BAB Il
KEAUSAN
3.1. Pendahuluan
Beberapa jenis keausan yang dikenal sampai saat ini secara umum
adalah :
Keausan gesek (sliding wear, adhesive wear)
Keausan abrasi (abrasive wear)
Keausan fretting
= Keausan erosi
Secara skematis mekanisme keausan tersebut di atas dapat dilihat pada
gambar 3.1. Keausan gesek terjadi jika dua permukaan logam saling berkontak
dan bergerak relatif satu sama lain serta mengalami pembebanan. Keausan
abrasi_ terjadi jika permukaan logam berkontak dengan partikel abrasif yang
kasar dan keras. Keausan fretting terjadi_jika dua permukaan logam yang
berkontak tersebut saling bergerak bolak-balik, seperti ditunjukkan pada
gambar. Fretting umumnya terjadi pada bantalan-bantalan dan sambungan
yang dipasang secara press fitted maupun shrink fitted. Keausan erosi terjadi
jika permukaan logam dikenai partikel keras dan kasar dengan kecepatan
tertentu.
Pada sub bab berikut ini akan dibahas secara detail mengenai keausan
abrasi. Keausan ini sangat banyak terjadi dalam praktek sehari-hari
33dibandingkan dengan keausan yang lainnya. Keausan abrasi banyak ditemyj
Pada proses pemindahan tanah (earth moving process), penambangan
(mining), pemrosesan hasil tambang (mineral processing), Pertanian dan
industri lainnya.
3.2. Mekanisme Keausan Abrasi
Keausan abrasi dapat diklasifikasikan menjadi two body dan three body.
Klasifikasi tersebut didasarkan atas mekanisme yang terjadi antara_partikel
abrasif dengan permukaan logam. Disamping itu three body abrasive wear
dapat dibagi menjadi dua katagori yaitu open dan closed. Secara skematis
kondisi untuk tiap katagori keausan abrasi ini dapat dilihat pada gambar 3.2
‘Two body abrasive wear terjadi jika permukaan logam berkontak dan bergerak
‘elatif terhadap suatu permukaan keras yang sangat kasar atau sekelompok
Pantikel abrasif yang fixed. Hal ini terjadi misalnya pada proses gerinda,
Pengikiran, polishing dan sebagainya. Closed three body abrasive wear terjaci
Spabila ada partikel abrasit yang terperangkap diantara dua permukaan logam,
Dalam hal ini terdapat tiga bagian yang berkontribusi yaitu permukaan logam
Pertama, Permukaan logam ke dua dan partikel abrasif. Sedangkan open three
body abrasive wear terjadi jika suatu permukaan berkontak dengan sekelompok
artikel abrasif yang tidak fixed (loose). Dalam hal ini Pengaruh ke dua
Permukaan tersebut cukup besar. Baik untuk kasus open maupun closed three
body abrasive wear, partikel abrasifnya dapat berotasi karena tidak fixed
Untuk dapat melihat proses keausan abrasi dan juga untuk menentukan
besarnya keausan yang tetjad, diakukan analisis. seperti ditunjukkan_ pada
34gambar 3.3. Pada gambar tersebut partikel abrasif dianggap berbentuk kerucut.
Partikel abrasif dianggap cukup keras (jauh lebih keras daripada permukaan
logam) sehingga yang mengalami deformasi hanyalah logamnya. Beban yang
bekerja pada partikel abrasif adalah P, jarak tempuh partikel relatif terhadap
permukaan adalah x dan kekerasan permukaan dinyatakan oleh H (kekerasan
indentasi). Sebagai besaran keausan dalam kasus ini digunakan volume aus, V.
Dari gambar 3.3 terlihat bahwa volume aus berbanding lurus dengan beban dan
Jarak tempuh, dan berbanding terbalik dengan kekerasan permukaan material.
Hubungan tersebut diperoleh secara analitis, sehingga peru dilakukan
Pengujian untuk memeriksa kebenaran hubungan tersebut
3.3. Penqujian Keausan Abrasi
Untuk melakukan pengujian keausan abrasi, perlu ditentukan lebih dahulu
Jenis eksperimen yang akan dilakukan dan peralatan yang akan digunakan. Alat
uji yang digunakan ditunjukkan secara skematis pada gambar 3.4. Alat tersebut
termasuk tipe pin-on-disc yang mana spesimen yang akan diuji berbentuk pin,
pin tersebut kemudian digesekkan dengan permukaan partikel abrasif, yang
dalam hal ini digunakan kertas abrasif. Gambar 3.5. menunjukkan lintasan yang
akan ditempuh oleh pin sewaktu bergesekan dengan partikel abrasif,
lintasannya berbentuk spiral. Hal ini untuk menjaga konsistensi kondisi
pengujian, karena pin akan selalu berkontak dengan partikel abrasif yang masih
baru
Beberapa jenis alat uji lain untuk keausan abrasi ditunjukan pada gambar-
gambar 3.6, 3.7, 3.8, 3.9, dan 3.10. Alat uji tersebut adalah untuk simulasi
35keausan abrasi three body. Terlihat di sini bahwa banyak Kemungkinan untuk
melakukan pengujian keausan abrasi. Tetapi perlu diperhatikan bahwa setiap
jenis pengujian bisa memberikan hasil yang berbeda, karena banyak faktor yang
mempengaruhi pengujian tersebut, termasuk di sini adalah keandalan alat
dalam hal simulasi proses keausan abrasi
Hasil pengujian dapat dilthat pada gamber-gambar 3.11 dan gambar 3.12.
Dari hasiltersebut dapat dihat bahwa jumiah kehilangan material berbanding
lurus dengan beban dan jarak tempuh atau jarak gesekan. Hal ini sesuai
Gengan perkiraan yang diperoleh dati model pada gambar 3.3. Pada gambar
3.13 dapat dilthat hasil pengujian yang menunjukkan hubungan antara
ketahanan aus dengan kekerasan material. Ketahan aus didefinisikan sebagai
kebalikan dari laju Keuasan. Laju keausan adalah besamya volume aus per
satuan beban per satuan jarak tempuh. Dari gambar 3.13 tersebut terlihat
bahwa ketahanan aus berbanding lurus dengan kekerasan (H) terutama untuk
(aerah kekerasan antara 100 sampai 300 kg/mm?. Dengan demikian hubungen
yang menyatakan bahwa volume aus berbanding terbalik dengan kekerasan
adalah benar, paling tidak untuk daerah kekerasan tersebut,
Beberapa hasil pengujian lain juga ditunjukkan pada gambar 3.14, 3.15
keausan abrasi, Dengan menggunakan data-datatersebut _ataupun
kecenderungan yang ada, maka Performans suatu material terhadap keausan
dapat diperkirakan. Secara umum, untuk meningkatkan kelahanan aus atau
memperkecil Keausan maka beban dan jarak tempuh harus diperkecil ataukekerasan material harus ditingkatkan. Namun demikian masih banyak faktor
lain yang perlu diperhatikan seperti halnya faktor paduan material, struktur
material, ingkungan dan sebagainya
3.4, Keausan Erosi
Keasuan erosi adalah suatu fenomena yang mana suatu permukaan
mendapat hantaman partikel keras, sehingga ada bagian permukaan yang
terkelupas. Dalam hal ini yang menjadi faktor utama penyebab keausan adalah
adanya partikel keras yang mempunyai kecepatan sewaktu mengenai
permukaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keausan erosi :
4
2.
9.
‘Sudut datangnya partike!
Rotasi partikel sewaktu mengenai permukaan
Kecepatan partikel sewaktu mengenai permukaan
Ukuran partikel
Sifat permukaan
Bentuk permukaan
Kekuatan permukaan
Bentuk dan kekuatan partikel
Kosentrasi partikel dalam aliran
10. Sifat gas pembawa partikel dan temperatur
Hubungan antara besarya volume yang terlepas dari permukaan dengan
faltor-faktor tersebut di atas dapat diturunkan dengan menggunakan beberapa
asumsi sebagai berikut :
371. Partikel cukup kaku dan tidak pecah sewaktu mengenai permukaan.
2, Rotasi partikel selama proses pemotongan dianggap kecil
Dengan asumsi tersebut diperoleh
2 x7)?
ve ome costa (7)
+}
afm)
I
dengan :
V_ = volume material yang terlepas dari permukaan
M = massa total partikel yang mengenai permukaan
m = massa tiap partikel
1 = momen inersia massa partikel terhadap titik beratnya
' = jarijari rata-rata partikel
« = sudut datangnya partikel
U = __kecepatan partikel
p= _ kekuatan tekan material permukaan
= petbandingan antara volume material yang terlepas
terhadap volume yang terdeformasi
x = kecepatan horizontal ujung partikel pada saat proses
pemotongan berhenti
Proses pemotongan atau pengikisan permukaan bethenti ka :
1. artikel berhenti pada permukaan, X, = 0
2. Partikel meninggalkan permukaan, Y, = 0Dengan demikian mensubstitusikan harga-harga tersebut di atas ke dalam
persamaan sebelumnya, maka diperoleh
a .
v= SMU" (cosa) untuk XT = 0
( “}
4p) 14
I
2 2
v= SMUT 2 | sin? 2502 | untuk Yt = 0
mr?) P
4p] 1+
T
dengan i
mr
14m
Volume aus maksimum terjadi pada tan2a = P. Umumnya I amr? dan
dengan menggunakan K = 2 dan P = 0,5 ; maka keausan maksimum terjadi
pada a = 13°. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.17.CLASSIFICATION OF MECHANICAL WEAR
— SLIDING WEAR (ADHESIVE WEAR)
— ABRASIVE WEAR
— FRETTING
- EROSIVE WEAR
SLIDING WEAR FRETTING
See eens
room ieabvarrer
EROSIVE WEAR
Gambar 3.1. Model Keausan
40TWO BODY
a
rman noon
(MATERIAL REMOVAL OPERATIONS : GRINDING, FILING, ETC.)
THREE BODY
OPEN
CLOSED
GIRS
(MINING, AGRICULTURAL INDUSTRY, ETC.)
Gambar 3.2. Model Keausan abrasi
aABRASIVE WEAR MODEL
Abrasive Cone
r =z cote
H= Pine
Volume removed :
Ve=rzx
Vv
? x tano
=Pxtano
ve aH
=KPx
M H
Gambar 3.3. Model partikel tunggal ( kerucut )
42LOAD
PIN
ABRASIVE
PAPER
DISC
‘Schematic diagram of pin-on-disc test
Gambar 3.5. Skema pengujian pin - disc [3]
44Bau —t
eusHiNG
ennvcan
wean
sree
SLOT IN
FLAT wear eS
SPECIMEN
<_.
aed,
Robinowicz’s closed three - body abrasive wear tester
Gambar 3.6. Pengujian abrasi tipe Robinowicz B)
45,‘Toporov's closed three-body abrasive wear tester
Gambar 3.7, Pengujian abrasi tipe Toporov [3]
46Te) jaaynsaqany adi iseuqe uelinBuad ‘9'€ eque
{
ae
4Jaqsa} eam aniseige jaaym seqany
Lo
Eris
susnpoworH>
LALA
U3ddOH 3wsrUeY
i
imASTIC
tue]
STRAIN GAGE
BRIDGES /
SPECIMEN)
SPEOMEN
T "ABRASIVE
COLLECTOR
sort
GEAR 80x
ih no. 1760c0m
2.¢. MOTOR
‘Schematic view of closed three body abrasive wear tester
Gambar 3.9. Pengujian abras! tipe Mista [3]
48Lp] uyuewoos seqany adn jseuqe uelinBued “OL € 1eaWED
4Je}s0} seam onjseiqe Apog e044) odo Jo WesBe|p oHeWOYOS
LHOIEM
¥31iNN09
x08 wy39 sore
hoc | Mo¥ O94 “ano!
— u3NIvINOD
S3ASvUBY
{i Nn1d3¢S 83M
¥3010H
NBWID3dS
2 i
39V9 NIVYLS
7 LHOI3K
9NIO¥O1os
le] uegag ueBuap yesaq uebuejYay exeyue UeBUNGNH “| 1"e JeqweD
peo] palidde jo uoyouny e se sso} YBIoM\
= (6x) Q¥O7 O3Meey
os ov ot oz o °
(oz01 IsIv ’
(6m) SS07 LHOIBM[el yndwiey yevel ueBuap ye10q ueBueyyay eueyue ueGUNaNH Zhe JeaweO
Sue} 1ea7A Jo uoHoUny B se SSO] UBIOM
(4) HLONST Hivd YV3M
sz oz
0201 ISIV
sl ol s'0 °
ol
(64) SSO1 LHOIBMWEAR RESISTANCE (Kg m/mm?)
25
20-
Ww. Gat (ym)
PARTICLE 60004.5) ~]
size k i
nm
14,5 0.05
22,3 O12
3404
46 (OIG 4
65 OT
ms 0.19
320 (34) 4
240 (46)
180 (65)
120 (15)
200 400
VICKERS HARDNESS (kg/mm)
Wear rate as a function of Vickers Hardness
Gambar 3.13. Hubungan antara ketahanan aus dengan
kekerasan material [3]
52Le] siseige jaxued uesnyn ueBuap uesnee} nfe) exejue ueBungnH ‘pte zeques:
* gzys ajayqued anyseuge yo vo}souny & Se 23e4 1PAH
(wi) 3971S 3101LuVd JAISVESY
os! oo! os °
°
osz 002
(w byw) 3ivE UVa
WONINATY (3N30UVH HOH &
WANTUNTY G37VENNY O
1 L anes ca —t.ty 20) (w bx /,ww) 31Ve UVM
¥s
Le] uawsads siual edeseqag ynqun
syseige jeyqued ueinyn ueBuap uesneay nie ezeque UeBUNGNH ‘S1'e eqWeD
az}s a[ayqued antseage Jo uoLZouNy e Se 2321 1eay
(w7) 3721S 319ILuvd ZAISVUBY
osz o0z ost oot See °.
—
2
c
AoW 1221S "AD 20) (ws OX/wW) Biv NV3M
o
°Le] asad ueyedeoay ueBuap sne ueveyeyoy euejue ueGUNGNH “OLE sequed
uny @ se eoUR}s}SO1 JOM
pads Bulplis Jo UO!
(331/uw) O33dS ONIGITS
ol '
“i
(uw /ox W) BINVISISSY UVMGambar 3.17. Mekanisme keausan erosi_ [5]