Anda di halaman 1dari 15

KELARUTAN DUA CAIRAN YANG SALING BERCAMPUR SEBAGIAN

Izky Fidian Putri, Annisa Aulia, Romi Chania

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang

Abstrak

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan dua cairan dengan komposisi
yang berbeda atau sama. Cairan yang digunakan berjumlah dua, yaitu air dan butanol.
Dengan melakukan dua kali percobaan, yaitu penambahan butanol ke dalam air secara
bertahap dan penambahan air ke dalam butanol secara bertahap. Penambahan butanol
atau air secara bertahap tersebut bertujuan untuk mengetahui suhu larutan yang
terbentuk ketika penambahan butanol atau air secara bertahap. Percobaan ini
menggunakan metode pemanasan. Dengan memanaskan tabung reaksi yang berisi
butanol atau air, dilakukan penambahan air atau butanol secara bertahap. Penambahan
butanol secara bertahap ke dalam air membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sedangkan penambahan air secara bertahap dengan butanol membutuhkan waktu
yang sangat lama. Karena kelarutan air lebih besar dibandingkan dengan butanol.
Kata kunci : Cairan, butanol dan air

I Pendahuluan

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute) untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimium zat terlarut
yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.larutan hasil disebut larutan jenuh.zat-zat
tertentu dapat larut dengan pebandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalh
etanol didalam air sifat ini lebih tepatnya dalam Bahasa inggris isebut miscible. Pelarut
ummumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Damaji,
2005: 41).

L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol XA adalah fraksi mol air, kf adalah
fraksi mol fenol, xc adalahfraksi mol komponen pada suhu kritis(Tc) sistem berada pada satu
fasa (jernih) (Karyudi,2002:73).

Pada percobaan berikut yang akan dilakukan adalah membuat kurva latutan air
butanolatau air fenol (diagram biner) dan sekaligus menentukan suhu eritisnya, baik ke dalam
sejumlah air ditambah butanol dan fenol dalam air. Bila penambahan air diteruskan, pada
suatu saat akan diperoleh larutan air dalam fenol atau butanol yang memisah sebagai larutan
tersendiripada penambahan selanjutna akan diperoleh larutan jenuh air dalam butanol atau
fenol. Dimana oada saat ini kedua lapisan akan menghilang dan menjadi satu lapisan lagi.
Kedua larutan jenuh air dalam butanol air atau dalam fenol atau sebaliknya dikatakan sebagai
larutan konjugat hanya terjadi pada suhu tertentu. Berdasarkan literature, maka diatas suhu 0
– 1260c ini air dan butanol dapat saling melarutkan pada setiap komposisi yang diberikan
suhu ini disebut kritis air-butanol.

Sistem biner fenol-air merupakan sistem yang merupakan sistem yang memperlihatkan
sifat kelarutan timbal antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap disebut sistem
biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air
kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahkan salah satu komponen
penyusunnya yaitu fenol dan air (Tony, 1985: 2).

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya dibawah temperature kritis. Jika mencapai temperature kritis. Maka larutan
tersebut dapat bercampur sempurna (homogen). Symbol umum untuk jumlah fase adalah P.
jika temperaturnya telah melewati temperature kiritis maka sistem larutan tersebut akan
kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari ini adalah kelarutan
fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang didasarkan pada bertambahnnya %
fenol dalam setiap perubahan temperature baik dibawah temperature kritis. Jika temperatur
dari kelarutan fenol aquadest dinaikkan diatas 50oC maka komposisi larutan dari sistem
larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah
(lebih dari 11,8 % ) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6
% ). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66Oc maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi
seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna.

