Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DAN SUHU

ZEOLIT TERHADAP PENURUNAN KADAR FREE FATTY


ACID (FFA) PADA MINYAK JELANTAH
MENGGUNAKAN METODE ADSORPSI

TUGAS AKHIR

Oleh:

NUR WAHIDAH USMAN


NIM : 17TKM213

Diajukan untuk memenuhi sabagian persyaratan


guna menyelesaikan program Diploma Tiga
Jurusan Teknik Kimia Mineral

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R. I
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DAN SUHU


ZEOLIT TERHADAP PENURUNAN KADAR FREE
FATTY ACID (FFA) PADA MINYAK JELANTAH
MENGGUNAKAN METODE ADSORPSI
NAMA MAHASISWA : NUR WAHIDAH USMAN
NOMOR STAMBUK : 17TKM213
JURUSAN : TEKNIK KIMIA MINERAL

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Rachma, STP., M.M Flaviana Yohanala PT, S.ST., M.T

NIP:19561010 197903 2 005 NIP:199000911 201801 2 001

Mengetahui :

Direktur Politeknik ATI Makassar, Ketua Jurusan

Teknik Kimia Mineral,

Ir. Muhammad Basri, MM Andi Arninda, ST.,M.Si

NIP: 19680406 199403 1 003 NIP: 19771030 200604 2 001

ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diterima oleh Panitia Ujian Akhir Program Diploma Tiga (D3) yang
ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Politeknik ATI Makassar
Nomor : 214 /KPTS/BPSDMI/ATI-MAKASSAR/II/2020 yang telah dipertahankan di
depan Tim Penguji pada hari Senin tanggal 28 Oktober 2020 sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik Kimia Mineral Politeknik ATI
Makassar.

PANITIA UJIAN :

Pengawas : 1. Kepala BPSDMI Kementerian Perindustrian R.I.

2. Direktur Politeknik ATI Makassar

Ketua : DR. Idi Amin, ST., M.Si (……………………………….)

Sekretaris : Syardah Ugra Al Adawiyah, M.Pd., M.Sc (………………………….……)

Penguji I : DR. Idi Amin, ST., M.Si (……………………………….)

Penguji II : Syardah Ugra Al Adawiyah, M.Pd., M.Sc (……………………………….)

Penguji III : Sri Diana, SS., M.Ed (……………………………….)

Pembimbing I : Rachma, STP., M.M (……………………………….)

Pembimbing II : Flaviana Yohanala PT, S.ST., M.T (…………………………….…)

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Wahidah Usman

NIM : 17TKM213

Jurusan : TEKNIK KIMIA MINERAL

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai
dengan hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia bahwa tugas akhir
saya adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut tanpa melibatkan institusi Politeknik ATI Makassar atau
orang lain.

Makassar, 19 Oktober 2020


Yang menyatakan,

(Nur Wahidah Usman)

iv
KATA PENGANTAR
Tak henti-hentinya lisan ini selalu memuji nama Allah SWT yang senantiasa
memberikan kami rahmat, hidayah, nikmat kesehatan dan kesempatan serta
kemudahan dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi Dan
Suhu Zeolit Terhadap Penurunan Kadar Free Fatty Acid (FFA) Pada Minyak
Jelantah Menggunakan Metode Adsorpsi”. Dan tak lupa pula salawat serta
salam selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. serta para
keluarga dan sahabat yang membawa kita dari zaman kebodohan sampai zaman
intelektual seperti yang kita rasakan seperti saat ini.

Laporan Tugas Akhir adalah laporan karya ilmiah mahasiswa dari hasil
penelitian, sekaligus sebagai laporan akhir studi yang wajib disusun oleh setiap
mahasiswa yang telah menduduki semester akhir, guna menyelesaikan studinya
pada Program Diploma Tiga (D3) di Politeknik ATI Makassar.

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai hasil penelitian selama kuliah kerja
praktek di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Politeknik ATI Makassar,
mahasiswa D-III jurusan Teknik Kimia Mineral Politeknik ATI Makassar. Mulai
pelaksanaan penelitian hingga selesainya penulisan laporan ini, penulis tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberi begitu banyak nikmat-Nya yang tak dapat
terhitung;
2. Keluarga tercinta yaitu ayahanda Usman Syamsuddin, Nenek Hj.Nurliah,
Tante Jumriah Ali, Tante Dinar Muis, Tante Kurniatih Muis dan seluruh
keluarga besar saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu semoga Allah
selalu menjaga nya beserta keluarga yang senantiasa selalu memberikan
dukungan spiritual, moril, fasilitas sehingga kami dapat termotivasi akan
dukungan yang diberikan;
3. Bapak Ir. Muhammad Basri,MM., selaku Direktur Politeknik ATI Makassar;
4. Ibu Hj. Andi Arninda, ST., M.Si, selaku ketua Jurusan Teknik Kimia Mineral
yang selalu memberikan arahan dan motivasi bagi teman-teman mahasiswa
terkhusus Teknik Kimia Mineral;
5. Ibu Rachma, STP., M.M, selaku pembimbing I tugas akhir yang tak henti-
hentinya memberi arahan dalam memperbaiki isi laporan tugas akhir kami;
6. Ibu Flaviana Yohanala Prista Tyassena, S.ST., M.T., selaku pembimbing II
tugas akhir yang dengan sabar membimbing dan memperbaiki tata
penulisan laporan tugas akhir yang kami susun;
7. Kakak Ahmad Sahwawi, S.T., selaku Pembimbing Kuliah Kerja Praktek yang
selalu memberikan arahan serta informasi mengenai mekanisme proses di
CV.Garuda Energi Nusantara Oil.

