Anda di halaman 1dari 27

VIVI MONICA RAMADHANI

1905026014
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN

Disusun oleh:
Nama : Vivi Monica Ramadhani
NIM : 1905026014
Kelompok : II (Dua)
Kelas : Reguler A
Program Studi : Pendidikan Kimia

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA

Nama : Vivi Monica Ramadhani


NIM : 1905026014
Kelompok : II (Dua)
Kelas : Reguler A
Program Studi : Pendidikan Kimia
Percobaan ke- :2
Judul Percobaan : Pembuatan Larutan

Samarinda, 23 Oktober 2020


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Septia Pandia Pahangestu Vivi Monica Ramadhani


NIM. 1805025035 NIM. 1905026014
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN

A. Tujuan Percobaan
Untuk memperlajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat
dengan konsentrasi tertentu ( 4 hal 10 ).

B. Dasar Teori
Campuran zat-zat terlarut dan pelarut yang komposisinya merata atau
serba sama (homogen) disebut dengan larutan. Suatu larutan dapat terdiri
dari satu zat terlarut atau lebih dan satu macam pelarut, tetapi umumnya
terdiri dari satu jenis zat terlarut dan satu pelarut ( 5 hal 1-2).
Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal
juga sebagai zat pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel
zat terlaurt. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut. Fase
larutan yaitu solvent atau solute dapat berupa gas, zat cair, atau zat padat.
Perbedaan antara pelarut dan zat terlarut sebenarnya relative. Suatu zat
pada saat tertentu dapat berupa zat terlarut dan pada saat yang lain berupa
zat pelarut. Biasanya zat yang paling banyak sebagai pelarut dan yang
sedikit sebagai zat terlarut.
Kepekatan suatu larutan adalah sejumlah zat yang terlarut dalam suatu
larutan. Larutan pekat adalah larutan yang memiliki kepekatan tinggi,
yaitu larutan yang mengandung cukup banyak zat terlarut per satuan
jumlah larutan. Larutan encer adalah larutan yang memiliki kepekatan
rendah, yaitu larutan yang di dalamnya mengandung sedikit zat terlarut.
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan
jumlah maksimum. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara
partikel yang melarut dan partikel yang tidak melarut. Larutan yang
mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan
kemampuan pelarutnya disebut larutan tidak jenuh, sedangkan larutan
2

yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih banyak dari


kemampuan pelarutnya disebut larutan lewat jenuh ( 6 hal 489) .
Untuk melakukan suatu percobaan diperlukan suatu larutan dengan
konsentrasi tertentu. Untuk itulah maka sebelum kita membuat larutan
harus kita ketahui lebih dahulu larutan apa yang akan dibuat dan dengan
jumlah/banyak dan konsentrasi berapa ( 4 hal 10).
Konsentrasi didefinisakan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam
satuan fisik, misalnya satuan berat atau satuan volume atau dalam satuan
kimia, misalnya mol, massa rumus, dan ekuivalen.
Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik yaitu, persen berat, %
W/W, persen volume: % V/V, persen berat-volume: % W/V, gram zat
terlarut dalam satu liter larutan, milligram zat terlarut dalam satu militer
larutan, parts per million, ppm, (bagian per sejuta), parts per billion, ppb,
(bagian per milliard). Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia
yaitu, kemolaran (M), kenormalan (N), keformalan (F), kemolalan (m),
fraksi mol.
Persen konsentrasi dapat dinyatakan dengan persen berat (%W/W),
persen volume (%V/V) dan persen berat/volume, (%W/V).
1. Persen berat (% W/W)
gram zat terlarut
Persen berat ( %W/W ) = ×100
gram larutan
2. Persen volume (% V/V)
mL zat terlarut
Persen volume ( %V/V ) = ×100
mL larutan
3. Persen berat/volume (% W/V)
gram zat terlarut
%W/V= ×100
mL larutan
(1 hal 2-5)
Pada ppm, konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah bagian zat terlarut
dalam 1.000.000 bagian larutan. Satuan yang dipakai adalah berat per
3

