LAPORAN PKL
Oleh:
PEM Akamigas
1
PEMBIMBING PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Disusun oleh :
Auliya Ulfa
NIM.191440009
Menyetujui, Instrument
Inspection Engineer
Echa Okdinata
2
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LAPORAN PKL
Menyetujui,
Pembimbing Laporan Praktek Kerja Lapangan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Instrumentasi dan Elektronika
3
ABSTRAK
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kehadirat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan yang
berjudul “Pengukuran Level Fluida Menggunakan Radar Tank Gauge (RTG)
Pada Tangki-263 ” dengan baik. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini diajukan
sebagai salah satu syarat kelulusan program diploma II tahun ajaran 2020/2021
pada program studi Teknik Instrumentasi Kilang PEM Akamigas Cepu. Laporan
Praktek Kerja Lapangan ini juga dapat diselesaikan berkat doa, dorongan, saran,
serta bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.,Dr.,R.Y.Perry Burhan,M.Sc. selaku Direktur PEM Akamigas.
2. Bapak Ir. Roni Heru Triyanto, M.T. selaku Ka. Program Studi Teknik
Instrumentasi Kilang.
3. Bapak Chalidia Nurin Hamdani, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing
Laporan Praktek Kerja Lapangan.
4. Bapak Echa Okdinata selaku pembimbing lapangan yang telah
membimbing dan memberikan ilmu lapangan.
5. Orang tua serta keluarga besar penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Lapangan.
Semoga penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari
bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki dan memajukan penulisan yang akan datang.
Penulis,
Auliya Ulfa
NIM.191440009
1
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................... 2
DAFTAR TABEL................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. 5
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... 7
DAFTAR SIMBOL SERTA SINGKATAN........................................... 8
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................ 10
1.2 Tujuan dan Manfaat ........................................................ 10
1.3 Batasan Masalah.............................................................. 11
1.4 Sistematika Penulisan ..................................................... 11
2
2.2.5 Pengukuran Level.......................................... 25
2.2.5.1 Pengukuran Langsung....................... 26
2.2.5.1.1 Gelas Penunjuk
(Sight Glass).................... 26
2.2.5.1.2 Dip Tape.......................... 26
2.2.5.2 Pengukuran Tidak Langsung............. 27
2.2.5.2.1 Displacement Type .......... 27
2.2.5.2.2 Automatic Tank Gauging
(ATG ............................... 28
2.2.5.2.2.1 Servo Gauge ........ 30
2.2.5.2.2.2 Radar Gauge ....... 31
III. PEMBAHASAN
3.1 Tangki ............................................................................ 33
3.1.1 Tangki-263 .................................................... 33
3.1.2 Anatomi Tangki ............................................ 33
3.1.3 Dasar Pemilihan Tangki-263......................... 35
3.2 Radar Tank Gauge (RTG)............................................... 35
3.2.1 Spesifikasi RTG ............................................ 35
3.2.2 Bagian-Bagian RTG...................................... 36
3.2.2.1 Transmitter Head............................... 36
3.2.2.2 Antena ............................................... 37
3.2.2.3 Prinsip Pengukuran ........................... 38
3.3 Perhitungan Tangki-263.................................................. 39
3.4 Permasalahan yang Terjadi pada Tangki-263 ................. 42
3.5 Kalibrasi ATG................................................................. 44
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................... 46
4.2 Saran................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 48
LAMPIRAN............................................................................................ 49
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................ 55
3
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR GAMBAR
5
Gambar 3.8 UU Permendag 68 Tahun 2018 45
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
RU : Refinery Unit
ATG : Automatic Tank Gauging
LPG : Liquified Petroleum Gas
HAP : Hydrocarbon Aerosol Propellant
LAWS : Low Aromatics White Spirit
SBPX : Special Boiling Point X
8
HCGO : Hight Component Gas Oil
SRMGC : Straight Run Motor Gas Compressor
BBMGC : Butane Butylene Motor Gas Compressor
BB : Butane Butylene
SR : Straight Run
WHRU : Waste Heat Recovery Unit
RTG : Radar Tank Gauge
FMCW : Frequency Modulated Continuous Wave
DAU : Data Acquisition Unit
RDU : Remote Display Unit
9
BAB I PENDAHULUAN
Dalam proses custody transfer, level merupakan salah satu variabel proses
yang penting dan harus diukur. Pengukuran level memiliki dua macam metode,
yaitu metode langsung dan tidak langsung. Dengan metode langsung, pengukuran
dapat dilakukan dengan sederhana dan mudah serta hasil pengukurannya langsung
terbaca. Namun, pada metode ini tingkat akurasinya bervariasi sehingga harus
dilakukan pengukuran ulang hingga mendapatkan nilai yang konsisten. Oleh
karena itu, Pertamina RU III Plaju menggunakan pengukuran yang memiliki
tingkat akurasi yang tinggi yaitu dengan menggunakan Automatic Tank Gauging
(ATG). Salah satu Automatic Tank Gauging (ATG) yang digunakan dalam proses
custody transfer ini adalah Tangki-263 dengan tipe Radar Tank Gauge (RTG).
