadband melalui kabel
modem dan Digital Subscriber Line (DSL) yang jauh lebih cepat dari akses
modem menjadikan audio video conferencing merupakan suatu kenyataan yang
semakin memasyarakat.
Software messaging seperti ISQ atau Internet Messanger memberikan
koneksi yang instant bagi seseorang terhadap sejumlah kontak dengan
memungkinkan pemakai untuk mengetahui kapan para kontak itu online.
Program ini memberikan fasilitas komunikasi cepat dengan menggunakan
koneksi pada seseorang secara gampang hanya mengklik nama yang tertera.
Teknologi ini juga memungkinkan siswa berpotensi untuk dapat berkomunikasi
secara langsung dengan native speaker dalam setting bahasa Inggris.
SIMPULAN
Media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Secara arbiter media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi
lima kategori, yaitu: media visual, media audio, media audio-visual, tactile media
virtual. Variasi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris
dapat meningkatkan keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca,
menulis) dan unsur-unsur bahasa seperti penguasaan kosakata, gramatika, pelafalan
atau ejaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alln, M. 1995. Teaching English with Video. New York: Longman.
Briggs, L.D. 1997. Instructional Design: Principles and Applications. New Jersey:
Englewood Cliffs.
DePorter, Bobby dan Mike Hernaki. 2000. Quantum Learning. Boston: Alyn and
Bacon.
Gage, N.L. 1997. Educational Psychology. Chicago. Rand McNally.
Sadiman, Arief. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Gramedia Persada.
Sudrajat, Didi. 2015. The Demise of Teaching English for Young Learner in Kutai
Kartanegara, Indonesia. Journal of Language and Literature, 6(4):7 – 10.
Sudrajat, Didi. 2015. Studi tentang Pengajaran bahasa Inggris di SD Kota
Tenggarong. Cendekia, jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 9(1): 13 – 24.
Sudrajat, Didi. 2017. Language Development and Acquisition in Childhood Stage:
Psycholinguistic Review. Intelegensia, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.
2(2): 1-18.
Suparman. 1997. Komponen Dasar Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ur, Penny. 1998. Grammar Practice Activities. New York: Cambride University
Press.