Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DAN FISIOLOGI

CAIRAN RONGGA MULUT

NAMA : VANIA AULIA NUSANTI

NIM :J2A021064

TAHUN AJARAN 2022/2023

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ANALISIS KUALITATIF GIGI


Laporan Praktikum ini disusun sebagai tugas untuk menyelesaikan tugas Praktikum Biokimia
Analisis Kualitatif Gigi.

Semarang, 8 Juli 2022 Menyetujui,


Trainer

drg. Hesti Widyawati, M.H


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah
diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Bokimia Analisis
Kualitatif Gigi ini. Adapun tujuan disusunnya Laporan Praktikum ini sebagai tugas untuk
menyelesaikan tugas Praktikum Biokimia Analisis Kualitatif Gigi

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras Penyusun semata, melainkan juga
atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, Penyususn ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini, diantaranya:

1. drg. Hesti Widyawati, M.H. selaku dosen Trainer Praktikum Biokima Analisisi kualitatif
Gigi.
2. Orang tua, kerabat, sahabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu.

Penyusun sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk
itu,Penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar
laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. peyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat
untuk kita semua.

Semarang, 8 Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Cairan rongga mulut terdiri dari saliva, cairan celah gingiva, dan secret epitel rongga
mulut. Sifat kelenjar saliva dan sekresinya di tentukan oleh tipe sekretori yaitu serus,
seromukus dan mukus. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari ekresi
kelenjar saliva dan cairan krevikuler gingiva.
Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu sodium,
potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang
berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin,
polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut (Purba, 2009).
Produksi saliva di produksikan kelenjar mayor sekitar 90% yaitu kelenjar parotis
memproduksi sekresi cairan serousa, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual
menghasilkan cairan serousmukusa. Sekitar 10% saliva diproduksi oleh kelenjar saliva minor
yang terdapat pada mukosa rongga mulut di bagian lingual, labial, buccal, palatinal, dan
glossopalatinal (Yani& Atik 2018)
Muara pembuangan pada kelenjar parotis disebut duktus stensen dan masuk pada mukosa
bukal setinggi gigi molar dua rahang atas. Pada kelenjar submandibula disebut duktus
wharton yang berjalan sepanjang dasar mulut hingga ke frenulum lingualis. Kelenjar
sublingual sekresinya tidak dapat dipisahkan dari kelenjar submandibula (Kusumasari, 2012).

1.2. Tujuan Penelitian

1. Mahasiswa Mahasiswa mampu melakukan pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji
hidrolisis amilosa, serta hasil pengukuran volume cairan sulkus gingiva
2. Mahasiswa mampu mengintepretasikan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil
uji hidrolisis amilosa, serta hasil pengukuran volume cairan sulkus gingiva
3. Mahasiswa mampu menyebutkan kandungan atau komposisi saliva
4. Mahasiswa mampu menyebutkan factor yang mempengaruhi sekresi saliva
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme sekresi saliva
6. Mahasiswa mampu menyebutkan fungsi cairan sulkus gingiva
1.3. Manfaat Penelitian

1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji hidrolisis
amilosa, serta hasil pengukuran volume cairan sulkus gingiva
2. Mahaiswa dapat mengintepretasikan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji
hidrolisis amilosa, serta hasil pengukuran volume cairan sulkus gingiva
3. Mahasiswa dapat menyebutkan kandungan atau komposisi saliva
4. Mahasiswa dapat menyebutkan factor yang mempengaruhi sekresi saliva
5. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sekresi saliva
6. Mahasiswa fapat menyebutkan fungsi cairan sulkus gingiva
BAB II

DASAR TEORI
2.1. Dasar Teori

A. Pengukuran pH dan laju aliran saliva

Kecepatan aliran sekresi saliva berubah- ubah pada individu atau bersifat
kondisional sesuai dengan fungsi waktu, yaitu sekresi saliva mencapai minimal
pada saat tidak distimulasi dan mencapai maksimal pada saat distimulasi. Saliva
juga tidak diproduksi dalam jumlah besar secara tetap, hanya pada waktu tertentu
saja sekresi saliva meningkat. Rata-rata aliran saliva 20 ml/jam pada saat istirahat,
150 ml/jam pada saat makan dan 20-50 ml selama tidur. Kecepatan aliran saliva
tergantung pada kondisi kelenjar saliva tanpa stimulasi atau terstimulasi.
Kecepatan aliran saliva tanpa stimulasi yaitu 0,26 ml/menit dengan pH berkisar
antara 6,10-6,47 dan dapat meningkat sampai 7,8 pada saat kecepatan aliran saliva
mencapai maksimal. Kecepatan sekresi saliva terstimulasi 3,0 ml/menit dengan pH
7,62. (Indriana, 2014)

B. Uji Hidrolisis Amilosa

Saliva merupakan cairan eksokrin yang dikeluarkan ke dalam rongga mulut


melalui kelenjar saliva. Secara umum, saliva berperan dalam proses pencernaan
makanan, pengaturan keseimbangan air, menjaga integritas gigi, aktivitas
antibakterial, buffer dan berperan penting bagi kesehatan rongga mulut.
Komposisi saliva terdiri atas 94,0% - 99,5% air, bahan organik, dan anorganik.
Komponen anorganik saliva antara lain Na+, K+, Ca 2+, Mg 2+,Cl , SO4, H2PO4,
HPO4. Sedangkan komponen organik utama adalah protein, selain itu juga
ditemukan lipida, glukosa, asam amino, ureum, amoniak, dan vitamin.
(Indriana, 2014)

C. Pengukuran Volume Cairan Krevikuler Gingiva

Cairan krevikuler gingiva (CKG) adalah eksudat inflamasi yang ditemukan


padasulkus gingiva. Sebagai eksudat, volume CKG cenderung meningkat dengan
adanyainflamasi dan permeabilitas kapiler (Kavadia-Tsatala et al, 2002). Jumlah
cairan CKG hanyasedikit pada sulkus yang sehat (Rajendran dan
Sivapathasundaram, 2009). Pada keadaan normal cairan krevikuler gingiva akan
melewati epitel junctional menuju ke permukaan gigi(Roeslan, 2002).Cairan
krevikuler gingiva merupakan salah satu mediator respon seluler dan humoralyang
ikut berperan dalam proses patogenesis berbagai kelainan di dalam rongga
mulut(Roeslan, 2002).Komposisi utama dari cairan krevikuler gingiva adalah sel-
sel inflamatori(terutama leukosit polimorfonuklear) dan protein serum (Rose et
al, 2004), inilah yang membedakannya dengan saliva. Unsur-unsur cairan CKG
sangat tergantung dari kondisijaringan periodontal. Secara umum, sel-sel,
immunoglobulin, mikroorganisme, toksin dan enzim lysosomal dapat ditemukan
pada CKG.
BAB III

METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan

A. Pengukuran pH dan Laju Aliran Saliva


1. Masker
2. Handscoon
3. Stopwatch
4. Gelas ukur
5. Permen karet
6. Kertas pH indikator

B. Uji Hidrolisis Amilosa


1. Tabung reaksi

2. Bunsen dan spiritus

3. Waterbath

4. Larutan amilum

5. Larutan HCl encer

6. Larutan iodin

7. Larutan saliva

C. Pengukuran Volume Cairan Krevikuler Gingiva


1.Sliding caliper (Jangka sorong)
2. Kertas saring ukuran panjang 10 mm, lebar 2 mm
3. Larutan ninhidrin 2%
4. Alkohol 70%
5. Plastik kecil
6. Kapas
7. Cotton roll
3.2. Skema kerja

A. Pengukuran Laju pH dan Laju Saluran Saliva


1. Meminta probandus untuk berkumur terlebih dahulu dengan air mineral 1x
2. Probandus menampung saliva dalam beaker glass tiap 1 menit selama lima menit
3. Ukur pH saliva yang telah ditampung dengan menggunakan kertas indikator pH. Catat
hasilnya.
4. Pindahkan saliva ke dalam gelas ukur untuk diukur volumenya.
5. Hitung laju aliran saliva dengan rumus
6. Mencatat hasil perhitungan ke dalam tabel.
7. Meminta probandus untuk beristirahat 15 menit sebelum melakukan percobaan
berikutnya.
8. Mintalah probandus untuk mengunyah permen karet selama 5 menit
9. Lakukan kembali langkah 2-5, kemudian catat hasilnya

B. Uji Hidrolisis Amilosa


1. Ambil 3 tabung reaksi, masing-masing diberi nomor dan diisi 2,5 ml saliva encer
2. Berikan perlakuan sebagai berikut :

• Tabung 1 : Panaskan lalu dinginkan di bawah air ledeng. Tambahkan 2,5 ml


larutan amilum

• Tabung 2 : Tambahkan 5 tetes HCl encer. Tambahkan 2,5 ml larutan amilum

• Tabung 3 : Tambahkan 2,5 ml larutan amilum

3. Ketiga tabung dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 37oC


4. Ambil setetes larutan dari masing-masing tabung tiap 30 detik, kemudian teteskan
larutan iodin. Lakukan sampai tes iodium negatif.
5. Amati reaksi yang terjadi
C. Uji Pengukuran Volume Cairan Krevikuler Gingiva
1. Isolasi rongga mulut probandus dengan cotton roll
2. Gingiva dikeringkan dengan kapas
3. Kertas saring disisipkan ke dalam sulkus gingiva pada gigi anterior rahang atas (gigi 12,
11, 21, 22) sampai menyentuh dasar sulkus dan dibiarkan di sulkus gingiva selama 3
menit.
4. Kertas saring diambil dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2%
5. Kertas saring disimpan dalam plastik kecil
6. Ukur panjang (mm) daerah yang terwarnai oleh larutan ninhidrin 2% pada kertas saring
7. Hasil pengukuran panjang daerah yang terwarnai dikalikan lebar dan tebal kertas saring
sehingga diperoleh volume cairan krevikuler gingiva.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil

1.Pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji hidrolisis amilosa, serta hasil pengukuran
volume cairan sulkus gingiva

2. Intepretasi pengukuran pH dan laju aliran saliva, hasil uji hidrolisis amilosa, serta hasil
pengukuran volume cairan sulkus gingiva

A. Pengukuran pH dan Laju Aliran Saliva

o Probandus A
Pada probandus A didapatkan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva tanpa stimulasi
yaitu 6,2 dan 0,35ml/menit. Sedangkan hasil pengeukuran pH dan laju aliran saliva
dengan stimulasi yaitu 8,6 dan 1,2 ml/menit. Dari uraian diatas hasil pengukuran pH dan
laju aliran saliva dengan stimulasi dapat dikategorikan normal.
o Probandus B
Pada probandus B didapatkan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva tanpa stimulasi
yaitu 6,1 dan 0,25 ml/menit. Sedangkan hasil pengeukuran pH dan laju aliran saliva
dengan stimulasi yaitu 7,5 dan 1,0 ml/menit. Dari uraian diatas hasil pengukuran pH dan
laju aliran saliva dengan stimulasi dapat dikategorikan normal.
o Probandus C
Pada probandus C didapatkan hasil pengukuran pH dan laju aliran saliva tanpa stimulasi
yaitu 6,3 dan 0,30 ml/menit. Sedangkan hasil pengeukuran pH dan laju aliran saliva
dengan stimulasi yaitu 7,8 dan 1,2 ml/menit. Dari uraian diatas hasil pengukuran pH dan
laju aliran saliva dengan stimulasi dapat dikategorikan normal.
B. Uji Hidrolisis Amilosa

Pada uji hidrolisi amilosa disediakan 3 tabung dan masing-masing tabung berisikan 2,5 ml
saliva yang akan dicampurkan amilum dan HCl. Tabung – tabung tersebut diberi nama
tabung 1, tabung 2, dan tabung 3

o Tabung 1

Saliva yang dipanaskan dan di dinginkan menggunakan air keran, lalu ditambahkan 2,5
ml larutan amilum didiamkan selama 30 detik didalam waterbath dengan suhu 37oC
mendapatkan hasil warna biru yang diartikan hasil uji amilum negative.
o Tabung 2

Saliva ditambahkan dengan HCl encer 5 tetes dan ditambahkan 2,5 ml larutan amilum
didiamkan selama 30 detik didalam waterbath dengan suhu 37oC mendapatkan hasil
warna biru yang diartikan hasil uji amilum negatif
o Tabung 3

Saliva ditambahkan langsung dengan 2,5 ml larutan amilum didiamkan selama 30 detik
didalam waterbath dengan suhu 37oC mendapatkan hasil warna kekuningan yang
diartikan sebagai uji amilum positif.

