Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka melengkapi kurikulum yang dilaksanakan pada
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya, disini mahasiswa diwajibkan untuk menyelesaikan beberapa
praktikum yang telah ditentukan yaitu diantaranya Praktikum Mesin
Pendingin.

1.2. Batasan Masalah


Praktium ini dibatasi pada penggunaan sistem pengkondisian
udara dengan menggunakan refrigerant freon R-12 dengan menggunakan
putaran yang mana telah diatur tingkat keadaan (temperatur dan tekanan)
masing–masing input dan output masing – masing komponen dengan
meruba laju aliran volumenya, kondisi ( tingkat keadaan ) dari masing –
masing komponen tersebut merupakan sekumpulan data yang akan dicatat,
bagaimana sistem kerja, fungsi komponen serta siklus kerja dari mesin
pendingin.

1.3. Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat mengetahui siklus refrigerasui R – 12 yang aktual.
2. Mahasiswa dapat menganalisa komponen mesin pendingin secara
termodinamika.
3. Mahasiswa dapat menghitung kapasitas pendingin.
4. Mahasiswa dapat menghitung C.O.P berdasarkan siklus refregerasi.

1.4. SistematikaPenulisan
Sistematika penulisan laporan praktikum ini berdasarkan pada
bukuPanduan praktikum,data hasil praktikum serta study literatur.

-1-
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian alat pengkondisian udara


Alat pengkondisian udara merupakan seperangkat alat atau mesin
yang digunakan untuk mengkondisikan udara,dimana udara dikondisikan
pada temperatur dan kelembaban tertentu,sehingga dapat dihasilkan udara
yang bersih, segar dan nyaman.
Untuk mencapai tujuan tersebut, alat pengkondisian udara dapat
berfungsi sebagai berikut :
1.Mengatur temperatur udara
2. Mengatur sirkulasi udara
3. Mengatur kelembaban udara

2.2.Prinsip kerja mesin pengkondisian


Pada saat saklar di – ON kan, maka motor penggerak kompresor
berputar mengarakkan kompresor. Dengan demikian kompresor berputar
dan refrigerant akan dikompresikan, sehingga suhu dan tekanan naik,
refrigerant tersebut mengalir melalui pipa (Fan), karena R 12 ini mempunyai
sifat apabila didinginkan akan mencair dan apabila dipanaskan akan
menguap, maka refrigerant ini mencair. Pada kondisi tekanan dalam
kondisi tetap masih tinggi ini dapat dilihat pada grafik sistem refrigerant
kompresi uap. Untuk menghindari adanya campuran uap dan cairan yang
akan masuk ke katup ekspansi maka digunakan receiver sebagai
penyimpan cairan yang akan masuk ke katup ekspansi, jadi yang masuk ke
katup ekspansi adalah cairan jenuh. Setelah itu cairan jenuh refrigerant
akan masuk ke dalam saringan ( filter ), agar didapatkan cairan refrigerant
yang bersih dan berbeda dari partikel–partikel yang mengganggu
perubahan fase fisik refrigerant. Dari katup ekspansi tekanan refrigerant
diturunkan sehingga menjadi penurunan temperatur. Pada evaporator
temperatur yang rendah tadi dengan menggunakan kipas dihembuskan
keluar evaporator.

-2-
Dari sinilah udara dingin itu didapatkan pada pipa – pipa
evaporator karena refgerant yang mempunyai temperatur yang rendah
mendapatkan udara sekitar yang dihembuskan melalui kipas, yang
temperatur udara sekitar lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur
refrigerant kembali dengan tekanan yang rendah menuju kompresor
kembali untuk dilakukan proses kompresi.

2.3. Siklus sistem refrigerasi


Siklus yang di pakai didalam mesin pengkondisian udar adalah
siklus uap standart ( Standart Vapore Comperession Cycle).seperti pada
diagram hubungan antara tekanan dan enthalpi. Enthalp merupakan proses
dengan tekanan dan meniadakan kerja yang dilakukan terhadap bahan.
Sedangkan perubahan enthalpi merupakan jumlah kalor yang ditambahkan
atau diambil persatuan massa melalui proses tekana yang konstan.

Psia

P
3 2

4 1

h Btu/lbm
Gambar 2.1.Diagram hubungan antara tekanan dan enthalpi.

