Anda di halaman 1dari 10

TM 4235

PENGENDALIAN LINGKUNGAN OPERASI MIGAS

PR#4

Nama : Yomi Neldi 12211080

Dosen : Ir.Utjok WR Siagian,M.Sc.,Ph.D.

Tanggal Penyerahan : 13 April 2015

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2015
Total Suspended Solid (TSS)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat,
logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusiuntuk kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai
kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran
sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel
tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas
sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum powderakan memberikan
pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg / L coarsely
ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari
sampel mengandung 1.000 mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut
mengandung nilai TSS yang sama.

Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut total
(TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai berat
kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan yang
disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan akibat penguapan atau
oksidasi. analisa TSS sebagai berikut :

Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang.
Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada
suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi
total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan,
diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk
memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan
total

Pengukuran kadar oksigen terlarut

Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi
air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal)
dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa
air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Selain
itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga
kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar.
Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10.
Menurut Boyd (1990), jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung
spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi
oksigen yang rendah dapat menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan.
Menurut Swingle dalam Boyd (1982), bila dalam suatu kolam kandungan oksigen terlarut
sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka proses reproduksi dan pertumbuhan ikan
akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang mengandung deterjen, suplai oksigen dari
udara akan sangat lambat sehingga oksigen dalam air sangat sedikit.
Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses
fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti
ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti

• kekeruhan air,
• suhu,
• salinitas,
• pergerakan massa, air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai
DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga
bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga
ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat
dianjurkan disamping paramter lain seperti kob dan kod.

Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal
dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum
ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut
tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat
kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5
ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut.

Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya
menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.
Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada
kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis
volumetri. Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar
atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan
di Erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai analit. Titran ditambahkan sedikit demi
sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana titran bereaksi secara equivalen
dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit keadaan ini disebut
sebagai titik equivalen.

Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum
adalah dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna dengan adanya
penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung
menghentikan proses titrasi. Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan
indicator fenolpthalein (pp). Bila semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH
maka adanya penambahan sedikit mungkin NaOH larutan akan berubah warna menjadi
merah mudah. Bila telah terjadi hal yang demikian maka titrasi pun kita hentikan. Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan adanya berubahan warna indicator disebut sebagai titik
akhit titrasi. Titrasi yang bagus memiliki titik equivalent yang berdekatan dengan titik
akhir titrasi dan kalau bisa sama. Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita
tidak menggunakan molaritas (M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan
sempurna (reagen sama-sama habis bereaksi) yang sama adalah mol-equivalen bukan mol.
Mol-equivalen dihasilkan dari perkalian normalitas dengan volume.

PENGUJIAN SULFAT (SO4)

Sulfat adalah suatu ion dari sulfur yang telah berikatan dengan oksigen. Satu atom S
berikatan dengan 2 atom O, dalam ikatan tersebut masih kekurangan 2 elektron lagi
sehingga dilambangkan SO4-2. Contoh senyawanya H2SO4 (asam sulfat). Senyawa sulfat ini
mudah dijumpai di alam,seperti dalam air hujan. Senyawa sulfat juga berasal dari hasil
buangan pabrik (limbah) kertas, tekstil (karena proses pembuatannya atau pewarnaan
memakai asam sulfat) dan industri lainnya.
Konsentrasi maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 250 mg/l.
Menyebabkan Laxative apabila kadarnya berupa magnesium dan Sodiums. Senyawa sulfat
bersifat iritasi pada saluran pencernaan (saluran gastro intestinal), apabila dalam bentuk
campuran magnesium atau natrium pada dosis yang tidak sesuai aturan, Sebagai contoh
bentuk magnesium sulfat yang biasa ditambahkan ke dalam air minurn untuk membantu
pengendapan (penjernihan air) setelah penambahan klorin. Bentuk natriurn sulfat biasa
digunakan untuk pengobatan diuretik atau satincathartic. Bila kurang mengkonsumsi air,
kedua senyawa tersebut akan membentuk kristal yang dapat merusak saluran pencernaan.
Air yang mengandung konsentrasi tinggi dari sulfat disebabkan oleh leaching alam
dari deposito magnesium sulfat (garam Epsum) atau sodium sulfat.
Efek sulfat: konsentrasi tinggi dari sulfat dalam air minum yang memiliki tiga efek:

• Berisi air appreciable jumlah sulfat (S04) cenderung untuk membentuk keras dalam
- - skala boiler dan panas exchangers.
• Sufat menimbulkan efek rasa dan
• Sulfat dapat menimbulkan efek pencahar dengan asupan yang berlebihan.

Peluntur efek yang biasanya sulfat tercantum dalam sementara pengguna dari air
karena orang-orang yang biasa sulfate tingkat tinggi ke dalam air minum tidak memiliki
Adverse respon. Diare dapat dipaksa sulfate di tingkat lebih besar dari 500 mg / L dari
sulfat. Sementara imparts sulfat yang sedikit milder rasa ke air minum dari khlorida, tidak
merasakan efek yang terdeteksi di bawah 300 mg / L. Tingkat yang dapat diterima sulfat
konten dalam air minum adalah 200 mg / L dan rul adalah 400 mg / L.

Cara untuk mendeteksi kandungan sulfat dalam air dapat dilakukan dengan
mempergunakan alat spektrofotometer (uji kuantitatif), sedangkan untuk mendeteksi
secara cepat (uji kualitatif) cukup dengan mereaksikan sampel air dengan larutan barium
klorida 10% pada kondisi pH netral. Reaksi berupa endapan putih menunjukkan sampel air
positif mengandung cemaran senyawa sulfat . Cara deteksi lebih cepat lagi dapat dilakukan
dengan menggunakan perangkat ujisulfat (uji semi kuantitatif), yaitu berupa Kit-sulfat yang
sudah banyak diproduksi secara komersial.

Metode Pengujian Sulfat dalam air dengan alat spektrofometer (SNI 06-2426-1991)
Lingkup pengujian meliputi cara pengujian kadar sulfat yang terdapat dalam air antara 1-
40 mg/l SO4 dan penggunaan metode kekeruhan dengan alat spektrofotometer pada
panjang gelombang 420 nm.
Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pelaksanaan pengujian kadar
sulfat dalam air. Tujuan metode pengujian ini untuk memperoleh kadar sulfat dalam air.
Peralatan antara lain:
- Spektrofotometer sinar tunggal atau sinar ganda yang mempunyai kisaran panjang
gelombang 190-900 nm dan lebar celah 0,2-2 nm serta telah dikalibrasi pada saat
digunakan.
- Pengaduk magnet yang dilengkapi pengatur kecepatan putar tetap dan waktu.
- Sendok 2-3 ml.
- Pipet ukuran 5, 10, 20, 25 dan 50 ml.
- Labu ukur 200 dan 1000 ml.
Persiapan benda uji:
- Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai dengan metode pengambilan contoh
uji kualitas air.
- Ukur 150 ml contoh uji secara duplo dan masukkan kedalam gelas piala 250 ml.
- Apabila contoh uji keruh, saring dengan saringan membran.
- Lalu benda siap diuji.
Cara uji kadar sulfat, antara lain:
- Ukur 100 ml benda uji dan masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml.
- Tambahkan 5,0 ml larutan kondisi kedalam benda uji, aduk dengan pengaduk
magnet dan tambahkn 1 sendok Kristal BaCL2.2H2O.

PENGUJIAN SULFIDA (S-2)


Sulfida adalah suatu bentuk ion dari sulfur dimana satu ion sulfur tersebut
membutuhkan 2 elektron lagi pada kulit terluarnya untuk mencapai kestabilannya. Karena
membutuhkan 2 ion lagi maka dilambangkan S-2. Contoh senyawa sulfida yaitu H2S (asam
sulfida) Sulfida merupakan salah satu toksikan yang dapat dihasilkan dari industri
penyamakan kulit, pengilangan minyak, industri gula dan beberapa industri lainnya. H2S
merupakan salah satu gas yang sangat berbahaya, menempati kedudukan kedua setelah
Hydrogen Sianida dan dengan tingkat racun yang sangat tinggi lima sampai enam kali
beracun dari karbon monoksida. Dapat larut dalam air maupun hydrogen cair.

Mengganggu mata, mengaratkan logam deret elektrokimia, tidak tampak, memiliki


berat jenis lebih besar dari udara. Gas ini dapat melumpuhkan sistem pernafasan dan dapat
membunuh dalam sekejap. Pada konsentrasi rendah H2S memiliki bau yang menyengat
seperti telur busuk. Pada konsentrasi yang tinggi, bau tidak dapat tercium lagi karena gas
tersebut secara cepat mematikan indera penciuman dan mematikan sistem syaraf kita.
Gejala-gejala yang timbul akibat terhirup gas H2S pada konsentrasi yang rendah
baik sendiri-sendiri atau secara bersama-sama sebagai berikut : Pusing, Mual, Rasa
melayang, Gelisah, Mengantuk, Batuk-batuk, Rasa kering dan nyeri di hidung, tenggorokan
dan dada. Bahaya utama dari gas ini adalah kematian akibat menghirup. Bilamana jumlah
gas yang terserap ke dalam sistem peredaran darah melampaui kemampuan oksidasi
dalam darah maka akan menimbulkan keracunan terhadap sistem syaraf. Sesak nafas
terjadi secara singkat dan diikuti kelumpuhan (paralysis) pernafasan pada konsentrasi
yang lebih tinggi. Jika korban tidak segera dipindahkan ke udara segar dan diberikan
pernafasan buatan, kematian akan segera terjadi akibat kelemasan (asphyxiation) .
H2S terbentuk oleh zat-zat organic yang membusuk, dapat kita temukan di lokasi
pengeboran minyak dan gas bumi, geothermal (panas bumi), pada fasilitas fasilitas
pertambangan, industri petrokimia, tempat pengolahan dan pembuangan limbah, tempat
pembuangan sampah dan fasilitas- fasilitas lainnya.
Cara uji kadar sulfide dalam air dengan iodometri (SNI 03-6875-2002)
Standar ini merupakan cara untuk menguji kadar sulfide dalam air dengan
iodometri. Standar ini dapat digunakan untuk menguji kadar sulfida dalam sumber air dan
air limbah. Satandar ini digunakan untuk menguji sulfida dalam contoh air yang kadarnya
lebih dari 0,1 mg/l.
Peralatan:
- Buret atau alat titrasi dengan ketelitian 0,05 ml.
- Labu Erlenmeyer 500 ml.
- Pipet tetes 2 ml.
- Botol gelas 500 ml bertutup asah.
- Gelas ukur 250 ml.
Contoh uji, antara lain:
- Diambil sesuai ketentuan dalam SNI 06-2412-1991.
- Segera diuji setelah pengambilan contoh.
- Tidak berwarna.
Cara uji, antara lain:
- Ukur sejumlah larutan iodine dari buret kedalam Erlenmeyer 500 ml, perkirakan
jumlah iodine lebih besar dari kandungan sulfida dalam contoh uji.
- Jika diperlukan tambah air suling sampai volume 20 ml.
- Tambahkan 2 ml HCL 6 N.
- Untuk benda uji tanpa pengolahan pendahuluan, ukur 20 ml dan untuk benda uji
melalui pengolahan pendahuluan gunakan 100 ml, kemudian masukkan kedalam
labu Erlenmeyer tersebut diatas.

PENGUJIAN FLUORIDA (F)


Fluorida adalah suatu zat yang dapat memberikan kekerasan dan daya tahan pada
enamel gigi dan mencegah terjadinya karies gigi. Fluorida yang dipereaya berguna
mencegah karies gigi ini dapat juga membahayakan kesehatan jika digunakan dalam
jumlah melebihi dosis normal yang telah ditetapkan.

Kekurangan Fluor dalam air dapat menyebabkan caries gigi. Dan kelebihan Fluor
menyebabkan penyakit Fluoresis. Kadar di dalam air minum 1 - 2 mg/l. Telah ditetapkan
bahwa keberadaan sekitar 1 mg / L dari fluor dalam air akan membantu untuk mencegah
kerusakan gigi pada anak-anak dan akan mengurangi insiden gigi mati tulang. Fluor dalam
air minum di tingkat sekitar 1 mg / L mengurangi jumlah gigi cavities. Oleh karena itu,
beberapa sistem umum air di Kami menambahkan fluor kimia untuk air.

• Namun, beberapa anak-anak terkena tingkat fluor lebih besar dari sekitar 1,5 mg / L
dapat mengembangkan gigi fluorosis. Dental fluorosis, dalam bentuk moderat dan
parah, yang menyebabkan rown staining dan / atau pitting gigi yang permanen.
• Gigi fluorosis terjadi karena hanya ketika mengembangkan gigi (sebelum mereka
meledak dari gums) dihadapkan ke tingkat fluor ditinggikan, hanya anak-anak
diharapkan akan terpengaruh oleh tingkat fluor.
• Hubungan ke tingkat air minum di atas 3 mg / L selama bertahun-tahun dapat
menyebabkan beberapa kasus melumpuhkan kerangka fluorosis, yang merupakan
tulang serius disorder.
• Osteoporosis dan Artritis
• Retak panggul

Meminum air yang mengandung fluor akan meningkatkan resiko retak panggul
hingga dua kali lipat baik pada p[ria maupun wanita lanjut usia.Bahkan air dengan
fluorida yang sangat rendah yakni 0,1 ppm, secara statistik masih cukup signifikan
dalam meningkatkan resiko retak panggul.
• Kanker

menkonsumsi air berfluor dapat menyebabkan kanker tulang, resiko kanker di


akibatkan flourida lebih tinggi dan lebih cepat di bandingkan unsur kimia lain.
• Infertilitas

Infertilitas pada wanita ditemukan meningkat dengan penggunaan air berfluor.


Ilmuan FDA (food and drug administration) melaporkan adanya korelasi kuat
antara penurunan tingkat fertilitas wanita dalam rentang usia 10-49 tahun dengan
peningkatan level fluorida.
• Kerusakan Otak

Fluorida mengurangi kapasitas intelegensi manusia, terutama pada anak yang sejak
dini telah keracunan fluor. Level IQ mereka lebih rendah dibandingkan anak-anak
yang tidak terpapar fluor pada segala kelompok umur yang di daftar.
MetodePengujian kadar fluorida dalam air dengan alat spektrofotometer secara
alizarin meraH (SNI 06-2482-1991)
Lingkup pengujian meliputi cara pengujian kadar fluoride yang terdapat dalam air antara0-
25 mg/ltd an penggunaan metode alizarin merah dengan alat spektrofotometer pada
kisaran panjang gelombang 520-550 nm.
Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pelaksanaan pengujian kadar
fluorida dalam air. Tujuan metode pengujian ini untuk memperoleh kadar fluoride dalam
air.
Peralatan antara lain:
- Spektrofotometer sinar tunggal atau sinar ganda yang mempunyai kisaran panjang
gelombang antara 190-900 nm dan lebar celah antara 0,2-2 nm, dan telah kalibrasi.
- Pipet ukur 5 dan 10 ml.
- Labu ukur 200 dan 1000 ml.
- Labu Erlenmeyer 250 dan 500 ml.
- Pipet seukuran 5, 10, 25, dan 50 ml.
- Gelas ukur 50, 100, dan 1000 ml.
Persiapan benda uji, antara lain:
- Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai dengan metode pengambilan contoh
uji kualitas air.
- Ukur 250 ml contoh uji secara duplo dan maasukan kedalam labu Erlenmeyer 500
ml.
- Apabila contoh uji keruh, saring contoh uji dengan saringan membrane berpori.
Cara uji kadar fluorida, antara lain:
- Ukur 100 ml benda uji dan masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml.
- Tambahkan 5,0 ml larutan Alizarin merah dan 5,0 ml larutan asam zirkonil, kocok
dan biarkan selama 1 jam ± 2 menit.

PENGUJIAN KADAR AMONIA (NH3)


Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Amonia (NH3) itu termasuk gas
alkalin yang tidak berwarna, lebih ringan dari udara dan punya aroma khas yg nyengat.
Amonia saat ini dijadikan bahan baku pupuk, abu soda, asam nitrat, nilon, plastik, pencelup,
karet dan most of peledak. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam
yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi
keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak
kesehatan. Amonia juga dihasilkan dari proses pembusukan jasad makhluk hidup lain yang
ada di dalam kolam, seperti plankton dan serangga-serangga yang mati. Semakin banyak
aktivitas kehidupan di dalam kolam semakin banyak amonia yang dihasilkan.
Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan
paru-paru dan bahkan kematian. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum adalah
menyangkut perubahan fisik dari pada air tersebut yang akan mempengaruhi penerimaan
masyarakat, standar kualitas air minum dari Dep. Kes. R.I. tidak memperbolehkan
ammonia terdapat dalam air.
Cara uji kadar Amonia dalam air dengan electrode selektif ion (SNI 03-6876-2002)
Standar ini menetapkan cara untuk menguji kadar ammonia terlarut dalam air dengan
electrode selektif ion. Standar ini digunakan untuk mengukur kadar ammonia pada
renatang kadar antara 0,03-1400 mg/l dalam air yang keruh maupun yang berwarna.
Peralatan:
- Electrometer, yaitu pH meter yang dikembangkan dengan skala milivolt dengan
ketelitian 0,1 mV resolusi antara – 700 mV dan + 700 mV.
- Pengaduk magnet yang dilapisi TFE untuk mengisolasi panas.
Contoh uji, antara lain:
- Diambil sesuai dengan ketentuan dalam SNI 06-2412-1991.
- Segera diuji setelah pengambilan contoh.
- Jika akan dianalisis dalam rentang waktu sampai 24 jam, dilakukan pengawetan
dengan pendinginan pada suhu 4oC.
Cara uji, antara lain:
- Persiapan larutan baku. Siapkan satu seri larutan baku ammonium klorida.
- Kalibrasi electrometer.
- Masukkan 100 ml setiap larutan standar kedalam gelas piala 200 ml.
- Celupkan electrode kedalam larutan baku yang konsentrasinya paling rendah dan
dengan pengaduk magnetic.
- Tambahkan larutan NaOH 10 N secukupnya untuk menaikkan pH sampai lebih
besar dari pH 11.

Anda mungkin juga menyukai