C. Pengukuran Volume Cairan Krevikuler Gingiva


o Probandus A
Pada probandus A dengan keterangan identitas probandus Wanita, sedang mengalami
menstruasi menunjukkan hasil pengukuran volume cairan krevikuler gingiva setelah 3
menit di biarkan dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2% dengan gigi insisivus lateral
rahang atas sebelah kanan (12) Panjang daerah yang terwanani 0 mm, gigi insisivus
central Rahang atas sebelah kanan (11) 0 mm, gigi insisivus central rahang atas sebelah
kiri (21) 0,05 mm, dan gigi insisivus lateral rahang atas sebelah kanan (22) 0,03 mm.
Siklus menstruasi adalah pola perubahan ritmis bulanan dari ovarium, organ-organ
seksual wanita serta kecepatan sekresi hormon-hormon wanita, yang timbul karena
fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron. Fluktuasi hormon estrogen dan
progesteron sangat mempengaruhi kondisi di dalam rongga mulut dalam bentuk
inflamasi, gingivitis, periodontitis, dan lain-lain. Siklus menstruasi berpengaruh
terhadap angka leukosit cairan sulkus gingiva, yaitu pada saat terjadi peningkatan hormon
estrogen dan progesteron. Leukosit yang ada pada sulkus gingiva merupakan faktor
penting dalam menentukan diagnosis inflamasi (Ngo et al, 2008). Penelitian yang
dilakukan Lindhe dan Attstrom menyatakan bahwa peningkatan eksudat gingiva terjadi
pada wanita pada saat ovulasi. Selama siklus menstruasi, wanita tanpa gingivitis tidak
menunjukkan adanya peningkatan cairan gingiva, sementara wanita yang menderita
gingivitis menunjukkan adanya peningkatan cairan gingiva. Peningkatan hormone sex
selama masa menstruasi memodulasi perkembangan inflamasi gingiva yang terlokalisas
(Markou et al, 2009)

o Probandus B
Pada probandus B dengan keterangan identitas probandus sehat, keadaan gigi dan mulut
normal menunjukkan hasil pengukuran volume cairan krevikuler gingiva setelah 3 menit
di biarkan dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2% dengan gigi insisivus lateral rahang
atas sebelah kanan (12) Panjang daerah yang terwanani 0,05 mm, gigi insisivus central
Rahang atas sebelah kanan (11) 0,02 mm, gigi insisivus central rahang atas sebelah kiri
(21) 0,02 mm, dan gigi insisivus lateral rahang atas sebelah kanan (22) 0,05 mm.
Tekanan selama perawatan ortodontik dapat menyebabkan destruksi jaringan
periodontal yang mungkin mempengaruhi angka aliran CKG dan komponennya. Dari
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pergerakan dan
aplikasi tekanan ortodontik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume CKG.
Meski demikian, ada peningkatan volume CKG meski tidak signifikan, terkait dengan
derajat inflamasi yang secara normal terjadi selama perawatan ortodontik (Dannan et al,
2009).
o Probandus C
Pada probandus C dengan keterangan identitas probandus memakai alat ortodontik
cekat,gigi berjejal, gusi kemerahan menunjukkan hasil pengukuran volume cairan
krevikuler gingiva setelah 3 menit di biarkan dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2%
dengan gigi insisivus lateral rahang atas sebelah kanan (12) Panjang daerah yang
terwanani 0 mm, gigi insisivus central Rahang atas sebelah kanan (11) 0 mm, gigi
insisivus central rahang atas sebelah kiri (21) 0 mm, dan gigi insisivus lateral rahang atas
sebelah kanan (22) 0 mm.
4.2. Pembahasan

1. Komposisi Saliva
Komposisi saliva terdiri atas 94,0% - 99,5% air, bahan organik, dan
anorganik. Komponen anorganik saliva antara lain Na+, K+, Ca 2+
, Mg ,Cl , SO4,
2+

H2PO4, HPO4. Sedangkan komponen organik utama adalah protein, selain itu juga
ditemukan lipida, glukosa, asam amino, ureum, amoniak, dan vitamin.
Protein saliva memiliki peran penting dalam melindungi gigi dari karies dan erosi.
Beberapa protein seperti protein-rich proleins, cystatins, MG1, lactoferrin, lysozym dan
amylase berperan dalam pembentukan pelikel yang melapisi gigi. Mucin (Glikoprotein)
merupakan komponen penting dari saliva yang melapisi mukosa mulut dan menyebabkan
saliva menjadi kental. (Kasuma M,Biomed, 2015)
2. Faktor yang mempengaruhi sekresi saliva
A. Hidrasi : Jika tubuh kekurangan air, aliran saliva berkurang karena kelenjar saliva
mengurangi sekresi untuk mempertahankan jumlah air tubuh
B. Posisi tubuh : dalam keadaan beridri laju aliran saliva tinggi, pada saat berbaring laju
aliran saliva menjadi lebih rendah daripada saat duduk.
C. Jenis kelamin : perubahan hormonal pada Wanita dapat mempengaruhi keadaan dalam
rongga mulut termasuk aliran sekresi saliva
D. Medikasi Obat-obatan yang bersifat anticholinergic seperti antidepresan, anxiolitik,
antipsikotik, antihistamin dan antihipertensi, menyebabkan berkurangnya laju aliran
saliva dan mengubah komposisinya. obat ubatan antikonvulsan, agen sitotoksik,dan
muscle relaxants dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar saliva sehingga mempengaruhi
laju aliran saliva

3. Mekanisme sekresi saliva


Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh sistem syaraf otunum parasympathetic dan
sympathetic melalui saliva reflex (refleks saliva]. Refleks stimulasi kelenjar saliva
memiliki peran penting dalam salivasi. Proses keluarnya saliva diawali oleh stimulus
yang mengaktivasi refleks stimulasi. Aktivitas mengunyah dan makan adalah stimulus
utama terhadap sekresi saliva. Reseptor yang diaktivasi pada saat mengunyah dan makan
yaitu gustatory receptor, mechanoreceptor, nociceptor, dan olfactory receptor. Ada
empat tipe rasa yang memicu sekresi saliva melalui gustatory saliva reflex yaitu rasa
asam,asin,manis dan pahit. Rasa asam dan asin merupakan stimulus kuat dalam memicu
sekresi saliva. Gustatory receptor terdapat pada papilla lidah dalam bentuk taste buds.
Bau yang menusuk dapat menstimulasi nociceptor. Nociceptor adalah reseptor
terhadap rasa nyeri yang juga dapat diaktivusi oleh makanan yang pedas. Stimulus termal
juga mempengaruhi tingkat sekresi. Minuman yang dingin meningkatkan volume saliva
dibandingkan dengan minuman yang panas. Pada manusia, stimulasi penglihatan dan
penciuman memiliki efek minor terhadap aliran saliva. Stimulasi saraf parasympathetic
menyebabkan pelepasan acetylcholine dari ujung saraf postganglionic perifer sehingga
saliva yang disekresikan bersifat encer, dan mengandung banyak amylase dengan jumlah
mucin yang sedikit. Stimulasi sympathetic akan melepaskan noradrenalin dan sekresi
saliva bersifat kental dengan konsentrasi protein yang tinggi dan Jumlah air yang sedikit.
Sekresi saliva tidak hanya dimediasi oleh dua jenis neurotransmiter acetylcholine dan
noradrenaline, tetapi dihasilkan oleh neuropeptida lainnya seperti vasoactive intestinal
polypeptide (VIP) dan subtansi P yang dilepaskan dari ujung saraf otonom perifer yang
mengelilingi kelenjur saliva. (Kasuma M,Biomed, 2015
4. Fungsi cairan sulkus gingiva
Cairan sulkular adalah eksudat yang disekresikan oleh gingiva di daerah sulkus.
Konsentrasi cairan ini biasanya rendah dan meningkat jika terjadi proses inflamasi di
rongga mulut. Fungsi dari GCF antara lain adalah untuk membersihkan material yang ada
di sulkus, terdiri dari plasma protein yang dapat meningkatkan adhesi terhadap gigi,
antara epitelium memiliki properti antimicrobial dan mengerahkan aktivitas antibodi
dalam mempertahankan gingiva
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Cairan rongga mulut terdiri dari saliva, cairan celah gingiva, dan secret epitel rongga mulut.
Sifat kelenjar saliva dan sekresinya di tentukan oleh tipe sekretori yaitu serus, seromukus dan
mukus. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari ekresi kelenjar saliva dan cairan
krevikuler gingiva.
Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu sodium,
potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan
sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan
oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut (Purba, 2009).
Sedangkan Cairan sulkular adalah eksudat yang disekresikan oleh gingiva di daerah sulkus.
Konsentrasi cairan ini biasanya rendah dan meningkat jika terjadi proses inflamasi di rongga
mulut.

5.2. Saran
1. Semoga kedepannya praktikum ini dilaksanakan langsung oleh mahasiswa agar
mahasiswa bisa menguji dan melihat hasilnya secara langsung.

2.
DAFTAR PUSTAKA

Indriana, T. (2014, Mei). Perbedaan laju aliran saliva dan pH karena pengaruh stimulus kimiawi

dan mekanis. Jurnal kedokteran meditek, 17(44).

Kasuma M,Biomed, D. (2015). Fisiologi dan patofisiologi saliva. Padang: Andalas Univeristy

Press.

Kasuma, N. (2019). Cairan Sulcular . Padang: Andalas University Press.

Chaeriyana, R. (2011). PENGUKURAN VOLUME CAIRAN KREVIKULER GINGIVA.

Yogyakarta.

Bakar, A. (2015). Gingival Crevicular Fluid sebagai Alternatif Cairan Fisiologis Rongga Mulut.

Aceh: Univeristity Baiturrahmah Press.

Kurniawati, I. (2015, Desember). KADAR KALSIUM (Ca) DALAM CAIRAN KREVIKULAR

GINGIVA PADA PENDERITA PERIODONTITIS KRONIS. ODONTO Dental

Journal, 2(2), 8-13.

(n.d.).

Anda mungkin juga menyukai