3 2
Kondensor

Kompr
Trhotel esor
valve 4 1
Evaporator

Gambar 2.2.Proses kompresi uap standard

-3-
 Proses 1 – 2 (Kompresi)
Proses kompresi dari uap jenuh menjadi uap panas lanjut sacara
reversible adiabatic reversible ( isentropic ) , proses ini terjadi pada
kompresor sehingga garis entropy konstan
 Proses 2 – 3 (Kondensasi)
Proses pengembunan atau pelapasan panas yang terjadi pada kondensor
dari panas lanjut menjadi jenuh cair . Cairan refrigerant yang bertekanan
dapat di salurkan pada katup ekspansi
 Proses 3 – 4 (Ekspansi)
Proses Ekspansi dari cairan jenuh hingga menjadi cairan dan gas. Proses
ini terjadi didalam katup ekspansi.
 Proses 4 – 1 (Evaporasi)
Proses penyerapan panas dari udara luar yang terjadi pada evaporator
digunakan oleh refrigerant untuk mengubah dari campuran cairan dan
gas menjadi uap jenuh dan tekanan konstan. Gas yang ada didalam
kompresor dikompresi mengalami hambatan terutama pada waktu
melalui katub isap dan katup buang.

◦R

T
3 2

4 1

SBtu/(lb)(◦R)
Gambar 2.3.Diagram hubungan antara temperatur dan entropi

Siklus diagram antara temperatur dan entropi diatas antara lain:


1. Pada proses 1 – 2
Kompresi adiabatic reversible dari uap jenuh menujuh tekanan
kondensor.

-4-
2 . Pada proses 2 – 3
Pelepasan kalor reversible pada tekanan konstan
menyebabkanpenurunanpanas lanjut(desuperheating)dan
pengembunan(kondensasi).
3 . Pada proses 3 - 4
Ekspansi tidak reversible pada enthalpi konstan dari cairan jenuh
menujuh tekanan evaporatorselama proses berlangsung terjadi
kenaikan entropi(proses throtle)
4. Pada proses 4 - 1
Penambahan kalor reversible pada tekanan konstan dari penguapan
menujuh uap jenuh.

2.4. Perhitungan kerja sistem refrigrasi


Untuk mengetahui karakteristik kerja sistem refrigerasi, harus
diketahui kondisi kerja sistem. Adapun karakteristik kerja sistem
tersebut, meliputi antara lain :
1. Efek Refregerasi (Re) adalah kenaikan entalpi refrigerant dalam
evaporator
Re = h 1 – h 4 ( kj / kg ).
2. Kerja kompresor adalah kerja yang diperlukan untuk
menggerakan kompresor, sehingga mengkompresikan refrigerant
sebanyak 1 kg, dimana kerja kompresor dapat dibedakan antara
lain :
(a) Kerja Kompresor Isentropis ( Teoritis ) adalah kerja yang
didapatkan secara teoritis, dimana perbedaan antara entalpi
dan masuknya refrigerant yang terjadi dalam proses.
Ws = h2s – h1 ( kj / kg )
(b) Kerja Kompresor Nyata ( W ) adalah kerja yang didapatkan
dari perbedaan enthalpi refrigerant yang masih keluar
kompresor.
W = h2 – h1 ( kj / kg )

-5-
3. Panas yang dibuang ( Hr ) adalah jumlah kalor yang dikeluarkan
oleh refrigerant dalam kondensor pada laju aliran refrigerant.
Hr = h2 – h3 ( kj / kg )
4. Total panas yang dibuang pada kondensor persatuan waktu.
Qc = mA. R (h2 – h3 ) ( Kw )
5. Kapasitas pendinginan adalah total panas yang diserap oleh
evaporator persatuan waktu.
∆h = h1 – h2Qe = mA.
∆h (Btu/h)
6. Efesiensi Isentropic adalah kerja yang diperlukan oleh satuan
kompresor adiabetik reversibel yang nyata akan lebih besar dari
kerja Isentropic ( Ws ).
ηs = Ws / W (%)
7. Karakteristik Evaporator
Dengan diketahui temperatur udara kering dan temperatur udara
basah pada ruang evaporator dan juga perbedaan tekanan udara
( ∆P ) mm H2O maka :
mA = 0,0830 ( PA.AP )1/2 ( kg / s )
Dimana : mA = Massa aliran udara ( kg / s )
PA = Density udara ( kg / s )
I/P = V = Spesifikasi volume adara ( m3 / kg )
8. Daya Kompresor
Wc = Aliran Fluida x Density Fluida ( h2 – h1 )
60
9. Koefisien Prestasi ( Coefificient Of Parformance)
COP = Qc
Wc
10. Daya Kompresi Isentropic
Ps = m. ( h2 – h1 ) ( Hp ) (Kj/Kg)Total Kompresor Nyata
P = m. ( h2 – h1 ) ( Hp ) (Kj/Kg)
11. Total panas yang dibuang evaporator
Qe = m. ( h1 – h4 ) (Kw)