Kelarutan pasangan cairan yang bercampur sebagian dapat dibagi menjadi 4 jenis:
a. Campuran dengan temperatur pelarutan kritis maksimal. Jenis ini terdapat pada
campuran air-anilin. Bila sedikit air ditambahkan pada anilin diperoleh campuran air-
anilin.
b. Bila ditambah terus terdapat dua lapisan yaitu air dalam anilin dan anilin dalam air.
Sebelum terjadi dua lapisan, susunan tetap hanya banyaknya masing-masing lapisan
berubah. Pada pemanasan campuran, suatu zat kedua lapisan hilang membentuk
cairan homogen.
c. Campuran dengan temperatur pelarutan kritis minimal. Jenis ini terdapat campuran
air, teriethy amin dengan temperatur kritis maksimal 18,5 ˚C.
d. Campuran dengan temperatur peraturan maksimal dan minimal. Campuran ini
terdapat pada campuran air-anilin. Temperatur pelarutan kritis maksimal terdapat
pada 28˚C.
e. Campuran cair temperatur larutan. Air dan eter bercampur sebagian dalam segala
perbandingan. Jadi, tidak mempunyai temperatur pelarutan kritis, baik minimal atau
maksimal (Sukardjo, 2003: 32).
Temperatur kritis (Tc) adalah batas atas temperatur dimana terjadi pemisahan fasa. Di
atas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar tercampur. Temperatur ini ada
gerakan termal yang lebih besar pada kedua kompinem. Dalam hal ini, pada temperatur
rendah , yang lebih besar pada kedua komponen. Dalam hal ini, pada temperatur rendah,
kedua komponen dapat bercampur, karena membentuk kompleks yang lemah. Pada
temperatut lebih tinggi, kompleks itu akan terurai dan komponen kurang bercampur. (Atkins
PW. 1999: 53)
Sistem pada percobaan ini dinamakan sistem biner. Karena memperlihat sifat kelarutan
timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Fenol dan air akan
berubah kelarutannya jika salah satu komponen baik fenol atau air ditambahkan.
Dalam eksperimen ini, metode yang digunakan yaitu metode eksperimen. Metode
eksperimen yaitu metode yang digunakan dengan cara menguji sampel apakah, grafik kedua
cairan yang bercampur sebagian sesuai dengan diagram biner (Bird, 1985: 73).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperature kritis. Jika mencapai temperature kritis, maka larutan
tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati
temperature kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur
sebagian lagi. Salah satu contoh dari timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang
membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap
perubahan temperatur baik dibawah temperature kritis. Jika temperature dari dalam kelarutan
fenol aquades dinaikkan di atas 500c maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan
berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %)
dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (Damaji, 2005: 43)

II. Eksperimental

2.1 Alat dan Bahan


Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabng reaksi besar dengan gabus,
beaker gelas 800 ml buret 50 ml, gelas ukur 50 ml, neraca, corong, pengaduk, pemanas, dan
pipet ukur 10 m. bahan – bahan yang digunakan adalah aquades dan n-butanol atau fenol.

2.2 Prosedur Kerja

Penambahan buatanol ke dalam air

Pertama, penambahan butanol ke dalam air, bahan yang harus disiapkan terlebih dahulu
yaitu penangas air. Kemudian masukan 10ml air ke dalam tabung reaksi melalui pipet tetes.
Kemudian tambahkan 1 ml butanol kedalam tabung reaksi. Kemudian panaskan tabung
beserta isinya dalam penangas sambil diaduk sampai tidak kelihatan keruhnya. Lalu,angkat
tabung dari penangas,biarkan carian menjadi dingin secara berlahan sambil di aduk.
Kemudian, catat suhu larutan, ketika larutan menjadi keruh. Selanjutnya ulangi langkah
memasukan 1 ml butanol ke dalam air dan panaskan setiap kali penambahan butanol sampai
dengan 10 ml butanol.

Penambahan air ke dalam butanol

Kedua, penambahan air ke dalam butanol, bahan yang harus disiapkan terlebih dahulu
yaitu penangas air. Kemudian masukan 10 ml butanol ke dalam tabung reaksi melalui pipet
tetes. Kemudian tambahkan 1 ml air kedalam tabung reaksi. Kemudian panaskan tabung
beserta isinya dalam penangas sambil diaduk sampai tidak kelihatan keruhnya. Lalu,angkat
tabung dari penangas,biarkan carian menjadi dingin secara berlahan sambil di aduk.
Kemudian, catat suhu larutan, ketika larutan menjadi keruh. Selanjutnya ulangi langkah
memasukan 1 ml air ke dalam butanol dan panaskan setiap kali penambahan air sampai
dengan 10 ml air