v
8. Teman-teman mahasiswa angkatan 2017 Politeknik ATI Makassar yang
banyak memberikan informasi dan semangat;
9. Senior-senior Teknik Kimia yang begitu banyak memberi bantuan serta
informasi yang memadahi. Serta masih banyak lagi yang tak sempat kami
sebutkan satu per satu. Semoga Allah senantiasa memberkahi ilmu kita
sehingga kita dapat mengaplikasikannya dengan bijak dalam kehidupan kita
sehari-hari.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan laporan Tugas Akhir ini, maka saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan ini. Akhirnya
semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Makassar, 19 Oktober 2020

Penulis

(Nur Wahidah Usman)

vi
ABSTRAK
NUR WAHIDAH USMAN.2020. Pengaruh Variasi Konsentrasi Dan Suhu Zeolit
Terhadap Penurunan Kadar Free Fatty Acid (FFA) Pada Minyak Jelantah
Menggunakan Metode Adsorpsi. Dibawah bimbingan RACHMA sebagai
pembimbing I dan FLAVIANA YOHANALA PRISTA TYASSENA sebagai pembimbing
II.

Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang digunakan untuk mesin


diesel. Bahan baku pembuatan biodiesel berasal dari lemak hewani atau minyak
nabati. Salah satu contoh minyak nabati yang digunakan untuk pembuatan
biodiesel adalah minyak jelantah (minyak goreng bekas). Minyak jelantah yang
akan di proses untuk pembuatan biodiesel memiliki kandungan free fatty acid
(FFA) / asam lemak bebas yang cukup tinggi, adanya kandungan FFA tersebut
akan menghambat proses pembuatan biodiesel dan akan mempengaruhi kualitas
biodiesel. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan pre-treatment
berupa proses adsorpsi menggunakan adsorben untuk menurunkan kadar FFA
pada minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Adsorben yang
digunakan dalam penelitian ini adalah karbon aktif dan zeolit.

Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Operasi Teknik Kimia Politeknik


ATI Makassar, sejak tanggal 18 agustus hingga 28 agustus 2020. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian eksperimen yaitu dengan mengetahui pengaruh
penambahan konsentrasi zeolit terhadap penurunan kadar FFA dan pengaruh
suhu proses adsorpsi terhadap penurunan kadar FFA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kadar FFA dengan variasi


konsentrasi zeolit 5%, 8% dan 11% masing-masing adalah 0,6942%, 0,6050% dan
0,5367%. Sedangkan kadar FFA dengan variasi suhu 50°C, 70°C dan 90°C masing-
masing adalah 0,5692%, 0,5677% dan 0,5587%. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi zeolit 11% merupakan konsentrasi terbaik untuk
menurunkan kadar FFA dan suhu 90°C merupakan kondisi suhu terbaik untuk
menurunkan kadar FFA.

Kata kunci : Minyak jelantah, Free Fatty Acid (FFA), adsorpsi, zeolit.

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ..................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................ ........ 2
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4


A. Minyak Jelantah Sebagai Bahan Baku Biodiesel ......................... 4
B. Proses Pembuatan Biodiesel ....................................................... 5
C. Free Fatty Acid (FFA) ................................................................... 8
D. Adsorpsi ...................................................................................... 9
E. Metode Penurunan Kadar Free Fatty Acid (FFA) ........................ 11
F. Kerangka Berpikir ......................................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 15


A. Tempat dan Waktu ..................................................................... 15
B. Alat dan Bahan ........................................................................... 15
C. Jenis Penelitian ........................................................................... 16
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 16
E. Analisis Data ............................................................................... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 19


A. Hasil ............................................................................................. 19
B. Pembahasan................................................................................ 20

BAB V PENUTUP ................................................................................... 23


A. Kesimpulan ................................................................................. 23
B. Saran .......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 24

viii
LAMPIRAN ................................................................................................ 27

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pengaruh Konsentrasi zeolit Terhadap Kadar FFA .......................... 19
Tabel 4.2 Pengaruh Suhu Adsorpsi Zeolit Terhadap Kadar FFA ...................... 19

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ........................................................................ 13
Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi Zeolit Terhadap Kadar FFA ..................... 21
Gambar 4.2 Pengaruh Suhu Proses Adsorpsi Terhadap Kadar FFA ................ 22

xi
DAFTAR ISTILAH
Free Fatty Acid (FFA) : Asam lemak bebas

Renewable : Dapat diperbaharui

Biodegradable : Dapat terurai

Esterifikasi : Reaksi antara asam lemak bebas dengan alkohol

menggunakan katalis asam

Transesterifikasi : Reaksi antara trigliserida dengan alkohol

menggunakan katalis basa

Minyak jelantah : Minyak goreng bekas

Adsorpsi : Proses penyerapan suatu zat cair atau gas pada

permukaan padatan

Pre-trearment : Perlakuan awal

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3.1 Gambar Proses Penelitian ......................................................... 28
Lampiran 3.5 Perhitungan Standarisasi NaOH ................................................ 29
Lampiran 4.1 Perhitungan Kadar FFA .............................................................. 29

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biodiesel adalah bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang

dihasilkan dari reaksi transesterifikasi antara minyak nabati atau lemak

hewani yang mengandung trigliserida dengan alkohol seperti metanol dan

etanol. Penggunakaan bahan bakar biodiesel dinilai sangat ramah lingkungan

karena hasil pembakarannya berupa CO2 dan bahan baku pembuatan

biodiesel merupakan bahan organik. Biodiesel dibuat dari minyak jelantah

(minyak goreng bekas) dengan proses transesterifikasi menggunakan katalis

basa kuat dan alkohol sehingga menghasilkan metil ester.

Salah satu contoh minyak nabati yang dapat dimanfaatkan untuk

pembuatan biodiesel antara lain minyak goreng bekas. Bahan ini dinilai lebih

ekonomis dan berdayaguna. Namun kekurangannya adalah kandungan free

fatty Acid ( asam lemak bebas) yang tinggi dan adanya senyawa pengotor

lainnya. Free fatty acid merupakan hasil degradasi dari trigliserida sebagai

akhir dari kerusakan minyak yang ditandai dengan adanya bau tengik,

perubahan warna dan tingginya viskositas.

Kadar FFA yang tinggi dapat menghambat reaksi pembentukan

biodiesel, karena KOH yang digunakan sebagai katalis akan bereaksi dengan

FFA membentuk sabun. Selain itu sabun yang dihasilkan akan mempersulit

1
proses pemurnian biodiesel. Oleh karena itu perlu dilakukan pre-treatment

terhadap minyak goreng bekas sebelum diproses menjadi biodiesel agar

kandungan FFA-nya dapat diturunkan.

Pre-treatment yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah

mengadsorpsi FFA menggunakan adsorben. Proses adsorpsi yang dilakukan

bertujuan agar trigliserida yang terdegradasi dapat diserap oleh adsorben.

Pada penelitian sebelumnya sudah pernah dilakukan adsorpsi dengan karbon

aktif. Menurut (Sari & Kamberan, 2019), karbon aktif dapat digunakan sebagai

adsorben namun hanya dapat menurunkan kadar FFA hingga 1,3% selain itu

karbon aktif mengalami kejenuhan pada konsentrasi tertentu. Oleh karena itu

peneliti berinisiatif untuk menambahkan proses adsorpsi menggunakan zeolit

agar didapatkan hasil yang maksimal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan adsorben zeolit terhadap penurunan

kadar FFA?

2. Bagaimana pengaruh suhu proses adsorpsi terhadap penurunan kadar FFA?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh penambahan adsorben zeolit terhadap penurunan

kadar FFA.

2. Mengetahui pengaruh suhu proses adsobsi terhadap penurunan kadar FFA.

2
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Dapat dijadikan sebagai salah satu rekomendasi dan masukan untuk

perusahaan dalam melakukan pre-treatment minyak jelantah yang akan

diolah menjadi biodisel.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi awal pada penelitian selanjutnya mengenai proses

penurunan kadar FFA pada minyak jelantah.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak Jelantah Sebagai Bahan Baku Biodiesel

Minyak yang telah dipakai menggoreng biasa disebut minyak jelantah.

Kebanyakan minyak jelantah sebenarnya merupakan minyak yang telah rusak.

Minyak yang tinggi kandungan LTJ (Lemak Tak Jenuh)-nya memiliki nilai

tambah hanya pada gorengan pertama saja, sementara yang tinggi ALJ (Asam

Lemak Jenuh)-nya bisa lebih lama lagi, meski pada akhirnya akan rusak juga

oleh proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi jenuh.

Penggunaan yang lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap

teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik (Ramdja & A

Fuad, 2010).

Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat bermanfaat

dari berbagai macam aspek ialah dengan mengubahnya secara proses kimia

menjadi biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga

merupakan minyak nabati, turunan dari CPO (Crude Palm Oil). Adapun

pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini menggunakan reaksi

transesterifikasi seperti pembuatan biodiesel pada umumnya dengan pre-

treatment untuk menurunkan angka asam lemak bebas pada minyak jelantah

(Akbar, 2008).

4
Minyak jelantah tergolong sebagai limbah organik yang banyak

mengandung senyawa hidrokarbon, bila terdegradasi dilingkungan akan

meningkatkan keasaman lingkungan, menimbulkan bau yang tidak sedap,

akibatnya menjadi mikroorganisme yang merugikan bagi manusia.

Pemanfaatan minyak goreng bekas untuk pembuatan biodiesel akan

memberikan beberapa keuntungan, diantaranya dapat mereduksi limbah

rumah tangga atau industri makanan dan mereduksi biaya produksi biodiesel

sehingga harganya lebih murah dibanding dengan menggunakan minyak

nabati murni (Akbar, 2008).

B. Proses Pembuatan Biodiesel

Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari

minyak nabati, baik minyak baru maupun bekas penggorengan melalui proses

transesterifikasi, esterifikasi, atau proses esterifikasi-transesterifikasi.

Biodiesel dihasilkan melalui proses pemecahan molekul trigliserida yaitu

dengan melepaskan tiga buah asam lemak. Pemecahan itu dilakukan dengan

metanol atau etanol dan dibantu katalisator. Tiga buah asam lemak itu

bereaksi dengan metanol atau etanol menjadi ester metil atau etil asam lemak

yang sifat fisiknya mirip dengan minyak solar (Prihandana, Hendroko, &

Nuramin, 2006).

Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi transesterikasi trigliserida dan

atau reaksi esterifikasi asam lemak bebas tergantung dari kualitas minyak

nabati yang digunakan sebagai bahan baku. Berdasarkan kandungan FFA

5
dalam minyak nabati maka proses pembuatan biodiesel secara komersial

dibedakan menjadi 2 yaitu (Hikmah & Zuliyana, 2010) :

1. Esterifikasi

Esterifikasi merupakan reaksi antara asam lemak bebas dengan

alkohol dengan bantuan katalis asam, misalnya asam klorida (HCl), asam

sulfat (H2SO4) ataupun katalis asam padat untuk menghasilkan ester. Asam

sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation, asam kuat

merupakan katalis yang biasa dipakai dalam industri. Reaktan alkohol

rantai pendek, seperti metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang

sangat berlebih dan air sebagai produk samping harus disingkirkan dari fasa

reaksi, yaitu fasa minyak. Melalui kombinasi-kombinasi yang tepat dari

kondisi-kondisi reaksi dan metode penyingkiran air, konversi sempurna

asam-asam lemak menjadi metil ester dapat dituntaskan dalam waktu 1

jam (Listiadi & Putra, 2013).

Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak

berkadar asam lemak bebas tinggi (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g). Tahap

esterifikasi biasa diikuti dengan tahap transesterfikasi. Namun sebelum

produk esterifikasi diumpankan ketahap transesterifikasi, air dan bagian

terbesar katalis asam yang dikandungnya harus disingkirkan terlebih

dahulu (Umami, 2015).

Proses esterifikasi adalah reaksi reversibel dimana asam lemak bebas

dikonversi menjadi alkil ester melalui katalis asam (HCl atau umumnya

6
H2SO4). Ketika konsentrasi asam lemak bebas dalam minyak tinggi, seperti

dalam minyak jelantah, esterifikasi dan reaksi transesterifikasi melalui

katalis asam dapat berpotensi untuk mendapatkan konversi biodiesel yang

hampir sempurna (Lotero, Liu, & Lopez, 2005).

2. Transesterifikasi

Reaksi transesterifikasi secara umum merupakan reaksi alkohol

dengan trigliserida menghasilkan metil ester dan gliserol dengan bantuan

katalis basa. Alkohol yang umumnya digunakan adalah metanol dan etanol.

Reaksi ini cenderung lebih cepat membentuk metil ester dari pada reaksi

esterifikasi yang menggunakan katalis asam. Namun, bahan baku yang

digunakan pada reaksi transesterifikasi harus memiliki asam lemak bebas

yang kecil (< 2 %) untuk menghindari pembentukan sabun (Adhani & Islami,

2016).

Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi reversible dan alkohol

berlebih bergeser ke kesetimbangan menuju sisi produk. Semakin lama

waktu transesterifikasi menyebabkan trigliserida minyak semakin banyak

yang terkonversi menjadi metil ester. Hal ini disebabkan oleh jumlah

trigliserida yang berkurang dan bereaksi dengan metanol membentuk asam

lemak metil ester (Evy & Edwar, 2012).

Jumlah kadar FFA maksimum pada minyak nabati jika menggunakan

katalis basa adalah 3 %, jika melebihi kadar tersebut maka reaksi tidak

dapat terjadi. Maka, sebelum dilakukan reaksi transesterifikasi, minyak

7
tersebut harus melalui pre-treatment terlebih dahulu (Atadashi, Aroua,

Aziz, & Sulaiman, 2013).

Setelah reaksi transesterifikasi selesai, maka akan didapatkan 2

produk yaitu biodiesel (metil ester) dan gliserol. Gliserol berada dibawah

biodiesel karena gliserol memiliki massa jenis lebih besar daripada

biodiesel. Pemisahan dapat diamati dalam 10 menit dan berpisah

sempurna dalam beberapa jam (Gerpen, Shanks, & Pruszko, 2004).

C. Free Fatty Acid (FFA)

Free fatty acid (asam lemak bebas) merupakan hasil degradasi dari

trigliserida sebagai akhir dari kerusakan minyak. Selain itu, FFA juga

merupakan asam yang dibebaskan dari proses hidrolisis dari lemak. FFA ini

biasanya ditemukan dalam jumlah yang besar Kenaikan asam lemak bebas

mempermudah oksidasi berantai dan pembentukan senyawa peroksida,

aldehida, keton dan polimer. Oksidasi berantai menyebabkan penguraian

konstituen aroma, flavor dan vitamin. Pembentukan senyawa seperti

peroksida, aldehida dan keton menyebabkan bau tengik, pencoklatan minyak

dan kemungkinan menimbulkan keracunan (Sukardjo, 1990).

FFA dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung

dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan

ALB (asam lemak bebas). Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-

faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini

berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk. Data

8
departemen perindustrian (SNI 01-3741-1995) menyatakan bahwa kadar air

maksimal minyak adalah 0,30%. Syarat keadaan bau, warna dan rasa dalam

keadaan normal asam lemak bebas tidak lebih dari 0,30% (Sukardjo, 1990).

Mutu minyak goreng sangat dipengaruhi oleh komponen asam

lemaknya karena asam lemak tersebut akan mempengaruhi sifat fisik, kimia

dan stabilitas minyak selama proses penggorengan. Trigliserida dari suatu

minyak atau lemak mengandung sekitar 94-96% asam lemak. Selain

komponen asam lemaknya, stabilitas minyak goreng dipengaruhi pula derajat

ketidakjenuhan asam lemaknya, penyebaran ikatan rangkap dari asam

lemaknya, serta bahan-bahan yang dapat mempercepat atau memperlambat

terjadinya proses kerusakan minyak goreng yang terdapat secara alami atau

yang secara sengaja ditambahkan (Sukardjo, 1990).

D. Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan

melekat pada permukaan padatan. Adsorpsi juga merupakan fenomena fisik

yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu

permukaan padatan dan sebagian dari molekul-molekul tadi mengembun

pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi, dimana fluida

terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan (Nasruddin,

2005).

