Anda di halaman 1dari 10

DEWAN PENGURUS PUSAT

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA


TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008
Kec.JagakarsaJakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas danPengurus

KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kegiatan BelajarI

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

D ES KR IPS I
Modul ini berisi materi tentang asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
meliputi pengkajian keperawatan, masalah keperawatan, strategi intervensi dalam
keperawatan komunitas, level pencegahan penyakit, aspek legal etik yang digunakan
dalam praktik layanan keperawatan, dan peran perawat komunitas. Modul ini
mendukung kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas.

Kompetensi/ Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini para lulusan diharapkan dapat melakukan asuhan
keperawatan komunitas pada kelompok dengan masalah kesehatan hipertensi.

Secara khusus, peserta diharapkan dapat mengetahui:

1. Pengkajian komunitas dengan menggunakan model community as partner


2. Masalah keperawatan komunitas
3. Strategi intervensi keperawatan di komunitas
4. Tingkat pencegahan penyakit
5. Prinsip etik dalam keperawatan komunitas
6. Peran perawat komunitas
URAIAN MATERI

A. Pengertian :
Pelayanan keperawatan profesional yang difokuskan pada kelompok dengan penekanan
pada kelompok resiko tinggi masalah kesehatan hipertensi dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan melalui upaya promotif, preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif dengan melibatkan klien sebagai mitra dalam menyelesaikan masalah
kesehatan (Allender & Spradley, 2001; Stanhope & Lancaster, 2016).

B. Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian

Pengkajian komunitas dilakukan dalam rangka mengidentifikasi faktor-faktor yang


mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Anderson & Mc. Farlane, 2011).
Pengkajian komunitas dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, windshield
survey, atau focus group discussion.
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu dikumpulkan meliputi data:
1. Data Inti Komunitas
Data inti komunitas yang perlu dikaji meliputi: 1) sejarah/riwayat (riwayat
terbentuknya daerah ini, perubahan yang terjadi di daerah ini); 2) data demografi
(usia, karakteristik, jenis kelamin, distribusi ras dan distribusi etnis); 3) statistik vital
(angka kelahiran, angka kematian kelompok usia (dewasa) dan penyebab kematian
akibat hipertensi); 4) nilai-nilai dan keyakinan, dan agama.

2. Data Subsistem Komunitas


Data subsistem yang perlu dikaji di komunitas meliputi :
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik: kualitas air, pembuangan limbah, ruang terbuka, kepadatan
penduduk, daerah hijau, musim, kualitas makanan yang dikonsumsi masyarakat.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan kesehatan dan social perlu dikaji di komunitas: sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional, agen
pelayanan kesehatan di rumah, pusat emergensi, rumah perawatan, fasilitas
pelayanan sosial, kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan.

c. Ekonomi
Data yang perlu dilakukan pengkajian terkait dengan ekonomi meliputi
karakteristik keuangan keluarga dan individu, status pekerja, kategori pekerjaan
dan jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi industri, pasar dan pusat bisnis.

d. Transportasi dan keamanan


Data yang perlu dikaji terkait dengan transportasi dan keamanan meliputi alat
transportasi penduduk datang, dan keluar wilayah, transportasi umum (bus, taksi,
angkot dll dan transportasi pribadi. Layanan perlindungan kebakaran, polisi,
sanitasi dan kualitas udara.

e. Politik dan pemerintahan


Data yang perlu dikumpulkan meliputi: pemerintahan (RT, RW, Desa/kelurahan,
kecamatan, dsb ); kelompok pelayanan pelayanan masyarakat (posyandu lansia,
poskesdes, panti, dll); politik (kegiatan politik yang ada di wilayah tersebut, dan
peran peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

f. Komunikasi
Data yang perlu dikaji terkait komunikasi meliputi sumber informasi dan media
informasi yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memperoleh,
mengakses, mendapatkan dan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan
Kesehatan. Data ini dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) komunikasi formal
meliputi surat kabar, radio dan televisi, telepon, internet dan hotline; 2)
komunikasi informal meliputi: papan pengumuman, poster, brosur, pengeras
suara dari masjid, dll.
g. Pendidikan
Data terkait dengan pendidikan yang perlu dikaji sarana pendidikan seperti
sekolah yang ada di komunitas, tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan
khusus, pelayanan kesehatan di sekolah, akses pendidikan yang lebih tinggi.

h. Rekreasi
Data terkait dengan rekreasi yang perlu dikumpulkan meliputi: taman, area
bermain, perpustakaan, rekreasi umum, fasilitas khusus.
3. Data persepsi
Data persepsi yang dikaji meliputi :
a. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat yang di kaji terkait tempat tinggal yaitu bagaimana perasaan
masyarakat tentang kehidupan masyarakat yang dirasakan di lingkungan tempat
tinggal mereka, apa yang menjadi sumber daya dan kekuatan masyarakat,
permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam kelompok yang berbeda
(misalnya, lansia, dewasa, pekerja, professional, ibu rumah tangga, dll).
b. Persepsi perawat
Persepsi perawat merupakan pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari
masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensial masalah
yang dapat diidentifikasikan berdasarkan hasil penilaian perawat.

C. Masalah Keperawatan
1. Defisiensi Kesehatan komunitas didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih
masalah kesehatan atau faktor yang mengganggu kesejahteraan atau meningkatkan
risiko masalah kesehatan yang dialami oleh suatu populasi. Batasan karakteristik:
adanya masalah kesehatan yang dialami oleh suatu populasi, tidak tersedianya
program untuk meningkatkan kesejahteraan dari suatu populasi.
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko didefinisikan sebagai hambatan
kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang memperbaiki
tingkat kesejahteraan. Batasan karakteristik: gagal melakukan tindakan pencegahan
masalah kesehatan, merokok, gagal mencapai pengendalian optimal.
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan didefinisikan sebagai
ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola dan/atau mencari bantuan untuk
mempertahankan kesejahteraan. Batasan karakteristik: tidak menunjukan perilaku
adaptif terhadap perubahan lingkungan, tidak menunjukkan minat pada perbaikan
perilaku kesehatan, kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar.
4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan adalah pola pengaturan dan
pengintegrasian ke dalam kebiasaan-terapeutik hidup sehari-hari untuk tindakan
terapeutik terhadap penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskan untuk
memenuhi tujuan kesehatan spesifik. Batasan karakteristik: adanya kesulitan
dengan regimen yang di programkan, kegagalan dalam memasukan regimen
pengobatan dalam kehidupan sehari-hari, kegagalan dalam melakukan tindakan
untuk mengurangi faktor risiko, dan pilihan yang tidak efektif dalam hidup sehari-
hari untuk memenuhi tujuan kesehatan.
5. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan adalah pengaturan dan
pengintegrasian kedalam kehidupan sehari-hari suatu regimen terapeutik untuk
pengobatan penyakit dan sekuelanya yang dapat ditingkatkan. Batasan
karakteristik: mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan pilihan hidup sehari-
hari untuk memenuhi kebutuhan, meningkatkan keinginan untuk memenuhi status
imunisasi, mengungkapkan keinginan untuk menangani penyakit, mengungkapkan
keinginan untuk melakukan penanganan terhadap regimen yang di programkan,
mengungkapkan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap faktor risiko,
dan mengungkapkan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap gejala

D. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi dalam keperawatan komunitas dapat dilakukan melalui proses
kelompok, pendidikan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
1. Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan komunitas
yang dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif. Kegiatan
ini dapat dilakukan melalui pembentukan peer atau social support atau
memanfaatkan sumberdaya yang sudah dimiliki oleh masyarakat sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2016). Melalui proses
kelompok masyarakat dapat mengenal mencegah, dan melakukan upaya
penanganan bersama terhadap masalah kesehatan, sehingga partisipasi masyarakat
dapat meningkat dalam upaya kesehatan.

2. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka upaya
promotif dan preventif dengan melakukan penyebaran informasi untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat dan meningkatkan motivasi masyarakat
untukber perilaku sehat (Stanhope & Lancaster, 2016). Pendidikan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, dan mengurangi ketidakmampuan,
kegiatan ini merupakan upaya untuk mengoptimalkan potensi kesehatan individu,
keluarga, komunitas dan masyarakat. Contohnya pemasangan informasi poster
tentang hipertensi, pembuatan brosur.

3. Pemberdayaan atau empowerment adalah kegiatan keperawatan komunitas yang


dilakukan dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat untuk menyelesaikan
masalah yang ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan
masalah (Hithcock, Schubert & Thomas, 1999; Stanhope& Lancaster, 2016).
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kemampuan individu, keluarga serta masyarakat untuk berperan aktif
dalam upaya kesehatan yang dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses pemecahan
masalah melalui pendekatan edukatif dan partisipatif serta memperhatikan
kebutuhan potensi dan social budaya setempat.

4. Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat) untuk
mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-
masing (Depkes, 2006). Pihak yang dapat dilibatkan dalam partnership adalah
pemerintah (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kelurahan), lembaga swadaya
masyarakat/LSM dan pihak swasta.

E. Tingkat Pencegahan Penyakit

Tingkat pencegahan penyakit meliputi 3 level pencegahan meliputi: pencegahan


primer, pencegahan sekunder , dan pencegahan tersier.
1. Pencegahan primer bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan. Prevensi primer ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang sehat. Bentuk tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
promosi kesehatan dan perlindungan spesifik agar terhindar dari masalah/penyakit.
Contoh nya adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi, imunisasi,
dan lain-lain.
2. Prevensi sekunder ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat memiliki risiko masalah kesehatan. Bentuk intervensi yang dapat
dilakukan adalah pelayanan/asuhan keperawatan mencakup identifikasi masyarakat
atau kelompok yang beresiko mengalami masalah kesehatan, melakukan
penanggulangan masalah kesehatan secara tepat dan cepat, upaya penemuan
penyakit sejak awal (skrining kesehatan), pemeriksaan kesehatan berkala, serta
melakukan rujukan terhadap masyarakat yang memerlukan penatalaksanaan lebih
lanjut.
3. Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah akibat lanjut atau kecacatan.
Prevensi tersier ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
pada masa pemulihan setelah mengalami masalah kesehatan. Bentuk intervensi
yang dapat dilakukan adalah upaya rehabilitasi pasca perawatan di fasilitas tatanan
pelayanan kesehatan lain untuk mencegah ketidakmampuan, ketidakberdayaan atau
kecacatan lebih lanjut. Contoh tindakan yang dilakukan adalah melatih rentang
pergerakan sendi/ range of motion (ROM) pada klien pasca stroke.

F. Prinsip Etik dalam keperawatan komunitas


a. Justice. Perawat harus adil ketika mendistribusikan perawatan kesehatan
komunitas, misalnya diantara klien/kelompok yang menjadi tanggung jawab dalam
wilayah binaanya
b. Autonomy. Pemenuhan hak klien dalam menentukan nasib sendiri sebagai
individu/kelompok yang unik dalam megemukakan pendapat, persepsi, nilai-nilai
dan keyakinan mereka tentang kesehatan. Perawat memberikan saran kepada klien
untuk mengambil keputusan sendiri tanpa paksaaan dari perawat. Klien berhak
untuk menerima atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
c. Beneficence. Perawat melakukan tindakan yang benar dan memberikan
kemanfaatan bagi kesehatan klien
d. Non-Maleficence. Perawat berusahan semaksimal mungkin untuk menghindari
atau melakukan kesalahan yang merugikan status kesehatan klien, baik sengaja
maupun tidak sengaja
e. Veracity. Perawat menerapkan prinsip kejujuran dalam menyampaikan kebenaran
tentang kesehatan klien
f. Confidentiality. Perawat memegang teguh prinsip-prinsip kerahasiaan informasi
tentang data kesehatan klien hanya untuk kepentingan pemberian layanan
keperawatan

G. Peran Perawat Komunitas


1. Advocate (pembela)
Dalam peran advokat, perawat pertama harus peka terhadap kebutuhan kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat, selain memiliki pengetahuan yang luas tentang
sumber daya masyarakat dan bagaimana untuk mengaksesnya. Perawat juga harus
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara profesional dengan klien atau
masyarakat dalam rangka mengkoordinasikan kontinuitas pelayanan.
2. Educator and Counselor (pendidik dan konselor)
Dua peran penting lainnya yang sering tumpang tindih dalam peran perawat adalah
peran pendidik dan konselor. Orang mungkin mengubah perilaku gaya hidup
beresiko jika mereka belajar tentang dampak merugikan pada kesehatan mereka.
Peran pendidik dan konselor penting dilakukan untuk memberikan informasi pada
klien agar dapat mencari dan mengakses sumber daya yang ada dimasyarat.
3. Collaborator
Perawat dapat berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan dari lembaga
berbasis masyarakat dan kelompok masyarakat untuk mengatasi masalah populasi
rentan dan beresiko yang memiliki kebutuhan khusus untuk menciptakan sebuah
kontinuitas perawatan.
4. Researcher (peneliti)
Peran perawat sebagai peneliti telah menjadi sangat penting dalam beberapa tahun
terakhir. Kebutuhan populasi rentan dan populasi beresiko sangat signifikan,
khususnya pada kelompok masyarakat dengan sumber daya yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan IndikatorDiagnostik,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:


Definisi dan Tindakan Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:


Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Nies dan Ewen (2015). Communiy/Public Health Nursing: Promoting the Health of
Populationa 6th Edition: Alih Bahasa Sahar, dkk. Singapore, Elsevier

Anda mungkin juga menyukai