Anda di halaman 1dari 12

PATIENT SAFETY

PENGENALAN METODE PERBAIKAN KUALITAS

Disususun oleh : Kelompok 3 : VENOLITA MARDESCI ABDUL AZIZ ROZILAWATI NASRIL MELDA YULINDA ANDINA ARIESTA P 0810321004 0810322017 0810322018 0810322026 0810322030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui pengenalan metode perbaikan kualitas dilengkapi dengan materi-materinya dari berbagai sumber. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Patient Safety sebagai modul untuk praktikum.

Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Padang, 18 Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI Kata Pengantar....................................................................................................... i Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Tujuan.............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2 2.1 Definisi mutu pelayanan ................................................................................... 2 2.2 Dimensi mutu pelayanan kesehatan .................................................................. 2 2.3 Jaminan mutu layanan kesehatan ...................................................................... 4 2.4 Pendekatan system dalam mrenjaga mutu......................................................... 5 2.5 mengukur mutu pelayanan kesehatan ............................................................... 8

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 15 3.2 Saran ........................................................................................................... 15

Daftar Kepustakaan................................................................................................ 16

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Mutu pelayanan di rumah sakit pada saat ini masih belum memadai. Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan. Mutu dalam pelayanan di rumah sakit berguna untuk mengurangi tingkat kecacatan atau kesalahan (Wijono, 1999). Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan hal itu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Sejak awal tahun 1900 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga elemen yaitu struktur, proses, dan outcome dengan berbagai macam program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis dan lain sebagainya (DepKes R.I 2006). Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assament risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien koma, pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes R.I, 2006).

B. Tujuan Tujuan umum : Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengenalan metode perbaikan kualitas Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari mutu pelayanan 2. Mahasiswa mengetahui dimensi mutu pelayanan kesehatan 3. Mahasiswa mengetahui jaminan mutu layanan kesehatan 4. Mahasiswa mengetahui pendekatan sistem dalam menjaga mutu 5. Mahasiswa mengetahui bagaimana mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB II PEMBAHASAN

1. Manajemen Mutu 1.1 Pengertian mutu Mutu barang atau jasa dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat ( Imbalo S. Pohan, 2007) Mutu merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik oleh penyedia jasa atau pelayanan (Tomey, 2006). Aplikasi mutu sebagai suatu sifat dari penampilan produk atau kinerja yang merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar atau pun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa atau pelayanan adalah tergantung dari keunikan jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan keinginan pelanggan (Supranto, 2001). Jadi mutu merupakan suatu produk yang diberikan kepada pelanggan untuk memberikan kepuasan akan kebutuhan dalam pelayanan jasa yang diberikan kepada pelanggan, dengan menjamin kualitas pelayanan yang berkesinambungan, efektif dan efisien serta tanggap terhadap adanya indikator yang menyebabkan ketidakpuasan. Manajemen Mutu menurut J.M Juran dan Wijono, 1999 bahwa mutu yang lebih tinggi memungkinkan untuk mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pekerjaan ulang, mengurangi kegagalan di lapangan, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi keharusan memeriksa dan menguji, meningkatkan hasil kapasitas dan memberikan dampak utama pada biaya. Sedangkan pengertian yang tepat untuk layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan bukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan

pasien/konsumen dengan biaya berapa saja, harus dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang efisien. Kesimpulannya, mutu layanan kesehatan itu harus dapat memenuhi kebutuhan pasien/konsumen, seperti yang ditentukan profesi layanan kesehatan, dan harus memenuhi harapan pasien tetapi dengan biaya yang seefisien mungkin.

Berdasarkan pengertian di atas, layanan kesehatan yang bermutu harus mempunyai paling sedikit tiga dimensi atau unsur. Pertama, dimensi konsumen, yaitu, apakah layanan kesehatan itu memenuhi kebutuhan dan harapan pasien/konsumen yang selanjutnya diukur berdasarkan kepuasan atau keluhan pasien/konsumen. Kedua, dimensi profesi, yaitu, apakah layanan kesehatan memenuhi kebutuhan pasien/konsumen, seperti yang ditentukan profesi kesehatan. Dimensi ini akan diukur dengan menggunakan prosedur atau standar profesi yang diyakini akan memberi hasil dan kemudian hasil itu dapat pula diamati. Ketiga, dimensi manajemen atau dimensi proses, yaitu bagaimana proses layanan kesehatan menggunakan sumber daya yang paling efisisen dalam memenuhi kebutuhan dan harapan/keinginan pasien/konsumen tersebut. Pasien MUTU Profesi kesehatan

Managemen Gambar : mutu merupakan hasil interaksi pasien profesi kesehatan- manajemen

1.2 dimensi mutu pelayanan kesehatan Lori Di Prete Brown, et. al dalam Wijono, 1999, menjelaskan bahwa kegiatan menjaga mutu dapat menyangkut dalam beberapa dimensi: y Kompetensi teknis, yang terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas. Kompetensi teknis berhubungan dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Kompetensi teknis yang tidak sesuai standar dapat merugikan pasien. y Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, social dan ekonomi, budaya atau hambatan bahasa. y Efektifitas, kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standar yang ada.

Hubungan antar manusia, berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manajer, petugas serta antar tim kesehatan. Hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif , dan memberikan perhatian.

Efisiensi, pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh efisiensi sumber daya pelayanan kesehatan. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan pasien dan masyarakat.

Kelangsungan pelayanan, klien menerima pelayanan yang lengkap sesuai yang dibutuhkan. Klien hendaknya mempunyai terhadap pelayanan rutin dan preventif.

Keamanan dan kenyamanan klien, mengurangi risiko cidera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan pasien. Keramahan/kenikmatan (Amenietis) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas klinik tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedia untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.

Dimensi mutu yang lain menurut Dep Kes 2006, yaitu keprofesian, efisiensi, keamanan pasien, kepuasan pasien, aspek sosial budaya.

1.3 Jaminan mutu layanan kesehatan Jaminan mutu layanan kesehatan merupakan bagian yang integral dari kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan tujuannya untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan. Secara umum, jaminan mutu layanan dapat diartikan sebagai keseluruhan upaya yang bertujuan untuk memberikan suatu layanan kesehatan yang terbaik mutunya, yaitu layanan kesehatan yang sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati. Pengertian operasional jaminan mutu layanan kesehatan adalah upaya yang sistematis dan kesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan senantiasa sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati. Dengan demikian, jaminan mutu layanan kesehatan mencakup kegiatan :

Mengetahui kebutuhan dan harapan pasien/masyarakat yang menjadi pelanggan eksternal layanan kesehatan

Menggunakan semua kemampuan dan bakat orang yang terdapat dalam organisasi layanan kesehatan

y y

Membuat keputusan berdasarkan fakta atau data, bukan perkiraan atau dugaan Bekerja dalam kelompok yang terdiri dari setiap orang yang terlibat dengan pengakuan bahwa semua tenaga kesehatan merupakan sumber daya mutu dan produktivitas sehingga setiap tenaga kesehatan akan merasa bahwa konstribusinya kepada organisasi layanan kesehatan dihargai

Menghindari pemborosan setiap bagian organisasi layanan kesehatan, termasuk waktu, karena waktu adalah uang

Mengelola semua proses untuk menghasilkan apa yang dianggap penting, tetapi pada saat yang sama harus mendorong orang menjadi inovatif dan kreatif

Semua kegiatan itu harus selalu dikerjakan, karena mutu adalah doing the right things all the times.

Jaminan mutu layanan kesehatan merupakan suatu upaya peningkatan mutu layanan kesehatan yang dilakukan secara terus menerus. Oleh sebab itu, upaya tersebut dapat digambarkan sebagai suatu siklus jaminan mutu layanan kesehatan atau sebagai suatu lingkaran, yang disebut sebagai lingkaran mutu.

melaksanan rencana

menyusun standar

menyusun rencana

mengukur mutu

1. 4. Pendekatan Sistem dalam Menjaga Mutu Mutu pelayanan rumah sakit perlu untuk ditingkatkan dengan pendekatan system. Menurut Donabedian dalam Wijono, 1999 bahwa penilaian mutu terbagi atas y Struktur meliputi peralatan dan sarana fisik, keuangan, organisasi dan ,sumber daya kesehatan lainnya. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari : jumlah besarnya input, mutu struktur atau mutu input, besarnya anggaran atau biaya, kewajaran. Proses merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara professional oleh tenaga kesehatan. y Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Sedangkan outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan professional terhadap pasien. y Penilaian terhadap outcome merupakan evaluasi hasil akhir dari kesehatan atau kepuasan pelanggan (Wijono, 1999). Penilaian mutu menurut Dep Kes R.I, 2006 terdiri dari struktur, proses, dan outcome. Struktur adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya keuangan, dan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan, Proses adalah kegiatan yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien, evaluasi, diagnose keperawatan, konseling, pengobatan, tindakan dan penanganan pasien secara efektif dan bermutu. Outcome adalah kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien dalam arti perubahan derajat keseahtan dan kepuasan pelanggan. 1.5. Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan pengukuran, dengan cara mengetahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan standar. Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur. Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Indikator terdiri dari indikator proses, indikator outcome. Indikator proses memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya. Indikator outcomes merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, dan Indikator klinis lain seperti : Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan , dan sebagainya.

Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung. Selanjutnya setelah kriteria ditentukan dibuat standar-standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang standar baik (Wijono, 1999). Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan yang dapat mengukur mutu pelayanan kesehatan menurut Dep Kes 2006 yaitu melalui indikator, kriteria, dan standar. Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk dapat melihat perubahan. Kriteria adalah spesifikasi dari indikator. Standar adalah tingkatan performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang dan merupakan suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien diantaranya pasien terjatuh dari tempat tidur, pasien diberi obat salah, tidak ada obat/alat emergensi, tidak ada oksigen, tidakada alat penyedot lendir, tidak tersedia alat pemadam kebakaran, dan pemakaian obat (Muninjaya, 1999).

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Pohan, imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan Dasar-dasar pengertian dan penerapan . Jakarta : EGC J Manth, A Gatherer. Editorials: Managing Clinical Risks. BMJ vol 308. Juni 1994. Diakses dari www.bmj.com tanggal 18 Mei 2011. NHS QI Scotland. Clinical Governance & Risk Management: Achieving safe, effective, patient-fokused care and service. 2005. Diakses dari www.nhshealthquality.org tanggal 18 Mei 2011. Bury Primary Care Trust. Risk management policy & strategy. 2007. Diakses dari www.burypct.nhs.uk tanggal 18 Mei 2011. Clinical governance into practice. Diakses dari www.nhs.org tanggal 18 Mei 2011. Kerringan, Helen. NHS direct: Corporate Risk management and Policy. Desember 2008. Diakses dari www.nhsdirect.nhs.uk 18 Mei 2011. ARC. NHS QI Scotland- Risk management report. Agustus 2004. Diakses dari www.nhs.scot.org tanggal 18 Mei 2011. NHS ambulance service trust. Risk management strategy. 2007. Diakses dari www.nhs.org. Owles Jr, Robert E. Karim H Vellani. Vulnerability and risk assessment in the environment of care. 2006. Diakses dari www.jcaho.org tanggal 18 Mei 2011. Steele, chris. An introduction to clinical risk management. 2001. Diakses dari www.optometry.co.uk tanggal 18 Mei 2011. Educational resources clinical governance. How do I asses or analyse risk. Diakses dari www.clinicalgovernance.scot.nhs.uk tanggal 18 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai