Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KELUARGA NY.S DI RT 01 RW 02 KEC.NGADILUWIH KAB.KEDIRI

PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh :

ELIZA ISNAENI
201901058

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA


KELUARGA NY.S DI RT 01 RW 02 KEC.NGADILUWIH KAB.KEDIRI

PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA

NAMA : ELIZA ISNAENI

NIM : 201506058

Mahasiswa :

(Eliza Isnaeni)

Perceptor Klinik Perceptor Akademik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KELUARGA

1. KONSEP KELUARGA

1.1 Definisi Keluarga

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan sekumpulan

orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum : meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota keluarga. Keluarga merupaka aspek

terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerimaan asuhan, kesehatan anggota

keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi

antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012)

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan peerkawinan, kelahiran dab

adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman,

2013).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga didefinsikan

dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan perkawinan dengan

menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki

hubungan personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi

dukungan yang disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2014)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,

perkawinan, adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan yag lainnya

dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).
1.2 Tipe Keluarga

Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a. Tipe keluarga tradisional

1. Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas suami,istri

dan anak.

2. Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak memiliki

anak.

3. Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan anak yang terjadi

akibat peceraian atau kematian.

4. Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya terdiri dari satu

orang dewasa yang tidak menikah.

5. Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah

dengan anggota keluarga lainnya.

6. Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri dirumah dikarenakan

anak-anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.

7. Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan menggunakan

pelayanan Bersama.

b. Tipe keluarga non tradisional

1. Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan

anak tanpa adanya ikatan pernikahan.

2. Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal bersama tanpa adanya

ikatan perkawinan.
3. Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki persamaan jenis kelamin

tinggal satu rumah layaknya suami-istri.

4. Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup Bersama tanpa

adanyanya pernikahan dan sering berganti pasangan

5. Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki hubungan darah dalam

waktu sementara. (Widagdo,2016).

1.3 Fungsi Keluarga

Menurut Marlyn M. Friedman (2013) fungsi keluarga dibagi menjadi 5, yaitu :

1. Fungsi Afektif

Memfasiltasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis

anggota keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai

anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk

keberlangsungan hidup masyarakat.

4. Fungsi Ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan dilihat dari lima tugas

kesehatan keluarga, yaitu :


a. Mengenal masalah kesehatan

b. Mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat

c. Merawat keluarga yang sakit

d. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

e. Memodifikasi lingkungan (menciptakan dan mempertahankan suasana rumah

yang sehat)

1.4 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap dan perkembangan keluarga

A.Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri

membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga

melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara

psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk

keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya

membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan

menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan

baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing. Masing-masing

belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.

Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang

perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa

jumlah anak yang diharapkan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara

lain :

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.


2) Menetapkan tujuan bersama.

3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok social.

4) Merencanakan anak (KB)

5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang

tua.

B.Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak

pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan

dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas

perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar

dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah

pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.

Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan pada

masa ini antara lain :

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Membagi peran dan tanggung jawab

3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangan.

4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing

5) Memfasilitasi role learninganggota keluarga

6)Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita 7)Mangadakan

kebiasaan keagamaan secara rutin.


C. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)

Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak

berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan

dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan

keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua.

Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan

anak, suami/istri, dan ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang

tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan

keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar

kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama

antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan

individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada

fase ini tercapai. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai

berikut :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal,

privasi, dan rasa aman.

2) Membantu anak untuk bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang

lain juga harus terpenuhi.

4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga

( keluarga lain dan lingkungan sekitar).

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

D. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan

berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota

keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah,

masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua

yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja

sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu

belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi,

baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini adalah sebagai berikut :

1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat

belajar.

2) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.

3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual.

4) Menyediakan aktifitas untuk anak.

5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.

E. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada

usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga

melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini antara lain sebagai berikut :

1)Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang

sudah bertambah dan meningkat otonominya.

2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan,

kecurigaan dan permusuhan.

4)Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

F. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini

bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga

dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi

kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.

Keluarga empersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap

membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah,

pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal.

Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena

anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua

perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap

memelihara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini

adalah : 1)Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2)Mempertahankan keintiman pasangan.

3)Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak.

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek.

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.

G. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)

Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat

pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua anak meninggalkan

rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai

aktifitas. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah :

1) Mempertahankan kesehatan.

2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial dan

waktu santai.

3)Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.

4)Keakraban dengan pasangan.

5)Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.

6)Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban pasangan.

H. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut

salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang

tidak dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami

keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan

sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi

kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas


utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di

rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknnya. Tugas perkembangan tahap ini adalah :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

2)Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan

pendapatan.

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

4) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat.

5) Melakukan life review.

6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian (harmoko, 2012).

1.5 Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran

individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok,

dan masyarakat (Friedman, 2010).

Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasi menjadi dua

kategori, yaitu peran formal dan peran informal. Peran informal bersifat tidak tampak dan

diharapkan memenuhi kebutuhan emosional keluarga dan memelihara keseimbangan

keluarga. Peran formal adalah peran eksplisit yang terkadung dalam struktur peran

keluarga. Berbagai peranan yang terdapat dalam keluaraga :

1. Peran Formal

Peran parental dan pernikahan, diidetifikasi menjadi delapan peran yaitu peran

sebagai provider (penyedia), peran sebagai pengatur rumah tangga, peran perawatan
anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran persaudaraan (kindship), peran

terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif), dan peran seksual.

2. Peran informalTerdapat berbagai peran informal yaitu peran pendorong,

pengharmonis, insiator-kontributor, pendamai, pioner keluarga, penghibur, pengasuh

keluarga, dan perantara keluarga.

Sedangkan Effendi (2008) membagi peran keluarga sebagai berikut :

1.Peranan Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung, dan pemberian rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota keluarga masyarakat dari

lingkungannya.

2.Peranan Ibu

Ibu sebagai istri dari suami dan anak-anaknya. Mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung

dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peranan anak

Anak-anaknya melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat

perkembangan baik fisik, sosial, dan spiritual.

1.5 Peranan Keluarga dalam Memberikan Perawatan Kesehatan Keluarga

Keluarga berperan dalam memberikan perawatan kesehatan yang

terapeutik kepada anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Perawatan


adalah suatu usaha yang berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat seutuhnya

(Depkes RI, 2008). Penelitian dari Prasetyawan (2008) secara umum, penderita

yang mendapatkan perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari

seseorang atau keluarga biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat

medis daripada penderita yang kurang mendapatkan dukungan sosial (peran

keluarga). Menurut La, Groca (1998) yang dikutip oleh Prasetyawan (2008)

bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pengelolaan

medis pada salah satu anggota keluarga yang sakit.

1. Tujuan perwatan individu dalam konteks keluarga

1) Teratasinya masalah yang dihadapi individu yang ada kaitannya dengan latar

belakang keluarganya.

2) Teratasinya masalah yang dihadapi individu dengan dukungan, bantuan atau

pemeranan keluarga.

3) Terlaksananya pemberian asuhan keperawatan yang paripurna kepada sasaran

individu dari keluarganya, sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap maupun

jalan.

4) Meningkatkan kesadaran keluarga dan anggota keluarganya yang belum

mencari pelayanan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dasar yang

tersedia.

5) Meningkatkan kemampuan individu dan keluarganya dalam mengatasi

masalah kesehatannya secara mandiri.


2. Tugas keluarga di dalam menanggulangi masalah kesehatan:Menurut Bailon dan

Maglaya (1978) yang dikutip Efendi, F & Makhfudli (2009) secara umum

keluarga mampu melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena

tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berartidan karena kesehatnlah

kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dan keluarga habis. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami keluarga.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

2) Memutuskan tindakan kesehatn yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai keadaan keluarga , dengan pertimbangan siapa diantara

keluarga yang memepunyai kramampuan memeutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga.

3) Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga

harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

(1) Keadaan penyakit.

(2) Sifat dan perkembangan perawat yang diperlukan untuk perawatan.

(3) Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.

(4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga.

(5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.


4) Memodifikasi lingkungan rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan rumah yang sehat kepada anggota keluarga

yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

(1) Sumber-sumber keluarga yang dimiliki.

(2) Manfaat pemeliharaan lingkungan.

(3) Pentingnya hiegiene sanitasi.

(4) Upaya pencegahan penyakit.

(5) Sikap atau pandangan keluarga.

(6) Kekeompakan antra anggota keluarga

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal berikut ini :

(1) Keberadaan fasilitas kesehatan.

(2) Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.

(3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.

(4) Pengalaman yang kuranmg baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.

(5) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkauoleh keluarga.

1.6 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu

menyelesaikan suatu masalah. Apabila ada dukungan, maka rasa percaya diri akan

bertambah danmotivasi untuk menghadapisuatu masalah yang terjadi akan meningkat

(Tamher dan Noorkasiani, 2009).


Menurut Friedman (2013) dukunga keluarga adalah proses yang terjadi terus

menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada

interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang

dievaluasi oleh individu. Dukungan setiap keluarga adalah sikap, tindakan dan

peneriaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika di

perlukan.

1. Jenis jenis dukungan keluarga :

Menurut Friedman (2013) sumber dukunga keluarga dapat dibagi macam bentuk

seperti ini :

a. Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi,

dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang

dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.

b. Dukungan Penilaian dan Penghargaan

Dukungan penilaian adalah keluarga berha membimbing dan menengahi

pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga

diantaranya memberikan support, pengahrgaan, dan perhatian.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan praktis

dan konkrit, diantaranya adalah dalam ha kebutuhan keuangan, makan, minum,

dan istirahat.
d. Dukungan Emosional

Dukungan emosiona adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai

untuk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi.

Dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk adanya

kepercayaan dan perhatian.

2. Sumber Dukungan Keluarga

Sumber dukungan keluarga adalaha sumber dukungan sosial keluarga

yang dapat berupa dukungan sosial keluarga secara internal seperti dukungan

dari suami atau istri serta dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial

keluarga secara eksternal seperti paman atau bibi (Friedman, 2013)

Menurut Kahmadi (2009) dukungan sosia keluarga mengacu kepada

dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat

diakses atau diadakan untuk keluarga yaitu dukungansosial bisa atau tidak

digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

3. Manfaat Dukungan Keluarga

Menurut Setiadi (2008) dukungan sosia keluarga memiliki efek terhadap

kesehatan dan kesejahteraan yang berfungsi secara bersamaan. Adanya

dukungan yang kuat berhubungan dnegan menurunnya mortalitas, lebih m`udah

sembuh` dari sakit, fungsi kognitif, dan kesehatan emosional. Selain itu,

dukungan keluarga memiliki pengaruh yang positif pada penyesuaian kejadian

dalam kehidupan yang penuh dengan stress.


A. Konsep Asuhan Keperawatan Menurut Friedman

1) Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses keperawatan,

mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mnegidentifikasi data

– data yang ada pada keluarga.

Asumsi yang mendasari adalah keluarga sebagai sistem sosial, merupakan

kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberikan batasan 6 kategori

dalam memberikan pertanyaan – pertanyaan saat melakukan pengkajian :

a. Data pengenalan keluarga

b. Riwayat dan data perkembangan keluarga

c. Data lingkungan

d. Struktur keluarga

e. Fungsi keluarga

f. Koping keluarga

Setiap kategori terdiri dari banyak sub kategori, perawat yang mengkaji

keluarga harus mampu memutuskan kategori mana yang relevan dengan kasus

yang dihadapi sehingga dapat digali lebih dalam pada saat kunjungan, dengan

demikian masalah dalam keluarga dapat mudah diidentifikasi. Tidak semua dari
kategori harus di kaji tetapi tergantung pada tujuan, masalah dan sumber-sumber

yang dimiliki oleh keluarga.

Berikut adalah uraian dari pengkajian keluarga model Friedman :

2) Identifikasi Data Keluarga

Informasi identifikasi tentang anggota keluarga sangat diperlukan untuk

mengetahui hubungan masing-masing anggota keluarga dan sebagi upaya

untuk lebih mengenal masing-masing anggota keluarga.

Data yang diperlukan meliputi :

1. Nama keluarga

2. Alamat dan Nomor telepon

3. Komposisi Keluarga

Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang diidentifikasi

sebagai bagian dari keluarga mereka. Friedman dalam bukunya

mengatakan bahwa komposisi tidak hanya terdiri dari penghuni rumah,

tetapi juaga keluarga besar lainnya atau keluarga fiktif yang menjadi

bagian dari keluarga tersebut tetapi tidak tinggal dalam rumah tangga yang

sama.

Pada komposisi keluarga, pencatatan dimulai dari anggota keluarga yang

sudah dewasa kemudian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang

tertua, bila terdapat orang lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut

dimasukan dalam bagian akhir dari komposisi keluarga.

3) Tipe Bentuk Keluarga


Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam satu rumah.

Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi dan genogram dalam keluarga.

4) Latar Belakang Budaya Keluarga

Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang penting untuk memahami

perilaku sistem nilai dan fungsi keluarga, karena budaya mempengaruhi dan

membatasi tindakan-tindakan individual maupun keluarga. Perbedaan budaya

menjadikan akar miskinnya komunikasi antar individu dalam keluarga. Dalam

konseling keluarga kebudayaan merupakan hal yang sangat penting.

5) Pengkajian terhadap kultur / kebudayaan keluarga meliputi :

a. Identitas suku bangsa

b. Jaringan sosial keluarga ( kelopok etnis yang sama )

c. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis

bersifat homogen)

d. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan Pendidikan

e. Bahasa yang digunakan sehari-hari

f. Kebiasaan diit dan berpakaian

g. Dekorasi rumah tangga (tanda-tanda pengaruh budaya)

h. Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial keluarga (apakah

porsi tersebut semata-mata ada dalam komunitas etnis)


i. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. Bagaimana

keluarga terlibat dalam praktik pelayanan kesehatan tradisional atau memiliki

kepercayaan tradisional yang berhubungan dengan kesehatan

j. Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu wilayah.

6) Identifikasi Religius

Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga, seberapa aktif keluarga

dalam melakukan ibadah keagamaan, kepercayaan dan nilai-nilai agama yang

menjadi fokus dalam kehidupan keluarga.

7) Status Kelas Sosial ( Berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan dan Pendapatan)

Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya hidup keluarga.

Perbedaan kelas sosial dipengaruhi oleh gaya hidup keluarga, karakteristik

struktural dan fungsional, asosiasi dengan lingkungan eksternal rumah.

Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga, perawat dapat mengantisipasi

sumber-sumber dalam keluarga dan sejumlah stresornya secara baik. Bahkan fungsi

dan struktur keluarga dapat lebih dipahami dengan melihat latar belakang kelas

sosial keluarga. Hal-hal yang perlu dikaji dalam status sosial ekonomi dan mobilitas

keluarga adalah :

a. Status kelas Sosial

Status kelas sosial keluarga ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan keluarga

dan sumber pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan keluarga. Friedman

membagi kelas sosial menjadi enam bagian yaitu kelas atas-atas, kelas atas
bawah, kelas menegah atas, kelas menengah bawah, kelas pekerja dan kelas

bawah.

b. Status Ekonomi

Status ekonomi ditentukan oleh jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga.

Perlu juga diketahui siapa yang menjadi pencari nafkah dalam keluarga, dana

tambahan ataupun bantuan yang diterima oleh keluarga, bagaimana keluaraga

mengaturnya secara finansial. Selain itu juga perawat perlu mengetahui

sejauhmana pendapatan tersebut memadai serta sumber-sumber apa yang

dimiliki oleh keluarga terutama yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

seperti asuransi kesehatan dan lain-lain.

c. Mobilitas Kelas Sosial

Menggambarkan perubahan yang terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya

perubahan kelas sosial, serta bagaimana keluarga menyesuaikan diri terhadap

perubahan tersebut.

8) Aktifitas rekreasi keluarga

Kegiatan-kegiatan rekreasi keluarga yang dilakukan pada waktu luang. Menggali

perasaan anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi pada waktu luang. Bentuk

rekreasi tidak harus mengunjungi tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga

memanfaatkan waktu luang untuk melakukan kegiatan bersama (nonton TV,

mendengarkan radio, berkebun bersama keluarga , bersepeda bersama keluarga dll)

9) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini


2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga Inti.

Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian

terhadap pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang

bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau

pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian, kematian,

kehilangan)

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua (riwayat kesehatan, seperti

apa keluarga asalnya, hubungan masa silam dengan kedua orang tua)

10) Lingkungan Keluarga

Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari pertimbangan bidang-

bidang yang paling kecil seperti aspek dalam rumah sampai komunitas yang

lebih luas dimana keluarga tersebut berada. Pengkajian lingkungan meliputi :

1. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :

a. Tipe tempat tinggal (rumah sendiri, apartemen, sewa kamar)

b. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior

rumah meliputi : jumlah ruangan, tipe kamar/pemanfaatan ruangan (ruang

tamu, kamar tidur, ruang keluarga), jumlah jendela, keadaan ventilasi dan
penerangan (sinar matahari), macam perabot rumah tangga dan penataannya,

jenis lantai, kontruksi bangunan, keamanan lingkungan rumah, kebersihan dan

sanitasi rumah, jenis septic tank, jarak sumber air minum dengan septic tank,

sumber air minum yang digunakan, keadaan dapur (kebersihan, sanitasi,

keamanan).

Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga terhadap rumah, identifikasi

teritorial keluarga, pengaturan privaci dan kepuasan keluarga terhadap

pengaturan rumah. Lingkungan luar rumah meliputi keamanan ( bahaya-bahaya

yang mengancam ) dan pembuangan sampah.

2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih

Luas, menjelaskan tentang :

a. Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi : tipe lingkungan atau

komunitas (desa, sub kota, kota), tipe tempat tinggal (hunian, industri, hunian

dan industri, agraris, kebiasaan, aturan atau kesepakatan, budaya yang

mempengaruhi kesehatan, lingkungan umum (fisik, sosial, ekonomi)

b. Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas, meliputi kelas

sosial rata-rata komunitas, perubahan demografis yang sedang berlangsung.

c. Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas-fasilitas

umum lainnya seperti pasar, apotik dan lain-lain

d. Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh keluarga

e. Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh keluarga

dalam mengakses fasilitas yang ada.

f. Insiden kejahatan disekitar lingkungan.


3. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas keluarga ditentukan oleh : kebiasaan keluarga berpindah tempat,

berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut, riwayat mobilitas

geografis keluarga tersebut ( transportasi yang digunakan keluarga,

kebiasaan anggota keluarga pergi dari rumah : bekerja, sekolah ).

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul

serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga

melakukan interak dengan masyarakat. Perlu juga dikaji bagaimana

keluarga memandang kelompok masyarakatnya.

5. Sistem pendukung keluarga

Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,

dukungan konseling aktifitas-aktifitas keluarga. Yang termasuk pada

sistem pendukung keluarga adalah Informal (jumlah anggota keluarga

yang sehat, hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana keluarga

memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan)

Dan formal yaitu hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang

berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga lain yang terkait

(ada tidaknya fasilitas pendukung pada masyarakat terutama yang

berhubungan dengan kesehatan).

11) Struktur Keluarga


Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah :

1. Pola dan komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, sistem komunikasi

yang digunakan, efektif tidaknya ( keberhasilan ) komunikasi dalam keluarga.

2. Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi orang lain/anggota

keluarga untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang digunakan dalam

mengambil keputusan, yang berperan mengambil keputusan, bagaimana

pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut.

3. Struktur Peran

Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :

a. Struktur peran formal

1) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan gambaran keluarga

dalam melaksanakan peran tersebut.

2) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten dengan harapan

keluarga, apakah terjadi konflik peran dalam keluarga.

3) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara kompeten.

4) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan

b. Struktur peran informal

1) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas yang ada dalam

keluarga, serta siapa yang memainkan peran tersebut dan berapa kali peran

tersebut sering dilakukan secara konsisten.


2) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada tidaknya peran

disfungsional serta bagaimana dampaknya terhap anggota keluarga.

c. Analisa Model Peran

1) Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi anggota keluarga

dalam kehidupan awalnya, memberikan perasaan dan nilai-nilai tentang

perkembangan, peran-peran dan teknik komunikasi.

2) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran bagi pasangan

dan sebagai orang tua.

d. Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran :

1) Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar belakang kelas sosial

mempengaruhi struktur peran formal dan informal dalam keluarga.

2) Pengaruh budaya terhadap struktur peran

3) Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap struktur peran.

4) Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur peran.

e. Nilai-Nilai Keluarga

Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga menurut Friedman adalah

1) Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga

2) Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya

3) Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga


4) Identifikasi sejauh mana keluarga menganggap penting nilai-nilai keluarga

serta kesadaran dalam menganut sistem nilai.

5) Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga

6) Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap perkembangan

keluarga terhadap nilai keluarga

7) Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.

12) Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman meliputi :

1. Fungsi Afektif

Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi :

a. Pola kebutuhan keluarga

1) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan anggota keluarganya,

serta bagaimana orang tua mampu menggambarkan kebutuhan dari

anggota keluarganya.

2) Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau keinginan masing-

masing anggota keluarga

b. Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga

1) Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada anggota keluarga satu

sama lain serta bagaimana mereka saling mendukung

2) Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab dan intim satu sama

lain, serta bentuk kasih sayang yang ditunjukkan keluarga.

c. Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga


Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang perpisahan dan

keterikatakan serta sejauhmana keluarga memelihara keutuhan rumah

tangga sehingga terbina keterikatan dalam keluarga.

2. Fungsi sosialisasi

Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :

a. Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol perilaku sesuai

dengan usia, memberi dan menerima cinta serta otonomi dan

ketergantungan dalam keluarga.

b. Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak.

c. Bagaimana anak dihargai dalam keluarga

d. Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan anak

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak

f. Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat masalah

dalam membesarkan anak

g. Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan perkembangan anak.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi :

a. Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada

keluarganya.

1) Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan kesehatan

2) Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.


3) Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau perubahan

penting yang berhubungan ddengan masalah kesehatan yang

dihadapi.

4) Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat

b. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan.

c. Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap anggota

keluarga yang sakit.

d. Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara lingkungan

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.

13) Koping Keluarga

Pengkajian koping keluarga meliputi :

1. Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami oleh

keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh

keluarga.

2. Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang

dihadapi.

3. Sejauh mana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa

yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta strategi

koping internal dan eksternal yang digunakan oleh keluarga.

4. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.

Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif : kekerasan,

perlakukan kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan, ancaman,


mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak, pseudomutualitas,

triangling dan otoritarisme.

A. Diagnosa Keperawatan

Menurut Salvari (2013) diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang

menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau

aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun

intervensi masalah keperawatan. Kolaborasi dan koordinasi dengan anggota tim

lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan

kurangnya pelayanan kesehata. Dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai

berikut :

1. Problem atau masalah

Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh

keluarga atau anggota keluarga.

2. Etiologi

Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima

tugas keluarga, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang bada di masyarakat

Seraca umum faktor – faktor yang berhubungan dengan etiologi dari diagnosa

keperawatan keluarga adalah :


1) Ketidakmampuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan

persepsi)

2) Ketidakmampuan (sikap dan motivasi)

3) Dan ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu prosedur

atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas,

system pemdukung,lingkungan fisik dan psikologis).

3. Symtom

Sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari keluarga

secara langsung atau tidak langsung. Tipologi diagnosa keperawatan keluarga

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Diagnosa actual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh

keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

b. Diagnosa resiko atau resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum

terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi

dengan cepat apabila ridak segera mendapat banbtuan perawat.

c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga telah mampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang

kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

4. Diagnosa yang sering muncul

a. Ansietas

b. Defisit Pengetahuan

c. Koping Tidak efektif

d. Ketidakmampuan Koping Keluarga


e. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga

B. Intervensi Keperawatan

Menurut APD Salvari (2013), rencana keperawatan keluarga adalah

sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam

memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari

masalah keperawatan yang sering muncul

a. Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :

1. Menentukan sasaran atau goal Sasaran adalah tujuan umum yang

merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya, dimana

masalah (Problem) digunakan untuk merumuskan tujuan akhir (TUM)

2. Menentukan tujuan atau objektif Objektif merupakan pernyataan yang

lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang diharapkan dari

tindakan perawatan yang akan dilakukan, dimana penyebab (Etiologi)

digunakan untuk merumuskan tujuan (TUK).

3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat

masalah dan sumbersumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.

4. Menentukan kriteria dan standart criteria

Kriteria merupakan tanda atau indicator yang digunakan untuk

mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standart menunjukkan tingkat


performance yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku

yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai

b. Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :

1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu

yang sesuai dengan kondisi klien.

2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur

3. Rencapa tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang

dimiliki oleh keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga

tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.

4. Standart Intervensi Keperawatan Keluarga

Standart mengacu kepada lima tugas kel uarga sedangkan kriteria

mengacu kepada 3 hal, yaitu :

a. Pengetahuan (kognitif) intervensi ini ditujukan untuk

memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan saran kepada

keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga.

b. Sikap (afektif) intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga

dalam berespon emosional. Sehingga dalam keluarga terdapat sikap

terhadap masalah yang dihadapi.

c. Tindakan (Psikomotor) intervensi ini ditujukan untuk membantu

anggota keluarga dalam perubahan perilaku yang merugikan ke

perilaku yang menguntungkan.


C. Implementasi (Penatalaksanaan)

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan

keluarga dimana perawat mendpatkan kesempatan utnuk membangkitkan

minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat.

Pelaksanaan tindakan keperawatan keluargadidasarkan kepada asuhan

keperawatan keluarga yang telah disusun.

D. Evaluasi

Tahap evaluasi merupaka kegiatan yang membandingkan antara hasil,

implementasi dangan kriteria dan standart yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu

disusun rencana keperawatan yang baru. Metode evaluasi keperawatan,

yaitu :

a. Evaluasi formatif (proses)

Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan

bertujuan untuk menilai hasil implemen tasi secara bertahap sesuai

dengan kegiatan yang dilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif ini

biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem SOAP.

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menulai secara kseluruhan,

sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau

laporan ringkas.
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MILLITUS

1. Definisi Diabetes Millitus 

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,

dengan tanda- tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya

gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam

tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai

juga gangguan metabolisme lemak dan protein. Diabetes mellitus adalah gangguan

metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi

kronis mikrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak

cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin

itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau

kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam

waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,

khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi

kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal), syaraf (dapat terjadi stroke) (WHO, 2011)

Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah

suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya


sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari

insulin atau keduanya.

2. Klasifikasi Diabetes Millitus

Berdasarkan Perkeni (2006) diabetes, diklasifikasikan menjadi:

a. Diabetes Mellitus Tipe-1

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, yangdisebabkan

oleh: autoimun dan idiopatik

b. Diabetes Mellitus Tipe-2

Penderita diabetes mellitus tipe-2 memiliki satu atau lebih keabnormalan di bawah

ini, antara lain:

 Defisiensi insulin relatif: insulinyang disekresi oleh sel-β pankreas untuk

memetabolisme tidak mencukupi (Kumar et al, 2005).

 Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif (Perkeni, 2006).

c. DM Gestational (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)

Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu hamil gagal

mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM,

kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya

hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia.Hal ini terjadi karena bayi dari

ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan

makrosomia.Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat

risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.

3. Etiologi
Diabetes adalah suatu penyakit yang disebabkan karena peningkatan kadar gula

dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin absolut ataupun relatif.

Namun dari beberapa kasus juga ditemukan beberapa penyebab terjadinya diabetes

antara lain :

a.       Virus dan Bakteri

Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.

Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan

destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi

otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes

mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan

menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

b.      Bahan Toksik atau Beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan,

pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan

lain adalah sianida yang berasal dari singkong.

c.       Genetik atau Faktor Keturunan

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan.

Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar

terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak

menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit

yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi

penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang


membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.  (Soegondo S, dkk.

2009).

Penyebab lainnya dikategorikan berdasarkan tipe Diabeter yaitu :

a.       Diabetes Tipe I :

1)      Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah

terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA.

2)      Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana

antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan

insulin endogen.

3) Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin.

4) Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga
4. Patofisiologi

Pada diabetes melitus tipe1, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda,

yaitu :

a.       Tipe 1A, diduga pengruh genetik dan lingkungan memegang peran utama

untuk terjadinya kerusakan pancreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan

yang sangat erat.

b.      Tipe 1B berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok

penderita yang juga sering menunjukan manifestasi autoimun lainnya, seperti

Hasbimoto disease, pernisious anemia, dan myasthenia gravis. keadaan ini

berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30-50

tahun. Pada diabetes tipe 1 cenderung terjadi ketoasidosis diabetic.

Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu: resistesni insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya

insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat

terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkain reaksi dalam

metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Smeltzer & Bare,

2002 ). Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin

yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal

atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi diabetes tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2008 ).

5. Manifestasi Klinis

Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing

terutama malam hari, banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat.

Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan

dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun,

luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4 kg.Kadang-

kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka

mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan diemukan kadar

glukosa darahnya tinggi.

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :

Pada tahap awal sering ditemukan :

a.      Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai

melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic

diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien

mengeluh banyak kencing.

b.      Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan

banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak

minum.

c.       Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami

starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.

Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya

akan berada sampai pada pembuluh darah.

7.Penatalaksanaan

a.       Terapi farmakologi

1)      InsulinInsulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi

dari pankreas babi maupun sapi, tetapi kini telah dapat disintesis dengan

teknologi rekombinan DNA menggunakan E. Coli. Hormon ini

dimetabolisme terutama di hati, ginjal, dan otot (DEPKES RI, 2000).

2)      Obat hipoglikemia oral (OHO) Secara umum DM dapat diatasi dengan obat-

obat antidiabetes yang secara medis disebut obat hipoglikemia oral (OHO).

Obat ini tidak boleh sembarangan dikonsumsi karena dikhawatirkan

penderita menjadi hipoglikemia. Pasien yang mungkin berespon terhadap

obat hipoglikemik oral adalah mereka yang diabetesnya berkembang kurang

dari 5 tahun. Pasien yang sudah lama menderita diabetes mungkin

memerlukan suatu kombinasi obat hipoglikemik dan insulin untuk


mengontrol hiperglikemiknya. Obat-obat hipoglikemik oral dibagi atas 5

golongan:

a. Golongan sulfonilurea

Sulfonilurea menstimulasi sel-sel beta dari pulau Langerhans, sehingga

sekresi insulin ditingkatkan. Di samping itu kepekaan selsel beta bagi

kadar glukosa darah juga diperbesar melalui pengaruhnya atas protein

transpor glukosa. Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes mellitus

tipe II yang tidak begitu berat, yang sel-sel betanya masih bekerja cukup

baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini juga memperbaiki kepekaan organ

tujuan bagi insulin dan menurunkan absorbsi insulin oleh hati

b. Golongan Biguanide

Metformin adalah satu-satunya golongan biguanid yang tersedia, bekerja

menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di

jaringan. Obat ini hanya efektif bila terdapat insulin endogen. Kelebihan

dari golongan biguanid adalah tidak menaikkan berat badan, dapat

menurunkan kadar insulin plasma, dan tidak menimbulkan masalah

hipoglikemia (DEPKES RI, 2000).

c. Golongan penghambat alfa glukosida

Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan dengan dosis 150-

600 mg/ hari yang menghambat alfa-glukosidase, suatu enzim pada

lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosedan karbohidrat

kompleks. Obat ini efektif pada pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan

kadar glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl. Akarbose bekerja
menghambat alfa-glukosidase sehingga memperlambat dan menghambat

penyerapan karbohidrat (DEPKES RI, 2000).

d. Thiazolidindion

Thiazolidindion merupakan obat baru yang efek farmakologinya dan

berupa penurunan kadar glukosa darah dan insulin dengan jalan

meningkatkan kepekaan insulin dari otot, jaringan lemak, dan hati. Zat

ini tidak mendorong pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin

seperti pada sulfonilurea

e. Meglitinida

Kelompok obat terbaru ini bekerja menurunkan suatu mekanisme khusus,

yaitu mencetuskan pelepasan insulin dari pankreas segera sesudah

makan. Meglitinida harus diminum cepat sebelum makan, dan karena

reabsorpsinya cepat maka mencapai kadar puncak dalam satu jam.

Insulin yang dilepaskan menurunkan glukosa darah secukupnya.

Ekskresinya juga cepat, dalam 1 jamsudah dikeluarkan tubuh

b.      Terapi Non-Farmakologi

1)      Pencegahan komplikasi

2)      Berhenti  merokok

3)      Mengoptimalkan  kadar kolesterol

4)      Menjaga  berat tubuh yang stabil

5)      Mengontrol  tekanan darah tinggi

6)      Olahraga teratur dapat bermanfaat :

a. Mengendalikan kadar glukosa darah


b. Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)

c. Membantu mengurangi stres

d. Memperkuat otot dan jantung

e. Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)

f. Membantu menurunkan tekanan darah

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes (Brunner and Suddarth, 2002) :

1)      Diet

Prinsip penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah:

        Jumlah kalori sesuai kebutuhan

 Cara menentukan kebutuhan kalori:

         Kurus       :  BBx 40-60 kal/ hari

         Normal     :  BBx 30 kal/ hari

         Gemuk     :  BBx 20 kal/ hari

         Obesitas   :  BBx 10-15 kal/ hari

        Jadwal makan (6 kali) makan pagi- selingan pagi- makan siang- selingan

sore- makan malam- menjelang tidur. Jenis makanan, karbohidrat 60- 70%

kebutuhan kalori, protein 10- 15%, lemak 20- 25%, dan unsure kelumit atau

vitamin sesuai kebutuhan.

2)      Latihan

3)      Pemantauan

4)      Terapi (jika diperlukan)

5)      Pendidikan
Tujuannya untuk mendidik pengidap/ keluarganya mengenai pengetahuan dan

ketrampilan praktis diabetes mellitus sehingga ketaatan dan peran sertanya

meningkat, dan memiliki gaya hidup yang baik.

d.      Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh

berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan

protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah

cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak

sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e.       Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang

disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,

sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

6. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

a.       Pemeriksaan Fisik

1)      Pemeriksaan Vital Sign

Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah

dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi

dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi

infeksi.

2)      Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan

cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit

terasa gatal.

3)      Pemeriksaan Leher

Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP

(Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.

4)      Pemeriksaan Dada (Thorak)

Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat dan

dalam.

5)      Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)

Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.

6)      Pemeriksaan Abdomen

Dalam batas normal

7)      Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Sering BAK

8)      Pemeriksaan Muskuloskeletal

 Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan

9)       Pemeriksaan Ekstremitas

  Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal

10)    Pemeriksaan Neurologi

  GCS :15

  Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)

b.      Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

1)      Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan

dua jam post prandial > 200 mg/dl. Aseton plasma (aseton) : positif secara

mencolok. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt • Gas darah arteri

pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) • Alkalosis respiratorik •

Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi,

menunjukkan respon terhadap stress/infeksi. • Ureum/kreatinin : mungkin

meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal. • Amilase darah : mungkin

meningkat > pankacatitis akut. Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada

(pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan

insufisiensi insulin.

2)      Pemeriksaan fungsi tiroid 

peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan

kebutuhan akan insulin.

3)      Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna

pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

4)      Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan

jenis kuman.

7. Komplikasi
Ulkus diabetikmerupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada

penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetikantara lain :

a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari

ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan

ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi akut.

b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah

makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar,

kemudian mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah kecil bisa

menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga

yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan yang terakhir menimbulkan

gangren.

c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan

penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan

penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka infesi dalam ,

penyembuhan luka yang jelek.

d. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement

komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak

ditangani dengan prinsip steril.


Konsep Asuhan Keperawatan

a)      Pengkajian

1)      Identitas

Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia > 30 tahun, cenderung
meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok etnik di Amerika Serikat golongan Hispanik
serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar, jenis
kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan
pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola
makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang
pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang sedikit.

2)      Keluhan utama

(1)      Kondisi hiperglikemi:

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala.

(2)      Kondisi hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.

3)        Riwayat penyakit sekarang

Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan berlebih.
Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
4)        Riwayat kesehatan dahulu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin,


gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid,
thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.

5)        Riwayat kesehatan keluarga

Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak
dapat menghasilkan insulin dengan baik.

b)   Pemeriksaan Fisik

1)        Aktivitas dan Istirahat

Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau beijalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.

Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi,
disorientasi, koma.

2)        Sirkulasi

Gejala: adanya riwayat penyakit hipertensi, inpark miokard akut, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda:
takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung.

3)        Integritas ego

       Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.

Tanda: ansietas, peka rangsang.


4)        Eliminasi

Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan
berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.

5)        Makanan dan cairan

Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.

Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton.

6)        Neurosensori

Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan


penglihatan.

Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks


tendon menurun, kejang.

7)        Pernapasan

Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda:
pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.

8)        Seksualitas

Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.

9)        Penyuluhan
Gejala: fakor resiko keluarga DM, PJK, HT, stroke, penyembuhan yang lambat,
penggunaan obat steroid, diuretik, dilantin, fenobarbitol. Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik.

c.       Diagnosa Keperawatan

1)   Hipovolemia berhubungan dengan diuresis osmotik

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan adanya


keseimbangan volume cairan dan tidak teijadi syok hipovlemik.

Kriteria hasil: TTV stabil (N.80-88 x/menit, TD: 100-140/80-90 mmHg, S: 36,5-
37°C, RR: 16-22 x/menit), nadi perifer teraba, turgor kulit baik, CRT < 2 detik,
haluaran urine >1500-1700 cc/hari, kadar elektrolit urin dalam batas normal.

2)        Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan insulin.

Tujuan: setelahh diberikan tindakan 5x24 jam diharpakan nutrisi terpenuhi. Kriteria
hasil: peningkatan masa otot, nilai Hb normal, dapat menghabiskan porsi makanan
yang dihidangkan.

3)        Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
gangguan mikrovaskular.

Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5x24 jam diharapkan tidak terjadi
perubahan persepsi sensori penglihatan.

Kriteria hasil: pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur atau diplopia, visus 6/6,
nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam batas: natrium: 135-147 meq/l,
kalsium: 9-11 mg/dl, kalium: 3,5-5,5 meq/l, klorida: 100-106 meq/l.

4)        Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan adanya peningkatan


kemampuan dalam beraktivitas.
Kriteria hasil: pasien mengungkapkan badannya tidak letih atau berkurang, skala
kekuatan otot 5, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas.

5)        Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.


IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kesiapan Peninglatan Manajemen Kesehatan (D.0112) berhubungan dengan Kondisi

Klinis (Diabetes Melitus)

2. Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga (D.0123)


berhubungan dengan Kondisi Klinis (Diabetes Melitus)

V. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan (D.0112)

No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan Asuhan Edukasi Kesehatan (I.12383)
Manajemen Kesehatan
Keperawatan Keluarga Obsevasi :
(D.0112)
Katagori : Perilaku selama 2 minggu, masalah - Identifikasi kesiapan dan
Subkatagori :
Kesiapan Peningkatan kemampuan mencari
Penyuluhan dan
Pembelajaran Manajemen Kesehatan informasi.
dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor-faktor
1. Tindakan untuk yang dapat meningkatkan
mengurangi faktor dan menurunkan motivasi
risiko. perilaku hidup sehat.
2. Aktivitas keluarga Terapeutik :
mengatasi masalah - Sediakan materi dan media
dengan tepat. pendidikan kesehatan.
3. Kemampuan - Jadwalkan pendidikan
menjelaskan masalah kesehatan sesuai
kesehatan yang kesepakatan.
dialami. - Berikan kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi :
- Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan.
- Anjurkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
- Anjurkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup sehat.
2.Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga (D.0090)

NO. DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
2. Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan Asuhan Dukungan Koping Keluarga (I.
Koping Keluarga (D.0090) Keperwatan Keluarga selama 2 09260)
minggu maka masalah Kesiapan
Peningkatan Koping Keluarga Observasi
Membaik dengan kriteria hasil : - Identifikasi respon
1. Keterpaparan Informasi emosional terhadap
2. Kemampuan memenuhi kondisi saat ini
kebutuhan anggota
keluarga Terapeutik
3. Komitmen pada - Dengarkan masalah,
perawatan/pengobatan perasaan, pertanyaan
4. Perilaku bertujuan keluarga
5. Perilaku sehat - Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan dasar klien
- Fasilitasi memperoleh
pengetahuan
- Hargai dan dukung
mekanisme koping
adaptif yang digunakan

Edukasi
- Informasikan kemajuan
klien secara berkala

Anda mungkin juga menyukai