berat, dengan satuan berat yang sama, misalnay mg per mg atau gram per
gram dan seterusnya.
berat zat terlarut
ppm= ×1.000.000
berat larutan
Pada ppb, konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah bagian zat terlarut
dalam 1.000.000.000 bagian larutan. Satuan yang dipakai sama dengan
pada ppm, yaitu berat per berat.
berat zat terlarut
ppb= ×1.000.000.000
berat larutan
( 6 hal 505)
Kemolaran atau konsentrasi Molar, M, suatu larutan menyatakan
jumlah mol spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah milimol
dalam 1mL larutan.
mol zat terlarut
Kemolaran ( M ) =
Liter larutan
( 1 hal 8)
Normalitas didefinisikan sebagai jumlah mol ekuivalen dari suatu zat
per liter larutan. Sehingga rumus normalitas dapat ditulis.
mol ekuivalen
Normalitas =
liter larutan
( 5 hal 17)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 kilogram
pelarut, dan dilambangkan dengan huruf m. Dalam perhitungan molalitas
terdapat hubungan antara tiga satuan, yaitu mol, kg pelarut, dan molal.
Hubungan ini secara sederhana dapat dinyatakan dengan persamaan:
mol zat terlarut
m =
Kg larutan
( 6 hal 504)
Proses pembuatan larutan dari suatu zat padat disebut pelarutan; dan
proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya
disebut pengenceran. Pembuatannya harus melakukan perencanaan
(termasuk perhitungan) sesuai dengan kebutuhan atau sifat analisis yang
4

diterapkan (kualitatif atau kuantitatif). Langkah-langkah pelarutan adalah


sebagai berikut:
1. Siapkan gelas kimia, batang pengaduk, timbangan, corong, pipet tetes,
botol semprot, botol timbangan, botol pereaksi.
2. (jika kualitatif): pindahkan padatan ke gelas kimia dan larutkan
dengan aquades secukupnya; lalu pindahkan ke gelas ukur dan tuangi
aquades sampai tanda batas.
(jika kuantitatif): pindahkan dulu seluruh padatan ke gelas kimia dan
lartukan seluruhnya (secara kuantitatif) ke labu takar lewat corong;
tambahkan aquades sedemikian, keringkan bagian atas skala, lalu
terakhir secara tetes per tets sampai tanda batas volum, tutup labunya,
dan homogenkan.
3. Bilasi botol pereaksi bersih/ kering dengan sedikit larutan diatas dan
pindahkan seluruh larutan ke botol ini dan beri label dengan jelas.
( 3 hal 26-27)
Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang
lebih pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan proses pengenceran,
perlu diingat bahwa penambahan lebih banyak pelarut ke dalam sejumlah
tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi) konsentrasi larutan
tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan.
M awalVawal = MakhirVakhir

mol zat terlarut mol zat terlarut


sebelum pengenceran setelah pengenceran

Satuan Vawal dan Vakhir harus sama (milliliter atau liter) dalam
proses perhitungan, pastikan bahwa Mawal > Makhir dan Vakhir > Vawal.
Prosedur penyiapan larutan yang molaritasnyaa diketahui.
1. Sejumlah tertentu zat terlarut padat dimasukkan ke dalam labu
volumetric; lalu air ditambahkan melalui corong.
2. Padatan dilarutkan dengan cara menggoyangkan labu secara perlahan-
lahan.
5

3. Setelah zat padat terlarut semuanya, air ditambahkan sampai


ketinggian larutan mencapai tanda batas.
Dengan mengetahui volume larutan dan jumlah zat terlarut yang
melarut di dalamnya, kita dapat menghitung molaritas larutan yang
disiapkan ( 2 hal 107-109).
6

C. Alat dan Bahan


D. Alat
a. Batang Pengaduk 1 buah
b. Botol reagen 100 ml 1 buah
c. Botol semprot 250 ml 1 buah
d. Corong saring 1 buah
e. Gelas kimia 100 ml 1 buah
f. Kaca arloji 1 buah
g. Kertas label 1 buah
h. Labu ukur 100 ml 1 buah
i. Pipet tetes 1 buah
j. Timbangan 1 buah
k. Gelas ukur 1 buah
E. Bahan
a. Aquades 250 mL
b. Larutan natrium hidroksida, NaOH pekat 50 mL
c. Padatan natrium hidroksida, NaOH 4 gram
d. Padatan tembaga(II) sulfat penta hidrat, CuSO4.5H2O 4 gram
( 4 hal 11)
7