1
Penulisan Laporan Praktikum Kerja Lapangan ini secara umum bertujuan
untuk memenuhi tugas kegiatan program kurikulum PEM Akamigas dan sebagai
tolak ukur keberhasilan program belajar mengajar di kampus PEM Akamigas.
Sedangkan secara khusus tujuan dari penulisan Laporan Praktikum Kerja
Lapangan ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara kerja Automatic Tank Gauging (ATG) dengan tipe
radar atau RTG pada Pertamina RU III Plaju.
2. Mengetahui bagaimana cara perhitungan RTG pada suhu tertentu.
3. Mengetahui permasalahan yang pernah atau sering terjadi pada ATG
tersebut dan antisipasinya.
Dalam Laporan Praktikum Kerja Lapangan ini penulis akan membatasi ruang
lingkup pembahasan mengenai:
1
Bab II. Tinjauan Pustaka, berisi orientasi umum seperti tonggak sejarah,
unit proses, kilang petrokimia, fasilitas pendukung, dan produk
serta distribusi PT Pertamina RU III Plaju dan landasan teori yang
memuat instrumentasi, pengukuran, proses custody transfer, teknik
pengukuran, dan pengukuran level.
Bab III Pembahasan, berisi tentang Tangki, Radar Tank Gauge (RTG),
Perhitungan Tangki-263, Permasalahan yang Terjadi pada Tangki-
263, dan Kalibrasi ATG.
Bab IV Penutup, berisi kesimpulan dan saran tentang RTG pada Tangki-
263 di PT Pertamina RU III Plaju
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pertamina Refinery Unit (RU) III Plaju merupakan salah satu dari keenam
Refinery Unit Pertamina yang kegiatan utamanya adalah mengolah minyak
mentah dan intermediate product menjadi produk jadi. Pertamina Refinery Unit III
Plaju beroperasi di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Produk-produk
intermediate yang diolah di Pertamina RU III mencakup Alkyl Feed, HSDC, slop
oil, LOMC, Long Residue, dan Raw PP. Sedangkan produk-produk jadi yang
dihasilkan oleh Pertamina RU III mencakup bahan bakar minyak atau BBM
(Premium, Kerosene, Solar, Fuel Oil, dan Industrial Diesel Oil), Non-BBM (LPG,
Musicool, HAP, LAWS, dan SBPx), bahan bakar khusus atau BBK (Avtur,
Pertalite, Dexlite, Pertamax, Pertamax Turbo, dan Pertamax Racing), Petrokimia
(Polypropylene atau Polytam), dan produk lainnya (termasuk Vacuum Residue,
LSWR V500, Decant Oil, dan Naphtha).
1
2.1.1 Tonggak Sejarah
- Tahun 1903, kilang Plaju didirikan oleh perusahaan minyak Belanda, yaitu
PT.Shell dengan kapasitas produksi 110 MBSD (Million Barrel Stream
per Day)
- Tahun 1926, kilang Sungai Gerong didirikan oleh perusahaan minyak dari
Amerika Serikat yaitu PT. Stanvac (Standard Vacuum of New Jersey)
dengan kapasitas 70 MBSD.
- Tahun 1965, kilang Plaju dibeli dari PT. Shell oleh PN Pertamin.
- Tahun 1966, PN Pertamin membeli semua properti.
- Tahun 1968, PN Permina dan PN Pertamin Merger membentuk PN
Pertamina.
- Tahun 1970, PN Pertamina membeli Kilang Sungai Gerong dari Stanvac.
- Tahun 1971, PN Pertamina menjadi Pertamina (UU No.8/1971) dan
dibangun kilang propylene dengan kapasitas 20 ribu ton per tahunnya.
- Tahun 1972, dilaksanakan proyek integrasi kilang Sungai Gerong dan
Plaju dengan jembatan pipa.
- Tahun 1984, pembangunan kilang TA/PTA (Terephthalic Acid/Purified
Terephthalic Acid) dengan kapasitas produksi 150.000 ton per tahun.
- Tahun 1986, dilaksanakan Proyek Kilang Musi I berupa pembangunan
HVU-II dan revamping CDU dan FCCU untuk meningkatkan kapasitas
pengolahan.
- Tahun 1988, Debottlenecking kilang PTA menjadi 225.000 ton per tahun.
- Tahun 1992, dilaksanakan Proyek Kilang Musi II. Proyek ini meliputi
revamping RFCCU (Residue Fluid Catalytic Cracking Unit),
pembangunan New Polypropylene, perubahan listrik dari 60 Hz menjadi
50 Hz di Sungai Gerong, modifikasi unit Redistiling I/II Plaju menjadi
CDU (Crude Distillation Unit), dan mendesain ulang Cyclone FCCU
Sungai Gerong (Fluid Catalytic Cracking Unit) Sungai Gerong.
- Tahun 2001, dikeluarkan UU No.22/2001 tentang Minyak Bumi dan Gas.
1
- Tahun 2003, Pertamina menjadi PT (Persero) sampai saat ini.
1
LVGO ( Light Vacuum Gas Oil) , HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil), dan short
residue (Vacuum residue).
RFCCU yang berlokasi di Sungai Gerong ini adalah unit andalan untuk
memproduksi komponen MOGAS (Motor Gasoline) tanpa timbal/HOMC(High
Octane Mogas Component) dengan penggunaan bahan bakar bersih lingkungan.
RFCCU ini merupakan lisensi ESSO-USA, didirikan tahun 1956 dan mulai
beroperasi dengan kapasitas desain 14,5 MBSD. Proses cracking di RFCCU
merupakan proses catalytic cracking karena menggunakan bantuan katalis untuk
mempercepat dekomposisi molekul. RFCCU merupakan unit yang berfungsi
untuk merengkah long residue dan MVGO (Medium Vacuum Gas Oil) serta
HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil) menjadi fraksi-fraksi ringan dengan bantuan
katalis dan panas. Katalis yang digunakan adalah serbuk silika alumina. Produk
yang dihasilkan dari proses catalytic cracking di RFCCU berupa Dry gas, Raw
PP (Polypropylene), LPG (Liquified Petroleum Gas), Cat, Naphtha, LCGO (Light
Cycle Gas Oil), HCGO (Hight Component Gas Oil), Slurry, dan Coke.
1
umpan berupa Treated BB dan menghasilkan produk berupa LPG, Light Alkylate,
dan Heavy Alkylate.
1
Setelah melalui proses pengolahan, produk-produk dari Pertamina RU III
Plaju ini didistribusikan ke beberapa daerah di Indonesia, antara lain Sumatera
Selatan, Jambi, Bengkulu, Bandar Lampung, Bangka Belitung dan sebagian di
Kalimantan Barat. Pendistribusian produk ini dilakukan dengan berbagai cara
seperti melalui kapal-kapal tanker dan tongkang untuk Bangka dan Belitung serta
dengan menggunakan truk untuk transportasi ke depot-depot di Kertapati,
Lampung, Bengkulu, Lahat, dan Lubuk Linggau.
1
didatangkan dari kilang Paraxylene Cilacap. Produk yang dihasilkan oleh kilang
TA/PTA Pertamina RU III Plaju ini berupa PTA Powder yang digunakan untuk
pembuatan serat sintesis polyester sebagai bahan baku industri tekstil.
1
- 2 Units Cooling Tower
- 2 Packed Boiler, 3 WHRU (Waste Heat Recovery Unit) & Boiler
- 2 Units Hydrogen Plant
- 1 Unit Nitrogen Plant
Merupakan tangki penyimpanan untuk fluida cair maupun fluida gas. Adapun
tangki penyimpanan yang ada di Pertamina RU III Plaju, yaitu :
Port/ Jetties adalah dermaga yang menjorok ke laut. Pada Pertamina RU III
Plaju terdapat beberapa dermaga, yaitu :
- 9 Oil Jetties
- 2 Jetties For General Cargo
- 1 Jettie For Dual Purpose (LPG, etc)
2
Plaju, 2 Oil Separator di S. Gerong, 1 PET/SET, dan 1 Incinerator. Untuk limbah
padat, sumber limbah biasanya berasal dari sludge oil, spent catalyst FCCU,
padatan sisa isolasi, kegiatan Turn Around, dan perbaikan peralatan. Alat-alat
yang digunakan untuk mengatasi limbah padat ini menggunakan co-processing.
Lalu, ada limbah gas yang berasal dari flaring gas kilang Plaju, flaring gas kilang
Sungai Gerong, dan kilang gas Propylene dan diatasi dengan 3 (tiga) buah flare.
2
untuk memenuhi kebutuhan di Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel) dan sebagian
disalurkan oleh Integrated Supply Chain (ISC).
Berikut ini merupakan pola distribusi produk dari Pertamina RU III Plaju :
2.2.1 Instrumentasi
2
2.2.2 Pengukuran
1. Suhu (temperature)
2. Tinggi permukaan (level)
3. Aliran (flow)
4. Tekanan (pressure)
2
Custody transfer merupakan pengukuran yang terjadi saat pemindahan
produk yang bersifat transaksional. Karena kedua belah pihak melakukan
transaksi, maka tingkat akurasi menjadi hal yang sangat penting karena bahkan
kesalahan kecil dapat mempengaruhi pengukuran tersebut sehingga menyebabkan
kerugian. Oleh karena itu, dalam custody transfer kedua belah pihak melakukan
perjanjian atau persetujuan untuk mengatasi kerugian tersebut. Adapun alat-alat
untuk custody transfer adalah metering system, ATG, dipping tape (manual
dipping), dan timbangan.
2
2.2.4 Teknik Pengukuran
2
Pengukuran level merupakan pengukuran ketinggian permukaan fluida
dengan tujuan mengetahui besar volume fluida di dalam tangki. Selain itu,
pengukuran level ini juga bertujuan agar fluida di dalam tangki tidak kelebihan
ataupun kekurangan yang dapat membuat alat-alat instrumentasi tersebut rusak.
Prinsip pengukurannya ada dua yakni dengan cara menghitung kekosongan atau
dengan cara mengukur level fluida tersebut. Metode yang digunakan ada metode
langsung dan tidak langsung. Pada metode langsung, besaran input langsung bisa
dilihat di transmitter atau gelas duga (sight glass). Sedangkan untuk metode tidak
langsung, besaran inputnya harus dikonversi terlebih dahulu sebelum dilihat.
2
2.2.5.1.2 Dip Tape
2
2.11 Pengukuran dengan Displacement Type
Automatic Tank Gauging (ATG) adalah alat ukur level tangki yang
menggunakan sistem otomatis dan digital. Data-data yang didapatkan dari ATG
dikirim lalu diproses dan dihitung dengan komputer di dalam Central Processing
2
Unit (CPU) kemudian hasilnya akan tampil pada monitor Cathode-Ray Tube
(CRT) di Control Room.
Ada dua jenis ATG yang sering digunakan dalam custody transfer di RU III
Plaju adalah tipe pelampung (servo) dan radar.
2
2.2.5.2.2.1 Servo Gauge
ATG berjenis servo ini menggunakan bandul dengan motor (step). Prinsip
kerjanya berdasarkan Hukum Archimedes dan keseimbangan gaya. Sensornya
digunakan untuk mendeteksi torsi dan levelnya dihitung dari putaran motor.
Selain itu, juga dapat mengukur density, water level, dan interface dengan tingkat
akurasi hingga 1 mm. Pada umumnya alat ini dapat dihubungkan dengan sensor
temperature. Dalam mengukur level fluida, ATG tipe servo ini memanfaatkan
peran perhitungan putaran motor servo dalam menaik-turunkan bandul dan
posisinya di udara ke dalam fluida yang diukur. Untuk itu, ATG ini menggunakan
3
peran bandul berdensitas tertentu sebagai elemen pengukur pertama yang
terhubung dengan transduser tegangan melalui sling wire.
3
Pada radar gauge, transponder di atas tangki mengirimkan sinyal pada
permukaan cairan. Kemudian sinyal tersebut direfleksikan kembali oleh
permukaan cairan, kemudian ditangkap dengan antena. Perbedaan antara
frekuensi transmisi dan penerimaan mengindikasikan jarak dari transponder ke
cairan.
3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Tangki
3.1.1 Tangki-263
Tangki-263 adalah salah satu tangki di RU III Plaju yang berlokasi di area
Sungai Gerong, Sumatera Selatan. Tangki-263 merupakan Automatic Tank
Gauging yang berjenis Radar Gauge (RTG) yang memiliki atap tetap dengan
diameter 36.535 mm dan volume 12.281.879 liter. Fluida yang terdapat pada
Tangki-263 ini adalah BBM Premium.
Salah satu besaran proses yang diukur pada Tangki-263 adalah tinggi
permukaan cairan atau level. Pengukuran level ini dilakukan dengan tujuan untuk
inventori yaitu untuk mengetahui persediaan produk yang ada. Selain itu,
pengukuran level berkaitan langsung dengan transaksi jual beli atau custody
transfer yang mana dalam hal ini sangat berpengaruh langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, Tangki-263 ini juga digunakan oleh
Pertamina RU III Plaju dalam proses custody transfer karena tingkat akurasinya
yang tinggi.
3
3.1 Dimensi Tangki
Terminologi:
- Dip hatch ( gauge hatch) : merupakan bagian yang dapat dibuka di atas tangki
dimana level gauging dilakukan.
- Meja ukur/ Dip point : sebuah pelat yang ditempatkan di bawah dip hatch dan
merupakan acuan pengukuran kedalaman. Saat melakukan level gauging,
pemberat menyentuh meja ukur.
- Titik referensi : merupakan titik yang ditandai dengan jelas pada dip hatch
sebagai indikasi posisi dimana pengukuran harus dilakukan.
- Outage/ Ullage : merupakan jarak antara titik referensi dengan permukaan cairan
pada tangki.
3
3.1.3 Dasar Pemilihan Tangki-263
Radar Tank Gauge atau RTG merupakan jenis Automatic Tank Gauging
(ATG) yang digunakan untuk mengukur sebuah level atau ketinggian cairan
menggunakan radar. Dalam proses custody transfer, tingkat akurasi dalam
perhitungan sangatlah penting. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka dalam
tangki storage digunakan Radar Tank Gauge (RTG) yang berfungsi memberikan
data ke substation dan diteruskan ke DCS ( Distributed Control System).
3
Gambar 3.2 Parabolic Antenna Gauge RTG 3930
Merk Rosemount
Measuring principle FMCW radar with digital reference and temperature control
Antenna type High Directivity Parabolic Reflector With Drip-Off Antenna
,440 mm (17 in.) diameter
Instrument accuracy ± 0.55 mm (±5/256 in.)
Measuring range 0.8 to 40 m (2.6 to 130 ft) below flange
o o o o
Temperature Ambient temperature -40 C to +70 C (-40 F to +158 F)
o o
Process temperature max +230 C(+445 F)
Pressure Clamped: -0.2 to 0.2 bar(-2.9 to 2.9 psig)
Welded : -0.2 to 10 bar (-2.9 to 145 psig)
Display On separate DAU,RDU or remotely in control room
Manway size Minimum 20 in.
Housing Aluminium, design for IP 66&67
Weight Appr.25 kg (55 lbs)
RTG 3930 yang digunakan pada Tangki-263 ini terdiri dari dua bagian
yaitu Transmitter Head dan Antena.
3
Transmitter Head yang digunakan pada RTG 3930 ini adalah Transmitter
Head 3900 REX. Transmitter Head ini digunakan pada semua jenis pengukur
RTG 3920 - RTG 3960.
Gambar 3.3 Transmitter Head RTG 3900 dan Tipe Antena yang Dapat Digunakan
3.2.2.2 Antena
3
Gambar 3.4 RTG 3930
Antena yang digunakan pada RTG 3930 ini adalah antena jenis Parabolic
Antenna Gauge. Antena ini dipasang pada Tangki-263 karena tangki ini memiliki
atap tetap dan digunakan pada custody transfer. RTG 3930 ini dipasang dekat
dinding tangki dan tidak membutuhkan banyak maintenance. RTG 3930 ini dapat
mengukur level dari semua jenis cairan dari produk ringan hingga
bitumen/asphalt.
3
Gambar 3.5 Prinsip FMCW
Keterangan :
d = Jarak
o
{1 + (t – 30 C)}
Keterangan :
t = suhu tangki
3
o
= koefisien muai ruang bahan dinding tangki per C
ELEVASI
Contoh perhitungan:
- Tinggi cairan dari meja ukur menurut alat ukur/ dip tape sebelum cairan
diserahkan (h1) = 6005 mm.
- Meja ukur = 217 mm.
4
- Tinggi cairan dari dasar tangki = h1 + meja ukur = 6222 mm.
o
Maka volume cairan pada suhu 30 C dibaca pada volume tangki ( 6539583 liter
halaman 6 + 2100.8 liter cincin 3 halaman 3 ).
Tinggi Volume
M Cm Liter
6 21 6529079
6 22 6539583
6 23 6550087
Cincin:3
dari: 4730 m sampai :
6580 m
Mm Liter
1 1050.4
2 2100.8
3 3151.2
Jadi volume cairannya = 6541684 liter.
- Tinggi cairan dari meja ukur menurut alat ukur tinggi/dip tape setelah
cairan diserahkan (h2) = 4005 mm.
- Meja ukur = 217 mm.
- Tinggi cairan dari dasar tangki (h2 + meja ukur) = 4222 mm.
o
Maka volume cairan pada suhu 30 C dibaca pada tabel volume tangki ( 4438321
liter halaman 5 + 2102.7 liter cincin 2 halaman 3 ).
4
Tabel 3.4 Sampel Tabel Volume Tangki-263 Halaman 5
Tinggi Volume
M Cm Liter
4 21 4427808
4 22 4438321
4 23 4448835
Cincin:2
dari: 2300 m sampai :
4730 m
Mm Liter
1 1051.3
2 2102.7
3 3154.0
o
Volume cairan yang diserahkan pada suhu 30 C = 6541684 liter - 4440424 liter
= 2101260 liter
4
1. Terjadinya deformasi pada atap tangki karena termakan usia. Deformasi
itu sendiri adalah perubahan bentuk atau ukuran dari sebuah objek karena
berbagai faktor seperti cacat pembuatan (penampang pada tiap ketinggian
tangki tidak sama) atau distorsi fisik (terjadi karena perubahan kondisi
fisik) sehingga pada tangki akan ada selisih yang timbul antara
pengukuran manual dan ATG.
4
2. Untuk mengukur kemiringannya maka digunakan waterpass. Waterpass
ini berfungsi untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis
dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal atau horizontal. Setelah
dilakukan maintenance, maka diukur menggunakan waterpass untuk
mengetahui apakah permukaan tersebut datar atau tidak. Apabila
pengukuran tersebut setimbang maka dapat dipastikan bahwa permukaan
yang diukur datar dan sudah bagus.
3. Setelah perbaikan atau pembersihan (cleaning) harus dipastikan lagi
apakah seal yang digunakan pada RTG tersebut masih bagus atau tidak.
4. Untuk permasalahan roof movement, tank bulging, ekspansi termal, dan
pengendapan tangki bisa dilakukan beberapa hal yaitu dengan cara
memasang pengukur pada titik stabil yang biasanya paling sering
ditemukan di dekat dinding tangki, melakukan pemantauan suhu,
menghitung perluasan dinding, dan kompensasi untuk pemuaian,
melakukan koreksi melalui tabel koreksi khusus di RTG, dan pemeriksaan
tangki secara teratur.
4
3.8 UU Permendag 68 Tahun 2018
45
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Automatic Tank Gauging (ATG) dengan tipe radar atau RTG ini bekerja
dengan cara mengirimkan sebuah gelombang mikro secara terus menerus
atau kontinyu ke permukaan cairan yang akan diukur. Kemudian sinyal
tersebut akan dipantulkan kembali dan akan ditangkap oleh antena.
Perbedaan frekuensi antara sinyal yang ditransmisikan dengan sinyal yang
dipantulkan inilah yang menentukan jarak antara transponder dengan
cairan yang diukur.
2. Cara menghitung volume pada RTG ini yaitu dengan melihat dari tabel
tangki berdasarkan ketinggian dari tangki tersebut. Untuk mencari volume
dengan suhu yang sama dengan suhu pengukuran tabel tangki, maka nilai
volumenya diketahui dengan hanya melihat tabel. Namun, apabila suhu
o
tersebut tidak sama maka harus dikalikan dengan faktor {1 + (t – 30
C)}. Rumus tersebut sudah ketentuan dari Direktorat Meteorologi untuk
mengukur volume tangki.
3. Permasalahan yang terjadi pada RTG ini adalah deformasi yang
mengakibatkan perbedaan antara pengukuran manual dan ATG, kerusakan
komponen elektronik pada RTG, roof movement, tank bulging, ekspansi
termal, dan pengendapan tangki. Untuk mengatasi deformasi bisa
dilakukan kalibrasi, tera ulang, dan kompensasi. Untuk mengatasi
kerusakan komponen elektronik maka dilakukan pengecekan ulang. Untuk
mengatasi roof movement, tank bulging, ekspansi termal, dan pengendapan
tangki bisa melakukan pemasangan pengukur pada titik stabil, melakukan
4
pemantauan suhu, menghitung perluasan dinding, dan kompensasi untuk
pemuaian, melakukan koreksi melalui tabel koreksi khusus di RTG, dan
pemeriksaan tangki secara teratur serta mengukur dengan waterpass
apabila terjadi kemiringan saat pemasangan.
4.2 Saran
4
DAFTAR PUSTAKA
1.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20552/Chapter%20II.pdf
?sequence=3&isAllowed=y
2.https://text-id.123dok.com/document/4yrmjpojq-pengukuran-level-fluida-level-
measurements-dasar-instrumentasi-dan-proses-kontrol-1-1.html
5. https://www.alatuji.com/index.php?/article/detail/405/level-sensor
4
LAMPIRAN
4
Lampiran 2 : Tabel Volume Tangki T-263 (Halaman 4-8)
50
51
52
53
54
BIOGRAFI PENULIS
Auliya Ulfa atau yang biasa dipanggil Auliya merupakan mahasiswa PEM
Akamigas yang berasal dari Kota Prabumulih. Lahir di Prabumulih pada tanggal
26 Juli 2001 dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Sekolah
Menengah Atas diselesaikan di SMA Negeri 2 Prabumulih pada tahun 2019,
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Prabumulih (2016) dan Sekolah
Dasar di SD Negeri 1 Prabumulih (2013). Penulis merupakan mahasiswa aktif
dalam kegiatan kampus dan organisasi internal kampus. Penulis dapat dihubungi
melalui email : auliyaulfa26@gmail.com
55