Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

1.1 Hasil Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Identitas Pasien
• Nama : Ny. N
• Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Januari 1967
• Usia : 37 th
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Agama : Islam
• Alamat : Marunda Baru
• Datang ke Puskesmas : 11 April 2014
• Pendidikan Terakhir : SMP

Anamnesis
Keluhan Utama :

Pasien datang dengan keluhan keputihan, berbau, gatal sejak anak pertama
melahirkan.

Riwayat Peyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan keputihan, berbau dan gatal sejak melahirkan anak
pertama. Keputihan terus menerus seperti susu. Perut bagian bawah kiri sedikit, pada
BAK tidak ada keluhan. Pasien juga mengeluhkan sering mengelurkan darah sehabis atau
sesudah bersenggama. Menstruasi tidak lancar, sebulan bisa 3 kali menstruasi, terkadang
hanya keluar flek-flek saja.

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Belum pernah sakit seperti ini sebelunya. Awal menstruasi kelas 6 SD.

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Di keluarga kakanya pernah mengeluhkan keluhan yang sama

1
 Suaminya jika kencing terasa sakit dan terasa gatal

Riwayat Alergi :
 Makanan (-), obat-obatan (-), debu (-)

Riwayat Pengobatan:
 Sebelumnya sudah berobat ke bidan, tetapi tidak sembuh

Riwayat Psikososial:
- Suami yang sekarang merupakan perkawinan yang kedua
- Terakhir bersenggama 3 bulan yang lalu.
- Pekerjaan suami sebagai nelayan, pulang ke rumah kira-kira 1 tahun sekali.
- Pasien meminum pil KB jika suaminya pulang ke rumah.

Status Obstetri Ginekologi


G2P0A0

Pemeriksaan Umum:
 KU : Baik, tampak sakit ringan
 Kesadaran : Composmentis
 BB : 60 kg
 Tanda Vital
 TD : 180/100 mmHg
 N :-
 RR :-
 S : 36,5 0 C
 Kepala : Bentuk normocephal, rambut panjang, warna hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
 Mata : Tidak cekung, pupil isokhor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
 Hidung: Normonasi, sekret (-/-), deviasi septum nasi (-)
 Telinga : Normotia, sekret (-/-), radang (-)

2
 Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), Faring hiperemis (-), perdarahan mukosa (-),
perdarahan gusi (-)
 Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba, Tiroid tidak terdapat pembesaran
 Thorax
 Inspeksi : normochest
 Palpasi : vocal premitus simetris kanan kiri, dada yag tertinggal (-)
 Perkusi : sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi : BJ1 dan BJ2 jantung tunggal, murni, pernapasan vesikuler
ronkhi -/-, wheezing -/-
 Abdomen
 Inspeksi : asites (-), bekas luka operasi (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+)
 Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
 Perkusi : Timpani

Ekstremitas :
Ekstr. Atas : akral hangat, sinosis -/-, RCT < 2 detik
Ekstr. Bawah : akral hangat, sianosis -/-, udem -/-, RCT < 2 detik

• Genitelia
Genitelia Eksterna

Inspeksi : tidak ada darah, tidak ada keputihan, tidak ada tanda-tanda
inflamasi, tidak ada papil/ nodul, tidak ada tanda-tana luka

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Genitelia Interna
Inspeksi : di bagian permukaan portio terlihat kemerahan, tidak ada darah, tidak
ada papil/nodul, pada jam 7 terlihat seperti sariawan (stomatitis)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, pH 5.

Pemeriksaan Laboratorium
• PMN uretra/serviks (+)
3
• Diplokokus intrasel uretra/serviks (-)
• Clue cells (+)
• Sniff test (-)
• T.Vaginalis (-)
• TPHA/TPPA (-)

Resume
Pasien datang dengan keluhan keputihan, berbau dan gatal sejak melahirkan
anak pertama. Keputihan terus menerus seperti susu. Perut bagian bawah kiri sedikit.
Pasien juga mengeluhkan sering mengeluarkan darah sehabis atau sesudah
bersenggama. Menstruasi tidak lancar, sebulan bisa 3 kali menstruasi, terkadang hanya
keluar flek-flek saja. Belum pernah sakit seperti ini sebelunya. Awal menstruasi kelas 6
SD. Di keluarga kakanya pernah mengeluhkan keluhan yang sama dan suaminya jika
kencing terasa sakit dan terasa gatal. Sebelumnya sudah berobat ke bidan, tetapi tidak
sembuh. Suami yang sekarang merupakan perkawinan yang kedua. Pekerjaan suami
sebagai nelayan, pulang ke rumah kira-kira 1 tahun sekali. Pasien meminum pil KB jika
suaminya pulang ke rumah. Terakhir bersenggama 3 blan yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan di bagian permukaan portio terlihat kemerahan dan pada jam 7 terlihat
seperti sariawan (stomatitis). Pada pemeriksaan laboratorium PMN uretra/serviks (+)
dan Clue cells (+).

1.2 Diagnosa Kerja


Diagnosis Banding : Kandidiasis vulvovaginalis, Trikomoniasis
Diagnosa Kerja : Vaginosis Bakterial (VB)

1.3 Rencana/Penatalaksanaan :
a. Nonmedikamentosa
• Menjaga kebersihan vagina
• Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak merusak pH di sekitar vagina
• Hindari bedak/deodoran vagin
• Gunakan celana dalam yang kering dan yang menyerap keringat
• Sering mengganti pembalut jika sedang haid

4
b. Medikamentosa
• Metronidazole 500 mg 2 x 1
c. Pemeriksaan Lain

• Disarankan untuk melakukan pemeriksaan paps smear

5
TINJAUAN PUSTAKA
Vaginosis bakterialis

2.1. Definisi
Vaginosis bakterialis (VB) adalah suatu gangguan pada flora vagina yang
menyebabkan keluarnya sekret berbau, putih abu-abu, dan encer. VB hanya mengenai
perempuan, dan saat ini belum ada bukti bawa penyakit ini ditularkan secara seksual
antara pasangan heteroseks. Namun, VB disebabkan oleh bergnti-ganti pasangan
seksual dan kuman penyebabnya pernah dibiak dari uretra laki-laki yang menjadi
pasangan seksual perempuan yang terinfeksi .

2.2. Epidemiologi
Penyelidikan epidemologi VB jarang dilakukan, sedangkan kriteria
mikrobiologi dan klinis yang tepat belum jelas. Prnah disebutkan bahwa 50% wanita
aktif seksual terkena G. Vaginalis, tetapi hanya sedikit yang menyebabkan gejala.
Sekitar 50% ditemukan pada pmakai AKDR dan 86% bersama-sama dengan infeksi
Trichomonas. Pada penggunaan AKDR dapat ditemukan serta diikuti infeksi
G.vaginalis dan kuman anaerob gram negatif. Hampir 80% laki-alki yng mitra seksul
wanitanya terinfeksi G.vaginalis, mengandung G.vaginalis dengan biotipe yang sama
dalam uretra, tetapi tidakmenyebabkan uretritis. Pada suatu penyelidikan ditemukan
adanya hubungan antara timbulnya rekurensi setelah pengobatan dengan kontak
seksual. Ditemukannya G.vaginalis sering diikuti dengan infeksi lain yang ditularkan
melalui hubungan seksual.

2.3. Etiologi
VB disebabkan oleh faktr-faktor yang mengubah lingkunagn asam normal di
vagina menjadi keadaan basa yang mendorong pertumbuhan berlebihan bakteri-bakteri
penghasil basa. Lactobacilli acidophilus adalah bakteri berbentuk batang, positif-gram,
yang menghasilkan asam laktat dari karbohidrat. Laktobasillus adalah bakteri
predominan di vagina dan membantu mempertahankan sekresi vagina yang bersifat
asam. Faktor-faktor yang mengubah pH melalui efek alkalisasi antara lan adalah mukus
6
serviks, semen, darah haid, mencuci vagina (douching), pemakaian antibiotik, STI, dan
perubahan hormon saat hamil dan monopouse. Faktor-faktor ini mungkin
meningkatkan pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan bakteri
anaerob. Metabolisme bakteri anaerob menyebabkan lingkungan menjadi basa yang
menghambat pertumbuhan lktobasilus dan mendorong pertumbuhan bakteri lain. VB
dilaporkan berkaitan dengan Pelvic Inflammatory Desease.

2.4. Patogenesis
Patogenesis masih belum jelas. G.vaginalis termasuk flora normal dalam
vagina melekat pada dinding. Beberapa peneliti menyatakan terdapat hubungan yang erat
antara kuman ini dengan bakteri anaerob pada patogenesis penyakit VB.

Ekosistem vagina adalah biokomuniti yang dinamik dan kompleks yang terdiri
dari unsur-unsur yang berbeda yang saling mempengaruhi. Salah satu komponen lengkap
dari ekosistem vagina adalah mikroflora vagina endogen, yang terdiri dari gram positif
dan gram negatif aerobik, bakteri fakultatif dan obligat anaerobik. Aksi sinergetik dan
antagonistik antara mikroflora vagina endogen bersama dengan komponen lain,
mengakibatkan tetap stabilnya sistem ekologi yang mengarah pada kesehatan ekosistem
vagina. Beberapa faktor/kondisi yang menghasilkan perubahan keseimbangan
menyebabkan ketidak seimbangan dalam ekosistem vagina dan perubahan pada
mikroflora vagina. Dalam keseimbangannya, ekosistem vagina didominasi oleh bakteri
7
Lactobacillus yang menghasilkan asam organik seperti asam laktat, hidrogen peroksida
(H2O2), dan bakteriosin.
Asam laktat seperti organic acid lanilla yang dihasilkan oleh Lactobacillus,
memegang peranan yang penting dalam memelihara pH tetap di bawah 4,5 (antara 3,8 -
4,2), dimana merupakan tempat yang tidak sesuai bagi pertumbuhan bakteri khususnya
mikroorganisme yang patogen bagi vagina. Kemampuan memproduksi H2O2 adalah
mekanisme lain yang menyebabkan Lactobacillus hidup dominan daripada bakteri obligat
anaerob yang kekurangan enzim katalase. Hidrogen peroksida dominan terdapat pada
ekosistem vagina normal tetapi tidak pada bakterial vaginosis. Mekanisme ketiga
pertahanan yang diproduksi oleh Lactobacillus adalah bakteriosin yang merupakan suatu
protein dengan berat molekul rendah yang menghambat pertumbuhan banyak bakteri
khususnya Gardnerella vaginalis.
G. vaginalis sendiri juga merupakan bakteri anaerob batang variabel gram
yang mengalami hiperpopulasi sehingga menggantikan flora normal vagina dari yang
tadinya bersifat asam menjadi bersifat basa. Perubahan ini terjadi akibat berkurangnya
jumlah Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida. Lactobacillus sendiri
merupakan bakteri anaerob batang besar yang membantu menjaga keasaman vagina dan
menghambat mikroorganisme anaerob lain untuk tumbuh di vagina.
Sekret vagina adalah suatu yang umum dan normal pada wanita usia produktif.
Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang
keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar
Bartolini. Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh
untuk membersihkan diri, sebagai pelicin, dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam
kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh, atau berwarna
kekuningan ketika mengering di pakaian, memiliki pH kurang dari 5,0 terdiri dari sel-sel
epitel yang matur, sejumlah normal leukosit, tanpa jamur, Trichomonas, tanpa clue cell.
Pada bakterial vaginosis dapat terjadi simbiosis antara G.vaginalis sebagai
pembentuk asam amino dan kuman anaerob beserta bakteri fakultatif dalam vagina yang
mengubah asam amino menjadi amin sehingga menaikkan pH sekret vagina sampai
suasana yang sesuai bagi pertumbuhan G. vaginalis. Beberapa amin diketahui
menyebabkan iritasi kulit dan menambah pelepasan sel epitel dan menyebabkan sekret
tubuh berbau tidak sedap yang keluar dari vagina.
Basil-basil anaerob yang menyertai bakterial vaginosis diantaranya Bacteroides
bivins, B. Capilosus dan B. disiens yang dapat diisolasikan dari infeksi genitalia.
8
G. vaginalis melekat pada sel-sel epitel vagina in vitro, kemudian menambahkan
deskuamasi sel epitel vagina sehingga terjadi perlekatan duh tubuh pada dinding vagina.
Organisme ini tidak invasive dan respon inflamasi lokal yang terbatas dapat dibuktikan
dengan sedikitnya jumlah leukosit dalam sekret vagina dan dengan pemeriksaan
histopatologis. Timbulnya bakterial vaginosis ada hubungannya dengan aktivitas seksual
atau pernah menderita infeksi Trichomonas.
Bakterial vaginosis yang sering rekurens bisa disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang faktor penyebab berulangnya atau etiologi penyakit ini. Walaupun
alasan sering rekurennya belum sepenuhnya dipahami namun ada 4 kemungkinan yang
dapat menjelaskan yaitu :
1. Infeksi berulang dari pasangan yang telah ada mikroorganisme penyebab
bakterial vaginosis. Laki-laki yang mitra seksual wanitanya terinfeksi G.
vaginalis mengandung G. vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra
tetapi tidak menyebabkan uretritis pada laki-laki (asimptomatik) sehingga
wanita yang telah mengalami pengobatan bakterial vaginosis cenderung
untuk kambuh lagi akibat kontak seksual yang tidak menggunakan
pelindung.
2. Kekambuhan disebabkan oleh mikroorganisme bakterial vaginosis yang
hanya dihambat pertumbuhannya tetapi tidak dibunuh.
3. Kegagalan selama pengobatan untuk mengembalikan Lactobacillus sebagai
flora normal yang berfungsi sebagai protektor dalam vagina.
4. Menetapnya mikroorganisme lain yang belum diidentifikasi faktor hostnya
pada penderita, membuatnya rentan terhadap kekambuhan.

2.5. Gejala Klinis


Wanita dengan VB akan mengeluh adanya duh tubuh dari vagina yang ringan
atau sedang dan berbau tidak enak (amis), yang dinyatakan oleh penderita sebagai satu-
satunya gejala yang tidak meyenangkan. Bau lebih menusuk setlah senggama dan
mengakibatkan darah menstruasi berbau abnormal. Iritasi daerah vagina atau sekitar
vagina (gatal, rasa terbakar), kalau ditemukan, lebih ringan daripada yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis atau C.albicans. Sepertiga penderita mngeluh gatal dan rasa
terbakar, dan seperlima timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen,
dispareunia, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau ada karena penyakit lain.
Di samping itu sekitar 50% penderita VB bersifat asimptomatik.
9
Pada pemeriksaan sangat khas, dengan adanya duh tubuh vagina bertambah,
warna abu-abu homogen, viskositas rendah atau normal, berbau, dan jarang berbusa. Duh
tubuh melekat pada dinding vagina terlihat sebagai lapisan tipis atau kilauan yang difus,
pH sekret vagina berkisar antar 4,5-5,5. Gejala peradangan umum tidak ada. Terdapat
eritema pada vagina atau vulva atau petekie pada dinding vagina. Pada pemeriksaan
kolposkopi tidak terlihat dilatasi pembuluh darah dan tidak ditemukan penambahan
densitas pembuluh darah pada dinding vagina. Gambaran serviks normal.

2.6. Pemeriksaan Diagnostik


Dengan mikroskop, pada sediaan basah sekret vagina dengan larutan garam
faal terlihat leukosit sedikit atau tidak ada, sel epitel bayak dan adanya kokobasil yang
berkelompok. Terdapatnya clue cell (sel epitel vagina yang diliputi oleh kokobasil
sehingga batas sel tidak jelas) adalah patognomonik.
Pada pewarnaan gram dapat dilihat batang-batang kecil gram negatif atau
variabel. Gram yang tak dapat dihitung jumlahnya dan banyak epitel dengan kokobasil
tanpa ditemukan laktobasil.
Dapat dilakukan tes Sniff (tes amin), yaitu duh tubuh vagina berbau amis
setelh ditambahkan 1 tetes larutan KOH 10%. Dapat pula dilakukan pemeriksaan
kromografi dan biakan.
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan adanya 3 dari 4 kriteria AMSEL :
1. Sekret homogen, putih, noninflamatorik yang melapisi dinding vaina.
2. Pemeriksaan sediaan basah dengan salin memperlihatkan adanya clue cells
3. pH cairan vagina di atas 4,5
4. “whiff tes” (bau cairan vagina seperti ikan setelah penambahan larutan
kalium hidroksida [KOH] 10%) positif.
Karena VB tidak bersifat meradang, maka tidak terjadi peningkatan leukosit
pada pemeriksaan mikroskopik. Pewarnaan gram terhadap cairan vagina dapat
dilakukan, dan diagnosis VB didasarkan pada temuan adanya perubahan dari
predominansi laktoasilus menjadi predominansi Gardnerella atau bakteri anaerob.
Biakan tidak cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis.

2.8 Diagnosis Banding


1. Trikomoniasis

10
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis. Biasanya penyakit ini tidak bergejala tapi pada beberapa
keadaan trikomoniasis akan menunjukkan gejala. Terdapat duh tubuh vagina
berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau. Eritem dan edem pada vulva, juga
vagina dan serviks pada beberapa perempuan. Serta pruritos, disuria, dan dispareunia.
Pemeriksaan apusan vagina Trikomoniasis sering sangat menyerupai penampakan
pemeriksaan apusan bakterial vaginosis. Tapi Mobilincus dan clue cell tidak pernah
ditemukan pada Trikomoniasis. Pemeriksaan mikroskopoik tampak peningkatan sel
polimorfonuklear dan dengan pemeriksaan preparat basah ditemukan protozoa untuk
diagnosis. Whiff test dapat positif pada trikomoniasis dan pH vagina 5 pada
trikomoniasis.

2. Kandidiasis
Kandidiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans atau
kadang Candida yang lain. Gejala yang awalnya muncul pada kandidiasis adalah
pruritus akut dan keputihan. Keputihan seringkali tidak ada dan hanya sedikit. Kadang
dijumpai gambaran khas berupa vaginal thrush yaitu bercak putih yang terdiri dari
gumpalan jamur, jaringan nekrosis epitel yang menempel pada vagina. Dapat juga
disertai rasa sakit pada vagina iritasi, rasa panas dan sakit saat berkemih.18
Pada pemeriksaan mikroskopik, sekret vagina ditambah KOH 10% berguna untuk
mendeteksi hifa dan spora Candida. Keluhan yang paling sering pada kandidiasis
adalah gatal dan iritasi vagina. Sekret vagina biasanya putih dan tebal, tanpa bau dan
pH normal

Kriteria Normal Kandidiasis Vaginosis Trikomoniasis


diagnostik Vulvovagina Bakterialis
Keluhan-gejala Tidak ada Gatal, rasa Bau tidak Sekret kuning-
terbakar, sekret, sedap, gatal, hijau, bau, gatal
disuria sekret
Sekret Putih, jernih, Putih, seperti Encer, putih Berbusa, kuning-
flokulen keju, meningkat abu-abu, hijau
meningkat
pH vagina 3,8-4,2 <4,5 >4,5 >4,5
Bau amina Tidak ada Tidak ada Busuk, Mungkin
“seperti ikan” memperlihatkan
bau busuk tau bau
“seperti ikan”
Sediaan Basah Sel epitel, Pseudohifa, Clue cells, Trikomonad,
11
laktobasilus, sedikit ‘yeast buds’, whiff positif, whiff mungkin
leukosit leukosit positif sedikit positif, leukosit
leukosit positif

2.8 Pengobatan
1. Secara topikal, digunakan :
a. Krim Sulfonamida tripel sebagai acid cream base dengan pH 3,9 dipakai setiap
hai selama 7 hari. Namun, kesembuhan hanya sementara, yakni selama
penggunaan pengoatan topikal. Atau
b. Supositoria vaginal berisi tetrasiklin atau yodium povidon 76%
2. Secara sistemik, berikan :
a. Metrodinazil 2-3 x 500 mg tiap hari selama 7 hari, atau
b. Tinidazol 2 x 500 mg selama 5 hari, atau
c. Amoksisilin atau ampisilin dengan dosis 4 x 500 mg per oral selama 5 hari.
Pemberian ampisilin dan tetrasiklin merupakan predisposisi timbulnya
kandidosis vaginal.

2.9 Prognosis
Prognosis bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30% wanita
walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan antibiotik yang sama
dapat dipakai. Prognosis bakterial vaginosis sangat baik, karena infeksinya dapat
disembuhkan. Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan
pengobatan metronidazol dan klindamisin memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-
96%).

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2007. Imu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI
12
Mansjoer, Arif. 2009. Bakterial vaginosis. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Price, Sylvia A. dan Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC
Bakterial Vaginosis. Diunduh pada : 3 Mei 2014.
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-vaginosis-bacterialis.html

13

Anda mungkin juga menyukai