-6-
12. Koefisien Prestasi Nyata
COP = Dampak Refrigerant
Kerja kompresor
13. Koefisien Prestasi Isentropic
COPs = Dampak Refrigerant
Kerja Kompresor Isentropic

Keterangan: h1 = enthalpi refrigerant masuk kompresor(Btu/lbm)


h2 = enthalpi refrigerant masuk kondensor(Btu/lbm)
h3 = enthalpi refrigerant masuk katup ekspansi(Btu/lbm)
h4 = enthalpi refrigerant masuk evaporator(Btu/lbm)
m= laju aliran massa(lb/h)
W = Kerja kompresor nyata (Btu/lb)
Ws = Kerja kompresor insetropis (Kj/Kg)
Wc = Daya kompresor (Kj/dt)
Hr = Panas yang dibuang (Kj/Kg)
Re = Efek refrigerasi (Btu/lbm)
Qe = Kapasitas pendingin/total panas yang diserap
Persatuan waktu (Btu/lbm)
Qc = Total panas yang dibuang kondensor persatuan waktu
(Kj/dt)
s s = Efisiensi insetropic (%)
COP = Koefisien prestasi nyata (Coeficient Of Parfomance)
Ps = Daya kompresi insetropic (Hp) /rpm
P = Daya kompresor nyata (Btu/h)
HRR = Ratio pelepas kalor
Ma = Massa aliran udara (Kg/s)
PA = Density udara (Kg/s)

a. Proses Kompresi
Kompresi didalam kompresi dapat dianggap adiabetik
( Isentropic ), sehingga terjadi pada garis entropi konstan. Kerja yang
dilakukan oleh kompresi adalah sama dengan kenaikkan entalpi

-7-
refrigerant antara seksi keluar dan seksi masuk kompresi. Kompersi
menghisap refrigerant dari ruang penampung uap. Didalam penampung
uap tekanan diusahakan tetap dalam keadaan uap dan temperatur
rendah.
Didalam kompresor, tekanan refrigerant dinaikkan sehingga
memudahkan pencairannya kembali uap refrigerant menjadi cair
sempurna didalam kondensor, kemudian dialirkan ke dalam pipa
evaporator melalui katup ekspansi.

b. Pengembunan, Kondensasi
Uap refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur tinggi pada
akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan dengan mendinginkan air
pendingin atau dengan udara pendingin pada sistem yang menggunakan
pendingin udara, atau dapat dikatakan uap panas refrigerant disalurkan
pada udara dingin yang ada dalam kondensor sehingga mengembun dan
menjadi cair.
Jadi karena udara dingin menyerap panas refrigerant maka udara
menjadi pada waktu keluar dari kondensor. Selama refrigerant
mengalami perubahan fase uap menjadi fase cair, tekanan dan
temperatur yang menyebabkan pengembunan konstan. Oleh karena itu
temperatur dapat dicari dengan mengukur tekanan yang ada. Dan proses
hanya terjadi pada evaporator dan kondensor saja. Selain itu selama
proses tersebut dianggap tidak terjadi kerugian tekanan karena gesekan.

c. Pengertian bahan pendingin


Adalah suatu zat yang mudah diubah bentuknya dari gas menjadi
cairan atau sebaliknya, dapat dipaki untuk mengambil panas dari
evaporator dan membuangnya dikondensor.
Syarat – syarat bahan Pendingin :
1. Tidak beracun.
2. Tidak terbakar atau tidak meledak bila dicampur dengan udara atau
bahan lain.