F. Prosedur Kerja
1. Pembuatan 100 larutan CuSO4 4% dari padatan CuSO4.5H2O
a. Dihitung padatan CuSO4.5H2O kemudian timbang padatan
tersebut.
b. Dilarutkan dengan sedikit aquades di dalam gelas kimia, aduk
sampai semua padatan larut.
c. Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan tambahkan aquades
sampai tanda batas.
d. Dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam botol yang telah dicuci
bersih dan kering.
e. Diberi label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,
tanggal pembuatan dan sifat larutan.
2. Pembuatan 100 ml larutan NaOH 2M dari padatan NaOH
a. Dihitung berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat
100 ml larutan NaOH 2M.
b. Ditimbang padatan NaOH sejumlah hasil perhitungan (gunakan
botol timbang).
c. Dimasukkan padatan NaOH yang telah ditimbang ke dalam gelas
kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut.
d. Dibilas botol timbang dengan aquades dan hasil bilasan
dimasukkan ke dalam gela skimia yang berisi larutan natrium
hidroksida.
e. Didinginkan larutan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
ditambahkan aquades sampai tanda batas.
f. Dihomogenkan dan dipindahkan larutan ke botol yang telah dicuci
bersih dan kering.
g. Diberi label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,
tanggal pembuatan dan sifat larutan.
3. Pembuatan 50 ml larutan NaOH 0.5 M dari larutan NaOH 2 M.
8

a. Dihitung volume larutan NaOH 2M yang dibutuhkan dalam


membuat 50 ml larutan NaOH 0.5 M.
b. Dipipet larutan NaOH 2 M sejumlah hasil perhitungan.
c. Dimasukkan larutan NaOH yang telah dipipet ke dalam labor
ukuran 50 ml, ditambahkan aquades sampai tanda batas.
d. Dihomogenkan dan dipindahkan larutan ke botol yang telah dicuci
bersih dan kering.
e. Diberi label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,
tanggal pembuatan dan sifat larutan.
4. Pembuatan 100 ml larutan HCl 2 N dari larutan HCl pekat.
a. Ditentukan konsentrasi larutan HCl pekat.
b. Dihitung larutan HCl pekat yang dibutuhkan dalam membuat 100
ml larutan HCl 2 N.
c. Dimasukkan sedikit aquades ke dalam labu ukur 100 ml.
d. Dipipet larutan asam klorida pekat sejumlah hasil perhitungan (b)
e. Dimasukkan larutan HCl pekat yang telh dipipet ke dalam labu
ukur 100 ml (c), ditambahkan aquades sampai tanda batas.
f. Dihomogenkan dan dipindahkan larutan ke botol yang telah dicuci
bersih dan kering.
g. Diberi label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,
tanggal pembuatan dan sifat larutan.
5. Pembuatan 100 ml larutan H2SO4 2 M dari larutan H2SO4 pekat
a. Ditentukan konsentrasi larutan H2SO4 pekat.
b. Dihitung volume larutan H2SO4 pekat yang dibuthkan dalam
membuat 100 ml larutan H2SO4 2 M.
c. Dimasukkan sedikit aquades ke dalam labu ukur 100 ml.
d. Dipipet larutan asam sulfat pekat sejumlah hasil perhitungan (b).
e. Dimasukkan larutan H2SO4 yang telah dipipet ke dalam labu ukur
100 ml (c), tambahkan aquades sampai tanda batas.
f. Dihomogenkan dan dipindahkan larutan ke botol yang telah dicuci
bersih dan kering.
9

g. Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,


tanggal pembuatan dan sifat larutan.
6. Pembuatan 50 larutan CH3COOH 1% dari laruutan CH3COOH 25%
a. Dihitung volume larutan CH3COOH 25% yang dibutuhkan untuk
membuat 50 ml larutan CH3COOH 1%
b. Dipipet larutan CH3COOH 25% sesuai hasil perhitungan,
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan ditambahkan aquades
sampai tanda batas.
c. Dihomogenkan dan masukkan ke dalam botol yang telah dicuci
bersih dan kering.
d. Diberi label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,
tanggal pembuatan dan sifat larutan.
( 4 hal 11-13)
10

G. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan 100 mL larutan CuSO4 4% dari padatan CuSO4.5H2O

Diketahui : Volume larutan = 100 mL

Kadar CuSO4 = 4%

Mr CuSO4 = (Ar Cu) + (Ar S) + (4 . Ar O)

= 63,5 g/mol+ 32 g/mol + 64 g/mol

= 159,5 g/mol

Mr CuSO4.5H2O = (Mr CuSO4) + [5(2 . Ar H + Ar O)]

= 159,5 g/mol + 90 g/mol

= 249,5 g/mol

Ditanya : Massa padatan CuSO4.5H2O

Penyelesaian :

Massa CuSO 4
Kadar CuSO 4 = x 100%
Volume larutan

MassaCuSO 4
%= x 100 %
Volume larutan

Massa CuSO4
4% = x 100%
100 mL

4% x 100 mL
Massa CuSO 4 =
100%

= 4 gram

CuSO 4 .5 H 2 O→ CuSO 4 +5 H 2 O

1 mol 1 mol

Mol CuSO4 = Mol CuSO4.5H2O

massa CuSO 4 massa CuSO4 .5 H2 O


=
Mr CuSO4 Mr CuSO 4 .5 H2 O
11

4 gram massa CuSO 4 .5 H 2 O


=
159,5 g/mol 249,5 g/mol

4 gram x 249,5 g/mol


Massa CuSO4 . 5 H2 O=
159,5 g/mol

Massa CuSO4.5H2O = 6,26 gram

2. Pembuatan 100 mL larutan NaOH 2 M dari padatan NaOH

Diketahui : M NaOH =2M

V NaOH = 100 mL

Mr NaOH = (Ar Na) + (Ar O) + (Ar H)

= 23 g/mol + 16 g/mol+ 1 g/mol

= 40 g/mol

Ditanya : Massa padatan NaOH

Penyelesaian :

massa 1000
M = ×
Mr V (mL)

massa NaOH 1000


= ×
Mr NaOH 100 mL

massa NaOH 1000


2M= ×
40 g/mol 100 mL

2 M = massa NaOH x 0,25 g M

2M
massa NaOH =
0 ,25 g M

= 8 gram

3. Pembuatan 50 mL larutan NaOH 0,5 M dari larutan NaOH 2 M

Diketahui : M NaOH1 =2M

V NaOH1 = 50 mL

M NaOH2 = 0,5 mL
12

Ditanya : Volume larutan NaOH

Penyelesaian :

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 2 M = 50 mL x 0,5 M

25 mL M
V1 =
2M

= 12,5 mL

4. Pembuatan 100 mL larutan HCl 2 N dari larutan HCl pekat

Diketahui : V1 HCl = 100 mL

N1 HCl =2N

ρ HCl = 1, 19 Kg/L

% HCl = 37%

Mr HCl = (Ar H) + (Ar Cl)

= 1 g/mol + 35,5 g/mol

= 36, 5 g/mol

Ditanya : Volume larutan HCl pekat

Penyelesaian :

N HCl = M1 HCl x valensi

2N = M1 HCl x 1

M1 =2M

% x ρ x 10
M2 =
Mr

37 x 1,19 kg/L x 10
=
g
36,5
mL

= 12,06 M

M1 x V1 = M2 x V2
13

2 M x 100 mL = 12,06 M x V2

200 M ml
V2 =
12,06 M

= 16,58 mL

= 16,6 mL

5. Pembuatan 100 mL larutan H2SO4 2 M dari larutan H2SO4 pekat

Diketahui : V1 H2SO4 = 100 mL

M1 H2SO4 =2M

ρ H2SO4 = 1, 84 Kg/L

% H2SO4 = 96%

Mr H2SO4 = ( 2 . Ar H) + (Ar S) + (4 . Ar O)

= 2 g/mol + 32 g/mol + 64 g/mol

= 98 g/mol

Ditanya : Volume larutan H2SO4

Penyelesaian :

% × ρ ×10
M 2 H2 SO 4 =
Mr

96 ×1,84 Kg/L ×10


M 2 H2 SO 4 =
98 g/mol

M2 H2SO4 = 18,02 M

M1 H2SO4 x V1 H2SO4 = M2 H2SO4 x V2 H2SO4

2 M x 100 mL = 18,02 M x V2 H2SO4

200 mmol = 18,02 M x V2 H2SO4

200 mmol
V2 H2 SO 4 =
18,02 M

V2 H2SO4 = 11,1 mL
14

6. Pembuatan 50 mL larutan CH3COOH 1 % dari larutan CH3COOH


25%

Diketahui : V1 CH3COOH = 100 mL

ρ CH3COOH = 1,05 Kg/L

% CH3COOH = 1%

% CH3COOH = 25%

Mr CH3COOH = (2 . Ar C) + (4 . Ar H) + (2 . Ar O)

= 24 g/mol + 4 g/mol+ 32 g/mol

= 60 g/mol

Ditanya : Volume larutan CH3COOH

Penyelesaian :

% × ρ × 10
M 1 CH 3 COOH =
Mr

1 × 1,05 Kg/L× 10
=
60 g/mol

= 0,175 M

% × ρ × 10
M 2 CH 3 COOH =
Mr

25 × 1,05 Kg/L × 10
=
60 g/mol

= 4,375 M

M1 x V1 = M2 x V2

0,175 M x 50 mL = 4,375 M x V2

8,75 mmol = 4,375 M x V2

8,75 M mL
V2 =
4,375 M

V2= 2 mL
15

E. Pertanyaan
1. Tuliskan langkah-langkah pembuatan larutan dari bahan cair dan padat.
Jawab :
a. Cara pembuatan larutan dari bahan cair
1) Hitung dan ukur volume larutan yang dibutuhkan dengan
menggunakan pipet.
2) Masukkan dan encerkan larutan sampai dengan volume yang
dibutuhkan dengan aquades.
3) Homogenkan larutan.
b. Cara pembuatan larutan dari bahan padat.
1) Hitung massa dari berat padatan yang dibutuhkan.
2) Timbang bahan sesuai perhitungan.
3) Larutkan padatan dengan aquades hingga bahan larut.
4) Encerkan larutan sampai volume yang dibutuhkan.
5) Homogenkan larutan.
2. Tentukan massa CuSO4.5H2O dalam 100 mL CuSO4 4% dan tentukan
kadar larutan tersebut dalam bpj, molaritas, dan normalitas.
Jawab :
a. Menentukan massa CuSO4.5H2O
Diketahui : Kadar CuSO4 = 4%
Mr CuSO4 = (Ar Cu) + (Ar S) + (4 . Ar O)
= (63,5) + (32) + (64)
= 159,5 g/mol
Mr CuSO4.5H2O = (Mr CuSO4) + [5(2 . Ar H + Ar O)]
= 159,5 + 90
= 249,5
Ditanya : Massa padatan CuSO4.5H2O
Penyelesaian :
massa CuSO 4
Kadar CuSO 4 = ×100%
volume larutan
berat zat terlarut
% ( b/v ) = ×100%
volume larutan
berat zat terlarut
4% = ×100%
volume larutan
4% ×100 mL
berat zat terlarut=
100%
Berat zat terlarut = 4 gram
CuSO4.5H2O CuSO4 + 5 H2O
1 mol 1 mol
Mol CuSO4 = mol CuSO4.5H2O
16

