Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 3 (3) : 1-7 Desember 2019 Dahlia, et al.

e-ISSN:2598-3067

PENGARUH PEMBERIAN IMUNOMODULATOR Echinacea purpurea (radix)


TERHADAP TITER ANTIBODI AVIAN INFLUENZA (AI) DAN NEWCASTLE
DISEASE (ND) PADA BROILER BETINA

The Effect of Echinacea purpurea (Radix) Immunomulatory on Avian Influenza (AI)


and Newcastle Disease (ND) Titer Antibody in Female Broiler

Dahlia, Purnama Edy Santosa, Siswanto, dan Madi Hartono

Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung


Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145
e-mail : dahliaptk15@gmail.com

ABSTRACT

This research was intended to determine the level of antibody to AI and ND in female broilers given
drinking water with the addition of E. purpurea (radix) at different doses. This research was conducted in
December 2018-January 2019 in the Cage of an Integrated Field Laboratory, Faculty of Agriculture,
Lampung University and antibody titer analysis carried out at the Hall Veterinary of Lampung. This
research used completely randomized design (CRD) with four treatments and three repetition, drinking
water without E. purpurea (radix) (control) (P0), drinking water with 3 mg / kg BW / day E. purpurea
(radix) (P1), drinking water with 6 mg / kg BW / day E. purpurea (radix) (P2), and drinking water with 9
mg / kg BW / day E. purpurea (Radix) (P3). The results of this research showed that the AI antibody titer
was not significantly different and had an antibody titer below the standard (not protective). Antibody
titer of ND showed that all treatments were not significantly different, but the treatment of P3 had the
highest antibody titer.

Keywords: Immunomullatory, E. purpurea, Antibody titer, Avian influenza, Newcastle disease, Female
broiler

PENDAHULUAN berfungsi sebagai penggertak sistem imun atau


yang biasa dikenal sebagai imunomodulator.
Broiler merupakan ayam pedaging Salah satu senyawa yang berfungsi sebagai
unggul yang memiliki peran besar dalam imunomodulator adalah E. purpurea (Radix).
pemenuhan kebutuhan protein hewani. Daging Echinacea adalah nama genus
broiler sangat digemari oleh masyarakat karena tanaman asli Amerika Utara. Tumbuhan ini
mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat termasuk kelompok aster (asteracae) dan
gizi yang tinggi. Broiler sendiri merupakan umumnya dikenal sebagai the purple
jenis ayam hasil dari budidaya teknologi coneflowers. Ada 9 spesies Echinacea tetapi
peternakan yang memiliki ciri khas yang sering digunakan dalam sediaan adalah
pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil Echinacea purpurea (purple cone flower).
daging dengan konversi pakan yang rendah Manfaat Echinacea dalam penyakit infeksi
(Rasyaf, 1997). disebabkan kemampuannya untuk berperan
Selain keunggulan tersebut, broiler sebagai anti inflamasi dan imunostimulan.
memiliki kelemahan yaitu rentan sekali Echinacea dapat memacu aktifitas limfosit,
terhadap serangan penyakit, terutama penyakit meningkatkan fagositosis dan menginduksi
yang disebabkan oleh virus seperti ND dan AI. produksi interferon (Baratawidjaja, 2004).
Pencegahan untuk penyakit yang disebabkan Penggunaan broiler betina dalam
oleh virus dapat dilakukan dengan vaksinasi. penelitian ini dilakukan karena pertumbuhan
Hasil titer antibodi pasca vaksinasi organ limfoid broiler betina lebih lambat dan
biasanya bervariasi antara tiap individu. Hal ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan
ini dikarenakan adanya perbedaan kinerja broiler jantan sehingga proses pembentukan
organ limfoid dalam menghasilkan antibodi. antibodi broiler betina juga lebih lambat dan
Kinerja organ limfoid dapat ditingkatkan rendah. Ternak yang memiliki bobot limfoid
melalui penambahan suatu senyawa yang dapat