III. Hasil Dan Diskusi

3.1 Hasil Pengamatan

A. Gambar

1. Penambahan butanol ke dalam air


(1) (2)

(3) (4)

Keterangan gambar :

(1) gambar memanaskan air di atas penangas air

(2) 1 mL butanol ke dalam air

(3) memanaskan tabung beserta isinya dalam penangas sambil diaduk

(4) mengangkat tabung dari penangas

2. Penambahan air ke dalam butanol


(1) (2)

(3) (4)

Keterangan gambar :

(1) butanol 10 Ml

(2) 1 mL air kedalam butanol

(3) memanaskan tabung reaksi beserta isinya

(4) mengukur suhu larutan

B. Tabel Pengamatan

Massa jenis air = 1 gram/mL

Massa jenis butanol = 0,82 gram/mL

1. Penambahan butanol dalam air

Volume Butanol yang Suhu Kritis (0C) Suhu


ditambahkan (mL) Jernih (0C)
1 55 73
2 58 75
3 60 78
4 62 80
5 65 81
6 66 83
7 68 84
8 70 85
9 68 83
10 65 81

2. Penambahan air dalam butanol

Volume Air yang Suhu Kritis (0C) Suhu Jernih (0C)


ditambahkan (mL)
1 50 62
2 52 65
3 60 68
4 72 72
5 75 75
6 78 78
7 82 82
8 85 85
9 82 84
10 80 81

Analisis Data

1. Berat butanol dan air pada tiap komposisi


ρ butanol =0,82 gram/mL

ρ air =1gram/mL

Rumus : massa= ρ x volume


a. Berat butanol pada tiap penambahan butanol dalam air
1) Untuk volume butanol= 1 mL
Massa=0,82 gram/mL x 1 mL = 0,82 gram
2) Untuk volume butanol= 2 mL
Massa=0,82 gram/mL x 2 mL = 1,64 gram
3) Untuk volume butanol= 3 mL
Massa=0,82 gram/mL x 3mL = 2,46 gram
4) Untuk volume butanol= 4 mL
Massa=0,82 gram/mL x 4 mL = 3,28 gram
5) Untuk volume butanol= 5 mL
Massa=0,82 gram/mL x 5 mL = 4,1 gram
6) Untuk volume butanol= 6 mL
Massa=0,82 gram/mL x 6 mL = 4,92gram
7) Untuk volume butanol= 7 mL
Massa=0,82 gram/mL x 7 mL = 5,74 gram
8) Untuk volume butanol= 8 mL
Massa=0,82 gram/mL x 8 mL = 6,56 gram
9) Untuk volume butanol= 9 mL
Massa=0,82 gram/mL x 9 mL = 7,38 gram
10) Untuk volume butanol= 10 mL
Massa=0,82 gram/mL x 10 mL = 8,2 gram

b. Berat air pada penambahan air dalam butanol


1) Untuk volume air= 1 mL
Massa=1gram/mL x 1 mL = 1gram
2) Untuk volume air= 2 mL
Massa=1gram/mL x 2 mL = 2 gram
3) Untuk volume air = 3 mL
Massa=1gram/mL x 3mL = 3 gram
4) Untuk volume air = 4 mL
Massa=1gram/mL x 4 mL = 4 gram
5) Untuk volume air = 5 mL
Massa=1gram/mL x 5 mL = 5 gram
6) Untuk volume air = 6 mL
Massa=1gram/mL x 6 mL = 6 gram
7) Untuk volume air = 7 mL
Massa=1gram/mL x 7 mL = 7 gram
8) Untuk volume air = 8 mL
Massa=1gram/mL x 8 mL = 8 gram
9) Untuk volume air = 9 mL
Massa=1gram/mL x 9 mL = 9 gram
10) Untuk volume air = 10 mL
Massa=1gram/mL x 10 mL = 10 gram
2. Persen berat butanol dan air pada tiap komposisi
massa
Rumus : %W= ×100 %
massa campuran
a. Persen berat butanol pada penambahan butanol dalam air

1) Untuk volume butanol= 1 mL


0,82 g
%W= × 100 %= 45,05%
( 0,82+ 1 ) g
2) Untuk volume butanol= 2 mL
1,64 g
%W= ×100 % = 62,12%
( 1,64+1 ) g
3) Untuk volume butanol= 3 mL
2,46 g
%W= ×100 % = 71,09%
( 2,46+1 ) g
4) Untuk volume butanol= 4 mL
3,28 g
%W= ×100 %= 76,63%
(3,28+1) g
5) Untuk volume butanol= 5 mL
4,1 g
%W= ×100 % = 80,39%
( 4,1+1 ) g
6) Untuk volume butanol= 6 mL
4,92 g
%W= ×100 % = 83,10%
( 4,92+1 ) g
7) Untuk volume butanol= 7 mL
5,74 g
%W= ×100 % =85,16%
( 5,74+1 ) g
8) Untuk volume butanol= 8 mL
6,56 g
%W= ×100 %=¿ 86,77%
(6,56+1) g
9) Untuk volume butanol= 9 mL
7,38 g
%W= ×100 %= 88,06%
( 7,38+1 ) g
10) Untuk volume butanol= 10 mL
8,2 g
%W= ×100 %= 89,13%
(8,2+1)g
b. Persen berat air pada penambahan air dalam butanol

1) Untuk volume air= 1 mL


1g
%W= × 100 %= 54,94%
( 1+ 0,82 ) g
2) Untuk volume air= 2 mL
2g
%W= ×100 %= 70,92%
( 2+ 0,82 ) g
3) Untuk volume air= 3 mL
3g
%W= ×100 % = 78,53%
( 3+0,82 ) g
4) Untuk volume air= 4 mL
4g
%W= ×100 %= 82,98%
( 4+ 0,82 ) g
5) Untuk volume air= 5 mL
5g
%W= ×100 % = 85,91%
( 5+0,82 ) g
6) Untuk volume air= 6 mL
6g
%W= ×100 % = 87,97%
( 6+0,82 ) g
7) Untuk volume air= 7 mL
7g
%W= ×100 % = 89,51%
( 7+0,82 ) g
8) Untuk volume air= 8 mL
8g
%W= ×100 % = 90,70%
( 8+0,82 ) g
9) Untuk volume air= 9 mL
9g
%W= ×100 % = 91,64%
( 9+0,82 ) g
10) Untuk volume air= 10 mL
10 g
%W= ×100 %= 92,42%
( 10+0,82 ) g

C. Kurva
1) Kurva kelarutan butanol dalam air

Penambhan butanol dalam air


80 77 78
69 70 67
63 63.5
60 58 60 60
Temperatur (oC)

40

20

0
45.05 62.12 71.09 76.63 80.39 83.1 85.16 86.77 88.06 89.13
% W (%)

2) Kurva kelarutan air dalam butanol


Penambahan air dalam butanol

80
71 73
70
67 66
63 64
60
55 56
Temperatur (oC)

51

40

20

0
70.92 78.54 82.98 85.91 87.97 89.51 90.7 91.64 92.42
% W (%)

Suhu kritis yang dicapai

1. Suhu kritis untuk penambahan butanol dalam air = 78 0C.


2. Suhu kritis untuk penambahan air dalam butanol = 73 0C

3.2 Diskusi

Pada eksperimen kali ini kami melakukan percobaan mengenai kelarutan dua cairan
yang saling bercampur sebagian. Disini kami melakukan eksperimen ini memakai atau
menggunakan bahan yaitu air dan butanol. Kedua bahan ini memenuhi kemungkinan
eksperimen yaitu kedua zat cair hanya dapar bercampur pada komposisi tertentu. Cairan
hanya dapat bercampur pada komposisi tertentu karena larutan butanol larut sebagian dalam
air. Disini kami melakukan dua kali eksperimen yaitu yang pertama kelarutan butanol dalam
air dan kedua kelarutan air dalam butanol.

Kelarutan butanol dalam air. Untuk eksperimen ini kami menambahkan 1 mL butanol
kedalam 10 ml air sampai penambahan 10 kali dan volume butanol dalam air menjadi 10 ml.
Dalam setiap penambahan 1 ml terjadi kekeruhan. Untuk penambahan 1-8 kelarutan butanol
dalam air sangat mudah untuk larut, maksudnya butanol larut dalam air dengan cepat dan
untuk penambahan 9-10 butanol agak sulit untuk bercampur. Disini kami membutuhkan
waktu agak lama untuk memanaskan dengan cara mengaduk-aduk. Semakin tinggi suhu
maka akan semakin mudah untuk bercampur.

