KAK - 1
TAHUN ANGGARAN 2021
SISTEMATIKA KAK
A. Latar Belakang
C. Penerima Manfaat
KAK - 2
A. LATAR BELAKANG
1. DASAR HUKUM
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran;
d. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
e. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
h. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
i. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan;
j. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 901 Tahun 2016 tentang
Rencana Induk Pelabuhan Nasional
k. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 85 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Penyeberangan;
l. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
m. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2004 Tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan;
n. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau;
o. Peraturan Menteri LH Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Amdal;
p. Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Peraturan Pemerintah lainnya
yang khusus mengatur wilayah studi tertentu.
2. GAMBARAN UMUM.
Pelabuhan merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan bongkar muat arus barang dan penumpang. Dengan
adanya pelabuhan ini diharapkan dapat dipenuhi kebutuhan bongkar muat arus
barang dan penumpang yang menunjang pembangunan/perkembangan wilayah
belakangnya. Dengan demikian, pembangunan pelabuhan bukanlah merupakan
kegiatan yang berdiri sendiri, tapi berkaitan erat dengan aspek-aspek ekonomi
dan sosial yang berada dalam jangkauan pelayanan angkutan pelabuhan tersebut.
KAK - 3
Pelabuhan Penyeberangan (plengsengan) di Kec. Pasimasunggu merupakan
lintas dari Pelabuhan Penyeberangan Bira – Pattumbukang – Kayuadi – Jampea –
Bonerate – Kalaotoa.
Studi yang dilakukan secara makro, adalah menyangkut kondisi sosial ekonomi
pada masa kini serta kecenderungannya dimasa datang yang meliputi potensi
potensi dan permasalahan-permasalahan yang ada, yakni pengaruhnya terhadap
daerah belakang (hinterland), seperti perdagangan, kemungkinan-kemungkinan
sistem perhubungan darat yang berpengaruh terhadap angkutan penyeberangan,
kebijaksanaan (wisdom) dan kebijakan (policy) yang diterapkan, baik yang berasal
dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Studi-studi makro
dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti studi pendukung, studi studi
kelayakan, studi masterplan, studi lingkungan, dll.
Studi mikro (detil) yang dilakukan adalah dengan menentukan lokasi pelabuhan
yang aman dari pengaruh dan sifat-sifat perairan (angin, gelombang, arus pasang
surut dan lain-lain), kedalaman kolam pelabuhan, alur pelayaran, kriteria-kriteria
navigasi, pemenuhan terhadap standar-standar keselamatan yang berlaku,
termasuk didalamnya perumusan dokumen-dokumen pra konstruksi, penilaian
konstruksi dan kegiatan sipil pelabuhan lainnya.
KAK - 4
pembangunan pelabuhan penyeberangan (plengsengan) dan untuk mendapatkan
detail desain pra konstruksi secara terperinci.
C. PENERIMA MANFAAT
1. KELUARAN
KAK - 5
- Kondisi pelabuhan sekarang;
- Prakiraan arus lalu lintas kapal, barang, dan penumpang;
- Rencana pengembangan (kebijakan) instansi terkait;
- Penyusunan Feasibilty Study (FS) Pembangunan dermaga plengsengan
di Kecamatan Pasimasunggu (Lintas Bira – Pattumbukang – Kayuadi –
Jampea – Bonerate - Kalaotoa) terdiri dari:
• Zonasi pemanfaatan ruang perairan dan daratan pelabuhan serta
rancangan DLKr/DLKp dalam bentuk peta berdasarkan perhitungan
kebutuhan fasilitas;
• Rencana tahapan pembangunan dan pengembangan pelabuhan
jangka pendek, menengah, dan panjang disertai dengan peta dan
layout dengan warna berbeda;
• Informasi data lingkungan untuk mendukung rencana
pembangunan dan pengembangan pelabuhan.
Laporan Penyusunan Feasibilty Study (FS) terdiri dari:
1. Draft Laporan Pendahuluan;
2. Laporan Pendahuluan
3. Darft Laporan Antara
4. Laporan Antara
5. Draft Laporan Akhir,
4. Laporan Akhir
5. Executive Summary
6. Soft Copy (CD)
KAK - 6
Indikator Keluaran:
Terselenggaranya kegiatan dokumen perencanaan teknis terinci FS,
Pembangunan dermaga plensengan Kepulauan di Kecamatan Pasimasunggu
(Lintas Bira - Pattumbukang – Kayuadi - Jampea – Bonerate - Kalaotoa).
b. Survey Topografi
• Pengikatan secara horizontal dan vertikal terhadap titik tetap utama
(referensi benchmark) pengukuran bathymetri dan penempatan serta
pengukuran titik tetap lainnya dan titik bantu (control point);
• Menentukan titik tetap (referensi) yang diperlukan untuk mengikat benda
benda, bangunan dan lain-lain yang dianggap perlu untuk dimasukan dalam
peta topografi dan bathymetri;
• Pengukuran ketinggian permukaan tanah daratan (topografi);
• Pengukuran detail batas lahan, batas bangunan, penggunaan lahan, jalan,
jembatan, maupun fenomena fisik bentang alam (jurang, parit, sungai, dll) di
sekitar rencana lokasi pembangunan dermaga;
KAK - 7
• Areal yang disurvey meliputi radius 1,0 kilometer dari estimasi tapak
dermaga;
• Analisis hasil pengukuran topografi, kemudian menggambarkannya dalam
bentuk peta topografi dengan skala 1:1000;
• Peralatan yang dipergunakan antara lain Theodolite, Waterpass dan
sebagainya yang memenuhi syarat Wild T0, yang mempunyai derajat
ketelitian yang tinggi berdasarkan hasil koreksi terakhir dari yang
berwenang dan siap pakai;
• Personil yang mempergunakan peralatan tersebut harus cukup
berpengalaman dan bertanggung jawab.
c. Survei Bathymetri
• Pembuatan titik tetap utama (referensi benchmark) yang merupakan titik
awal pengukuran arah horizontal dan vertikal. Titik tetap (referensi
benchmark) tersebut ditetapkan dan diikatkan vertikal dengan pengukuran
pasang surut (peilschaal) di perairan yang ditentukan. Benchmark juga
diikatkan dengan menggunakan pengukuran horizontal poligon dan GPS.
Titik ini harus ditempatkan ditempat yang aman dan mudah terlihat. Titik
referensi tersebut diukur berdasarkan sistem koordinat geografis;
• Pemeruman (kedalaman air) dengan referensi kedudukan air surut
terendah (LLWS) sesuai dengan pengikatan pasang surut (peilschaal);
• Pengukuran dan penggambaran garis pantai berdasarkan kedudukan air
pasang tertinggi (HHWS) dan kedudukan air surut terendah (LLWS);
• Penandaan (marking) posisi benda-benda yang dapat mengganggu
pelayaran dalam koordinat geografis;
• Pengamatan arus simultan, arus dominan sedimentasi, abrasi sedimen
melayang (suspended sediment);
• Penelitian gelombang perairan, gelombang pecah dan gelombang utama
(dominan);
• Penelitian pasang surut pada peilschaal minimal 15 piantan (kontinyu)
dengan interval bacaan minimal 30 menit;
• Mencari dan meneliti data dari instansi lain yang bersangkutan untuk
dipergunakan sebagai pembanding;
• Menggambarkan seluruh data hydrography tersebut dalam butir-butir
di atas dalam bentuk peta;
• Membuat gambar-gambar potongan/profil untuk tempat-tempat yang
dianggap penting;
• Survey bathymetri dilakukan dalam areal dengan radius 2 mile dari tapak
dermaga, termasuk penelitian access fairway selebar 50 m sejauh 2 mile;
• Peralatan yang dipergunakan antara lain Theodolite, Wild To, Echo
Sounder, GPS (Global Position System) dan Sextant yang memenuhi
syarat (TOR) dan mempunyai ketepatan dan ketelitian yang tinggi.