1
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 3 (3) : 1-7 Desember 2019 Dahlia, et al.
e-ISSN:2598-3067

yang besar, cenderung tahan terhadap berbagai Perlakuan ini diberikan selama 28 hari. Waktu
penyakit (Sturkie, 2000). Pemberian ekstrak pemberian air minum dengan perlakuan
E. purpurea (Radix) yang dilarutkan ke dalam dilakukan satu hari setelah DOC tiba (hari
air minum diharapkan dapat menjaga berikutnya) pada pukul 07.00 WIB yang
keseimbangan sistem imun dan dapat sebelumnya broiler dipuasakan terlebih dahulu.
meningkatkan titer antibodi broiler betina. Setelah air minum dengan perlakuan habis, air
Sampai saat ini di Indonesia, belum minum diberikan secara ad libitum.
ada data tentang pengaruh pemberian E. Vaksin yang diberikan terdiri dari
purpurea terhadap titer antibodi Avian vaksin ND dan AI. Vaksin ND diberikan saat
Influenza dan Newcastle Disease. Oleh sebab broiler berumur 6 hari melalui tetes mata dan
itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui umur 19 hari melalui air minum. Vaksin AI
titer antibodi broiler betina yang dihasilkan dari diberikan saat broiler berumur 6 hari melalui
pemberian E. purpurea (Radix) sebagai injeksi subkutan leher (Nurkholis et al., 2013).
imunomodulator.

HASIL DAN PEMBAHASAN


MATERI DAN METODE
Pengaruh Perlakuan Terhadap Titer
Waktu dan Tempat Antibodi Avian Influenza (AI)
Penelitian ini dilaksanakan pada Rataan titer antibodi AI pada
Desember 2018—Januari 2019 di unit kandang kelompok P0; P1; P2; dan P3 berturut-turut
Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas sebesar log 13,33; 3,33; 4,67; dan 6,00 (Tabel
Pertanian, Universitas Lampung dan Balai 1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik
Veteriner Lampung, Bandar Lampung. pada kelompok yang tidak diberi E. purpurea
(Radix) (P0) maupun kelompok perlakuan yang
Materi diberi tambahan E. purpurea (Radix) (P1, P2,
Peralatan yang digunakan dalam P3) titer antibodinya masih rendah karena
penelitian ini yaitu bambu, sekam, koran, semua nilainya masih di bawah log 16 (2 4).
plastik terpal, lampu, chick feeder tray, tempat Menurut Office International Epizootic (OIE)
minum, hand sprayer, timbangan kapasitas 10 (2008) titer antibodi protektif AI adalah >log
kg, timbangan elektrik, thermohygrometer, 24. Titer antibodi yang rendah menujukkan
karung dan plastik, dispossable syringe, tabung bahwa antibodi yang ada di dalam tubuh broiler
eppendorf , gunting dan pisau, micromixer, betina belum dapat melindungi tubuh broiler
microplate bentuk V, dan micropipe dari infeksi virus AI. Analisis ragam
multichannel, alat tulis dan kertas. menunjukkan bahwa semua perlakuan (P0, P1,
Bahan-bahan yang digunakan dalam P2, dan P3) tidak berpengaruh secara nyata
penelitian ini yaitu DOC broiler betina, ransum (P<0,05) terhadap titer antibodi AI pada broiler
broiler (BR 1), sediaan E. purpurea, isotonis betina.
PBS pH 7,0–7,4, cairan chorion allantois,
antisera ND dan AI, serta RBC 1%, dan air Tabel 1. Hasil uji HI titer antibodi Avian
minum. Influenza
Ulangan Perlakuan
Metode Percobaan
Penelitian ini menggunakan P0 P1 P2 P3
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 -------------(log 2)----------
perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang 1 32 0 4 8
diterapkan yaitu: 2 8 8 8 8
P0: air minum tanpa E. purpurea (radix) 3 0 2 2 2
P1: air minum dengan 3 mg/kg BB/hari Jumlah 40 10 14 18
E. purpurea (radix) Rata-rata 13,33 3,33 4,67 6,00
P2: air minum dengan 6 mg/kg BB/hari Keterangan:
E. purpurea (radix) P0: air minum tanpa E. purpurea (Radix);
P3: air minum dengan 9 mg/kg BB/hari P1: air minum dengan 3 mg/kg BB/hari Radix;
E. purpurea (radix) P2: air minum dengan 6 mg/kg BB/hari Radix;
P3: air minum dengan 9 mg/kg BB/hari Radix
Pembuatan air minum untuk perlakuan
dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak E. Penelitian ini menunjukkan bahwa
purpurea ke dalam 1/5 kebutuhan air minum. pada perlakuan tanpa penambahan E. purpurea

2
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 3 (3) : 1-7 Desember 2019 Dahlia, et al.
e-ISSN:2598-3067

(Radix) memiliki titer antibodi yang lebih titer antibodi AI yang rendah pada semua
tinggi dibandingkan perlakuan dengan perlakuan tersebut kemungkinan dapat
penambahan E. purpurea (Radix) (P1, P2, dan disebabkan oleh beberapa faktor seperti
P3). Hal ini diduga karena imunomodulaor E. penggunaan vaksin inaktif/killed vaccine.
purpurea tidak bekerja secara maksimal Pemberian vaksin inaktif umumnya
terhadap antigen AI untuk meningkatkan titer menghasilkan respons imun yang lambat.
antibodi AI. Sama halnya seperti obat, Respons imun yang terbentuk pada vaksin
imunomodulator juga hanya bekerja secara inaktif lebih lambat jika dibandingkan dengan
optimal terhadap antigen tertentu. Roitt (1990) menggunakan vaksin aktif. Hal ini disebabkan
menyatakan bahwa suatu zat kebal terbentuk karena vaksin inaktif mengandung oil adjuvant
secara spesifik untuk menghadapi sejenis yang berfungsi sebagai depo antigen sehingga
antigen tertentu. Antigen yang sama sekali antigen vaksin akan dilepaskan secara
tidak memiliki persamaan permukaan dengan perlahan-lahan (Aiyer et. al., 2013).
antigen tertentu tidak akan menghasilkan Titer Antibodi AI tidak protektif yang
antibodi. terbentuk pada setiap perlakuan juga dapat
Selain itu, titer antibodi yang lebih disebabkan oleh suhu lingkungan. Rata-rata
tinggi pada P0 dibandingkan dengan perlakuan suhu kandang dalam penelitian ini yaitu 29,6
0
lainnya (P1,P2, dan P3) diduga karena E. C dengan kelembaban 70%. Helmi (2008)
purpurea (Radix) yang digunakan sebagai menyatakan bahwa suhu lingkungan yang
imunomodulator tidak bertindak sebagai optimum untuk broiler umur 22-35 hari sekitar
imunostimulan melainkan sebagai 260C dengan kelembaban 60%. Tingginya
imunosupresan sehingga menurunkan titer suhu dan kelembaban yang ada di lingkungan
antibodi AI pada broiler betina tersebut. Hal kandang menyebabkan broiler mengalami
ini sesuai dengan pendapat Block dan Mead cekaman panas/heat stress sehingga
(2003) yang menyatakan bahwa sifat mempengaruhi kondisi fisiologis dan kesehatan
imunomodulator dibagi menjadi 3 yaitu broiler. Kasus heat stress lebih banyak terjadi
imunostimulator yang berfungsi untuk pada ayam dewasa karena telah memiliki bulu
meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun, yang sempurna sehingga sulit untuk membuang