Kelarutan air dalam butanol. Untuk eksperimen ini kami menambahkan 1 ml air
kedalam 10 butanol sampai penambahan 10 kali sehingga volume air dalam menjadi 10 ml.
Disini terjadi pencampuran saat suhu tinggi, dan pada saat didinginkan terjadi kekeruhan
pada campuran ini. Larutan butanol ditambah air ( 1ml ) terdapat bidang batas dan saat
pemanasan kedua larutan ini bercampur.

Perubahan dua fasa menjadi satu fasa ini terjadi karena kelarutan air dalam butanol
meningkat dan sebaliknya kelarutan butanol dalam air juga meningkat, hal ini disebabkan
energi kinetik partikel semakin besar sehingga bercampur sempurna.

Komponen berada pada satu fasa pada saat campurannya larut homogen (jernih),
sedangkan komponen berada pada dua fasa ketika dilakukan penambahan air yang
menghasilkan dua lapisan (keruh). Pada percobaan penambahan air ke dalam butanol
didapatkan bahwa suhu kritisnya naik turun seiring semakin banyaknya penambahan air, hal
ini mungkin disebabkan karena hal-hal berikut.

1. Kurangnya ketelitian praktikan saat percobaan, misalnya pada saat membaca skala
termometer.
2. Validitas alat yang digunakan.
3. Kesalahan analisa data.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum mengenai Kelarutan Dua Cairan ang Selain Bercampur
Sebagian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Bila kosentrasi kedua cairan relatif besar, maka keduanya tidak bercampur sempurna
membentuk dua lapisan ( dua fasa ) yang dibatasi oleh suatu bidang batas, A larut
sebagian dalam B, B larut sebagian dalam A.

2. Jika dua cairan becampur sebagian maka kedua zat cair dapat saling melarutkan jika
jumlah air yang ditambahkan kedalam butanol atau sebaliknya berada dalam jumlah
yaang sedikit.
3. Suhu kritis adalah batas atau temperatur dimana terjadi pemisahan fasa , dimana pada
suhu tersebut kedua larutan benar-benar tercampur.

4.2 Saran

Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya praktikan hendaknya melakukan persiapan


secara matang, dan mencek validitas alat yang digunakan. Saat memulai percobaan ,
praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengamatan dan ketika percobaan
berlangsung hendaknya praktikan harus lebih hati-hati karena zat yang digunakan adalah
fenol yang apabila terkena kulit dapat menyebabkan luka.

V. Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih penulis sampaiakan kepada bapak Umar Kalmar Nizar,S.Si,
M.Si, Ph.D dan kepada ibuk Yerimadesi, S.Pd, M.Si selaku dosen yang mengajar di kimia
fisika 1.Kepada kak Serlitya Anvika Putri dan Lidia Herningsih. selaku asisten yang
membimbing selama praktikum. Serta kepada teman-teman yang membantu dalam penulisan
kebersamaan kita selama menempuh hari-hari perkuliahan.

Kepada Allah SWT yang senantiasa penulis harapkan semoga pengorbanan dan
segala sesuatunya dengan tulus dan ikhlas telah diberikan dan penulis harapkan akan selalu
mendapat limpahan rahmat dan hidayah-Nya,Amin.

Daftar Pustaka

Atkin, Pw. 1999. Kimia Fisika Edisi Ke 2. Kata Hadipjo Irma 1 Penerjemahan Indarto
Purnomo Wahyu Editor. Jakarta: Erlangga.

Bird, Tony. 1980. Kimia Fisika Universitas. Jakarta. Pt: Gramedia.

Damaji. 2005. Kimia Fisika 1. Jambi: Universitas Jambi.

Dagro, S dan Dogro Sk, 2008. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press.

Karyudi, Beny. 2002. Kimia Fisika 1. Jakarta: Erlangga.

Sukardjo. 2003. Dasar-Dasar Kimia Fisika. Yogyakarta: Universitas Negeri Gajah.

Tim Kimia Fisika. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Padang: UNP.

Anda mungkin juga menyukai