massa CuSO 4 massa CuSO 4. 5H2 O


=
Mr CuSO 4 Mr CuSO4 .5H 2 O
4 gram massa CuSO 4 .5H 2O
=
159,5 g/mol 249,5 g/mol
massa CuSO 4 .5H2 O
0,02507 gram =
249,5 g/mol
Massa CuSo4.5H2O = 6,2549 gram
b. Menentukan kadar larutan dalam bjp
Diketahui : berat zat terlarut = 4 gram
Berat larutan = 6,2459 gram
Ditanya : kadar larutan dalam bpj
Penyelesaian :
berat zat terlarut
ppm CuSO 4 .5H 2 O= ×10 6
berat larutan
4g
ppm CuSO 4 = ×10 6
6,2459 g
ppm CuSO4.5H2O = 0,64 ppm
c. Menentukan molaritas
Diketahui: mol CuSO4 = 1 mol
Volume CuSO4.5H2O = 100mL
Ditanya : molaritas CuSO4.5H2O
Penyelesaian:
massa CuSO 4 .5H 2O 1000
Molaritas CuSO 4 .5H2 O= ×
Mr V (mL)
6,2549 gram 1000
Molaritas CuSO 4 .5H2 O= ×
249,5 g/mol 100 mL
Molaritas CuSO4.5H2O = 0,25 M
d. Menentukan normalitas
N = M × valensi
N = 0,25 M × 2
N = 0,5 N
3. Tentukan molaritas HCl pekat (massa jenis = 1,19 Kg/L dan % = 96%)
Jawab :
Diketahui : ρ HCl = 1,19 Kg/ L
% HCl = 96 %
Mr HCl = ( Ar H) + (Ar Cl)
= (1) + (35,5)
= 36,5 g/mol
Ditanya : molaritas HCl pekat

Penyelesaian :
17

% × ρ×10
M HCl=
Mr
96 ×1,19 Kg/mol×10
M HCl=
36,5 g/mol
M HCl= 31,29 M
18

F. Pembahasan
Percobaan kali ini mengenai pembuatan larutan yang bertujuan untuk
memperlajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat dengan
konsentrasi tertentu. Dalam percobaan ini akan dilakukan beberapa proses
pembuatan larutan. Percobaan-percobaan yang dilakukan diantaranya
pembuatan 100 ml larutan CuSO4 4% dari padatan CuSO4.5H2O,
pembuatan 100 ml larutan NaOH 2 M dari padatan NaOH, pembuatan 50
ml larutan NaOH 0,5 M dari larutan NaOH 2 M, pembuatan 100 ml
larutan HCl 2 N dari larutan HCl pekat, pembuatan 100 ml larutan H 2SO4 2
M dari larutan H2SO4 pekat, pembuatan 50 ml larutan CH3COOH 1% dari
larutan CH3COOH 25%.
Dalam melakukan percobaan pembuatan larutan, sebaiknya memahami
terlebih dahulu mengenai larutan. Larutan merupakan campuran homogen
antara dua zat. Larutan terdiri atas zat pelarut dan satu atau lebih zat
terlarut. Fase dalam larutan dapat berupa gas, zat cair dan zat padat.
Dalam pembuatan larutan sangat diperlukan neraca analitik. Neraca
analitik digunakan untuk menimbang zat cair atau zat padat dengan akurat.
Dalam menggunakan neraca analitik sebaiknya dilakukan dengan prosedur
yang tepat agar didapatkan hasil yang sesuai. Cara menggunakan neraca
analitik yaitu, pertama pastikan bahwa neraca analitik diletakkan pada
posisi yang tepat agar tidak ada hal yang bias mempengaruhi hasil
pengukuran, kemudian nyalakan neraca analitik dengan menekan tombol
power, selanjutnya letakkan kaca arloji tepat di atas neraca analitik,
kemudian atur timbangan hingga menunjukkan angka nol, kemudian
letakkan bahan yang akan ditimbang pada kaca arloji sebanyak yang
diinginkan, kemudian bersihkan kaca arloji dan dimatikan jika tidak
digunakan kembali.
Dalam percobaan kali ini terdapat beberapa percobaan. Percobaan
pertama yaitu pembuatan larutan dari padatan tembaga dua sulfat
pentahidrat. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang padatan
19

CuSO4 sebanyak 4 gram dengan neraca analitik sesuai dengan prosedur


penggunaan neraca analitik. Langkah selanjutnya yaitu mematikan neraca
analitik yang telah digunakan dan memasukkan padatan yang telah di
timbang kedalam gelas kimia. Kemudian, tambahkan sedikit aquades
untuk melarutkan padatan serta membilas kaca arloji yang telah digunakan
agar tidak ada sisa padatan pada kaca arloji. Selanjutnya, aduk dengan
batang pengaduk hingga padatan larut dalam aquades. Setelah padatan
larut, selanjutnya masukkan larutan tersebut ke dalam labu takar dengan
ukuran 100 ml serta membilas gelas kimia agar tidak ada sisa yang
tertinggal. Kemudian tambahkan aquades hingga tanda batas dan tutup
labu takar, setelah itu homogenkan dengan cara menggojok labu takar
dengan perlahan. Selanjutnya, beri label pada labu takar.
Percobaan kedua yaitu pembuatan larutan NaOH dari padatan NaOH.
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menimbang padatan NaOH
sebanyak 4 gram menggunakan neraca anlitik sesuai prosedur penggunaan
neraca analitik. Kemudian, larutkan padatan NaOH yang telah di timbang
dengan 24 mL aquades dalam gelas kimia dan bersihkan kaca arloji yang
telah digunakan agar sisa-sisa padatan NaOH juga ikut terlarut.
Selanjutnya, aduk hingga semua padatan terlarut. Kemudian , masukkan
larutan NaOH ke dalam labu takar dengan bantuan batang pengaduk dan
bilas gelas kimia agar tidak ada larutan yang tersisa. Setelah itu,
tambahkan aquades hingga mencapai tanda batas dan tutup labu takar.
Selanjutnya, homogenkan larutan dengan cara menggojok labu takar
dengan perlahan. Kemudian, masukkan larutan NaOH yang telah homogen
ke dalam botol reagen yang telah di cuci bersih dan diberi label dengan
bantuan corong dan tahan corong menggunakan tangan.
Percobaan ketiga yaitu pengenceran larutan NaOH. Langkah pertama
yaitu mengambil larutan NaOH 0,5 M sebanyak 50 ml dengan gelas ukur.
Selanjutnya masukkan larutan NaOH ke dalam labu takar 50 ml
menggunkan bantuan corong. Kemudian bilas gelas ukur yang telah
digunakan menggunakan sedikit aquades agar tidak ada sisa larutan
20

NaOH. Setelah itu, tambahkan aquades hingga mencapai tanda batas.


Kemudian, tutup labu takar dan homogenkan larutan dengan cara
menggojok labu takar dengan perlahan. Setelah itu, masukkan larutan
yang telah homogen ke dalam botol yang telah dicuci dengan bersih dan
telah kering. Selanjutnya, tambahkan label pada botol sesuai dengan nama,
konsentrasi dan sifat larutan.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat enam percobaan
beserta perhitungannya. Pada percobaan pertama yaitu pembuatan 100 ml
larutan CuSO4 4% dari padatan CuSO4.5H2O. Perhitungan yang dilakukan
yaitu pertama menghitung berat zat terlarut dari CuSO 4 4% menggunakan
rumus % (b/v). Setelah diketahui hitung massa CuSO4.5H2O dengan
menggunakan perbandingan mol CuSO4. Kemudian didapatkan massa
CuSO4.5H2O.
Hasil pengamatan yang kedua yaitu perhitungan pembuatan 100 ml
larutan NaOH 2 M dari padatan NaOH. Langkah pertama yaitu mencari
massa padatan NaOH menggunakan rumus molaritas yaitu massa per Mr
dikali 1000 per volume dalam satuan ml. Dari perhitungan tersebut
didapatkan massa padatan NaOH.
Hasil pengamatan ketiga yaitu mencari volume larutan NaOH dalam
pembuatan 50 ml larutan NaOH 0,5 M dari larutan NaOH 2 M. langkah
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rumus pengenceran V awal
dikali M awal sama dengan V akhir dikali M akhir. Dari perhitungan
tersebut didapatkan volume larutan NaOH.
Hasil pengamatan yang keempat yaitu mencari volume larutan HCl
pekat pada pembauatan 100 ml larutan HCl 2 N dari larutan HCl pekat.
Langkah pertama yaitu mencari M satu HCl dengan menggunakan rumus
Normalitas, setelah didapatkan hasil M satu. Kemudian mencari M dua
dengan menggunakan rumus molaritas yaitu persen dikali rho dikali 10 per
Mr. setelah mendapatkan M satu dan M dua, selanjutnya adalah mencari
volume larutan HCl pekat menggunakan rumus pengenceran.
21

Hasil pengatan yang kelima yaitu mencari volume larutan H 2SO4


dalam pembuatan 100 ml larutan H2SO4 2 M dari larutan H2SO4 pekat.
Langkah pertama yaitu mencari M dua menggunakan rumus molaritas
yaitu persen dikali rho dikali 10 per Mr. Kemudian setelah mendapatkan
M dua, maka mencari colume larutan H 2SO4 menggunakan rumus
pengenceran.
Hasil pengatan yang keenam yaitu mencari volume larutan CH3COOH
pada pembuatan 50 ml larutan CH3COOH 1% dari larutan CH3COOH
25%. Langkah pertama yaitu mencari M satu dan M dua menggunakan
rumus molaritas yaitu persen dikali rho dikali 10 per Mr. Kemudian
mencari volume larutan CH3COOH menggunakan rumus pengenceran.
Dalam pembuatan larutan tidak lepas dengan alat-alat kimia. Salah
satu alat yang digunakan yaitu kaca arloji untuk wadah saat menimbang
menggunakan timbangan analitik dan gelas kimia yang digunakan sebagai
wadah bahan padat atau cair. Dalam prosedur kerja yang dilakukan pada
saat melakukan percobaan. Setelah menggunakan kaca arloji dan gelas
kimia, sebaiknya di bilas menggunakan aquades. Hal tersebut bertujuan
agar tidak ada sisa-sisa zat padat atau cair pada kaca arloji dan gelas kimia
tersebut sehingga hasil yang didapatkan pada percobaan akan maksimal.
Selain itu, pembilasan kaca arloji dan gelas kimia juga bertujuan agar
menghindari terjadinya reaksi pada sisa-sisa bahan tersebut saat proses
pencucian alat.
Labu ukur merupakan salah satu alat yang penting dalam percobaan
pembuatan larutan. Labu ukur merupakan sebuah labu yang memiliki
keakuratan yang cukup baik. Dalam menggunakan labu ukur diperlukan
ketelitian yang cukup agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Labu ukur
yang dipakai harus sesuai dengan volume yang diinginkan pada saat
pembuatan larutan. Besar volume dalam labu ukur ditandai dengan tanda
batas. oleh karena itu, dalam menambahkan aquades pada pembuatan
larutan harus mencapai tanda batas agar larutan yang dihasilkan sesuai
dengan keinginan.
22

Pada pembuatan larutan salah satu alat yang dibutuhkan adalah botol
reagen. Botol reagen tersebut berfungsi untuk menyimpan larutan yang
telah dibuat. Botol reagen dapat terbuat dari kaca atau plastik. Dalam
pemilihan botol reagen dianjurkan untuk memilih botol reagen yang
berwarna gelap. Hal tersebut bertujuan agar larutan-larutan yang bersifat
pada saat tertentu, seperti larutan yang jika terkena sinar matahari akan
mengalami perubahan. Untuk menghindari hal tersebut maka larutan yang
telah dibuat dimasukkan ke dalam botol reagen berwarna gelap.
Larutan yang telah dimasukkan ke dalam botol reagen harus diberikan
label pada botol tersebut. Hal itu bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai lautan yang ada pada botol tersebut. Sehingga praktikan yang
akan melakukan percobaan tidak melakukan kesalahan dalam
menggunakan atau menangani larutan tersebut. Label yang diberikan
berisikan informasi-informasi penting seperti nama larutan, konsentrasi
dan sifat dari larutan tersebut.
23

G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilkukan, didapatkan kesimpulan
bahwa pembuatan larutan dari bahan cair dapat menggunakan rumus
pengenceran, dan pembuatan larutan dari bahan padat dapat
menggunakan rumus % (b/v), molaritas. Pembuatan larutan dari bahan
padat harus dilarutkan terlebih dahulu lalu diencerkan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1996. Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti. Hal 2-5, 8.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga. Hal. 107-109.
HAM, Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia Di Laboratorium. Jakarta: PT
Bumi Aksara. Hal. 26-27.
Kumsumaningtyas, Pintaka dan Sukemi. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Dasar.
Samarinda: Laboratorium Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Mulawarna. Hal. 10-13.
Rusman, Rahmayani, Ratu Fazlia Inda dan Mukhlis. 2018. Buku Ajar Kimia
Larutan. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Hal. 1-2, 17.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal. 489, 504-505.

Anda mungkin juga menyukai