9
1. Adsorpsi dengan Zeolit

Zeolit merupakan mineral alumina silikat hidrat yang tersusun atas

tetrahedral alumina (AlO45-) dan silika (SiO44-) yang membentuk struktur

bermuatan negatif dan berongga terbuka/berpori. Zeolit telah banyak

digunakan sebagai penukar kation (cation exchangers), pelunak air (water

softening), penyaring molekul (molecular sieves), sebagai bahan pengering

(drying agents), adsorben, dan sebagai katalis atau pengemban katalis pada

berbagai reaksi kimia. Rumus umum zeolit adalah

Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].zH2O. Mx/n sebagai kation bermuatan, [ ] sebagai

kerangka aluminosilika, X sebagai jumlah AlO4, Y sebagai jumlah SiO4, y>x

dan Z sebagai jumlah H2O (Khairinal & Trisunaryanti, 2000).

Zeolit merupakan adsorben yang unik, karena memiliki ukuran pori

yang sangat kecil dan seragam jika dibandingkan dengan adsorben yang

lain seperti karbon aktif dan silika gel, sehingga zeolit hanya mampu

menyerap molekul-molekul yang berdiameter sama atau lebih kecil dari

diameter celah rongga, sedangkan molekul yang diameternya lebih besar

dari pori zeolit akan tertahan dan hanya melintasi antar partikel. Dalam

keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air

yang berada disekitar kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan

keluar. Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penyerap gas

atau cairan (Khairinal & Trisunaryanti, 2000).

10
2. Mekanisme Adsorpsi dengan Zeolit

Proses adsorpsi yang terjadi antara zeolit dengan FFA adalah adsorpsi

kimia, hal ini dikarenakan adanya ikatan kimia yang terbentuk antara

molekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Ikatan kimia dapat berupa

ikatan hidrogen. Ikatan yang terbentuk kuat sehingga spesi aslinya tidak

dapat ditentukan. Karena kuatnya ikatan kimia yang terbentuk maka

adsorbat tidak mudah terdesorpsi. Adsorpsi kimia diawali dengan adsorpsi

fisik dimana adsorbat mendekat kepermukaan adsorben melalui gaya Van

der Waals kemudian melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan

kimia yang biasa merupakan ikatan hidrogen (Nasruddin, 2005).

Kemampuan senyawa silikat yang berada pada zeolit untuk

menurunkan kadar FFA dapat disebabkan karena adanya gugus silanol (Si-

OH) pada permukaan zeolit, gugus silanol inilah yang berperan dalam

mengadsorpsi air dan senyawa organik. Gugus oksigen dengan karbonil

pada FFA yang bereaksi dengan hidrogen-silanol, sehingga molekul FFA

membentuk ikatan hidrogen (Suseno, 2010).

E. Metode Penurunan Kadar Free Fatty Acid (FFA)

Tahap pemurnian minyak dengan mengurangi kadar FFA sangat penting

dilakukan untuk dapat menghasilkan biodiesel dengan kualitas tinggi.

Beberapa metode penurunan kadar FFA yaitu menggunakan basa atau

esterifikasi dengan katalis asam untuk mengurangi kadar FFA. Namun kedua

metode tersebut memiliki proses yang rumit dan memerlukan biaya yang

11
mahal, sehingga tidak efisien dalam pengerjaannya. Metode alternatif dalam

pengurangan kadar FFA dalam minyak jelantah yaitu dengan metode adsorpsi

(Sukardjo, 1990).

Proses adsorpsi menggunakan suatu bahan yang dapat mengadsorpsi

kotoran pada minyak, bahan ini disebut dengan adsorben yang dalam

penelitian ini digunakan karbon aktif dan zeolit. Minyak yang rusak akibat

proses oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang

kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan sebagian

vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak. Oksidasi

minyak dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan

minyak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan

hidroperoksida. Tingkat selanjutnya adalah terurainya asam-asam lemak

disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta

asam-asam lemak bebas (Sukardjo, 1990).

12
F. Kerangka Berpikir

Minyak Jelantah

Penurunan Kadar FFA

Adsorpsi

Biodiesel

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Minyak jelantah berasal dari lemak nabati yang diproses menjadi minyak

goreng dan telah digunakan secara berulang. Minyak jelantah digunakan sebagai

bahan baku pembuatan biodiesel karena memiliki kandungan trigliserida yang

akan bereksi dengan alkohol membentuk metil ester. Namun minyak jelantah

memiliki kandungan free fatty acid (FFA) / asam lemak bebas yang terbentuk

akibat adanya pemanasan secara berulang. Kandungan FFA pada minyak jelantah

akan menghambat proses reaksi pembentukan biodiesel. Oleh karena itu akan

dilakukan pre-treatment pada minyak jelantah untuk mengurangi kadar FFA.

13
Metode pre-treatment yang akan dilakukan adalah mengadsorpsi kadar

FFA minyak jelantah menggunkan adsorben zeolite yang terlebih dahulu telah

diadsorpsi menggunakan karbon aktif. Dengan adanya penambahan zeolit

sebagai adsorben, dinilai mampu menurunkan kadar FFA secara maksimal dan

memenuhi standar CV. Garuda Energi Nusantara jumlah maksimum kadar FFA

yang boleh terkandung dalam minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan

biodiesel adalah 2%

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di laboratorium Operasi Teknik

Kimia Politeknik ATI Makassar.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 18 Agustus 2020 sampai dengan

28 Agustus 2020.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan adalah neraca analitik, oven, magnetic stirrer,

penyangga corong, corong, buret 50 mL, erlenmeyer 250 mL, Erlenmeyer

300 mL, gelas kimia 1000 mL, gelas kimia 500 mL, gelas kima 300 mL, gelas

kimia 100 mL, gelas kimia 50 mL, labu ukur 250 mL, labu ukur 100 mL,

Termometer, pipet volume 10 ml, cawan petri, kasa asbes, desikator, statif

dan klem, bulp, batang pengaduk, spatula, botol semprot.

2. Bahan

Minyak jelantah, NaOH 0,1 N, asam oksalat 0,1 N, indikator PP, etanol

96%, karbon aktif, zeolit, kertas saring, aquades, aluminium foil, kain

penyaring.

15
C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian secara eksperimental

yaitu dengan melakukan percobaan menggunakan adsorben untuk

menurunkan kadar Free Fatty Acid (Asam lemak bebas) dari minyak jelantah.

Selain itu dilakukan studi literatur dari jurnal dan penelitian sebelumnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengujian laboratorium. Metode ini dilakukan dengan cara mengadsorpsi FFA

menggunakan adsorben zeolit dan dititrasi dengan larutan standar (NaOH)

untuk mengetahui kadar asam lemak bebas.

Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan dilaboratorium yaitu

sebagai berikut :

1. Adsorpsi dengan zeolit

a. Variasi Suhu

1) Filtrat dari proses adsorpsi menggunakan karbon aktif kemudian

ditambahkan zeolit dengan variasi konsentrasi 5%, 8% dan 11%

dari berat minyak jelantah

2) Diaduk selama 60 menit dengan suhu 90ᴼC

3) Didiamkan selama 60 menit

4) Disaring dan ditampung filtratnya untuk pengujian kadar FFA

16
b. Variasi Suhu

1) Filtrat dari proses adsorpsi menggunakan karbon aktif kemudian

ditambahkan zeolite konsentrasi 11% dari berat minyak jelantah.

2) Diaduk selama 60 menit dengan variasi suhu 50ᴼC, 70ᴼC dan 90ᴼC

3) Didiamkan selama 60 menit

4) Disaring dan ditampung filtratnya untuk pengujian kadar FFA (Free

Fatty Acid)

2. Pengujian Kadar FFA (Free Fatty Acid)

a. Ditimbang minyak jelantah yang telah diadsorpsi sebanyak 10 gram

kedalam Erlenmeyer

b. Ditambahkan 50 ml ethanol

c. Ditutup menggunakan aluminium foil

d. Dipanaskan diatas hotplate hingga muncul gelembung

e. Ditambahkan 2-3 tetes indikator PP

f. Dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1N sampai terjadi perubahan

warna dari tidak berwarnap menjadi merah stabil.

g. Dicatat volume titrasi yang digunakan untuk pengujian kadar FFA

E. Analisa Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan pengamatan langsung

terhadap objek yang diteliti dengan mengetahui pengaruh penambahan

konsentrasi adsorben terhadap kadar FFA dan pengaruh suhu terhadap proses

adsorpsi.

17
Analisis data pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Standarisasi NaOH 0,1N

𝑉2 x N1
N2 =
V2

Keterangan :

V1 = Volume Asam Oksalat (mL)

V2 = Volume titrasi (mL)

N1 = Normalitas Asam Oksalat (N)

N2 = Normalitas NaOH (N)

(Metana, Nurhayati, & Dachlia, 2014)

2. Menghitung Kadar FFA (Free Fatty Acid)

Volume Titrasi x N NaOH x BM


% FFA =
W

Keterangan :

V = Volume titrasi (mL)

N = Normalitas NaOH (N)

W = berat sampel minyak yang digunakan (g)

BM = Berat molekul minyak jelantah

(Oil, 2015)

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan dari hasil penelitian di laboratorium Operasi Teknik Kimia

Politeknik ATI Makassar, maka diperoleh persentasi kadar FFA pada minyak

jelantah sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Pengaruh Konsentrasi Zeolit Terhadap Kadar FFA

No Zeolit (Gram) Konsentrasi Zeolit (%) Suhu Adsorpsi (°C) Kadar FFA (%)

1 7,5100 5 90 0,6942
2 12,0079 8 90 0,6050
3 16,5100 11 90 0,5367
Sumber : Data Primer

Tabel 4.2 Pengaruh Suhu Adsorpsi Zeolit Terhadap Kadar FFA

No Zeolit (Gram) Konsentrasi Zeolit (%) Suhu Adsorpsi (°C) Kadar FFA (%)

1 16,5200 11 50 0,5692
2 16,5100 11 70 0,5677
3 16,5200 11 90 0,5587
Sumber : Data Primer

19
B. Pembahasan

Kadar FFA Sampel minyak jelantah diadsorbsi terlebih dahulu

menggunkan karbon aktif . Adsorpsi dengan karbon aktif dilakukan sebanyak

6 sampel yang masing- masing untuk variasi konsentrasi yaitu 5%, 8% dan

11% dari berat minyak jelantah. Sedangkan untuk variasi suhu dengan

konsentrasi yaitu 50°C, 70°C dan 90°C.

1. Pengaruh Penambahan Kombinasi Adsorben Karbon Aktif dan Zeolit

Adsorpsi kadar FFA dengan zeoilt menggunakan filtrat dari proses

adsorpsi karbon aktif. Variasi konsentrasi zeolit yang digunakan yaitu 5%,

8% dan 11% dari berat minyak jelantah. Proses adsorpsi dengan zeolit

menggunakan magnetic stirrer kemudian disaring menggunakan kertas

saring. Hasil saringan dari adsorpsi zeolit akan dititrasi menggunakan NaOH

0,1 N yang telah distandarisasi menggunakan asam oksalat untuk

mengetahui kadar FFA minyak jelantah.

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kadar FFA pada konsentrasi 5%

sebesar 0,6942%, pada konsentrasi 8% sebesar 0,6050 dan pada

konsentrasi 11% sebesar 0,5367%. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.1

menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, maka semakin rendah

kadar FFA yang diperoleh. Menurut (Suseno, 2010) hal ini disebabkan

penambahan konsentrasi zeolit akan meningkatkan jumlah total luas

permukaan dan jumlah pori yang digunakan untuk meningkatkan adsorbat

dalam proses adsorpsi. Parameter konsentrasi zeolit yang digunakan juga

20
berpengaruh terhadap luas bidang kontak antara adsorben dan adsorbat.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi zeolit 11% adalah

konsentrasi terbaik untuk menurunkan kadar FFA minyak jelantah.

Pengaruh Konsentrasi Zeolit terhadap Kadar FFA


2.5
2 2 2
2
Kadar FFS (%)

1.5
Kadar FFA (%)
1 0.6942 0.605
0.5367
Standar Kadar FFA GEN
0.5 Oil (%)

0
0 5 10 15
Konsentrasi (%)

Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi terhadap kadar FFA

2. Pengaruh suhu adsorpsi terhadap penurunan kadar FFA

Parameter yang kedua adalah pengaruh suhu, sedangkan

konsentrasi zeolit yang digunakan konstan yaitu 11%. Proses adsorpsi

dengan zeolit menggunakan filtrat dari karbon aktif kemudian konsentrasi

zeolit sebanyak 11% dari berat minyak jelantah dengan variasi suhu

masing-masing 50°C, 70°C dan 90°C. Setelah dilakukan proses adsorpsi

dengan zeolit maka hasil saringannya akan di titrasi untuk mengetahui

kadar FFA minyak jelantah berdasarkan variasi suhu yang digunakan.

Berdasarkan data hasil pada Tabel 4.1 diperoleh kadar FFA pada

suhu 50°C sebesar 0,5692%, pada suhu 70°C sebesar 0,5677% dan pada

21
suhu 90°C sebesar 0,5587. Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa semakin

tinggi suhu yang digunakan maka semakin rendah kadar FFA yang

dihasilkan. Menurut (Suseno, 2010) Hal ini dikarenakan kenaikan suhu

adsorpsi dapat meningkatkan energi kinetik molekul-molekul pengotor

yang terdapat pada minyak jelantah, sehingga molekul-molekul pengotor

ini mampu berdifusi lebih cepat kedalam pori-pori adsorben. Dari data

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suhu terbaik untuk penurunan

kadar FFA minyak jelantah yaitu pada suhu 90°C

Pengaruh Suhu Adsorpsi Zeolit terhadap Kadar FFA


G 2.5
2 2 2
a 2
Kadar FFA (%)

1.5
m Kadar FFA (%)
1
b 0.5692 0.5677 0.5587 Standar Kadar FFA GEN
0.5 Oil (%)
a
0
r 0 20 40 60 80 100
Suhu (°C)

4.2 Pengaruh suhu proses adsorpsi terhadap kadar FFA

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Pengaruh penambahan adsorben zeolit dalam menurunkan kadar FFA

adalah semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka kadar FFA yang

dihasilkan semakin rendah dan hasil terbaik yang didapatkan pada

konsentrasi zeolit 11%.

2. Pengaruh suhu proses adsorpsi terhadap kadar FFA adalah semakin tinggi

suhu yang digunakan, maka semakin rendah kadar FFA pada minyak

jelantah dan suhu yang paling maksimal pada proses adsorpsi kadar FFA

yaitu 90°C.

B. Saran

1. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dapat ditambahkan variasi

konsentrasi yang digunakan agar didapatkan konsentrasi zeolit yang

optimal dalam menurunkan kadar FFA

2. Sebaiknya dalam penelitian selanjutnya dapat ditambahkan variasi suhu

yang digunakan agar didapatkan suhu yang optimal dalam menurunkan

kadar FFA.

23
DAFTAR PUSTAKA
Adhani , L., & Islami, A. (2016). Pembuatan Biodiesel dengan Cara Adsorpsi dan
Transesterifikasi dari Minyak Goreng Bekas. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Ilmu Kimia.

Akbar. (2008). Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Menggunakan Metil


Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil.

Arisurya, R. E. (2009). Laju Adsorpsi Isotermal B-Karoten dari Metl Ester Minyak
Sawit dengan Menggunakan Atapulgit dan Magnesium Silikat Sintetik.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Atadashi, I. M., Aroua, M. K., Aziz, A. A., & Sulaiman, N. N. (2013). The Effects of
Catalyts in Biodiesel Production. Journal of Industrial and Engineering
Chemistry.

Castellan, G. (1982). Physical Chemistry. New York: Rineka Cipta.

Darnoko, D., & Cheryan. (2000). Kinetics of Palm Oil Transesterification in a Batch
Reactor. Journal of The American Oil Chemist' Society.

Evy, S., & Edwar, F. (2012). Teknologi Pengolahan Biodiesel dari Minyak Goreng
Bekas dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi sebagai Alternatif
Bahan Bakar Mesin Diesel. Jurnal Riset Industri.

Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1995). Organic Chemistry Edisi Ke IV.


California: Brooks Cole Publishing Company.

Gerpen, J. V., Shanks, B., & Pruszko, R. (2004). Biodiesel Production Technology.
Colorado: NREL.

Hikmah, M. N., & Zuliyana. (2010). Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak
Dedak dan Metanol denga Proses Esterifikasi dan Transesterfikasi.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Khairinal, & Trisunaryanti, W. (2000). Dealuminasi Zeolit Alam Wonosari Dengan


Perlakuan Asam dan Proses Hidrotermal. Yogyakarta: Prosiding Seminar
Nasional Kimia VIII.

