Pendidikan
Abstract Education is the right of everyone to get the opportunity to develop their
potential through a process called learning which is said to be able to break the
chain of poverty. However, has the implementation of this statement been running
properly in Indonesia? That every citizen has the same rights in the form of the
opportunity to attend school to university? Is “Education for All” just an empty
program? The basic concept of equal opportunity to receive education which is
focused on equality in education and equity in education seems to have not worked
out ideally or even hindered each other. Discrimination of society on the basis of
status and class to obtain privileges in obtaining educational opportunities is also
still the biggest enemy for the basis of education for all. All kinds of arguments were
expressed, ranging from government regulations that change frequently, low public
awareness of the importance of education, the education ladder that feels the need
to sacrifice a lot of money, and free education policies that sometimes do not match
the reality and expectations of the community. By going through the library research
method, this journal will more or less discuss how the principle of free education is
often found contradicting the practice of educational capitalism which is so
rampantly multiplying in the middle of the 4.0 era which actually requires the
younger generation from the lower classes to the upper classes to continue to
develop and continue to explore their potential through education.
Keywords: Equality, Free Education, Capitalist Practices
1
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, 2
Riant Nugroho,. Public Policy: Dinamika
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kebijakan, Analisis Kebijakan, Manajemen
2022 Kebijakan, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2008), 34.
Selain trilogi pembangunan, pemerintah melakukan program
konsep lain untuk pemerataan yakni subsidi yang dimulai dari
gagasan pendidikan untuk semua pendidikan dasar hingga
(education for all). Gagasan ini ditingkatkan pada jenjang
mengandung semangat masyarakat program pendidikan di atasnya.
untuk memenuhi dan mengedepankan 3. GNOTA (Gerakan Nasional
rasa keadilan di bidang pendidikan, Orang Tua Asuh)
karena pendidikan merupakan hak Tahapan selanjutnya dengan
dasar yang mutlak harus diperoleh pemberian beasiswa dan melalui
oleh semua orang tanpa kecuali, gerakan GNOTA yang
singkatnya pemerataan pendidikan. melibatkan partispasi
Semua orang berhak mendapatkan masyarakat. Gerakan Nasional
pendidikan setinggi dan sejauh Orang Tua Asuh (GNOTA)
kemampuan yang dimilikinya untuk adalah sebuah organisasi sosial
menyatakan bahwa pendidikan tidak nirlaba, independen dan
hanya dapat diakses oleh sekelompok transparan yang didirikan pada
orang atau elit tertentu. Usaha tanggal 29 Mei 1996. Ini adalah
pemerintah Indonesia dalam upaya sebuah gerakan inisiatif dari
pemerataan pendidikan tercatat masyarakat untuk menjaga agar
melalui beberapa program yang anak-anak Indonesia
dikeluarkan, yakni: mendapatkan pendidikan dasar
1. Program Wajib Belajar 9 Tahun sebagai landasan meraih masa
Pemerataan pendidikan pertama depan yang lebih baik.3
kali secara formal diupayakan Pemerintah juga mengajak
oleh Pemerintah Indonesia kemitraan masyarakat untuk serta
dimulai pada tahun 1984 dengan memikirkan dan mendukung
program wajib belajar sembilan pembiayaan pendidikan terutama
tahun sejak 1994. pada sekolah yang diselenggarakan
2. BOS (Bantuan Operasional oleh masyarakat (swasta). Namun di
Sekolah) tengah upaya penggalangan
Sejalan dengan hal itu kini kemitraan tersebut isu kebijakan
pemerintah juga telah membuat pendidikan gratis meretas saat
program bantuan operasional pemerataan pendidikan belum
sekolah (BOS) untuk membantu sepenuhnya terwujud. Dampaknya
penyelenggaran pendidikan yang sekolah-sekolah swasta saling
berkaitan seluruh kepentingan berlomba mempertahankan proses
yang berkaitan dengan pendidikannya dengan berbagai
keberlangsungan pendidikan upaya yang amat sulit di tengah
bagi siswa agar tidak terhenti di dilema pendidikan gratis.
tengah perjalanan. Menyadari Cakupan penting dalam
bahwa anggaran pendidikan pemerataan pendidikan terdiri dari
secara nasional belum optimal, equality dan equity. Equality atau
maka langkah antisipasinya persamaan bermakna persamaan
3
GNOTA, Tentang GNOTA diakses dalam
http://www.gn-ota.or.id/ pada 30 Juni 2022.
kesempatan memperoleh pendidikan, meningkatkan harkat dan martabat
sedangkan equity bermakna keadilan bangsa. Dalam UU 1945 juga
dalam memperoleh kesempatan tercermin tekad pemerintah dalam
pendidikan yang sama diantara mewujudkan usaha mencerdaskan
berbagai kelompok dalam kehidupan bangsa sekaligus
masyarakat. Akses terhadap merealisasikan konsep pendidikan
pendidikan yang merata berarti semua untuk semua. Akan tetapi, Education
penduduk usia sekolah telah for All yang dirilis pada tahun 1990
memperoleh kesempatan pendidikan, melalui konferensi internasional di
sementara itu akses terhadap Thailand-dteruskan pada sidang
pendidikan telah adil jika antar UNESCO di Dakkar tahun 2000 ini,
kelompok bisa menikmati pendidikan dirasa masih belum berjalan dengan
secara sama didukung oleh anggaran baik dan sempat mengalami
pendidikan. kegagalan. Karena dalam realitanya
4
4
H. A. R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Apa Saja?, diakses dalam
Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), https://www.cnbcindonesia.com/news/20220
49. 520153518-4-340537/anggaran-pendidikan-
5
Lidya Julita Sembiring, Anggaran 2022-naik-jadi-rp-621-t-buat-apa-saja pada
Pendidikan 2022 Naik jadi RP 621 T, Buat 30 Juni 2022.
termarginalkan yang hanya menjadi kaum elit saja yang bisa memasuki
penonton. program unggulan tersebut.
Munculnya kapitalisme Sejalan dengan hal tersebut,
pendidikan tidak akan lepas dari mu’arif mengatakan bahwa bahwa
aspek politik dan ekonomi. Secara dengan adanya otonomi pendidikan
politis akibat berakhirnya perang mendorong manajemen sekolah
dunia dan politik negara adi daya dilakukan dengan sistem manajemen
yang diperolopori oleh Amerika. Para profit. Dengan begitu orang kaya
negara maju yang tergabung dalam menanggung biaya pendidikan lebih
World Trade Organization (WTO) ringan dari pada orang miskin.7
menandatangani General Agreement Padahal, pendidikan semestinya
on Trade and Service (GATS) pada bukan lahan basah untuk merenggut
akhir Mei 2005 yang mengatur profit, melainkan sebagai instrumen
liberalisasi perdagangan 12 sektor membebaskan manusia dari belenggu
jasa, salah satunya pendidikan tinggi. kebodohan, kemiskinan dan amoral
Dari konsensus internasional tersebut sehingga dapat menempatkan
mendorong para investor bisa manusia dalam esensi dan martabat
memasuki dunia pendidikan yang kemanusiaanya yang sejati.
mengarah pada komersialisasi. Dunia Pendidikan memang tidak berdiri
pendidikan dipandang sebagai arena sendiri. Pendidikan sangat terkait
bisnis yang cukup bagus untuk dengan berbagai kepentingan pihak
meraup keuntungan. Di sisi lain dominan, terutama para pemegang
perubahan kebijakan sentralistik kekuasaan politik dan kekuasaan
menuju desentralistik dipandang modal. Dalam kaitannya dengan
memicu timbulnya kapitalisme industrialisasi, kepentingan
pendidikan. Sentrasilasi yang dapat kapitalisme dalam dunia pendidikan
mengakibatkan stupidifikasi telah bisa disaksikan sejak tahun era
pendidikan lokal akan jauh lebih baik 1970-an. Sejak tahun itu, bersamaan
dari pada desentralisasi yang dengan tegaknya pilar ideologi
memunculkan kapitalisasi pendidikan pembangunanisme
yang menganggap bahwa jasa (developmentalism) yang dibawa oleh
layanan pendidikan merupakan pemerintahan orde baru, pendidikan
komoditas yang dapat diperjual- mulai kehilangan rohnya sebagai satu
belikan. Maka yang terjadi adalah pilar utama peningkatan SDM yang
pendidikan kurang melayani memiliki visi mencerdaskan
kelompok miskin dan lebih kehidupan bangsa. Pola hubungan
mementingkan kelompok elit. . Hal
6
pendidikan harus selalu
ini didukung pula dengan kebijakan menyesuaikan dengan proses
pemerintah agar sekolah di daerah industrialisasi. Pendidikan selalu
menyelenggarakan program sekolah diarahkan pada kepentingan-
unggulan yang menuntut pembiayaan kepentingan dagang atau politik,
yang tidak sedikit. Akibatnya hanya bukan lagi kepentingan
6
Mujahidun, “Pemerataan Pendidikan Anak 7
Mu’arif, Liberalisasi Pendidikan:
Bangsa”, Jurnal Tarbiyatuna, Vol. 7, No. 1, Menggadaikan Kecerdasan Kehidupan
(Juni, 2016), 45. Bangsa, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher,
2008), 18-19.
mencerdaskan kehidupan bangsa harus melaksanakan kebijakan
sebagaimana misi sejatinya yang di pendidikan sesuai dengan apa
amanahkan UUD 1945. Di bawah yang sebenarnya disyaratkan
tekanan industrialisasi dan politisasi oleh undang-undang. Dalam hal
pendidikan inilah para peserta didik ini, pemerataan pendidikan harus
kemudian hanya bisa menjadi mesin- mencakup dua aspek penting:
mesin industri yang harus tunduk dan equity dan equality. Pendidikan
patuh pada kepentingan pragmatis.8 adalah adil jika penduduk dari
Dengan adanya kapitalisme semua usia sekolah mendapat
dalam pendidikan, Eko Prasetyo kesempatan pendidikan, dan jika
memaparkan akibat yang ditimbulkan semua kelompok (semua langkah
dalam buku yang berjudul “ Orang kehidupan) memiliki akses yang
Miskin Dilarang Sekolah”, sama terhadap pendidikan.
mencerminkan bahwa liberalisasi Dalam mengembangkan
pendidikan hanya akan membuat kebijakan pendidikan gratis,
sekolah meluluskan para pemerintah juga harus
pengangguran yang pada akhirnya mengalokasikan anggaran
akan menambah populasi kemiskinan pendidikan (minimal 20%) yang
yang tak ada ujungnya. Ia juga cukup dapat dipenuhi oleh
menggambarkan orang miskin di program tersebut. Jangan jadikan
siksa di negeri mereka sendiri dengan program pendidikan gratis
sindiran “kenapa aku tidak boleh sebagai janji manis dengan
sekolah pak”, tutur orang miskin.9 slogan-slogan yang sering
Dalam upaya mencari jalan digunakan saat pemilihan kepala
keluar terhadap problematika yang daerah dan pemilihan presiden.
berkaitan dengan pemerataan Program wajib belajar sembilan
pendidikan, Mujahidun menganalisis tahun harus ditanggapi serius
menggunakan pendekatan struktur oleh pemerintah dengan secara
analisis PEST (politik, ekonomi, aktif dan pasif melibatkan
sosial, dan teknis) yang dikemukakan berbagai lapisan masyarakat
Matthew Housden, dalam bukunya dalam mengelola akses
“Successful Marketing Research In A pendidikan dasar dan pra-sekolah
Week”. Keempat bidang analisis yang secara bersamaan. Wajib belajar
dimaksud adalah sebagai berikut: 10 merupakan kebijakan simultan
1. Bidang Politik dari pemerintah pusat dan daerah,
Secara politis, kebijakan baik dari golongan kurang
pembinaan dan pengaturan mampu atau golongan elit.
pendidikan seharusnya menjadi 2. Bidang Ekonomi
tanggung jawab pemerintah. Banyaknya anak yang
Oleh karena itu, pemerintah berusia 7 sampai 15 tahun yang
8
Muhammad Solihin, “Kapitalisme Mujahidun, “Pemerataan Pendidikan Anak
10