NIM :J2A021064
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras Penyusun semata, melainkan juga
atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, Penyususn ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini, diantaranya:
1. drg. Hesti Widyawati, M.H. selaku dosen Trainer Praktikum Biokima Analisisi kualitatif
Gigi.
2. Orang tua, kerabat, sahabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu.
Penyusun sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk
itu,Penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar
laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. peyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat
untuk kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cairan rongga mulut terdiri dari saliva, cairan celah gingiva, dan secret epitel rongga
mulut. Sifat kelenjar saliva dan sekresinya di tentukan oleh tipe sekretori yaitu serus,
seromukus dan mukus. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari ekresi
kelenjar saliva dan cairan krevikuler gingiva.
Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu sodium,
potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang
berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin,
polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut (Purba, 2009).
Produksi saliva di produksikan kelenjar mayor sekitar 90% yaitu kelenjar parotis
memproduksi sekresi cairan serousa, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual
menghasilkan cairan serousmukusa. Sekitar 10% saliva diproduksi oleh kelenjar saliva minor
yang terdapat pada mukosa rongga mulut di bagian lingual, labial, buccal, palatinal, dan
glossopalatinal (Yani& Atik 2018)
Muara pembuangan pada kelenjar parotis disebut duktus stensen dan masuk pada mukosa
bukal setinggi gigi molar dua rahang atas. Pada kelenjar submandibula disebut duktus
wharton yang berjalan sepanjang dasar mulut hingga ke frenulum lingualis. Kelenjar
sublingual sekresinya tidak dapat dipisahkan dari kelenjar submandibula (Kusumasari, 2012).
1. Mahasiswa Mahasiswa mampu melakukan pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji
hidrolisis amilosa, serta hasil pengukuran volume cairan sulkus gingiva
2. Mahasiswa mampu mengintepretasikan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil
uji hidrolisis amilosa, serta hasil pengukuran volume cairan sulkus gingiva
3. Mahasiswa mampu menyebutkan kandungan atau komposisi saliva
4. Mahasiswa mampu menyebutkan factor yang mempengaruhi sekresi saliva
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme sekresi saliva
6. Mahasiswa mampu menyebutkan fungsi cairan sulkus gingiva
1.3. Manfaat Penelitian
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji hidrolisis
amilosa, serta hasil pengukuran volume cairan sulkus gingiva
2. Mahaiswa dapat mengintepretasikan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji
hidrolisis amilosa, serta hasil pengukuran volume cairan sulkus gingiva
3. Mahasiswa dapat menyebutkan kandungan atau komposisi saliva
4. Mahasiswa dapat menyebutkan factor yang mempengaruhi sekresi saliva
5. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sekresi saliva
6. Mahasiswa fapat menyebutkan fungsi cairan sulkus gingiva
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Dasar Teori
Kecepatan aliran sekresi saliva berubah- ubah pada individu atau bersifat
kondisional sesuai dengan fungsi waktu, yaitu sekresi saliva mencapai minimal
pada saat tidak distimulasi dan mencapai maksimal pada saat distimulasi. Saliva
juga tidak diproduksi dalam jumlah besar secara tetap, hanya pada waktu tertentu
saja sekresi saliva meningkat. Rata-rata aliran saliva 20 ml/jam pada saat istirahat,
150 ml/jam pada saat makan dan 20-50 ml selama tidur. Kecepatan aliran saliva
tergantung pada kondisi kelenjar saliva tanpa stimulasi atau terstimulasi.
Kecepatan aliran saliva tanpa stimulasi yaitu 0,26 ml/menit dengan pH berkisar
antara 6,10-6,47 dan dapat meningkat sampai 7,8 pada saat kecepatan aliran saliva
mencapai maksimal. Kecepatan sekresi saliva terstimulasi 3,0 ml/menit dengan pH
7,62. (Indriana, 2014)
METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
3. Waterbath
4. Larutan amilum
6. Larutan iodin
7. Larutan saliva
1.Pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji hidrolisis amilosa, serta hasil pengukuran
volume cairan sulkus gingiva
2. Intepretasi pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji hidrolisis amilosa, serta hasil
pengukuran volume cairan sulkus gingiva
o Probandus A
Pada probandus A didapatkan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva tanpa stimulasi
yaitu 6,2 dan 0,35ml/menit. Sedangkan hasil pengeukuran pH dan laju aliran saliva
dengan stimulasi yaitu 8,6 dan 1,2 ml/menit. Dari uraian diatas hasil pengukuran pH dan
laju aliran saliva dengan stimulasi dapat dikategorikan normal.
o Probandus B
Pada probandus B didapatkan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva tanpa stimulasi
yaitu 6,1 dan 0,25 ml/menit. Sedangkan hasil pengeukuran pH dan laju aliran saliva
dengan stimulasi yaitu 7,5 dan 1,0 ml/menit. Dari uraian diatas hasil pengukuran pH dan
laju aliran saliva dengan stimulasi dapat dikategorikan normal.
o Probandus C
Pada probandus C didapatkan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva tanpa stimulasi
yaitu 6,3 dan 0,30 ml/menit. Sedangkan hasil pengeukuran pH dan laju aliran saliva
dengan stimulasi yaitu 7,8 dan 1,2 ml/menit. Dari uraian diatas hasil pengukuran pH dan
laju aliran saliva dengan stimulasi dapat dikategorikan normal.
B. Uji Hidrolisis Amilosa
Pada uji hidrolisi amilosa disediakan 3 tabung dan masing-masing tabung berisikan 2,5 ml
saliva yang akan dicampurkan amilum dan HCl. Tabung – tabung tersebut diberi nama
tabung 1, tabung 2, dan tabung 3
o Tabung 1
Saliva yang dipanaskan dan di dinginkan menggunakan air keran, lalu ditambahkan 2,5
ml larutan amilum didiamkan selama 30 detik didalam waterbath dengan suhu 37oC
mendapatkan hasil warna biru yang diartikan hasil uji amilum negative.
o Tabung 2
Saliva ditambahkan dengan HCl encer 5 tetes dan ditambahkan 2,5 ml larutan amilum
didiamkan selama 30 detik didalam waterbath dengan suhu 37oC mendapatkan hasil
warna biru yang diartikan hasil uji amilum negatif
o Tabung 3
Saliva ditambahkan langsung dengan 2,5 ml larutan amilum didiamkan selama 30 detik
didalam waterbath dengan suhu 37oC mendapatkan hasil warna kekuningan yang
diartikan sebagai uji amilum positif.
o Probandus B
Pada probandus B dengan keterangan identitas probandus sehat, keadaan gigi dan mulut
normal menunjukkan hasil pengukuran volume cairan krevikuler gingiva setelah 3 menit
di biarkan dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2% dengan gigi insisivus lateral rahang
atas sebelah kanan (12) Panjang daerah yang terwanani 0,05 mm, gigi insisivus central
Rahang atas sebelah kanan (11) 0,02 mm, gigi insisivus central rahang atas sebelah kiri
(21) 0,02 mm, dan gigi insisivus lateral rahang atas sebelah kanan (22) 0,05 mm.
Tekanan selama perawatan ortodontik dapat menyebabkan destruksi jaringan
periodontal yang mungkin mempengaruhi angka aliran CKG dan komponennya. Dari
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pergerakan dan
aplikasi tekanan ortodontik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume CKG.
Meski demikian, ada peningkatan volume CKG meski tidak signifikan, terkait dengan
derajat inflamasi yang secara normal terjadi selama perawatan ortodontik (Dannan et al,
2009).
o Probandus C
Pada probandus C dengan keterangan identitas probandus memakai alat ortodontik
cekat,gigi berjejal, gusi kemerahan menunjukkan hasil pengukuran volume cairan
krevikuler gingiva setelah 3 menit di biarkan dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2%
dengan gigi insisivus lateral rahang atas sebelah kanan (12) Panjang daerah yang
terwanani 0 mm, gigi insisivus central Rahang atas sebelah kanan (11) 0 mm, gigi
insisivus central rahang atas sebelah kiri (21) 0 mm, dan gigi insisivus lateral rahang atas
sebelah kanan (22) 0 mm.
4.2. Pembahasan
1. Komposisi Saliva
Komposisi saliva terdiri atas 94,0% - 99,5% air, bahan organik, dan
anorganik. Komponen anorganik saliva antara lain Na+, K+, Ca 2+
, Mg ,Cl , SO4,
2+
H2PO4, HPO4. Sedangkan komponen organik utama adalah protein, selain itu juga
ditemukan lipida, glukosa, asam amino, ureum, amoniak, dan vitamin.
Protein saliva memiliki peran penting dalam melindungi gigi dari karies dan erosi.
Beberapa protein seperti protein-rich proleins, cystatins, MG1, lactoferrin, lysozym dan
amylase berperan dalam pembentukan pelikel yang melapisi gigi. Mucin (Glikoprotein)
merupakan komponen penting dari saliva yang melapisi mukosa mulut dan menyebabkan
saliva menjadi kental. (Kasuma M,Biomed, 2015)
2. Faktor yang mempengaruhi sekresi saliva
A. Hidrasi : Jika tubuh kekurangan air, aliran saliva berkurang karena kelenjar saliva
mengurangi sekresi untuk mempertahankan jumlah air tubuh
B. Posisi tubuh : dalam keadaan beridri laju aliran saliva tinggi, pada saat berbaring laju
aliran saliva menjadi lebih rendah daripada saat duduk.
C. Jenis kelamin : perubahan hormonal pada Wanita dapat mempengaruhi keadaan dalam
rongga mulut termasuk aliran sekresi saliva
D. Medikasi Obat-obatan yang bersifat anticholinergic seperti antidepresan, anxiolitik,
antipsikotik, antihistamin dan antihipertensi, menyebabkan berkurangnya laju aliran
saliva dan mengubah komposisinya. obat ubatan antikonvulsan, agen sitotoksik,dan
muscle relaxants dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar saliva sehingga mempengaruhi
laju aliran saliva
5.2. Saran
1. Semoga kedepannya praktikum ini dilaksanakan langsung oleh mahasiswa agar
mahasiswa bisa menguji dan melihat hasilnya secara langsung.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Indriana, T. (2014, Mei). Perbedaan laju aliran saliva dan pH karena pengaruh stimulus kimiawi
Kasuma M,Biomed, D. (2015). Fisiologi dan patofisiologi saliva. Padang: Andalas Univeristy
Press.
Yogyakarta.
Bakar, A. (2015). Gingival Crevicular Fluid sebagai Alternatif Cairan Fisiologis Rongga Mulut.
(n.d.).