-8-
3. Tidak menyebabkan korosi terhadap logam yang dipakai pada sistem
pendingin.
4. Bila terjadi kebocoran mudah dicari.
5. Mempunyai titik didih dan kondensasi rendah.
6. Mempunyai susunan kimia yang stabil tidak terurai setiap kali
dimampatkan, diembunkan dan diuapkan.
7. Perbedaan antara penguapan, pengembunan terjadi sekecil mungkin.

2.5 Komponen – komponen utama mesin pendingin:

2.5.1 Kompresor.
Apabila gas refrigerant dihisap masuk dan dikompresikan silinder
kompresor mesin refrigerasi, perubahan tekanan refrigerasi terjadi sesuai
dengan perubahan volume yang diakibatkan oleh jarak torak di dalam
silinder tersebut.

2.5.2 Kondensor.
Kondensor adalah alat penukar panas yang fungsinya adalah untuk
mencairkan freon. Alat ini melepaskan panas dari kompresi dan merubah gas
yang bersuhu tinggi menjadi cairan yang bertekanan tinggi. Pada keadaan
noramal bagian atas kondensor penuh dengan gas panas dan bagian bawah
campuran gas dan cairan panas yang sebagian cairan disimpan didalam
reservior dan sebagian lagi diedarkan menuju katup ekspansi.

2.5.3 Katup Ekspansi.


Katup ini fungsinya mengontrol freon ke evaporator. Pada katup
ini dikontrol oleh temperatur sensor pada outlet evaporator. Jika suhu outlet
terlalu tinggi ini berarti cukup freon yang masuk kedalam evaporator dan
pendinginan ruangan kurang baik. Jika outlet terlalu rendah ini berarti
banyak freon yang masuk dari evaporator fins mungkin penuh dengan bunga
es. Dalam hal ini temperatur sensor mengontrol pembukaan atau penutupan
katup ekspansi untuk mencapai tingkat aliran yang tetap suhu outlet
evaporator.

-9-
2.5.4 Evaporator.
Evaporator merupakan komponen terakhir pada siklus
pendinginan, dimana akhirnya sampai kepada udara dingin. Pada
kebanyakan evaporator refrigerant sebagai fluida didalam pipa – pipa dan
mendinginkan udara yang dihembuskan oleh fan diluar diluar pipa tersebut.
Evaporator yang di inginkan disebut evaporator ekspansi langsung.
Refrigerant cair masuk kedalam pipa yang mempunyai sirip – sirip
didalamnya untuk menaikkan hantaran pada refrigerant. Evaporator
ekspansi langsung digunakan pada pengkondisian udara biasanya disuplay
oleh katub ekspansi yang mengatur aliran cairan sedemikian sehingga uap
refrigerant meningalkan evaporator sedikit lanjut.

Gas Buang

Kondensator Gas isap

Kompresor

Cairan

Evaporator

2.6. Metode percobaan


a. Mengukur Parameter.
- Mengukur debit refrigerant dengan menggunakan flow meter.
- Mengukur tekanan dan temperatur freon masuk evaporator.
- Mengukur tekanan dan temperatur freon keluar evaporator.
- Mengukur tekanan dan temperatur freon masuk kondensor.

- 10 -
- Mengukur tekanan dan temperatur freon keluar kondensor.

b. Menghitung.
- Analisa energi pada masing – masing komponen mesin pendingin.
- Beban pendingin beserta koefisien prestasi COP dari instalasi.
c. Pengambilan Data.
- Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 x dalam parameter yang
berbeda – beda, karena keterbatasan waktu, maka pengambilan data
hanya dilakukan satu kali.
- Data – data yang diperoleh dianggap valid jika pencatatan dilakukan
setelah kondisi betul – betul dalam keadaan steady.

2.7. Langkah – Langkah Percobaan


a. Persiapan.
Instalasi telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk melaksanakan
percobaan dan pengambilan data.
b. Menjalankan Instalasi.
Sebelum refrigerant kebocoran udara maka terlebih dahulu praktikkan
memeriksa kesiapan mesin yang meliputi :
- Pemeriksaan refrigerant kebocoran dengan maksud pada saat
pengujian berlangsung dapat terhindar dari hal – hal yang dapat
menggagalkan pengujian.
Setelah pemeriksaan terhadap peralatan praktikum selesai, praktikan
melakukan pengoperasian mesin pengkondisian udara.
 Saklar tidak langsung dipasang pada posisi ON.
 Pengaturan pembebanan pada kondensor dan eveporator dengan
mengatur value.
 Memperhatikan faktor induk jika gejala – gejala yang dapat merusak
Instalasi mesin harus dimatikan.
 Menghentikan pengoperasian instalasi
 Mematikan saklar induk.
 Mencabut steker dari power suplay.

- 11 -
2.8 Tugas Setelah Praktikum

1. Apa yang kamu ketahui tentang mesin pendingin ?


2. Sebutkan macam – macam mesin/peralatan pendingin dan jelaskan cara
kerjanya ?
3. Apa yang dimaksud dengan refrigerant/Freon ?
4. Sebutkan macam – macam jenis Freon dan sifatnya ?
5. Apa yang dimaksud dengan :
A. Condensor
B. Kompressor
C. Evaporator
D. Katup Expansi
6. Jelaskan diagram tekanan vs temperature ?
7. Apa yang dimaksud dengan entalpi dan entropi ?
8. Beri contoh mesin pendingin, lengkap dengan gambar dan jelaskan cara
Kerjanya!

JAWABAN

1. Mesin untuk mengkondisikan udara pada temperatur dan kelembaban


tertentu,sehingga dapat dihasilkan udara yang bersih, segar dan nyaman.

2. Mesin pendingin ruangan (AC):


Pada saat saklar di – ON kan, maka motor penggerak kompresor
berputar mengarakkan kompresor. Dengan demikian kompresor berputar
dan refrigerant akan dikompresikan, sehingga suhu dan tekanan naik,
refrigerant tersebut mengalir melalui pipa (Fan), Untuk menghindari
adanya campuran uap dan cairan yang akan masuk ke katup ekspansi maka
digunakan receiver sebagai penyimpan cairan yang akan masuk ke katup
ekspansi, jadi yang masuk ke katup ekspansi adalah cairan jenuh. Setelah

- 12 -
itu cairan jenuh refrigerant akan masuk ke dalam saringan ( filter ), agar
didapatkan cairan refrigerant yang bersih dan berbeda dari partikel–
partikel yang mengganggu perubahan fase fisik refrigerant. Dari katup
ekspansi tekanan refrigerant diturunkan sehingga menjadi penurunan
temperatur. Pada evaporator temperatur yang rendah tadi dengan
menggunakan kipas dihembuskan keluar evaporator.
Dari sinilah udara dingin itu didapatkan pada pipa – pipa
evaporator karena refgerant yang mempunyai temperatur yang rendah
mendapatkan udara sekitar yang dihembuskan melalui kipas, yang
temperatur udara sekitar lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur
refrigerant kembali dengan tekanan yang rendah menuju kompresor
kembali untuk dilakukan proses kompresi.

3. Adalah suatu zat yang mudah diubah bentuknya dari gas menjadi cairan
atau sebaliknya, dapat dipaki untuk mengambil panas dari evaporator dan
membuangnya dikondensor.

4. Sifat – sifat Freon :


A. Tidak beracun.
B. Tidak terbakar atau tidak meledak bila dicampur dengan udara
atau bahan lain.
C. Tidak menyebabkan korosi terhadap logam yang dipakai pada
sistem pendingin.
D. Bila terjadi kebocoran mudah dicari.
E. Mempunyai titik didih dan kondensasi rendah.
F. Mempunyai susunan kimia yang stabil tidak terurai setiap kali
dimampatkan, diembunkan dan diuapkan.
G. Perbedaan antara penguapan, pengembunan terjadi sekecil
mungkin.

5. A. Kompresor.
Apabila gas refrigerant dihisap masuk dan dikompresikan silinder
kompresor mesin refrigerasi, perubahan tekanan refrigerasi

- 13 -
terjadi sesuai dengan perubahan volume yang diakibatkan oleh
jarak torak di dalam silinder tersebut.
B. Kondensor.
Kondensor adalah alat penukar panas yang fungsinya adalah untuk
mencairkan freon. Alat ini melepaskan panas dari kompresi dan
merubah gas yang bersuhu tinggi menjadi cairan yang bertekanan
tinggi. Pada keadaan noramal bagian atas kondensor penuh
dengan gas panas dan bagian bawah campuran gas dan cairan
panas yang sebagian cairan disimpan didalam reservior dan
sebagian lagi diedarkan menuju katup ekspansi.
C. Katup Ekspansi.
Katup ini fungsinya mengontrol freon ke evaporator. Pada katup
ini dikontrol oleh temperatur sensor pada outlet evaporator. Jika
suhu outlet terlalu tinggi ini berarti cukup freon yang masuk
kedalam evaporator dan pendinginan ruangan kurang baik. Jika
outlet terlalu rendah ini berarti banyak freon yang masuk dari
evaporator fins mungkin penuh dengan bunga es. Dalam hal ini
temperatur sensor mengontrol pembukaan atau penutupan katup
ekspansi untuk mencapai tingkat aliran yang tetap suhu outlet
evaporator.
D. Evaporator.
Evaporator merupakan komponen terakhir pada siklus
pendinginan, dimana akhirnya sampai kepada udara dingin. Pada
kebanyakan evaporator refrigerant sebagai fluida didalam pipa –
pipa dan mendinginkan udara yang dihembuskan oleh fan diluar
diluar pipa tersebut. Evaporator yang di inginkan disebut
evaporator ekspansi langsung. Refrigerant cair masuk kedalam
pipa yang mempunyai sirip – sirip didalamnya untuk menaikkan
hantaran pada refrigerant. Evaporator ekspansi langsung
digunakan pada pengkondisian udara biasanya disuplay oleh
katub ekspansi yang mengatur aliran cairan sedemikian sehingga
uap refrigerant meningalkan evaporator sedikit lanjut.

- 14 -
6.
Psia

P
3 2

4 1

h Btu/lbm
Diagram hubungan antara tekanan dan enthalpi.

◦R

T
3 2

4 1

SBtu/(lb)(◦R)
Diagram hubungan antara temperatur dan entropi

- 15 -
7.
P4 T4
Fan

Expantion
Value

P1 Evaporator

T1 Filter

P2 T2 Flowmeter

Kompresor Kondensor

P3 T3

Pada saat saklar di – ON kan, maka motor penggerak kompresor


berputar mengarakkan kompresor. Dengan demikian kompresor berputar
dan refrigerant akan dikompresikan, sehingga suhu dan tekanan naik,
refrigerant tersebut mengalir melalui pipa (Fan), karena R 12 ini mempunyai
sifat apabila didinginkan akan mencair dan apabila dipanaskan akan
menguap, maka refrigerant ini mencair. Pada kondisi tekanan dalam
kondisi tetap masih tinggi ini dapat dilihat pada grafik sistem refrigerant
kompresi uap. Untuk menghindari adanya campuran uap dan cairan yang
akan masuk ke katup ekspansi maka digunakan receiver sebagai

- 16 -
penyimpan cairan yang akan masuk ke katup ekspansi, jadi yang masuk ke
katup ekspansi adalah cairan jenuh. Setelah itu cairan jenuh refrigerant
akan masuk ke dalam saringan ( filter ), agar didapatkan cairan refrigerant
yang bersih dan berbeda dari partikel–partikel yang mengganggu
perubahan fase fisik refrigerant. Dari katup ekspansi tekanan refrigerant
diturunkan sehingga menjadi penurunan temperatur. Pada evaporator
temperatur yang rendah tadi dengan menggunakan kipas dihembuskan
keluar evaporator.
Dari sinilah udara dingin itu didapatkan pada pipa – pipa
evaporator karena refgerant yang mempunyai temperatur yang rendah
mendapatkan udara sekitar yang dihembuskan melalui kipas, yang
temperatur udara sekitar lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur
refrigerant kembali dengan tekanan yang rendah menuju kompresor
kembali untuk dilakukan proses kompresi.

- 17 -
- 18 -
BAB III
ANALISA DATA

P4 T4
Fan

Expantion
Value

P1 Evaporator

T1 Filter

P2 T2 Flowmeter

Kompresor Kondensor

P3 T3

Hasil data dalam pengukuran tekanan debit fluida yang dalam pratikum ini
adalah freon R-12 di dapat tabel B-5 dibawah ini:

- 19 -
No. P1 T1 P2 T2 P3 T3 P4 T4 Q
1 70Ps 33,4 275Psi 380C 280Ps 360C 100Psi 33,40 0,5
i i C 5
2 71Ps 330C 190Psi 360C 190Ps 36,40 110Psi 340C 0,5
i i C 5
3 81Ps 340C 190Psi 36,40 190Ps 36,40 110Psi 340C 0,5
i C i C 5
Rata 88Ps 33,40 218,3P 36,80 220Ps 36,30 106,7P 33,80 0,5
2 i C si C i F si C 5

Keterangan :
P1 = Tekanan freon keluar evaporator ( tekanan evaporasi )
T2 = Temperatur freon keluar evaporator ( temperatur evaporasi )
P2 = Tekanan freon masuk kondensor ( tekanan kompresi )
T2 = Temperatur freon masuk kondensor ( temperatur kompresi )
P3 = Tekanan freon keluar kondensor ( tekanan kondensasi )
T3 = Temperatur Freon keluar kondensor ( temperatur kondensasi )
P4 = Tekanan freon masuk evaporator ( tekanan ekspansi )
T4 = Temperatur freon masuk evaporator ( temperatur ekspansi)

A. Menentukan tekanan Absolut


P. absolut = P. Pengukuran + P. Atm
P1 = 74 Psia + 1 atm ( 14,7 Psia ) = 88,7 Psia
P2 = 180 Psia + 1 atm ( 14,7 Psia ) = 194,7 Psia
P3 = 193,3 Psia + 1 atm ( 14,7 Psia ) = 208 Psia
P4 = 97 Psia + 1 atm ( 14,7 Psia ) = 111,7 Psia

B. Tı = 83,6 F
T2 = 88,6 F
T3 = 85,4 F
T4 = 81,9  F

- 20 -
C. Mencari h1 dan T1 dengan cara Interpolasi tabel B-5 freon 12 di mana h 1
adalah enthalpi reflien dalam bentuk gas uap maupun jenuh.
Interpolasi pada tabel :

T1 h1
80 F 80,419
83,6F ?
90F 81,436
h1 = 80,419+ 3,4. ( 1,017 ) = 80,76478 Btu/lbm
10

D. Mencari S4 = Sg pada T4 = 52 F yang merupakan entropi gas dengan


interplase sbb :
T4 S4
90 0,16353
92,4 ?
100 0,16315
h4 = 0,16353 –2,4. -0,00038 = 0,1634388 Btu/Lbm .R
10
E. Menentukan h2 S dengan melihat tabel B-5 dan gambar B7
Tes merupakan peristiwa isentropis / dengan kata lain hanya entropi
adalah konstan. Sehingga untuk menentukannya di lihat perpotongan
antara T2 = 32,2 F & 32, F P2 = 156,6 Psia & 156,77 Psia & SI . 0,16641
Btu/Lbm.R & SI. 0,11648 Btu/lbm.R. dari perpotongan tabel tersebut di
dapat h2S = 91 Btu/lbm .

F. Menetukan h3 = h4 = h5
Merupakan enthalpi pada kondisi cair di hitung dengan interpolasi pada
P2 = 254,7 Psia
P2 h2
249,31 43,850
254,7 ?

- 21 -
279,82 46,633
h3 = 43,850 + 5,39. ( 2,783 ) = 44,342Btu/Lbm
30,51
G. Menetukan h2 dengan melihat gambar B7.
Perpotongan dengan SI denga P2 = 254,7 Psia
Dengan SI = 0,16641 Btu/lbm
Dari perpotongan tersebut di peroleh h2 = 93 Btu / lbm
Re = efek refrigerasi adalah kenaikan enthalpi ferrigerasi dalam
eraporator .
Re = h1 – h2 = ( Qe )
= ( 80,52 – 44,342 ) Btu/lbm
= 36,178 Btu/lbm
Re = 36,18 Btu/lbm x 2,2046 lbm / kg x 1,005 kg / Btu = 84,15 Kj/Kg
a) Kerja kompresor Isentropis
Ws = h2s – h1
= ( 91 – 80,52 ) Btu/Lbm
= 10,84 Btu / lbm
Ws = 10,48 Btu/lbm x 2,2046 lbm / kg x 1,055 kg/Btu
= 24,37 kj / kg
b) Kerja kompresor nyata
Ws = h2 – h1
= ( 93 – 80,52 ) Btu/Lbm
= 12,48 Btu / lbm
Ws = 12,48 Btu/lbm x 2,2046 lbm / kg x 1,055 kg/Btu
= 29,07 kj / kg
c) Panas yang di buang ( Hr ) adalah jumlah yang di keluarkan oleh
refrigerant dalam kondensor pada laju aliran refrigerant
hr = h2 – h3
= ( 93 – 44,342 ) Btu/lbm
= 48,658 Btu / lbm
Ws = 48,658 Btu/lbm x 2,2046 lbm / kg x 1,055 kg/Btu
= 113,17 kj / kg
 Daya kompresor

- 22 -
Wc = Aliran Fluida x Rensity Udara x ( h2 – h1 )
60

Wc = 0,55 liter/menit x0,001/liter x 1,22 kg / m3 x ( 29,03)2 kj/kg


60
= 0,00514 kj / dt
 Daya kompresor Isentropic :
Ps = Mr x ( hzs – h1 )
= 0,55 liter/menit x 0,001 m3 x menit / 60 dt x 24,37 kj / kg
Ps = 0,000148 kj / kg
 Daya kompresor nyata
P = Mr x ( h2 – h1 )
= 0,55 liter /menit x 0,001 m3 x menit / 60 dt x 29,03 kj / kg
P = 0,000177 kj / kg
 Total panas yang di buang kondensor persatuan waktu
Qc = Mr x ( h2 – h1 )
Qc = 0,55 liter / menit x 0,001 m 3 x 1,22 kg /m3 x menit / 60 dt
x 113,2 kj / kg
Qc = 0,00069 kj / dt
Qc = Mr x ( h2 – h1 )
= 0,55 liter / menit x 0,001 m 3 x 1,22 kg /m3 x menit / 60 x
84,15 kj / kg
Qc = 0,000513 kj / dt
 Efisiensi isentropic ( s ) merupakan kerja yang di perlukan oleh
suatu kompresor diabatik reversibel yang nyata lebih besar dari kerja
isentropik .
 = Wr / w
s = 24,37 Kj / kg = 0,839 = 84 %
29,03 kj / kg
 Koefisien Prestasi ( Coefisien of performe )
Cop = Qe / Wc

Cop = 0,00069 kj/kg = 0,134

- 23 -
0,00514 kj/kg

 Koefisien Prestasi nyata


Cop = Re / W
Cop = 84,15 kj/kg = 2,89
29,03 kj/kg

 Koefisien Isentropic
Cop = Re / Ws
Cop = 84,15 kj/kg = 3,45
29,37 kj/kg
 Ratio pelepas kalor
HRR = Qc / Qe
Cop = 0,00069 kj/dt = 1,34
0,000513 kj/dt

- 24 -
BAB IV
KESIMPULAN

Dari data yang di peroleh , dapat di ambil kesimpulan bahwa siklus


refrigerant R-12 nyata ( dari pengujian ) untuk laju aliran volume yang berbeda
beda , bertambah besar mempunyai karakteristik yang berbeda dengan siklus
refrigeran teoritis. dalam hal ini di sebabkan oleh banyak faktor , antara lain
yaitu:
1. Kurang teliti dalam membaca skala ukur yang di pergunakan dalam
percobaan .
2. Adanya kerugian akibat dari kebocoran pada instalasi sistem .
3. Kerugian – kerugian tersebut tidak di amati dan di perhitungkan secara
seksama .
4. Adanya kurang teliti dalam mengkonversikan suatu satuan ke satuan
yang lain .
5. Alat uji belum keadaan stedy .

- 25 -
DAFTAR PUSTAKA

1. Laboraturium Mesin Pendingin, Buku Petunjuk Praktikum Mesin Pendingin,


Fakultas Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

2. William, C. Reynold, Henry C. Perkins, Termodinamika Teknik Edisi Kedua,


Erlangga,1987.

3. Wilbert, F. Stoeker, Jerold W. Jones, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara,


Erlangga, Jakarta, 1994.

- 26 -

Anda mungkin juga menyukai