Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISA

JUDUL PERCOBAAN: ASIDI ALKALIMETRI

NAMA PRAKTIKAN : DEA NOVIANA


NIM/GRUP : 2031910016/III
TANGGAL PRAKTIKUM : 03 JUNI 2020
ASISTEN : ROSA FITRIYA

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................................... i


Daftar Isi ...................................................................................................................... ii
Daftar Tabel ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Percobaan .................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Titrasi .................................................................................................................... 2
2.2 Asidi Alkalimetri................................................................................................... 2
2.3 Standarisasi Larutan .............................................................................................. 3
2.3.1 Larutan Primer .................................................................................................... 3
2.3.2 Larutan Sekunder ................................................................................................ 3
2.4 Penentuan Penggunaan Indikator .......................................................................... 3
2.5 Aplikasi Titrasi...................................................................................................... 4
2.6 Detergen ................................................................................................................ 4
2.7 MSDS (Material Safety Data Sheet)..................................................................... 4
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan ...................................................................................................... 7
3.1.1 Alat ..................................................................................................................... 7
3.1.2 Bahan .................................................................................................................. 7
3.2 Cara Kerja ............................................................................................................. 7
3.2.1 Pecobaan A ......................................................................................................... 7
3.2.2 Percobaan B ........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 9
LAMPIRAN
Skema Kerja ................................................................................................................. 10
Skema Alat ................................................................................................................... 12
Time Schedule .............................................................................................................. 15
Tugas Pendahuluan ...................................................................................................... 17
Literatur ........................................................................................................................ 18

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Range pH ..................................................................................................... 4

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Teknik titrasi
menggunakan reaksi kimia lengkap antara analit dan reagen (titran) dengan
konsentrasi yang diketahui yang ditambahkan ke sampel sebagai dasarnya. Salah
satu jenis titrasi adalah titrasi asidi alkalimetri. Asidi alkalimetri merupakan
metode titrasi yang berhubungan dengan asam dan basa. Asam merupakn larutan
yang memiliki pH diatas 7, sedangkan basa merupakan larutan yang memiliki pH
dibawah 7. Apabila larutan tersebut memiliki kekuatan yang sama, maka bila
dicampurkan dengan volume yang sama akan menghasilkan larutan dengan pH
netral.
Asidi alkalimetri termasuk kedalam reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi yaitu
reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang
berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Titrasi aside
alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri.
Asidimetri merupakan titrasi yang menggunakan larutan standar asam untuk
penentuan basa. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidemetri yaitu
titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam. Pada
percobaan ini dilakukan metode asidi alkalimetri untuk menentukan kadar
karbonat dan bikarbonat dalam sampel dan untuk menentukan kadar Na2CO3
dalam soda penyuci. Malalui percobaan ini diharapkan praktikan dapat memehami
bagaimana cara menentukan kadar konsentrasi larutan dengan tepat.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah yang akan
dibahas sebagai berikut :
1. Bagaimana cara untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dalam
sampel ?
2. Bagaimana cara untuk menentukan kadar Na2CO3 dalam soda penyuci ?

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum aside alkalimetri adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel
2. Untuk menentukan kadar Na2CO3 dalam soda penyuci

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi
Titrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan
yang satu dengan larutan yang lain yang sudah diketahui konsentrasinya lalu di
reaksikan. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut dengan larutan baku
atau larutan standar. Pada titrasi juga diperlukan indikator yang berfungsi sebagai
zat yang memberikan perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan
istilah titik akhir titrasi. Titrasi dilakikan dengan mereaksikan secara berkala
secara bertahap dari tetes demi tetes hingga tepat hingga mencai titik setara
(Oxtoby, 2001).
Titrasi merupakan suatu proses analis volume larutan standar ditambahkan
kedalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen apa saja yang ada dalam
larutan tersebut yang tidak diketahui. Didalam proses titrasi biasanya dibantu
dengan titran. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk menitrasi,
biasanya sudah diketahui konsentasinya secara pasti. Pada proses titrasi zat
berfungsi sebagai titran dan zat yang lainya berfungsi sebagai titrat. Pada proses
titrasi terdapat titik ekuivalen, titik ekivalen sendiri adalah titik yg menyatakan
banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit sendiri
adalah suatu atom,unsur,ion, gugus yang ingin dianalis (Padmaningrum, 2008).

2.2 Asidi Alkalimetri


Asidi alkalimetri merupakan metode titrasi yang berhubungan dengan asam
dan basa. Asam merupakan larutan yang memiliki pH diatas 7, sedangkan basa
merupakan larutan yang memiliki pH dibawah 7. Apabila larutan tersebut
memiliki kekuatan yang sama, maka bila dicampurkan dengan volume yang sama
akan menghasilkan larutan dengan pH netral. Asidi alkalimetri termasuk kedalam
reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal
dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Titrasi aside alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan
kadar dari asam/basa kuat ataupun lemah yang dititrasi dengan asam/basa lemah
ataupun kuat (Hartutik,2012).
Titrasi asidi alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan
alkalimetri. Asidimetri merupakan titrasi yang menggunakan larutan standar asam
untuk penentuan basa. Biasanya asam yang digunakan adalah HCl, asam cuka,
asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari
asidemetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan
asam. Pada percobaan ini dilakukan metode asidi alkalimetri untuk menentukan
kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel dan untuk menentukan kadar

2
Na2CO3 dalam soda penyuci. Malalui percobaan ini diharapkan praktikan dapat
memehami bagaimana cara menentukan kadar konsentrasi larutan dengan tepat
(Hartutik,2012).
2.3 Standarisasi Larutan
2.3.1 Larutan Primer
Didalam proses standarisasi larutan digunakan sebuah larutan. Larutan
yang digunakan biasanya berupa larutan primer dan larutan sekunder. Larutan
primer merupakan larutan yang konsentrasinya diperoleh dari hasil proses
penimbangan. Larutan primer biasanya stabil pada saat proses penimbangan,
pelarutan,, dan penyimpanan. Larutan primer merupakan larutan yang memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi. Pada saat proses penimbangan larutan primer tidak
mengalami perubahan. Berat ekivalen yang dimiliki larutan primet tinggi yang
berguna agar kesalahan dalam proses penimbangan dapat diabaikan. Contoh dari
larutan primer adalah arsen trioksida, asam bensoat, kalium bromate, kalium
hidrogen phtalat, nartrium karbonat, natrium klorida, dan asam sulfanilik
(Rusman,2018).

2.3.2 Larutan Sekunder


Larutan standar sekunder merupakan larutan yang mana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan pembekuan dengan larutan. Larutan sekunder tidak dapat
ditentukan besar konsentrasinya dan kestabilnya dengan cara langsung dalam
proses penimbangan, pelarutan, dan penyimpanan. Larutan sekunder memiliki
derajat kemurnian lebih rendah dibandingkan dengan larutan primer. Larutan
sekunder memiliki berat ekivalen yang tinggi. Larutan sekunder merupakan
relative stabil didalam penyimpanan (Rusman,2018).

2.4 Penentuan Penggunaan Indikator


Indikator asam basa adalah suatu senyawa organik yang bisa berubahnya
warna disertai dengan berubahnya pH. Indikator asam basa bisa digunakan untuk
membedakan larutan yang bersifat asam dan larutan yang bersifat basa dengan
memberikan perubahan warna yang berbeda antara larutan asam dan larutan basa.
Perubahan warna pada larutan bergantung pada derajat keasaman dan kebasanan.
Indikator asam basa yang banyak digunakan di laboratorium saat ini adalah
indikator sintesis. Indikator sintesis memiliki karakteristik berupa trayek pH yang
ditunjukkan oleh perubahan warna pada kondisi asam dan basa serta harga tetapan
indicator. Selain itu ada juga indikator yang biasa digunakan yaitu indikator alami.
Indikator alami adalah indikator alternatif yang mudah diperoleh dan ramah
lingkungan. Indicator alami biasanya terbuat dari tumbuhan berwarna yang ada
disekitar kita (Underwood,2002).