Knothe, G., Gerpen, J. V., & Kharl, J. (2004). The Biodiesel Handbook. Illionis:
AOCS Press.

24
Listiadi, A. P., & Putra, I. M. (2013). Intesifikasi Biodiesel dari Minyak Jelantah
dengan Metode Interesterifikasi dan Pemurnian Dry Washing. Cilegon:
Universitas Agung Tirtayasa.

Lotero, E., Liu, Y., & Lopez, D. E. (2005). Synthesis of Biodiesel Via Acid Catalysis.
Industrial & Engineering Chemistry Research.

Ma, F., & Hanna, M. A. (1999). Biodiesel Production. Bioresource Technology.

Metana, O., Nurhayati, & Dachlia. (2014). Melaksanakan Analisis Volumetri.


Makassar: SMK SMAK Makassar.

Mittelbatch, M., & Remschmidt, C. (2004). Biodiesel The Comparehensive


Handbook. Vienna: Boersedruck Ges.

Nasruddin. (2005). Dynamic Modeling and Simulation Of a Two-Bed Silicagel-


Water Adsorption Chiller. Germany: Rwth Aachen.

Oil, G. (2015). Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah. Makassar.

Pawako, E. (2009). Pengaruh Tahapan Proses Esterifikasi, Transesterifikasi dan


Netralisasi Terhadap Karakteristik Biodiesel dari Biji Kesambi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Prabowo, A. (2009). Pembuatan Karbon Aktif dari Tongkol Jagung Serta


Aplikasinya untuk Adsorpsi Cu Pb dan Amonia. Depok: Universitas
Indonesia.

Prihandana, R., Hendroko, R., & Nuramin, M. (2006). Menghasilkan Biodiesel


Murah. Agromedia Pustaka.

Ramdja, & A Fuad. (2010). Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Ampas


Tebu Sebagai Adsorben. Jurnal Teknik Kimia Universitas Brawijaya.

Sari, R. M., & Kamberan, A. (2019). Pemanfaatan Karbon Aktif Ampas dalam
Mereduksi Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) pada Minyak Goreng
Bekas sebagai Biodiesel. TALENTA.

Sukardjo. (1990). Kimia Anorganik. Jakarta: Rineka Cipta.

Supandi. (2003). Pembuatan Biodiesel Melalui Transesterifikasi Minyak Kelapa


Menggunakan Metanol dengan Katalis Natrium Metoksida (NaOCH2).
Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.

25
Suseno. (2010). Optimasi Proses Adsorpsi Minyak Goreng Bekas dengan
adsorben Zeolit Alam. Jurnal Kimia dan Teknologi.

Suseno. (2010). Optimasi Proses Adsorpsi Minyak Goreng Bekas dengan


Adsorben Zeolit Alam. Jurnal Kimia dan Teknologi.

Sutarti, M., & Rachmawati. (1994). Zeolit. Jakarta: Pusat Informasi dan
Dokumentasi LIPI.

Umami, V. A. (2015). Sintesis Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Gelombang


Mikri. Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Zhang, Y., Dube, M. A., Mc Lean, D. D., & Kates, M. (2003). Biodiesel Production
from Waste Cooking Oil.

26
L

27
Lampiran 3.1 Gambar Proses Penelitan

28
Lampiran 3.5 Perhitungan Standarisasi NaOH 0,1N dengan Asam Oksalat

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 x N Asam Oksalat


N NaOH =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

25 𝑚𝑙 x 0,1 N
=
27,4 𝑚𝐿

= 0,0912 N

Lampiran 4.1 Perhitungan Kadar FFA

A. Variasi Kosentrasi Zeolit

Volume Titrasi x N NaOH x BM Minyak Jelantah


% FFA =
Berat Minyak Jelantah

1. Konsentrasi zeolit 5%
3,1 ml x 0,0912 N x 25,6
% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,1667 gram

= 0,7118 %

2,9 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑑𝑢𝑝𝑙𝑜) =
10,0056 gram

= 0,6766 %

Rata-rata kadar FFA pada konsentrasi zeolit 5% adalah 0, 6942%

2. Konsentrasi zeolit 8%

2,5 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,0416 gram

=0,5812 %

29
2,7 ml x 0,0912 N x 25,6
% FFA (𝑑𝑢𝑝𝑙𝑜) =
10,0231 gram

= 0,6050 %

Rata-rata kadar FFA pada konsentrasi zeolit 8% adalah 0, 6942 %

3. Konsentrasi Zeolit 11%

2,2 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,0023 gram

= 0,5135 %

2,4 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,0060 gram

=0,5599 %

Rata-rata kadar FFA pada konsentrasi zeolit 11% adalah 0,5367 %

B. Variasi Suhu Proses Adsorpsi

1. Suhu 50°C

2,5 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,0648 gram

= 0,5799 %

2,4 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,0328 gram

=0,5585 %

Rata-rata kadar FFA pada suhu adsorpsi zeolite 50°C adalah 0,5692 %

30
2. Suhu 70°C

2,5 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,0756 gram

= 0,5793 %

2,4 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,0750 gram

=0,5561 %

Rata-rata kadar FFA pada suhu adsorpsi zeolite 70°C adalah 0,5677 %

3. Suhu 90°C

2,3 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,0179 gram

= 0,5360 %

2,5 ml x 0,0912 N x 25,6


% FFA (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜) =
10,0384 gram

=0,5814 %

Rata-rata kadar FFA pada suhu adsorpsi zeolite 90°C adalah 0,5587 %

31

Anda mungkin juga menyukai