imunoregulator atau imunorestorasi yang dapat panas dari tubuhnya, selain itu, ukuran tubuh
meregulasi sistem imun, dan imunosupresor yang besar pula memproduksi lebih banyak
yang dapat menghambat atau menekan panas.
aktivitas sistem imun. Naseem et al (2005) menyatakan
Baratawidjaja (2006) menyatakan bahwa stres akan memicu terjadinya
imunosupresi menekan aktivitas sistem imun immunosupresif di dalam tubuh. Stres akan
dengan cara interaksi di berbagai titik dari menstimulir syaraf pada hipothalamus untuk
sistem tersebut. Titik kerjanya dalam proses aktif mengeluarkan Corticotropic Relasing
imun dapat berupa penghambatan transkripsi Hormone (CRH). CRH akan mengaktifkan
dari sitokin, sehingga rantai penting dalam sekresi Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
sistem imun diperlemah khususnya IL-2. IL-2 dalam jumlah banyak. Meningkatnya ACTH
esensial bagi perbanyakan dan diferensial akan merangsang korteks adrenal untuk aktif
limfosit, yang dapat dihambat oleh efek mengeluarkan kortikosteroid serta
sitostatis langsung. Brooks et al. (2005) menyebabkan peningkatan pada sekresi
menambahkan bahwa efek imunosupresi dapat glukokortikoid. Peningkatan kadar
dicapai dengan salah satu cara seperti kortikosteroid dan glukokortikoid berpengaruh
menghambat proses fagositosis dan pengolahan buruk terhadap kesehatan broiler karena
Ag menjadi Ag imunogenik oleh makrofag, menimbulkan immunosupresif yang dapat
menghambat pengenalan Ag oleh sel limfoid, menyebabkan sel darah putih dan sistem
merusak sel limfoid, menekan diferensiasi dan pertahanan tubuh menjadi tergganggu.
proliferasi sel imunokompeten sehingga tidak Heat stress juga akan menyebabkan
terbentuk sel plasma penghasil antibodi atau sel pengeluaran hormon adrenalin yang tinggi
T yang tersensitisasi untuk respon imun seluler, dapat berakibat mempercepat kekejangan arteri
dan menghentikan produksi antibodi oleh sel koroner, sehingga suplai aliran darah ke otot
plasma serta melenyapkan sel T tersensitisasi jantung menjadi terganggu (Cooper dan Payne,
yang telah terbentuk. 1988). Keadaan tersebut menyebabkan
Meskipun titer antibodi yang terhambatnya pembentukan antibodi pada
terbentuk pada P0 lebih tinggi, namun tetap ternak karena aliran darah dan pergerakan
saja titer antibodi tersebut masih berada di makrofag terganggu sehingga antigen yang
bawah standar (tidak protektif). Hasil analisis

3
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 3 (3) : 1-7 Desember 2019 Dahlia, et al.
e-ISSN:2598-3067

akan diuraikan menjadi lebih sedikit akibatnya tinggi. Rataan titer antibodi yang diperoleh
pembentukan antibodi semakin rendah. pada P3 sebesar log 28 (>24). Office
Selain memicu terjadinya International Epizootic (OIE) (2008)
immunosupresif, stres juga menstimulir syaraf menyatakan bahwa titer antibodi ND dikatakan
pada hipothalamus untuk menghambat protektif apabila memiliki nilai uji HI > log 2 5.
pengeluarkan Thyrotropin Relasing Hormone Titer antibodi yang tidak protektif tersebut
(TRH). Terhambatnya pengeluaran TRH akan menunjukkan bahwa antibodi yang ada di
mengurangi jumlah sekresi Thyroid Stimulating dalam tubuh broiler betina belum dapat
Hormone (TSH). Penurunan TSH akan melindungi tubuh broiler dari infeksi virus ND.
merangsang kelenjar tiroid untuk mengurangi Meskipun dosis yang sesuai dengan
sekresi hormon tiroksin. Penurunan hormon perhitungan terdapat pada perlakuan P2 (6 mg/
tiroksin dalam tubuh berpengaruh buruk kg BB /hari), namun dengan pemberian dosis
terhadap kondisi fisiologis broiler (Naseem yang lebih tinggi pada P3 (9 mg/ kg BB/ hari)
et.al., 2005). Farrel (1979) berpendapat bahwa ternyata titer antibodi yang dihasilkan justru
fungsi utama hormon tiroksin yaitu lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semakin
meningkatkan metabolisme dan penyerapan tinggi dosis maka semakin banyak pula
zat-zat nutrisi di saluran pencernaan. senyawa-senyawa yang ada di E. purpurea
Menurunnya hormon tiroksin menyebabkan yang terserap.
metabolisme senyawa-senyawa yang ada dalam Pertumbuhan organ limfoid broiler
pakan seperti protein yang dapat digunakan betina lebih lambat dan ukurannya lebih kecil
untuk pembentukan antibodi menjadi kurang sehingga proses pembentukan antibodi broiler
maksimal sehingga tidak dapat memproduksi betina juga lebih lambat dan titer yang
antibodi pada broiler betina. dihasilkan lebih rendah (Sturkie, 2000).
Sasmito (2017) menyatakan imunomodulator
akan bekerja lebih efektif bila diberikan kepada
Pengaruh Perlakuan Terhadap Titer hewan yang memiliki sistem imun yang rendah
Antibodi Newcastle Disease (ND) dibandingkan dengan hewan yang sistem
imunnya sudah baik. Oleh karena itu, dalam
Hasil rataan titer antibodi ND pada penelitian ini pada perlakuan P3 E. purpurea
kelompok P0; P1; P2; dan P3 berturut-turut dapat bekerja lebih efektif dan menghasilkan
sebesar log 13,33; 8; 14; dan 28,00 (Tabel 2). titer antibodi yang lebih tinggi daripada
Analisis ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa perlakuan P2. Titer antibodi yang diperoleh
semua perlakuan (P0, P1, P2, dan P3) tidak pada P3 menunjukkan bahwa E. purpurea
berpengaruh secara nyata (P<0,05) terhadap dapat digunakan sebagai imunomodulator
titer antibodi ND pada broiler betina. terhadap titer antibodi ND.
Echinacea dapat meningkatkan
Tabel 2. Hasil uji HI titer antibodi Newcastle imunitas tubuh dengan cara mengaktifkan
Disease fagositosis oleh makrofag, menstimulasi sel-sel
fibroblas, meningkatkan aktivitas respirasi, dan
Ulangan Perlakuan meningkatkan mobilitas leukosit (James dan
P0 P1 P2 P3 Hudson, 2012). Bergner (1997) menambahkan
-----------------(log 2)-------------- bahwa Echinacea dapat memacu makrofag
1 4 8 8 64 untuk menghasilkan sitokin yang akan
2 4 8 2 4 membantu regulasi sistem imun. Pada hasil
3 32 8 32 16 kultur makrofag yang mendapat stimulasi
Jumlah 40 24 42 84 Echinacea menunjukkan peningkatan produksi
Rata-rata 13,33 8,00 14,00 28,00 sitokin dibandingkan dengan yang tidak
distimulasi.
Keterangan: Kandungan senyawa flavonoid dan
P0: air minum tanpa E. purpurea (Radix);
chichoric acid yang terdapat pada Echinacea
P1: air minum dengan 3 mg/kg BB/hari Radix;
P2: air minum dengan 6 mg/kg BB/hari Radix;
dapat meningkatkan proliferasi dan diferensiasi
P3: air minum dengan 9 mg/kg BB/hari Radix. limfosit sel T, sel B, sel NK serta menunjukkan
kemampuan dalam memberikan efek
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui imunostimulan pada manusia dan hewan
bahwa titer antibodi ND pada broiler betina (meningkatkan produksi sel interferon dan
yang diberi air minum dengan penambahan E. aktivitas sel NK) (Cushnie dan Lamb, 2005).
purpurea (Radix) sebanyak 9 mg/kg BB/hari Interferon dapat membantu dalam presentasi
(P3) menunjukkan rataan titer antibodi paling antigen dan memiliki peranan dalam imunitas

4
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 3 (3) : 1-7 Desember 2019 Dahlia, et al.
e-ISSN:2598-3067

humoral. Peran imunoregulasi dari interferon karena tubuh sudah mengenal antigen yang
adalah kemampuannya dalam mempromosi masuk ke dalam tubuhnya sehingga respon
fase induktif dari respon imun (Gupta et. al., kekebalan tubuh menjadi lebih tinggi.
2011). Bergner (1997) menyatakan bahwa Proses pembentukan antibodi dapat
komponen lemak yang larut pada E. purpurea terjadi apabila ada benda asing/antigen yang
seperti isobutilamid berfungsi merangsang masuk ke dalam tubuh broiler. Antigen yang
fagositosis sel granulosit. berhasil masuk akan melewati sistem
Arabinogalactan yang terdapat dalam pertahanan tubuh alami yang bersifat non-
Echinacea dapat memacu produksi sitokin spesifik. Sistem pertahanan tubuh alami
tertentu (TNF-g, IL-1, Interferon-く), makrofag merupakan pertahanan pertama terhadap
dan memiliki sifat toksis pada pertumbuhan serangan antigen (bakteri, virus, mikroba). Jika
beberapa jenis tumor (parasit intraseluler) respon imun alami tidak mampu
(Giles et al, 2000 ; Goel et al, 2002). Suhirman mempertahankan tubuh terhadap paparan
dan Winarti (2009) menambahkan bahwa senyawa asing tersebut, maka pertahanan akan
kandungan polisakarida berupa dilanjutkan oleh sistem pertahanan tubuh
fruktofuranosida dalam E. purpurea dapat perolehan. Selanjutnya antigen tersebut akan
menstimulasi sistem kekebalan tubuh dan mengalami pemrosesan oleh sel-sel fagositik
regenerasi jaringan yang rusak serta (netrofil, eosinofil, dan basofil), lalu antigen
meningkatkan jumlah sel fagosit dan makrofag akan difagositosis oleh makrofag. Selain
sehingga dapat merangsang pembentukan berfungsi melakukan fagositosis, makrofag
monosit. Selain itu, menurut Kumar dan juga berfungsi sebagai Antigen Presenting
Ramaiah (2011) kandungan alkamides pada E. Cells (APC) yang dikenal juga sebagai sel
purpurea dapat menstimulasi fagositosis dan penyaji atau sel penadah yang akan
pembentukan netrofil. menghancurkan antigen sedemikian rupa
Selain itu, titer antibodi ND yang lebih sehingga seluruh komponennya dapat
tinggi dibandingkan dengan titer antibodi AI berinteraksi dengan sistem imun spesifik atau
disebabkan karena vaksinasi ND telah antibodi. Makrofag yang berfungsi sebagai
dilakukan sebanyak dua kali dengan APC ini akan memfragmentasikan dan
menggunakan vaksin aktif yaitu pada hari ke-6 mempersembahkan antigen tersebut kepada sel
dan 19. Tizard (1988) menyatakan bahwa limfosit T-helper (Th) melalui molekul Major
umumnya vaksin lived lebih baik daripada Histocompatibility Complex (MHC) yang
vaksin killed, karena vaksin lived dapat terletak di permukaan makrofag sehingga
memberikan respon kekebalan yang lebih kemudian timbul respon imun spesifik berupa
cepat, dapat diberi tanpa penambahan adjuvant antibodi (Abbas et al., 2015).
dan dapat merangsang produksi interferon.
Respons imun yang terbentuk pasca vaksinasi
kedua disebut respons imun sekunder. Respon SIMPULAN DAN SARAN
imun sekunder adalah peristiwa pengenalan
kembali terhadap imunogen yang sama Simpulan
(Suardana et. al., 2009). Berdasarkan penelitian yang telah
Vaksinasi kedua dilakukan agar dilakukan dapat disimpulkan :
terbentuk antibodi sekunder dalam tubuh 1. pemberian E. purpurea (Radix) tidak
broiler. Antibodi sekunder biasanya memiliki berpengaruh nyata terhadap titer antibodi
titer antibodi dan afinitas yang lebih tinggi Avian Influenza dan Newcastle Disease
serta fase lag yang lebih pendek dibanding pada broiler betina;
respon imun primer. Hal tersebut disebabkan 2. pemberian E. purpurea (Radix) sebanyak 9
sel memori yang terbentuk pada respon imun mg/kg BB/ hari dapat meningkatkan titer
primer, akan cepat mengalami transformasi dan antibodi Newcastle Disease pada broiler
diferensiasi menjadi sel penghasil antibodi. betina
Apabila kelak mendapat paparan antigen yang
sama dapat memberikan respon yang lebih kuat Saran
dan lebih cepat (Banu et. al., 2009). Hal ini Berdasarkan penelitian ini, saran yang
juga sesuai dengan pendapat Tizard (1982) perlu disampaikan yaitu diharapkan dapat
yang menyatakan bahwa sistem pembentukan dilakukan penelitian dengan dosis E. purpurea
antibodi memiliki kemampuan untuk yang lebih tinggi serta pengambilan sampel
mengingat keterpaparan dengan suatu antigen darah dan pengecekan titer antibodi dilakukan
sebelumnya. Titer antibodi akan mencapai pada saat pembentukan titer antobodi mencapai
tingkat yang lebih tinggi pada vaksinasi kedua titik puncak.

5
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 3 (3) : 1-7 Desember 2019 Dahlia, et al.
e-ISSN:2598-3067

DAFTAR PUSTAKA Goel, V., C. Chang, J. Slama, R. Barton, R.


Bauer, R. Gahler, dan T. Basu. 2002.
Abbas, A. K., A. H. Lichtman, dan S. Pillai. Echinacea stimulates macrophage
2015. Cellular and Molecular function in lung and spleen of normal
Immunology. 8thEdition. Elsevier, rats. J. Nutr Biochem. 13: 487
Saunders. Philadelphia Helmi. 2008. Broiler Breeder Guide
Aiyer, H. P., H. G. Ashok, G. P. Kumar, dan N. Principles. Charoen Pokhpand
Shivakumar. 2013. An overview of Indonesia. Jakarta
immunologic adjuvants. J. Vaccines 4: James, B. dan Hudson. 2012. Applications of
1-4 the phytomedicine Echinacea purpurea
Banu, N. A., M. S. Islam., dan M. M. H. (purple coneflower) in infectious
Chowdhury. 2009. Determination of diseases. J. of Biomedic and Biotech
immune response of newcastle disease Kumar, K. M. dan S. Ramaiah. 2011.
virus. J. Bangladesh. 7: 329--334 Pharmacological importance of
Baratawidjaja, K. G. 2004. Imunologi Dasar echinacea purpurea. Int J. of Pharma
edisi 6. Balai Penerbit Fakultas and Bio Sci. 2: 304—314
Kedokteran Universitas Indonesia. Naseem, M. T., S. Naseem, M. Yunus, Z.
Jakarta Iqbal, A. Ghafoor, A. Aslam, dan S.
Baratawidjaja, K. G. 2006. Imunologi Dasar Akhter. 2005. Effect of pottasium
edisi 7. Balai Penerbit Fakultas choride and sodium bicarbonate
Kedokteran Universitas Indonesia. supplementation on thermotolerance of
Jakarta broiler exposed to heat stress. Int. J. of
Bergner, P. 1997. The Healing Power of Poult Sci. 4: 891—895
Echinacea and Goldenseal. Prima Nurcholis, D. Hastuti, dan B. Sutiono. 2009.
Publishing. California Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras
Block, K. I. dan M. N. Mead. 2003. Immune Petelur Periode Layer di Populer Farm
System Effects of Echinacea, Gingseng, Desa Kuncen Kecamatan Mijen Kota
and Astragalus. A Review. Integratif Semarang. JIIP. 5: 38-49
Cancer Therapies Office International Epizootic. 2008. Manual
Brooks., G. F., J. S. Butel, dan S. A. Morse. of Diagnostic Test and Vaccines for
2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Terrestrial Animals (Mammals, Birds,
21. Salemba Medika. Jakarta And Bees). 6 th Edition. Paris
Cooper. C. L., dan R. Payne. 1988. Causes, Rasyaf, M . 1997. Beternak Ayam Petelur.
Coping and Consequences of Stress at Edisi ke X. Penebar Swadaya. Jakarta
work. Wiley. New York Roitt, M. I. 1990. Pokok-Pokok Ilmu
Cushnie, T. P. dan A. J. Lamb. 2005. Kekebalan. Gramedia Pustaka Utama.
Antimicrobial activity of flavonoids. Jakarta
Int J. of Antimicro Agents. 26: 343– Sasmito, E. 2017. Imunomodulator Bahan
356 Alami. Rapha Publishing.
Farrel, D. J. 1979. Pengaruh dari Suhu Tinggi Yogyakarta
terhadap Kemampuan Biologis dari Sturkie, P. D. 2000. Avian Physiology. 3th ed.
Unggas. Laporan Seminar Ilmu dan Springer-Verlag. New York. 533-
Industri Perunggasan. Pusat Penelitian 537
dan Pengembangan Ternak. Ciawi. Suardana I. B. K., I. M. R. K. Dewi., dan I. G.
Bogor N. K. Mahardika. 2009. Respons imun
Gupta, S., S. Chavan, dan K. K. Sawan. 2011. itik bali terhadap berbagai dosis vaksin
Self-nanoemulsifying drug delivery Avian Influenza H5N1. Jurnal
system for adefovir dipivoxil : Design Veteriner. 10: 150-155
Characterization in Vitro and ex Vivo Suhirman, S. dan C. Winarti. 2009. Prospek
Evaluation Colloids and Surfaces. dan Fungsi Tanaman Obat Sebagai
Physicochemical and Engineering Imunomodulator. Balai Penelitian
Aspect. 392 : 145-155 Tanaman Obat dan Aromatik. Balai
Giles, J. T., C. T. Palat, C. H. Susan, Z. G. Besar Penelitian dan Pengembangan
Chang, dan D. T. Kennedy. 2000. Pascapanen Pertanian
Evaluation of Echinacea for treatment of Tizard, I. R. 1982. An Introduction to
the common cold. J. of Pharma. 20: Veterinary Immunology. 2nd Edition.
690—7 W.B. Saunders Company. USA

6
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 3 (3) : 1-7 Desember 2019 Dahlia, et al.
e-ISSN:2598-3067

Tizard, I. R. 1988. Pengantar Imunologi


Veteriner. Airlangga University Press.
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai