DAFTAR ISI
yang terdiri atas tiga bagian, yaitu : Insfrastruktur informasi dan alat yang
digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan isi media, Isi media dapat
berupa pesan-pesan pribadi, berita, gagasan, dan produk-produk budaya yang
berbentuk digital, Kemudian yang memproduksi dan mengkonsumsi isi media
dalam bentuk digital adalah individu, organisasi, dan industri. Kotler dan Keller
(2009) juga mengemukakan media sosial adalah media yang digunakan oleh
konsumen untuk berbagi teks, gambar, suara, dan video informasi baik dengan
orang lain maupun perusahaan dan vice versa. Pendapat tersebut didukung
pernyataan Carr dan Hayes (2015) dimana media sosial adalah media berbasis
internet yang memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan
mempresentasikan diri, baik secara seketika ataupun tertunda, dengan khalayak
luas maupun tidak yang mendorong nilai dari user-generated content dan
persepsi interaksi dengan orang lain. Media sosial digunakan secara produktif
oleh seluruh ranah masyarakat, bisnis, politik, media, periklanan, polisi, dan
layanan gawat darurat. Media sosial telah menjadi kunci untuk memprovokasi
pemikiran, dialog, dan tindakan seputar isu-isu sosial.
Fungsi media sosial dapat diketahui melalui sebuah kerangka kerja
honeycomb. Menurut Kietzmann, etl (2011) menggambarkan hubungan kerangka
kerja honeycomb sebagai penyajian sebuah kerangka kerja yang mendefinisikan
media sosial dengan menggunakan tujuh kotak bangunan fungsi yaitu identity,
cenversations, sharing, presence, relationships, reputation, dan groups
(Egelhofer and Lecheler 2019).
1. Identity menggambarkan pengaturan identitas para pengguna dalam
sebuah media sosial menyangkut nama, usia, jenis kelamin, profesi, lokasi
serta foto.
2. Conversations menggambarkan pengaturan para pengguna berkomunikasi
dengan pengguna lainnya dalam media sosial.
3. Sharing menggambarkan pertukaran, pembagian, serta penerimaan konten
berupa teks, gambar, atau video yang dilakukan oleh para pengguna.
7
sosial, bahkan satu orang bisa mempunyai banyak akun untuk mengakses
berbagai situs media sosial, dari hasil penelitian juga memperlihatkan
reponden memiliki lebih dari satu account. Media sosial memberikan
kemudahan bagi user atau membernya dengan mudah berpartisipasi, berbagi,
dan menciptakan isi baik dalam bentuk blog, jejaring sosial, wikipedia, forum,
atau pun dalam bentuk komunitas yang di bangun secara online dalam ruang
virtual. Semakin mudahnya fasilitas untuk mengakses internet membuat
perkembangan media sosial sangat pesat bahkan banyak orang yang
memanfaatkan media yang satu ini untuk keperluan pribadi, bisnis dan
penyebaran informasi Palsu.
Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang menyebabkan
pengguna cenderung mudah percaya pada informasi palsu. Pada dasarnya
perilaku pengguna lebih cenderung percaya informasi palsu, jika informasinya
sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki (Figueira and Oliveira 2017).
Menurut Maslow motivasi adalah dorongan pada manusia untuk
melakukan sesuatu atas dasar kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki, termasuk
dalam menyebarkan informasi palsu. “Manusia dimotivasikan oleh sejumlah
kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan
berasal dari sumber genetis atau naluriah” (1987, p. 70). Mengenai informasi
palsu, Harley menerangkan bahwa sebagian besar karya palsu pada awalnya
dibuat dari niat baik, dengan mengajak untuk menyebarkan surat/informasi
berantai yang bermanfaat (seperti mengingatkan akan masalah virus). Tentu
saja, beberapa palsu (atau semi-palsu) muncul dari kesalah-pahaman atau
terpisah dari kebenaran karena menyebar lebih lanjut di Internet (sehingga
tidak sesuai dengan konteks wilayah dan waktu).
Namun, banyak juga informasi palsu yang dimulai oleh seorang
individu yang menyesatkan, merasa meningkat harga dirinya setiap kali salah
satu korbannya merasa bodoh ketika menyadari bahwa mereka telah tertipu.
Ada beberapa kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Pertama, kebutuhan
11
fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar, paling kuat dan paling jelas
dari antara sekalian kebutuhan manusia yaitu kebutuhannya akan makanan,
minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. Kedua, kebutuhan akan
rasa aman. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, kebutuhan akan keteraturan
dan stabilitas muncul. Jika tidak terpenuhi, maka manusia akan cemas.
Kebebasan yang ada batasnya lebih disukai daripada dibiarkan sama sekali.
Kedua kebutuhan awal ini tidak dibahas lebih jauh karena belum
berkaitan dengan permasalahan penelitian. Kebutuhan ketiga adalah
kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan akan kasih sayang (kebutuhan
sosial). Orang akan mendambakan hubungan penuh kasih sayang dengan
orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan akan rasa memiliki tempat di
tengah kelompoknya dan dia akan berusaha keras mencapai tujuan yang satu
ini. Maslow menyukai rumusan Carl Rogers tentang cinta: keadaan
dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati. Karena itu
seseorang tentu cenderung akan mencari dan melakukan berbagai hal agar
dapat diterima di dalam kelompoknya sebagaimana yang dikatakan Harley.
Termasuk saling menerima dan memberi informasi.
Keempat, kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan bahwa
setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yaitu harga
diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi
prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta
penghargaan. Hal ini menjelaskan pernyataan Harley mengenai banyaknya
informasi palsu yang dimulai dengan tujuan menyesatkan oleh orang yang
merasa meningkat harga dirinya setiap kali korbannya (penerima informasi
palsu) merasa tertipu. Harga diri pembuat palsu meningkat karena berhasil
mengungguli orang lain, merasa lebih kompeten dan kepercayaan dirinya
akan meningkat. Jika kemudian ada yang merespon, mengakui atau bahkan
12
E. Catatan Penulis
Sejauh ini, penelitian mengenai berita palsu yang beredar di media masih
terbatas, dimana juga diketahui adanya peran paradoks ini media arus utama
dalam penyebaran disinformasi, dengan sedikit refleksi tentang penyebabnya
dan konsekuensi dari media berita mainstream yang menyebarkan berita palsu.
Efek dari cakupan berita palsu di media berita arus utama pada audiensi media
berita, termasuk kemungkinan itu bagian dari audiens mempelajari informasi
16
yang salah. Berita palsu bertujuan untuk membuat opini publik, menggiring
opini publik, dan membentuk persepsi hanya ingin menghibur maupun dengan
alasan menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media sosial.
Tujuan penyebaran palsu beragam tapi pada umumnya palsu disebarkan sebagai
bahan lelucon atau sekedar iseng, menjatuhkan pesaing (black campaign),
promosi dengan penipuan, ataupun ajakan untuk berbuat hal yang baik
meskipun tidak diketahui asal-usul cerita atau berita palsu tersebut secara
akurat. Setidaknya terdapat empat alasan penting mengapa media berita
mainstream meliput berita palsu, yang mana terkait dengan (a) persepsi peran
jurnalis, (b) nilai-nilai berita tradisional, (c) psikologi keputusan berita, dan (d)
infrastruktur untuk meliput apa yang terjadi di dunia online.
Faktanya, jurnalis lebih memperhatikan untuk menyebarkan informasi
daripada untuk mengonfirmasi informasi. Saat memproses informasi, wartawan
terlalu menganggap informasi harus segera disebarkan yang mengukuhkan
sikap bahwa hal itu lebih penting daripada sikap yang mengonfirmasi
informasi. Dengan kata lain, terdapat upaya untuk membangun sebuah citra
publik yang menguntungkan bagi bidang pekerjaan jurnalis. Sehingga, karakter
media cenderung semakin dimanipulasi di lingkungan yang terus-menerus
menantang kemampuan jurnalis untuk membedakan kebenaran dan mengoreksi
kebohongan. Sementara itu, dari perspektif pembaca, menurut pandangan
psikologis, ada dua faktor yang menyebabkan pengguna cenderung mudah
percaya pada informasi palsu. Pada dasarnya perilaku pengguna lebih
cenderung percaya informasi palsu, jika informasinya sesuai dengan opini atau
sikap yang dimiliki.
Pencegahan kuatnya arus informasi palsu dapat dilakukan dengan
meningkatkan literasi masyarakat melalui peran aktif pemerintah, pemuka
masyarakat dan komunitas, menyediakan akses yang mudah kepada sumber
informasi yang benar atas setiap isu palsu, melakukan edukasi yang sistematis
dan berkesinambungan serta tidakan hukum yang efektif bagi penyebarnya
17
DAFTAR PUSTAKA
Alcott, Hunt, Matthew Gentzkow, and Chuan Yu. 2018. "Trends in the Diffusion of
Misinformation on Scoial Media." Journal of Stanford Edu, 01 1-13.
Egelhofer, Jana Laura, and Sophie Lecheler. 2019. "Fake news as a two-dimensional
phenomenon: a framework and research agenda." Annals Of The International
Communication Association, Vol. 43, No. 2 97-116.
Figueira, Álvaro, and Luciana Oliveira. 2017. "The current state of fake news:
challenges and opportunities." Procedia Computer Science 121 817-825.
Tsfati, Yariv, H. G. Boomgaarden, J. Strömbäck, R. Vliegenthart, A. Damstra, and E.
Lindgren. 2020. "Causes and consequences of mainstream media
dissemination of fake news: literature review and synthesis." Annals of the
International Communication Association, Vol. 44, No. 2, 157–173 157-173.