3
Tabel 1.1 Range pH

Indikator Warna Asli Range Ph WARNA

Asam Basa
Metil Orange Coklat jingga 3,1 - 4,1 Merah Maroon Kuning kehijauan
Metil Merah Coklat merah 4,2 - 6,2 Merah Kuning
kecoklatan
Bromtimol Biru Merah 6,0 - 7,6 Jingga Biru
Kertas Lakmus Merah 6,2 - 7,2 Merah Biru
Fenolftalcin Bening 8,0 - 10,0 Bening Merah muda
( Gustrianai,dkk, 2016).

2.5 Aplikasi Titrasi


Aplikasi titrasi aside alkali metri sudah banyak diterapkan diberbagai
macam penerapan teknologi. Sebagai contohnya didalam teknologi pertanian.
Aside alkalimetri dalam teknologi pertanian digunakan dalam proses pembuatan
pupuk kalium klorida yang mana dalam pembentukanya diperlukan perhitungan
kadar MgO sebagai penguji dengan titrasi (Syamsuni,2006). Selain itu penerapan
titrasi aside alkalimetri diterapkan dalam pengubahan menjadi asam peniloat.
Molekul penisilin yang memebentuk satu gugus karboksil dititrasi dengan baku
alkali. Metode ini digunakan untuk menetapkan garam penisilin dalam tablet dan
suspense minyak (Rohman,2014). Titrasi aside alaklimetri dapat juga digunakan
dalam penentuan kasar asam dlam buah yang mana menggunakan titrasi asam-
basa (Hasmoro,dkk,2014).

2.6 Detergen
Detergen merupakan campuran dari berbagai bahan yang digunakan
sebagai pmebantu peroses pembersihan. Detergen biasanya terbuat dari bahan
turunan minyak bumi. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan detergen
adalah alkil benzene sulfat dan lauril asam sulfat. Dibandingkan dengan sabun
detergen memiliki daya cuci yang lebih baik dan terpengaruhi oleh kesadhan air
dibandingkan dengan sabun. Detergen dibedakan menjadi dua jenis yaitu detergen
keras dan detergen lunak. Detergen keras merupakan detergen yang sukar
diuraikan oleh bakteri sehingga menimbulkan pencemaran lingungan. Sedangkan
detergen lunak yaitu detergen yang dapat diuraikan oleh bakteri sehingga tidak
terlalu menimbulkan pencemaran (Prarikeslan,2016).

2.7 MSDS (Material Safety Data Sheet)


2.7.1 HCl
HCl adalah larutan yang mudah larut dalam air dingin maupun air panas.
HCl juga mudah terlarut bila dilarutkan kedalam dietil eter. HCl mimiki tingkat

4
ketidak stabilan yaitu bahan yang tidak kompatibel, dan sangat reaktif terhadap
logam. Hidrogen klorida apabila kontak dapat menyebabkan peledakan. HCl juga
bisa menyebabkan iritasi pada mata. Cara menghilangi iritasi tersebut adalah
dengan cara membilas dengan air selama 15 menit. Selain dapat menyebabkan
iritasi pada mata HCl juga bisa menyebabkan iritasi pada kulit apabila tidak
sengaja menyentuhnya. Tindakan yang harus dilakukan adalah membasuh kulit
dengan menggunakan air (LabChem,2020).

2.7.2 NaCl
NaCl memiliki sifat fiisik dan kimia. Nacl berbentuk seperti bubuk Kristal
padat dan berwarna putih. NaCl mudah larut dalam air dingin dan air panas. NaCl
juga mudah larut dalam gliserol dan ammonia. Tetapi NaCl tidak larut dalam
asam klorida. Apabila NaCl terkena kulit maka dapat menyebabkan terjadinya
iritasi. Yang harus segera dilakukan adalah basuh kulit dengan air. Apabila
terkena mata NaCl juga bisa menyebabkan iritasi. Tindakan yang harus segera
dilakukan adalah membasuh mata dengan air mengalir (LabChem,2020).

2.7.3 Na2CO3
Natrium karbonat merupakan garam natrium yang berasal dari asam
karbonat. Natrium karbonat memiliki sifat mudah larut dalam air. Natrium
karbonat biasanya berwarna putih atau bening dan memiliki rasa yang pahit
karena mengandung senyawa alkalin. Senyawa ini memiliki massa molekul
105,988 g/mol, titik leleh 856ºC, dan densitas 2,5 g/cm3 . apabila terkena mata
dan kulit maka natrium karbonat dapat meneyebabkan terjadinya iritasi. Yang
harus dilakukan adalah membilas mata dengan menggunakan air mengalir. Selain
biasa menyebabkan iritasi natrium karbonat juga bisa menyebabkan sesak nafas
dan batuk apabila tidak sengaja terhirup. Tindakan yang harus dilakukan adalah
dengan menghirup udara yang segar (PubChem.com).

2.7.4 Indikator Metil Merah


Indikator metil merah merupakan larutan yang memiliki range pH 4,8 –
6,0. Indikator metil merah bisa memberikan perubahan warna dari merah menjadi
kuning. Apabila larutan yang diuji mengandung asam maka larutan akan berubah
menjadi berwarna merah apabila diberi indikator metil merah. Indikator metil
merah bisa menyebabkan iritasi apabila tidak sengaja terkena mata dan kulit. Hal
yang harus dilakukan adalah segera membilasnya dengan air. Dan apabila tidak
sengaja tertelan maka yang harus dilakukan adalah berkumur dengan air
(LabChem, 2017).

2.7.5 Aquades
H2O memiliki berat molekul 18,02 gr/mol. Dengan pH netral yaitu 7. Titik
didih H2O yaitu 100 ‫ﹾ‬C. Titik beku 0 ‫ﹾ‬C. H2O bersifat tidak berbahaya tetapi

5
apabila terminum dapat menyebabkan dehirasi. Potensi akut terhadap kesehatan
adalah tidak korosif terhadap kulit. Aquades tidak menyebabkan iritasi terhadap
kulit. Selain itu aquades juga tidak sensitive pada kulit (Michelle,2009).
Aquades tidak menyebabkan iritasi pada mata.tetapi apa bila terkena mata
biasanya yang terjadi adalah mata akan berair. Tetapi aquades juga berbahaya
apabiala terkena alat pernafasan. Aquades bisa menyebabkan iritasi pada selaut
mukosa. Selain itu aquades juga bisa menyebabkan batuk dan juga edema paru-
paru. Untuk menghindari bahaya yang disebabkan aquades maka perlu berhati-
hati dalam penggunaannya (Michelle,2009).

6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum aside alkalimetri adalah sebagai
berikut :
1. Gelas ukur 50 mL 1 buah
2. Labu ukur 50 mL 1 buah
3. Labu ukur 100 mL 1 buah
4. Erlenmeyer 100 mL 1 buah
5. Erlenmeyer 250 mL 1 buah
6. Beaker Glass 250 mL 1 buah
7. Kaca arloji 1 buah
8. Spatula 1 buah
9. Corong 1 buah
10. Pipet ukur 1 buah
11. Pipet tetes 1 buah
12. Propipet 1 buah
13. Botol semprot 1 buah
14. Buret 1 buah
15. Statif 1 buah
16. Hot plate 1 buah

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum aside alkalimetri adalah sebagai
berikut :
1. HCl 37% 2 mL
2. Na2CO3 0,25 gram
3. NaCl 50 mL
4. Detergen 1,5 gram
5. Aquades secukupnya
6. Indikator metil merah 15 tetes

3.2 Cara Kerja


Cara kerja yang digunakan pada praktikum asidi alkalimetri sebagai berikut :
3.2.1 Standarisasi Larutan HCl dengan Natrium Karbonat
1. Mengambil HCl pekat sebanyak 2 mL menggunakan pipet
2. Memasukkan HCl ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian mengencerkan
dengan aquades hingga tanda batas
3. Menimbang Na2CO3 sebanyak 0,25 gram, kemudian memasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL
4. Mengencerkan Na2CO3 dengan aquades hingga tanda batas pada labu ukur