KAK - 8
kedalaman 30 meter dibawah permukaan tanah/sea bed tetapi masih
belum didapat nilai tahanan conus lebih besar dari 200 Kg/cm2 maka
dapat dipertimbangkan penyondiran tersebut untuk dihentikan, dengan
catatan bahwa hasil yang diperoleh sudah cukup untuk mendukung
desain yang akan dikerjakan;
• Letak titik-titik penyondiran digambar didalam peta. Hasilnya digambar
dalam bentuk grafik sondir yang memperlihatkan besarnya tahanan
yang menunjukkan perkiraan letak lapisan tanah keras dan dilengkapi
dengan keterangan yang dianggap perlu misalnya letak sea bed, HHWS,
LLWS, dan sebagainya;
• Metoda penyondiran mengikuti standar ASTM D-3441-86 “Method for
deep, quasi static cone and friction – Cone penetration test”;
• Peralatan sondir yang dipergunakan harus memenuhi syarat ketelitian
yang tinggi dan siap dipakai berdasarkan koreksi terakhir dari pihak
yang berwenang.
2. Survey Pengeboran (Penyelidikan dan Pengujian Mekanika Tanah)
• Jumlah titik-titik bor di masing-masing lokasi tapak dermaga adalah
sebanyak 3 lokasi titik boring di perairan dan 1 lokasi titik boring di
daratan;
• Hasil dari pekerjaan boring berupa boring log yang memperlihatkan
perkiraan jenis lapisan tanah, letak lapisan tanah dan letak lapisan tanah
keras yang ditunjukkan dalam nilai SPT, serta pengambilan contoh tanah
untuk pengujian di laboratorium berupa undisturbed samples dan
disturbed samples;
• Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 30 meter dibawah permukaan
tanah/ sea bed serta dilakukan uji Standard Penetration Test (SPT) dan
dilakukan pengambilan contoh tanah, pengeboran dengan air (wash
boring) tidak dibenarkan. Pengeboran dapat dihentikan apabila nilai
Standard Penetration Test (SPT) sudah mencapai nilai 60 pada lapisan
dengan ketebalan tiga meter. Jika pada kedalaman 30 meter belum
ditemukan tanah keras (N>60), maka pelaksana agar menghubungi
pemilik pekerjaan untuk berkoordinasi;
• Pengujian Standard Penetration Test (SPT) dilakukan pada interval
kedalaman satu meter atau pada tiap-tiap pergantian jenis tanah.
Sedangkan pengambilan contoh tanah ini dilakukan setiap interval
kedalaman 3 meter untuk undisturbed samples, sedangkan untuk
disturbed samples diambil sebanyak mungkin atau dapat dilakukan
setiap kedalaman 0,5 meter sehingga untuk setiap titik pengeboran dapat
digambar boring log yang lengkap.
KAK - 9
• Analisis finansial terkait operasionalisasi fasilitas pelabuhan penyeberangan
yang dikembangkan
• Estimasi pengaruh pengembangan fasilitas pelabuhan terhadap aspek
lingkungan fisik dan non fisik
• Penyusunan skenario pembangunan berdasarkan prioritas kebutuhan
fasilitas yang dikembangkan
2. Pembuatan peta
• Peta Wilayah Kerja meliputi Peta Propinsi, Peta Kabupaten, Peta Lintas dan
Inzet Peta Lokasi
• Peta Batimetri dengan sistem grid Lintang Bujur dan sistem grid Kartesian
skala 1:5.000
• Peta Bahaya Pelayaran Sekitar Pelabuhan dengan sistem grid lintang bujur
skala 1:5.000
• Peta Topografi dengan sistem grid Kartesian skala 1:1.000
• Peta Batas Lahan dan Penggunaan Lahan dengan sistem grid skala 1:1000
• Laporan Pengamatan Pasang Surut meliputi tipe pasang surut,
ketinggianketinggian referensi pasang surut dan koefisien pasang surut
• Laporan Pengamatan Arus, Angin dan Gelombang meliputi arus, angin dan
gelombang dominan dalam waverose dan windrose serta peramalannya
dalam kurun waktu minimal 25 tahunan.
• Laporan Pengamatan Garis Pantai meliputi letak abrasi dan sedimentasi,
arah sedimentasi atau abrasi dan estimasi perubahan garis pantai minimal
25 tahunan.
3. Pengujian laboratorium
• Contoh tanah tersebut di atas diperiksa di laboratorium untuk mendapat
parameter-parameter tanah antara lain berupa index properti, structural
property, diskripsi jenis dan klasifikasi tanah.
• Pengujian contoh tanah undisturbed, meliputi : Grain size analysis, Atterberg
limits, Insitu bulk and dry density, Natural Moisture content, Consolidation
characteristic, Share strenght characteristic, Permeability characteristic.
• Pengujian contoh tanah disturbed dilakukan untuk mendapatkan deskripsi
tanah, jenis, bentuk, warna, sifat butir, serta kandungan mineral tanah,
meliputi: Lithologic description, Bentuk, warna dan sifat butiran.
• Pemodelan sedimentasi, abrasi dan hidrooseanografi
• Pemodelan struktur bangunan dan pelabuhan
C. Rekomendasi pembangunan
KAK - 10
5. PERSONIL
Dalam pelaksanaannya, kegiatan FS, Pembangunan dermaga plengsengan di
Kepulauan (Lintas Bira - Pattumbukang – Kayuadi - Jampea – Bonerate-
Kalaotoa) membutuhkan beberapa orang Tenaga Ahli yang terorganisir dibawah
pimpinan seorang Team Leader.
3) Ahli Geodesi
Mempunyai Keahlian Jasa Konsultan (bagi tenaga ahli yang dibutuhkan
sebagai tenaga ahli teknik sesuai UU Jasa Konstruksi). Ahli Geodesi
diisyaratkan kualifikasi pendidikan S1 Geodesi/Geologi dengan pengalaman
kerja sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) bulan dan memiliki Sertifikat
Keahlian Kerja (SKA) Ahli Geodesi. Bertugas membahas semua data dan
informasi yang berhubungan dengan pemetaan, topografi, dan lain-lain, serta
kondisi lokasi dan menetapkan kriteria yang diperlukan, mengidentifikasi
surveysurvey tambahan oleh Tim Surveyor dan mengawasi hasil-hasil survey
dan bekerja sama dengan tim lainnya sesuai bidang keahilannya.
4) Surveyor Pengukuran
Lulusan D3 Teknik dengan pengalaman sebagai surveyor pengukuran
bathimetri dan topografi, serta olah data dengan pengalaman minimal 36
bulan.
6) Operator Komputer
Lulusan D3 Sekretaris/Administrasi dengan pengalaman sebagai tenaga
administrasi minimal 36 bulan.
KAK - 11
E. BIAYA YANG DIPERLUKAN
Waktu pelaksanaan dijadwalkan 120 (seratus dua puluh) hari. Keluaran kegiatan
berupa tersusunnya dokumen Study Kelayakan (Feasibility Study) Pembangunan
Dermaga Plengsengan di Kepulauan (Lintas Bira - Pattumbukang – Kayuadi - Jampea –
Bonerate - Kalaotoa) harus dapat dicapai dalam satu tahun anggaran. Jadwal pelaporan
pekerjaan adalah sebagai berikut:
DIBUAT OLEH :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Drs. SUARDI
NIP. 19670705 19940310 1 020
KAK - 12