Anda di halaman 1dari 14

H H

F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

ALAT-ALAT PENUNJANG PENGECORAN

A. Bahan Tahan Api


1. Definisi
Bahan tahan api yaitu bahan yang dibuat sebagai bahan konstruksi peralatan
industri yang akan menerima beban panas tinggi , bahan itu harus mampu menahan
panas minimal 1000 derajat celcius dan bahkan sampai 2000 derajat celcius.
Sehingga bahan tahan api dituntut untuk mampu menahan suhu tinggi dalam
penggunaannya dan bertahan untuk tidak meleleh apalagi mencair pada suhu yang
diinginkan, juga tidak terbakar menjadi abu atau gas terhadap pengaruh perubahan
temperatur atau meningkatnya temperatur.

2. Penggolongan / Pembagian Bahan Tahan Api


1.Menurut sifat kimia
- Asam
- Basa
- Netral
2. Menurut jenis bahan dasar
- Mineral
- Keramik
- Email
3. Menurut bentuk fisik atau wujudnya
- Batu batuan
- Kerikil
- Pasir
- Tepung
- Serbuk

Bata tahan api menurut bentuk fisiknya


a. Batu Tahan Api
Batu tahan api yaitu dari bahan mineral atau oxid dari logam dan setengah
logam, bahan ini memiliki kemampuan akan tahan api dengan tekanan tinggi.
Biasanya batu tahan api ini digunakan untuk tanur peleburan atau oven
perlakuan panas ( Heat Treatment Furnace ).
b. Bahan Tahan Api Kerikil, Pasir / Tepung
Bahan tersebut juga berasal dari mineral maupun keramik tahan api, yang
biasanya digunakan sebagai pembungkus atau pelapis tanur bakar, oven
pelebur maupun oven oven lainnya. Dalam penggunaannya , akan dicampur
dengan perekat, juga bahan tahan api, agar memudahkan dalam pengerjaannya.
c. Yang berbentuk campuran,
misalnya dalam bentuk adonan, pasta ataupun adukan. Juga biasa digunakan
sebagai pelapis luar pada batu tahan api atau sebagai pengikat sewaktu
menyusun batu tahan api tersebut.

3. Relining Tanur Induksi


Pengertian Lining
Lining merupakan bahan bersentuhan langsung dengan cairan logam yang
merupakan sumber bahaya apabila terjadi kesalahan proses dan prosedur pada
pengoperasian tanur induksi. Oleh karena itu kontrol atas keadaan lining harus ketat,
disiplin, dan terbaca oleh semua fihak yang berkaitan dengannya. Pada
pengembangannya nanti kearsipan mengenai keadaan dan usia lining bisa dipakai
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

untuk menganalisa kasus cacat tuang yang diakibatkan oleh keadaan dan usia lining
yang mempengaruhi proses dan hasil tuangan, terutama sekali mengenai jenis
material tuangan dan pengaruhnya pada lining dan ke proses peleburan tanur
induksi selanjutnya.
Pada lining terjadi pembebanan sebesar kapasitas muatan peleburan, karena
pertimbangan hal tersebut maka proses penumbukan pada saat relining harus padat
sekali dan merata ke seluruh bagian terutama antara alas dan sambungan antara
alas dengan dinding lining. Urutan bahan dari tanur adalah sebagai berikut :
• Coil
• Semen Coil
• Fiber Fax
• Terurai
• Semi terurai
• Kristobalit
• Permukaan Lining
• Muatan / Cairan Logam

Permukaan lining merupakan bagian yang langsung bersentuhan dengan


cairan sehingga sering menjadi tempat penumpukan terak yang menempel pada
dinding lining.
Usia lining ditentukan oleh beberapa faktor , salah satunya adalah jumlah
charging atau pemuatan , karena pada proses peleburan akan terjadi efek
pengikisan lining oleh cairan logam , salah satunya lining dan cairan akan bereaksi
menjadi terak , di sisi lain bagian kristobalit ini terjadi karena efek proses sintering ,
karena bersentuhan dengan cairan maka pengikisan permukaan ini akan
menimbulkan efek sintering dan mengakibatkan beberapa bagian ‘semi terurai’
menjadi kristobalit, demikian juga bagian ‘terurai’ beberapa bagian yang berdekatan
dengan ‘semi terurai’ akan menjadi bagian ‘ semi terurai’, sehingga lama kelamaan
sejalan dengan bertambahnya jumlah pengoperasian maka seluruh bagian ‘terurai’
akan menjadi bagian ‘semi terurai’ yang artinya terjadi penambahan diameter
sebanyak 1/3 pada salah satu dinding liningnya, pada saat inilah keadaan lining
sudah sampai pada batasnya dan perlu diperbaharui, karena apabila tidak dilakukan
dikhawatirkan lining karena sudah tidak punya kemampuan untuk menahan
penetrasi yang akan mampu merobek lining dan menembus coil. Dengan kata lain
begitu bagian ‘terurai’ habis , lining harus segera diganti.

Penentuan Penggantian Lining


Pembongkaran lining setelah diameter lining tinggal 60 % dari diameter awal
setelah proses sintering. Sebagai bahan pertimbangan adalah karena bagian lining
terbagi dalam 3 bagian yang sama tebalnya maka bisa dianggap bahwa bagian
‘terurai’ adalah 1/3 bagian lining, apabila 1/3 bagian lining itu habis maka diameter
crucible / potnya akan bertambah, sehingga bisa dikatakan lining diganti apabila
diameter sudah mencapai 60 % atau 2/3 dari diameter awal .
Untuk kondisi khusus misalnya apabila terjadi efek kaki gajah atau terjadi
cerukan baik itu akibat tidak terjaganya prosedur kerja prosedur kerja relining,
sintering, maupun penanganan operasi peleburan tanur induksi maka kita harus
peringatkan bahwa penentuan ukuran diameter tanur adalah ukuran terbesar,
sehingga apabila ukuran terbesar sudah mencapai ambang batas, maka lining harus
diganti walaupun dari perhitungan jumlah charging lining tersebut belum saatnya
diganti.
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

Bahan Relining Tanur Induksi


a. Fiber Fax
Antara dinding lapisan coil dengan bahan refraktori ( lining ) diberi lapisan asbes
berbentuk fiber fax. Bentuk awalnya adalah gulungan lembaran kemudian
dipotong sesuai ukuran dan kontur yang nantinya menyelimuti dinding lapisan
semen coil. Demikian juga dengan alasnya sebelum kawat laba laba dipasang ,
fiber fax dipasangkan terlebih dahulu.
b. Lining Former
Terbuat dari baja dengan bentuk seperti kerucut terpancung, artinya memiliki
kemiringan tertentu tergantung kapasitas dan ukurannya. Ketebalannya sebesar
3 mm untuk tanur dengan kapasitas sampai 500 kg. Fungsinya sebagai :
1) Pembentuk lining
Bentuk dan ukuran lining former akan mempengaruhi jumlah kapasitas
muatan tanur induksi, sehingga kapasitas tanur induksi ini bisa ditentukan
dari volume lining former. Kemiringan pada lining former dimaksudkan untuk
memudahkan keluarnya cairan dan pembersihan isi muatan atau
pembuangan terak terutama pada saat charging atau operasi terakhir atau
pada saat penggantian jenis material peleburan untuk charging atau operasi
selanjutnya.
2) Penahan bahan refraktori
Karena bahan refraktori ini berbentuk terurai seperti pasir sehingga perlu
dilakukan pemadatan maka diperlukan lining former seperti “mencetak”
bahan refraktori dengan “pola negatif” nya lining former sampai dilakukan
proses sintering. Karena nantinya bersamaan dengan berakhirnya proses
sintering, maka lining former akan ikut lebur bersama dengan block sinter.
3) Media penyinter
Bahan refraktori ini pada prinsipnya akan tersinter pada saat menerima
panas yang sesuai dengan suhu sinternya ( Sinter Point ) , dan karena bahan
refraktori ini selalu dipakai bahan yang nilai konduktivitas panasnya rendah
maka lining former karena bersentuhan langsung dengan bahan refraktori
akan memberikan panas yang bagus karena nilai konduktivitas panas baja
cukup bagus sehingga akan menyalurkan panas yang optimal.

Lining former harus bersih dari karat, untuk itu perlu dilakukan proses
pembersihan dengan shoot blasting , dan karena bahan refraktori pada
umumnya menyimpan kandungan air dari kelembaban maka pada dinding lining
formernya harus diberikan lubang lubang dengan diameter 3 mm merata di
seluruh permukaan sebagai lubang lepasan kelembaban dari bahan refraktori itu
tadi. Kelembaban ini akan terlehat pada awal proses sintering dimana ukuran mA
nya biasanya berada diantara 20 sampai 48.

Kawat Laba Laba


Pada saat pembongkaran lining lama ketinggian jari kawat laba laba akan
berkurang dari ukuran asalnya karena pada dasar lapisan lining juga terjadi
pengikisan lining oleh cairan logam sehingga ikut mengikis jari kawat laba laba
yang memang dikonstruksikan agar bersentuhan dengan cairan logam dengan
cara membuat jari kawat laba laba ini menempel pada permukaan bawah lapisan
lining former. Kekurangan ketinggian kawat laba laba ini disambung dengan
kawat logam berbasis nikel ( Ni ) atau dengan elektroda las Nikel ( biasa dipakai
untuk melas besi tuang pada kasus tertentu ) karena diharapkan kawat itu tahan
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

suhu tinggi dan tingkat konduktivitas listriknya cukup tinggi karena fungsi dari
kawat laba laba ini untuk meng-ground-kan atau arde dari muatan logam agar
dalam penanganan proses peleburan itu operator tidak terganggu oleh muatan
listriknya. Dan apabila terjadi kebocoran atau penetrasi yang bersentuhan
dengan coil akan menimbulkan efek hubungan pendek sehingga perangkat
pengaman panel induksi akan mendeteksi kebocoran itu dan secara otomatis
tanur induksi berhenti operasinya.
Pemasangan kawat laba laba ini dilakukan setelah dialasi oleh fiber fax
kemudian dilakukan pengencangan baut pada tempatnya, yang bahannya juga
merupakan logam nikel.

4. Bahan Refraktori dan Tahan Api


Dalam penggantian lining lama , hal hal yang harus diperhatikan dalam penggantian
dan / atau perbaikan pada tanur induksi adalah bagian bagian seperti
1. Pouring Spot / Ceret
2. Lapisan Semen Coil
3. Bibir Crucible / Capping Tanur Induksi
4. Lining

a. Pouring Spot / Ceret


Pemakaian bahan tahan api untuk pouring spot atau ceret biasa dipakai super
plastik, pada perkembangannya kemudian digunakan pemanfaatan bahan lining
yang telah dipadatkan yang kemudian dikerok untuk dipakai sebagai bahan
pembentuk poring spot yang dicampur dengan semen tahan api.
Kerusakan yang sering timbul pada bagian ini disebabkan pada saat tapping
cairan terjadi penetrasi yang makin lama makin membesar dan akhirnya
melubangi baja plat yang membentuk kontur pouring spot tadi. Untuk lubang
kecil cukup dengan penambalan dengan bahan tahan api, untuk lubang yang
berukuran sedang biasanya ditambal dengan plat baja dan dilas baru kemudian
diberi bahan tahan api, sedangkan untuk kerusakan lubang yang besar atau
sudah terlalu banyak tambalan las biasanya diganti dengan yang baru karena
konstruksinya cukup sederhana .
Kerusakan yang mengganggu terjadi pada ujung pouring spot karena pada saat
tapping cairan yang tercurah masuk kedalam ladel terjadi pengikisan bahan
tahan api dan plat baja sebagai alasnya sehingga perlu ditambal dengan jalan
pengelasan kembali plat baja dengan bentuk yang sama dan diberikan bahan
tahan api agar tidak mengganggu pada saat tapping karena apabila hal tersebut
dibiarkan susah untuk mengarahkan arah jatuhan cairan yang akan masuk
kedalam ladel terutama ladel tromol yang lubang masukannya sempit atau kecil.

b. Bibir Crucible Tanur Induksi


Kerusakan pada bagian ini disebabkan proses peleburan dalam hal penanganan
bahan baku peleburan karena sering dijadikan tumpuan batang penusuk baja
dalam usaha memadatkan material atau mengatur posisi material pada saat
suhu kerja tanur induksi sudah tinggi.
Material perbaikannya sama dengan pouring spot .
Fungsi bibir crucible ini adalah untuk menahan tumpahan cairan akibat gejolak
yang ditimbulkan tanur induksi, cipratan akibat pemasukan bahan atau paduan,
pada kasus lain bisa juga untuk memperbesar kapasitas muatan tanur induksi
sampai berat tertentu yang masih dianggap aman.
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

c. Lapisan Semen Coil


Lapisan dinding semen coil ini sering rusak akibat pembongkaran lining lama
atau tekanan material peleburan pada saat pemuatan atau pemuaian bahan
yang mendesak dinding lining.
Penambalan dilakukan dengan semen coil yang dicampur air dan dipoleskan ke
lubang atau retakan yang terdapat pada dinding semen coil.

d. Lining
Pemilihan bahan lining itu harus ditentukan , apakah itu asam, basa, atau netral
karena harus sesuai dengan jenis dan sifat tuangan yang akan dibuat pada tanur
induksi itu, misanya untuk jenis FC dan FCD dipakai lining asam, atau ada
kemungkinan pemakaian satu tanur untuk berbagai jenis dipilih yang netral,
karena harus dipertimbangkan dari aspek reaksi cairan dengan lining, dan terak
yang dihasilkannya.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam penanganan material lining ini adalah
tidak boleh terkena udara apalagi yang mempunyai kelembaban tinggi, akibatnya
nanti setelah proses sintering terjadi ‘celah’ atau tidak ‘nyambung’ karena
perbedaan kandungan air antara bahan lining baru dan bahan lining bekas pakai
yang dibiarkan terbuka di udara bebas, atau bahkan bisa saja proses sintering
gagal karena terjadi perbesaran celah tadi oleh cairan yang mengakibatkan
tembusan penetrasi sampai jauh kearah lapisan semen coil.
Kasus itu kemungkinan penyebabnya adalah diakibatkan pemakaian bahan
refraktori sisa pakai dengan yang baru tidak merata, bagian yang baru untuk alas
sedangkan bahan sisa pakai untuk dindingnya, dan pada saat bentukan masih
labil ditambah pembebanan muatan block sinter yang tidak hati hati maka efek
dari perbedaan kandungan air tadi makin memperbesar celah yang terjadi . Oleh
karena itu kita perlu memberikan perhatian khusus dalam hal penyimpanan
material bahan lining, bahan lining terutama sisa pakai harus disimpan di tempat
tertutup, kering dan sejuk, diusahakan kemasan sisa pakai ditutup rapat, untuk
meminimalkan penyerapan kelembaban udara. Apabila ditemukan kemasan sisa
pakai yang sudah terbuka dan tersimpan lama biasanya ada bentukan padat
terutama di bagian atasnya, material itu tidak boleh dipakai untuk lining tapi
masih bisa dimanfaatkan untuk pelapisan bagian lain pada tanur induksi.

5. Peralatan Relining tanur


Untuk kemudahan dan kelancaran proses kerja relining kita harus mempersiapkan
peralatan yang dibutuhkan terlebih dahulu .
a. Spike Rammer
Untuk memaksimalkan pemadatan bahan lining maka dibuat konstruksi
penumbuk seperti trisula. Rammer ini terdiri dari 3 bagian , bagian pertama
adalah batang baja, yang kedua adalah penumbuk rata dengan , bagian ketiga
ada 3 buah penumbuk dengan diameter 10 mm dengan panjang masing masing
37 mm sehingga panjang total diukur dari ujung bagian kedua sampai ujung
bawah bagian ketiga adalah 50 mm dipasang di bagian kedua tepat di tengah .
Hal tersebut dimaksudkan agar pemadatan yang ditimbulkan oleh bagian kedua
lebih dipadatkan lagi oleh bagian ketiga sehingga pemadatan bisa lebih optimal.
Hal itu bisa tercapai apabila dalam hal pemasukkan bahannya dilakukan
bertahap sesuai prosedur yang telah direncanakan. Bagian ketiga ini lama
kelamaan akan habis oleh karena itu sebelum dipakai harus kita tinjau dahulu
apakah ukurannya sudah berkurang banyak atau belum.
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

b. Pengerok Kayu Rata


Alas lining pada saat penumbukannya diberi lapisan awal sampai 70 mm diatas
kawat laba laba setelah padat dikerok lagi sampai jari kawat laba laba itu
kelihatan. Pengerokan ini harus rata maka agar memudahkan pengerokan rata
itu memakai pengerok rata yang terbuat dari kayu karena selain murah juga
mudah dibentuk.
c. Mal Kayu
Setelah lapisan alas lining dikerok, ditempatkan lining former, Pemasangannya
harus terpusat di tengah ( senter ) agar ketebalan lining merata di sekelilingnya.
Awalnya pada lining former diberi penepat seperti kuping yang terbuat dari baja
siku pada bagian atasnya dengan ukuran tertentu agar berfungsi sebagai
stopper yang akan menjaga lining former tepat di tengah , dan karena pada
proses sintering tidak boleh ada bagian benda apalagi logam yang tertanam
pada lining maka kuping itu dipotong, pemotongan kuping inilah yang agak
merepotkan sehingga agar lebih mudah kuping tersebut diganti dengan mal kayu
segitiga dengan dimensi tertentu dan diberi tanda batas agar pemasangan lining
former bisa tepat di tengah.
d. Pemberat Lining Former
Dimaksudkan agar kedudukan lining former stabil terutama pada saat
penumbukan bagian dinding lining karena umumnya bobot dari lining former itu
sendiri kurang bisa mempertahankan kedudukannya terutama apabila pada saat
bahan lining itu ditumbuk dengan keras walaupun dilakukan dengan hati hati.
Pemberat sebaiknya yang mudah dipindah artinya punya pegangan, karena
pada saat proses relining banyak bahan yang tumpah kedalam lining former
sehingga setelah selesai lining former harus dibersihkan terlebih dahulu.
Biasanya sebagai pemberat lining former ini adalah pemberat untuk cetakan
tangan yang mempunyai pegangan.
e. Penumbuk Besi
Setelah pemadatan bagian atas selesai biasanya diperlukan pemadatan dengan
penumbuk besi sebagai kepastian pemadatan akhir yang maksimal, apabila tidak
dilakukan pengerokan seperti lapisan alas lining.

6. Alat Penunjang
Karena pemasukkan bahan refraktori ini harus teratur dan bertahap untuk
memperoleh hasil pemadatan yang maksimal maka perlu dipersiapkan peralatan
penunjang yang akan membantu menjaga agar pemasukan bahan sesuai dengan
prosedur kerja yang telah direncanakan ditinjau dari segi berat bahan yang
dimasukkan dan waktu pemadatan.
a. Timbangan
b. Pengukur Waktu
c. Sendok penyuplai Bahan
d. Lampu Sorot dan / atau senter
Sendok penyuplai bahan dipilih yang bentuknya bisa menjaga agar bahan bisa
dimasukkan ke bagian dinding lining dengan tepat sehinng tumpahan bahan yang
masuk kedalam lining former bisa ditekan jumlahnya.
Fungsi lain juga untuk pengganti timbangan, untuk mempercepat proses kerja
operator nantinya bisa mengukur tiap berat bahan yang dimasukkan sama dengan
sekian banyak bahan yang diambil dengan sendok penyuplai sehingga lama
kelamaan operator tidak perlu lagi menggunakan timbangan.
Lampu sorot digunakan untuk melihat kepadatan yang telah dicapai dan untuk
meratakan bahan yang dimasukkan agar sebelum dilakukan pemadatanm bahan
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

yang dimasukkan bisa disebar dengan merata agar pemadatannya sama dan
optimal, hanya saja terkadang lampu sorot kurang bisa membantu melihat bagian
dinding lining yang sempit itu sehingga operator perlu juga dilengkapi dengan senter
agar bisa dengan mudah melihat sekeliling bagian dinding lining.

7. Langkah Kerja Relining Tanur Induksi


Persiapan Bahan
a. Jari Kawat Laba Laba
Panjang jari kawat laba laba ini sudah harus disesuaikan lagi dengan ukuran
asalnya akibat dari terkikisnya lining bagian alas yang diikuti dengan
memendeknya jari kawat laba laba , maka harus disambung lagi dengan kawat
nikel atau elektroda las nikel sesuai dengan kebutuhan ukuran kekurangannya,
kemudian karena konstruksi penyambungannya memakai pengelasan maka
ukurannya ditambah dengan kelebihan ukuran untuk daerah pengelasan untuk
penyambungan.
b. Fiber Fax
Fiber fax terbagi 2 bagian, bagian alas dan bagian dinding. Untuk alas fiber fax
dipotong sesuai dengan ukuran diameter yang dibatasi semen coil dan dilubangi
sesuai dengan kebutuhan untuk penempatan dan pengencangan kawat laba
laba. Sedangkan bagian dindingnya dipotong agar nantinya membentuk selimut
dinding silindris.

Langkah Kerja Relining Tanur Induksi


Berikut ini adalah langkah kerja relining tanur induksi yang dikerkjakan secara
manual untuk tanur dengan kapasitas 250 Kg.
a. Pemadatan Alas
Pemadatan alas dilakukan setelah fiber fax dan kawat laba laba dipasang, baru
kemudian bahan lining dimasukkan secara bertahap dengan sendok penyuplai.
Untuk pemadatan yang optimal pemasukkan bahan lining adalah 2 - 5 Kg untuk
setiap pemadatan selama 15 menit oleh 2 orang operator dengan spike rammer.
Pemadatan terus dilakukan sampai ketinggiannya mencapai 7 cm diatas jari
kawat laba laba. Perlu diperhatikan disini agar dalam pemadatan bagian ini jari
kawat laba laba tidak bengkok akibat tertumbuk oleh spike rammer, tapi
pemadatan optimal harus tetap terjaga.
b. Pengerokan Bagian Alas
Setelah pemadatan bagian alas sampai pada ketinggian yang dimaksud
kemudian dikerok sampai ujung jari kawat laba laba terlihat. Hal tersebut
dimaksudkan agar permukaan alas lining adalah merupakan hasil pemadatan
spike rammer yang paling ujung ditambah kelebihan ukuran sebagai angka
keamanan. Sehingga diharapkan kepadatannya seragam dan optimal. Bahan
lining hasil pengerokan ini tidak boleh dipakai untuk lining pada bagian lain
karena butirannya sudah pecah pecah terlalu lama kontak dengan udara bebas
sehingga akan banyak menerima resapan kelembaban udara.

8. Pemasangan Lining Former


a. Terpusat di tengah
Usia lining sampai maksimal 60 % dari diameter asal bisa tercapai apabila
ketebalan lining itu sama dan seragam ukuran ketebalan di sekelilingnya, jika
ketebalannya tidak sama maka akan ada bagian yang tipis dan bagian yang
tebal, pada bagaian yang tipis ini bagian ‘terurai’ yang ,menjadi ukuran usia lining
ini tidak sama dengan bagian yang tebal sehingga pada saat tertentu bagian
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

‘terurai’ pada bagian yang tipis ini sudah habis sedangkan pada bagian yang
tebal masih ada walaupun diameter lining belum sampai 60% dari diameter asal,
sehingga tetap pada kondisi demikian lining ini harus dibongkar. Sehingga
dengan demikian terlihat sangat pentingnya agar penempatan lining former ini
harus di tengah.
b. Pemakaian Mal Kayu
Untuk membantu agar penempatan lining former itu tadi sentris dan lining former
itu sendiri tidak dilengkapi dengan pemberian kuping pada bagian atasnya maka
dipakai mal kayu untuk menepatkannya. Lining former akan berada di tengah
tengah apabila ukuran dindingnya pada bagian tertentu sesuai dengan
perhitungan.
c. Pembebanan Lining Former
Lining former harus tetap terjaga di tengah dan tegak lurus, sehingga untuk
menjaga hal tersebut agar tidak terganggu pada saat pemadatan bagian dinding
yang bisa membuat lining former goyah kedudukannya, maka diberikan
pembebanan yang akan menstabilkannya yang ditempatkan kedalam lining
former. Biasanya dipakai pemberat hand molding untuk keprluan tersebut,
karena mempunyai pegangan walaupun cukup berat agar memudahkan
penempatan dan pelepasannya.

9. Pemadatan Lining
a. Pemadatan Dinding Lining
Proses pemadatan bagian ini sama dengan pemadatan bagian alas , artinya
pemasukkan bahan liningnya bertahap dan disebar merata baru kemudian
dipadatkan. Pada proses ini harus diperhatikan agar fiber fax tidak sobek oleh
spike rammer akibat proses pemadatan yang dilaskukan terutama pada bagian
pinggirnya.
b. Pemadatan Dinding Lining Bagian Teratas
Idealnya pada bagian ini dilakukan juga pengerokan sama seperti proses
pemadatan bagian alas lining agar kepadatannya optimal, walaupun tinggi
pengerokan pada bagian ini menyesuaikan dengan kelebihan sisa ukuran yang
tersedia antara lining former dengan bagian bibir crucible, pada kondisi yang
diharapkan proses dilakukan dengan segera biasanya dipadatkan dengan
penumbuk besi rata.
c. Bibir Crucible
Bibir crucible ini dibuat dari semen tahan api ditambah dengan hasil kerokan
bahan lining dan dicampur air saat diolah dengan mixer pasir kapasitas kecil .
Setelah itu dengan penumbuk kayu dipadatkan dan dibentuk dengan diberi
kelebihan ukuran ketinggian untuk menahan cipratan dan gejolak cairan.
d. Perbaikan Dan Renovasi Pouring Spot
Bahannya sama dengan bibir crucible, hanya pada hal kerusakan yang sudah
parah saja , kontur pembentuk pouring spot itu diganti oleh plat baja tipis.

10. Proses Sintering


a. Persiapan Proses Sintering
Pemberat diangkat dan bahan lining yang tumpah kedalam lining former
dibersihkan, bibir crucible dan pouring spot yang baru direnovasi diberi tusukan
lubang kecil kecil di semua bagian secara acak dan merata untuk mempercepat
pelepasan kandungan air didalamnya pada saat proses sintering berlangsung.
Block Sinter kemudian dimasukkan bertahap, diusahakan agar posisinya harus
stabil, tidak goyah dalam penempatannya di dalam lining former itu, selain itu
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

form isian proses sintering disiapkan, dan proses sintering siap dilaksanakan.
b. Proses Sintering
Bahan lining atau refraktory dalam pengertian pengecoran logam adalah mineral
keramik khusus yang setelah mengalami proses sintering akan memiliki sifat :
- Tahan terhadap pengaruh panas
- Tahan terhadap pengaruh mekanis
- Tahan terhadap pengaruh kimia
Bahan refraktory ini pada umumnya terdiri dari bahan dasar dan bahan pengikat
dan beberapa bagian bahan yang sifatnya tambahan ( additive ).

Proses Sintering Berdasarkan Jenis Bahan


Pada dasarnya proses sintering ini terdiri dari beberapa tahapan tergantung dari
jenis bahan refraktorinya yang kemudian tahapan tahapan itu dilaksanakan dengan
perhitungan waktu dan pemberian daya listrik untuk menginduksi sinter block yang
akan menimbulkan efek sintering pada bahan refraktori itu.

Hal penting Dalam Proses Sintering


Untuk blok sinter harus dipilih yang sebersih mungkin, kemudian pada saat
menjelang proses tapping frekuensi pembuangan terak harus sesering mungkin.
Karena Blok Sinter itu biasanya relatif miskin paduan karena suhu sinternya tinggi
maka bahan yang miskin paduan akan mendidih bila sudah mencapai suhu tinggi
maka biasanya akan terjadi gejolak dan banyak cipratan keluar. Pengontrolan dan
pengamatan suhu selama proses berlangsung harus terjaga terutama pada saat
proses pengeringan dan proses perubahan fasa pada asam ( Tergantung jenis
bahan refraktori ).

Yang harus menjadi perhatian saat melining tanur yaitu :


- Ketebalan lining harus simetris. Agar Ketebalan seragam gunakan lining former
sebagai cetakannya. Lining former harus bersih dari karat dan kering.
- Ujung Earth leak wire ( spider ) harus menyentuh permukaan dasar lining .

Pada saat melining harus benar - benar diperhatikan kepadatan dari material lining
cementnya. Hal ini perlu diingat terutama bila dilakukan dengan cara manual yakni
penumbukan dengan tenaga tangan dengan bantuan sebuah batang berujung
trisula. Karena jika proses pemadatan tidak baik dan benar maka ini akan sangat
berbahaya, dapat mengakibatkan kebocoran cairan. Lain halnya bila dilakukan
dengan menggunakan alat penggetar, kepadatan tentunya akan lebih baik. Lining
cement yang basah / lembab akan mengganggu pada saat proses sintering.
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

B. LADEL PENUANG
Ladel merupakan alat bantu yang digunakan untuk transportasi cairan logam dari
tungku yang kemudian di cor ke cetakan. Sesuai dengan fungsi kerjanya maka ladle
dibentuk disesuikan dengan kebutuhan.
Bahan yang digunakan untuk ladle biasanya menggunakan plat baja yang
bagian dalamnya dilapisi dengan bahan refraktori yang berupa tanah liat, pasir cetak
bahan tahan api dan dikeringkan dengan baik. Dalam penggunaannya ladle harus
dalam kondisi telah dipanaskan terlebih dahulu, yang bertujuan untuk menghilangkan
kelembaban dan menjaga agar suhu cairan yang di taping ke Ladel tidak mengalami
penurunan suhu.
Dalam penggunaanya terdapat ladle digunakan langsung oleh operator yang
berupa gayung atau ladle kecil dengan menggunakan tangan dan ada yang dikonstruksi
dengan digantungkan menggunakan kran. Ladle yang dikontrusi dengan menggunakan
kran biasanya memiliki kapasitas yang besar biasanya diatas 50 kg.Benda tuang
dengan ukuran yang besar, biasanya menggunakan ladle dengan penuangan dari
bawah. Pada ladle jenis ini, pengendalian penuangan cairan logam dilakukan dengan
membuka dan menutup katup yang berada di dasar ladle yang dilengkapi dengan
mekanisme pengangkat dan stopper penutup katup. Dengan menggunakan ladle jenis
ini cairan logam yang dituang kedalam cetakan akan bebas dari terak, karena terak
selalu mengapung di bagian atas, sehingga cacat akibat inklusi terak dapat di kurangi.
Gambar dibawah ini akan memperlihatkan penampang potong dari ladle jenis ini.

1.1 Ladle Penuang Bawah


Benda tuang berukuran besar, menggunakan ladle dengan penuangan dari bawah.
Ladle jenis ini, pengendalian penuangan cairan logam dilakukan dengan membuka dan
menutup katup yang berada di dasar ladle, dilengkapi mekanisme pengangkat dan
stopper penutup katup. Dengan ladle jenis ini cairan logam yang dituang kedalam
cetakan bebas dari terak, karena terak mengapung di bagian atas, sehingga cacat
akibat inklusi terak dapat di kurangi.

Gambar 21.Ladle penuangan dari bawah


H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

1.2 Ladle Teapot


Ladle model teapot memiliki prinsip yang sama dengan lladle dengan penuangan dari
bawah, yaitu cairan bersih yang berada dibawah lapisan terak yang akan di tuang
kedalam cetakan. Ladle jenis ini menggunakan dinding pemisah yang terbuat dari bahan
tahan api. Dinding pemisah ini akan mencegah tercampurnya cairan logam dengan
terak selama proses penuangan. Dibawah ini akan diberikan penampang dari ladle jenis
teapot.

Gambar 22. Ladle model teapot

1.3 Ladle Tekanan


Penuangan dengan tekanan digunakan pada industri pengecoran dengan cetakan semi
permanent yang terbuat dari grafit. Udara bertekanan mendesak cairan logam keatas
memasuki saluran yang terbuat dari bahan tahan api yang berada dibawah rongga
cetak. Sistem ini digunakan pada industri dengan tingkat otomatisasi yang tinggi, yang
menghasilkan pengendalian terhadap tingkat oksidasi dari cairan logam.

Gambar 23. Metode penuangan dengan tekanan


H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

1.4 Ladle ember


Ladel ember biasannya digunakan untuk pengecoran dengan kapasitas tanur
yang besar sehingga keluaran cairan dari tanur harus dapat ditampung oleh ladle
dengan cepat dan dapat dicorkan ke cetakan dengan cepat pula.

Gambar 10. Ladel Ember dengan Stiring

1.5 Ladle Tromol


Kontruksi ladle tertutup tujuannya untuk menjaga suhu cairan tidak menurun
drastis selama proses pengecoran ke dalam cetakan. Dengan kontruksi yang tertutup
tersebut kontak langsung cairan logam dengan udara luar lebih kecil sehingga
penurunan suhu tidak terlalu besar.

Gambar 11. Ladel Tromol


H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

1.6 Ladle Bottom up pouring


Ladle bottom up pouring digunakan untuk pengecoran baja, cairan baja yang
dicor kecetakan tidak teroksidasi oleh udara luar dan cairan yang masuk kedalam
rongga cetakan merupakan cairan bagian bawah yang relative lebih bersih. Cairan
logam dikeluarkan dari ladle melalui lubang bawah dari ladle yang disumbat ceramic
tube. Cara pengeluaran cairan dengan membuka dan menutup tuas yang menyumbat
dibawah ladle.

Gambar 12. Ladel Bottom Up Pouring


H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

2. KESELAMATAN KERJA
Bahaya yang terjadi saat penuangan cukup besar yaitu luka bakar, maka hal –
hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keselamatan selama penuangan adalah :
1. Semua alat yang akan berhubungan dengan cairan harus baik, kering dan
dipanaskan awal.
2. Sekitar tempat penuangan dan jalan laluan harus bersih dan bebas.
Ditentukan hanya satu orang yang meminpin penuangan dari sejak pengambilan
cairan dengan perintah – perintah yang telah disepakati bersama. Pengisian cairan
kedalam ladel tidak terlalu penuh,sehingga dalam membawa cairan tidak panik,
waspada dan tidak berjalan seperti dalam barisan.
Sebelum penuangan dilakukan, kelengkapan cetakan harus diperiksa, antara lain : klem,
pembebanan, letak pembebanan dan posisi cawan tuang.
Gunakan pakaian pelindung yang memenuhi syarat, kaca mata (atau pelindung muka)
dan helm.

Gambar 13. Pakaian Kerja Peleburan

Sepatu yang digunakan merupakan standard sepatu pengecoran, yang apabila terjadi
tumpahan cairan dan masuk kedalam sepatu, maka sepatu tersebut harus mudah untuk
di buka dan pasang.

Gambar 15. Sepatu Kerja Gambar 16. Sarung tangan kulit

Sarung tangan yang digunakan untuk bengkel pengecoran tidak sama dengan sarung
tangan yang digunakan di lab kimia. Sarung tangan yang digunakan harus cukup tebal
dan tidak mudah terbakar. Biasanya bahan yang digunakan adalah dari kulit.

Anda mungkin juga menyukai