7
5. Meneteskan 3 tetes indikator metil merah pada larutan natrium karbonat 7
6. Mentitrasi larutan natrium karbonat dengan HCl hingga berubah warna dari
kuning menjadi merah
7. Mendidihkan larutan pada hot plate hingga berubah warna kembali menjadi
kuning
8. Menitrasi kembali hingga warna larutan menjadi merah
9. Mengoreksi blanko dengan menambahkan HCl ke dalam 50 mL NaCl 0,5 N
yang diberi indikator metil merah
10. Menitrasi kembali seperti proedur di atas
11. Menghitung volume titrasi sampel dikurangi volume blanko
12. Menghitung normalitas HCl

3.2.2 Penentuan Kadar Na2CO3 dalam Sabun Cuci


1. Menimbang detergen 1,5 gram dan memasukkannya pada labu ukur 100 mL
2. Melarutkan dengan air, kemudian mengencerkan hingga tanda batas
3. Mengocok larutan hingga tercampur dengan benar
4. Mengambil larutan sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke 2 gelas ukur masing –
masing 25 mL
5. Menambahkan 3 tetes metil merah kemudian menitrasi dengan HCl yang telah
distandarisasi melakukan secara duplo
6. Menghitung kadar natrium karbonat

8
DAFTAR PUSTAKA

Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Day dan Underwood A.L. R.A. Day Jr. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Ke
6. Jakarta : Erlangga.
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pangan. Malang : Universitas
Brawijaya Press.
Hasmoro, H.B., S. Trisnowati, dan R. Rogomulyo. 2014. Pengaruh Kadar
CaCl2 Terhadap Pematangan dan Umur Simpan Buah Sawo
(Manikara zapota (L.) van Royen). Vegetalika, 3 (4): 52-62.
Michelle. 2009. Clinical Medical Assisting. USA: Delmar
Oxtoby, David W. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Prarikeslan, Widya. 2016. Oseanografi. Jakarta : Kencana.
Padmaningrum, Regina Tutik. 2006. Titrasi Asidimetri. Jurusan Pendidikan
Kimia. Universitas Negeri Yogyakarta.
Rohman, abdul, 2014. Analisa Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Rusman, dkk. 2018. Buku Ajar Kimi Larutan. Banda Aceh : Syiah Kuala
University Press Darussalam.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmas. Jakarta : EGC
www.labchem.com, Hydrochoric Acid, diakses pada tanggal 7 Mei
2020
www.labchem.com, Methyl Red, diakses pada tanggal 7 Mei 2020
www.pubchem.com, Sodium Cloride, diakses pada tanggal 7 Mei 2020

www.pubchem.com, Sodium Carbonate, diakses pada tanggal 7 Mei


2020

9
SKEMA KERJA

Standarisasi Larutan HCl dengan Natrium Karbonat

HCl

HCl dipipet sebanyak 2 mL


Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan
diencerkan dengan aquades
Na2CO3ditimbang sebanyak 0,25gram dan dimasukkan
dalam labu ukur 50 mL
Larutkan dilarutkan dalam beberapa mL aquades kemudian
diencerkan hingga tanda batas
Indikator metil merah ditambahkan sebanyak 3 tetes pada
natrium karbonat
Larutan Na2CO3 dititrasi dengan HCl hingga berubah warna
dari kuning menjadi merah
Larutan Na2CO3 dipanaskan selama beberapa menit hingga
warna berubah kuning lagi
Larutan Na2CO3 dititrasi kembali dengan HCl hingga
berubah warna menjadi merah
Larutan NaCl diambil 50 mL dan ditambahi 3 tetes
indikator metil merah
Larutan NaCl dititrasi dengan HCl guna untuk koreksi
blanko

Hasil

10
Penentuan Kadar Na2CO3 dalam Sabun Cuci

Sabun Cuci

Sabun cuci ditimbang sebanhyak 1,5 gram dan dimasukkan


kedalam labu ukur 100 mL
Sabun cuci dilarutkan didalam beaker glass
Larutan sabun cuci diencerkan ke dalam labu ukur 100 mL
Larutan sabun cuci diambil 25 mL pada erlenmeyer dan
ditambahkan 3 tetes metil merah
Larutan sabun cuci dititrasi dengan HCl hingga berubah
warna dari kuning menjadi merah
Larutan sabun cuci dipanaskan selama beberapa menit
hingga warna berubah kuning lagi
Larutan Na2CO3 dititrasi kembali dengan HCl hingga
berubah warna menjadi merah

Hasil

11
SKEMA ALAT
1. Standarisasi Larutan HCl dengan Natrium Karbonat
No. Gambar Perlakuan
1. Memasukkan HCl ke dalam labu
ukur 100 mL, kemudian
mengencerkan dengan aquades
hingga tanda batas

2. Memasukkan larutan HCl yang telah


encer kedalam buret

3. Menimbang Na2CO3 sebanyak 0,25


gram, kemudian memasukkan ke
dalam labu ukur 50 mL dan
ditambahkan aquades hingga tanda
batas
4. Menuangkan larutan Na2CO3
kedalam Erlenmeyer

5. Indikator metil merah dipipet


kemudian dimasukkan ke dalam
larutan Na2CO3 sebanyak 3 tetes.

6. Menititrasi larutan natrium karbonat


dengan HCl hingga berubah warna
dari kuning menjadi merah,
mendidihkan larutan pada hot plate
hingga berubah warna kembali
menjadi kuning

12
7. Menitrasi kembali hingga warna
larutan menjadi merah

8. Melakukan koreksi blanko dengan


mengambil 50 ml NaCl 0,5 N dengan
menggunakan gelas ukur kemudian
dituangkan kedalam Erlenmeyer dan
ditetesi 3 tetes
indikator metil merah
9. Larutan NaCl dititrasi dengan HCl
hingga larutan berubah warna
menjadi merah. Lalu, panaskan
larutan menggunakan hot plate
hingga larutan berwarna merah
berubah menjadi kuning kembali

10. Larutan NaCl dititrasi kembali hingga


warnanya berubah jadi merah

2. Penentuan Kadar Na2CO3 dalam Sabun Cuci


No. Gambar Perlakuan
1. Menimbang sabun cuci sebanyak 1,5
gram dengan menggunakan neraca
analitik serta dengan bantuan kaca
arloji dan spatula

13
2. Memasukan sabun ke dalam labu
ukur 100 ml dan mengencerkan
larutan sabun dengan menggunakan
aquades hingga tanda batas

3. Menuangkan larutan sabun kedalam 2


erlenmeyer masing-masing 25 ml

4. Menambahkan 3 tetes indikator


metil merah kedalam larutan sabun

5. Menitrasi larutan sabun dengan


menggunakan larutan HCl hingga
berubah warna menjadi merah muda.
Lalu, panaskan
menggunakkan hot plate hingga
warna larutan berubah lagi ke warna
semula
6. Menitrasi kembali larutan sabun
hingga berubah warna menjadi merah
muda

14
TIME SCHEDULE

No Waktu Real Time Keterangan PJ

1. 08.00 – 08.05 Breafing sebelum praktikum Seluruh


Praktikan
2. 08.05 – 08.10 Peminjaman alat praktikum Rima

3. 08.10 – 08.15 Mempipet 2mL HCl dan Dea


memasukkannya kedalam
labu ukur 100mL lalu
mengencerkan dengan
aquades hingga tanda batas
4. 08.15 – 08.20 Menimbang 0,25 gram Angga
Natrium karbonat, lalu
melarutkannya dengan
menggunakan aquades
kemudian memasukkannya
kedalam labu ukur 50mL dan
diencerkan hingga tanda
batas
5. 08.20 – 08.30 Menambahkan indikator Maulid
metil merah kedalam larutan
narium karbonat, kemudian
dititrasi dengan HCl hingga
larutan berubah warna dari
kuning menjadi merah
6. 08.30 – 08.40 Memanaskan larutan hingga Ishom
mendidih selama beberapa
menit hingga warnanya
menjadi kuning kembali
7. 08.40 – 08.45 Mentitrasi kembali hingga Rima
warna larutan menjadi
merah
8. 08.45 – 09.00 Mengkoreksi blanko dengan Dea
menambahkan setetes HCl
kedalam 100 mL NaCl 1 N
yang diberi 3 tetes indikator
metil merah

15
9. 09.00 – 09.10 Menimbang cuplikan sabun Angga
cuci sebanyak 1,5 gram lalu
melarutkan cuplikan dan
mengencerkannya hingga
tanda batas, lalu mengocok
larutan tersebut hingga
tercampur dengan benar
10. 09.10 – 09.40 Mengambil larutan sabun Maulid
masing-masing 25 mL pada
dua beaker glass dan
menambahkan 3 tetes metil
merah kemudian dititrasi
dengan HCl yang telah
distandarisasi dan dilakukan
secara duplo
11. 09.40 – 10.00 Membersihkan alat-alat Ishom
Praktikum
12. 10.00 – 10.30 Membuat laporan Rima
Sementara
13. 10.30 – 10.45 Mengembalikan alat-alat Dea
Praktikum
14. 10.45 – 11.00 Evaluasi praktikum Aslab,
Seluruh
Praktikan

16
TUGAS PENDAHULUAN

1. Mengapa indikator metil merah tidak dapat digantikan dengan indikator


phenolftalein atau bromtimol blue ?
2. Apa fungsi dilakukannya pemanasan setelah titrasi pertama ?
3. Mengapa HCl tidak dapat digunakan sebagai larutan standard primer ?
4. Jelaskan cara pembakuan larutan standard sekunder untuk larutan basa
NaOH 0,1 N !

Jawaban :
1. Karena setiap indikator asam basa mempuyai trayek pH nya
sendiri, begitu pula dengan warna asam dan basanya. Kita dapat menentukan
pH suatu bahan berdasarkan warna indikator asal nilainya terletak dalam
trayek pH indikator yang dipakai. Metil merah berjenis indikator asam dan
memiliki trayek pH 4,2 – 6,3. Sedangkan phenolftalein atau bromtimol blue
bersifat basa dan memiliki trayek pH 6,0 – 7,6 untuk phenolftalein, trayek pH
8,0 – 9,6 untuk bromtimol blue. Indikator metil merah pada keadaan asam
akan berubah warna menjadi merah sedangkan pada phenolftalein atau
bromtimol blue berubah warna menjadi kuning atau tidak berwarna. Saat
keadaan basa metil merah berubah kuning, sedangkan phenolftalein atau
bromtimol blue berubah warna menjadi biru atau merah. Bila pH larutan yang
diuji melebihi trayek pH indikator yang digunakan maka tidak akan tampak
perubahan warna, seperti metil merah akan tetap bewarna merah pada saat
keadaan keadaan asam asal pH ≤ 4,2 dan akan tetap berwana kuning saat
keadaan basa asal pH
≥ 6,3. Jadi indikator yang akan digunakan disesuaikan dengan larutan bahan
yang akan diuji
2.Fungsi pemanasan setelah titrasi pertama adalah untuk mempercepat
terjadinya reaksi. Apabila sudah terjadi reaksi maka dapat mengetahui titik
ekuivalen dengan perubahan warna yang terjadi saat di titrasi
3.Karena HCl memiliki kemurnian yang rendah sehingga harus dititrasi
dengan larutan standard primer. Selain itu HCl juga bersifat tidak stabil
sehingga harus dititrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan standard
primer. Pada praktikum ini konsentrasi HCl tidak diketahui sehingga HCl
menjaid larutan standard sekunder.
4.Larutan NaOH 0,1 N dapat distandarisasi dengan larutan standard primer
asam oksalat (H2C2O4 ) caranya :
a. Buret diisi dengan larutan standar NaOH 0,1N.
b. Sebanyak 25 mL larutan asam oksalat 0,1N dipipet ke dalam labu Erlenmeyer
c. Setelah itu, ditambahkan 3 tetes indikator phenopthalein (pp)
d. Setelah itu, larutan asam oksalat dititrasi dengan NaOH sampai terjadi
perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah muda.
e. Volume titrasi dicatat kemudian dihitung konsentrasi NaO

17
LITERATUR

18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai