STUDI LITERATUR
2.1 Sungai
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus
menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah satu
bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari
presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan dibeberapa
Negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga
1. Sungai permanen, yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relative
2. Sungai periodic, yaitu sungai yang pada musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai ini adalah
Bengawan Solo.
4. Sungai ephemeral, yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan. Pada hakekatnya, sungai jenis ini hampir sama dengan sungai jenis
episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu
banyak.
2-1
2-2
2.2 Banjir
Banjir adalah salah satu bencana alam, yaitu peristiwa ketika tergenangnya
daratan oleh aliran air yang berlebihan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), banjir diartikan berair banyak, deras dan air yang meluap, atau peristiwa
Banjir berdasarkan penyebab utamanya dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Banjir Kiriman
tempat dimana air genangan berasal dari aliran air permukaan dari tempat
2. Banjir Genangan/Lokal
berasal dari air hujan lokal. Air yang melebihi kapasitas-kapasitas saluran
yang ada, maka air hujan lokal ini dapat menjad limpasan permukaan.
banjir.
Umumnya banjir air laut pasang (ROB) terjadi pada kota pantai yang
elevasi/ketinggian muka tanahnya lebih rencah dari muka air laut pasang.
Sedangkan banjir akibat back water (aliran balik) dari saluran pengendali
2-3
banjir terjadi pada kota yang dekat dengan pantai maupun kota yang jauh
dari pantai.
dalam 2 (dua) kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan
banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Yang termasuk sebab-sebab alami
antara lain:
a. Curah hujan
b. Pengaruh fisiografi
d. Kapasitas sungai
b. Kawasan kumuh
c. Sampah
d. Drainase lahan
1) Non Struktural
sungai.
2) Struktural
Ditinjau dari segi hidrologi, sungai mempunyai fungsi utama menampung curah
hujan dan mengalirkannya sampai kelaut. Daerah dimana sungai memperoleh air
merupakan daerah tangkapan hujan yang biasanya disebut dengan daerah aliran
sungai (DAS). Dengan demikian DAS dapat dipandang sebagai unit kesatuan
wilayah tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan mengumpul ke sungai
menjadi aliran sungai. Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi
yang dapat memisahkan dan membagi air hujan menjadi aliran permukaan ke
2-5
masing-masing DAS. Setiap DAS besar merupakan gabungan dari beberapa DAS
sedang/sub DAS dan sub DAS adalah gabungan dari sub DAS kecil-kecil.
Pengetahuan karakteristik DAS dan alur sungai dapat dinyatakan secara kuatitatif
c. Analisa debit
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran sungai
dihubungkan oleh suatu jaringan satu arah dimana cabang dan anak sungai
mengalir kedalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu pola
tertentu. Air merupakan salah satu fluida dalam bentuk cairan. Sebagai suatu
fluida air digolongkan sebagai fluida cair yang tidak mampu. Pola itu tergantung
dari pada kondisi topografi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam DAS yang
a. Radial
Radial adalah pola aliran sungai yang menyebar (sentripetal) yang terletak
b. Dentritik
Dendritic merupakan pola sungai yang arah alirannya tidak teratur biasanya
c. Rectangular
Rectangular ialah pola sungai yang aliran sungainya melalui daerah patahan
d. Trellis
Trellis yaitu pola aliran sungai yang menyirip daun dan mempunyai
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti penting
terpusatnya aliran. Setelah DAS ditentukan garis batasnya maka bentuk DAS nya
dapat diketahui. Gambar 2.2 menunjukan sketsa pengaruh bentuk DAS terhadap
bentuk hidrogaf aliran sungainya. Pada umumnya dapat dibedakan menjadi empat
Gambar 2.2 Sketsa Pengaruh Bentuk DAS terhadap Bentuk Hidrogaf Alirannya
Sumber : www.google.com
Orde sungai adalah nomor urut setiap segmen sungai terhadap sungai induknya.
Metode penentuan orde sungai yang banyak digunakan adalah Strahler. Sungai
orde 1 menurut Starhler adalah anak-anak sungai yang letaknya paling ujung dan
dianggap sebagai sumber mata air pertama dari anak sungai tersebut. Segmen
sungai sebagai hasil pertemuan dari orde yang setingkat adalah orde 2, dan
segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari dua orde sungai yang tidak setingkat
adalah orde sungai yang lebih tinggi. Ilustrasi dari penggunaan metode Strahler
kejadian perputaran dan penyebaran air di atmosfir dan di permukaan bumi serta
curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu, hidrogaf banjir serta
6. Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan serta
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur banyaknya curah hujan
disebut rain gauge. Curah hujan diukur dalam jumlah harian, bulanan dan
tahunan.
Ada tiga macam cara yang biasanya umum dipakai dalam menghitung hujan rata-
kawasan. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan
hujan dipos penakar-penakar hujan didalam areal tersebut. Jadi cara ini akan
memberikan suatu hasil yang dapat dipercaya jika pada pos-pos penakarnya
1999).
Cara ini biasanya cocok untuk suatu kawasan dengan topografi rata atau
dasar, alat penakar tersebar merata ataupun hampir merata dan data
2-10
individual curah hujan yang ada tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya.
……………… (2.1)
Keterangan:
Metode ini dikenal dengan metode rata-rata timbang (weighted mean). Cara
ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
antara dua pos penakar terdekat. Diasumsikan bahwa variasi hujan antara
pos yang satu dengan lainnya adalah linier dan bahwa sembarag pos
aljabar.
Cara ini cocok untuk suatu daerah datar dengan luas 500-5000 km2 dan
……………. (2.2)
Keterangan :
c. Metode Ishoyet
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan
cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih dari 5000
2
km .Cara ini memperhitungkan secara aktual pengaruh tiap-tiappos penakar
sebagai berikut:
Plot data kedalaman air hujan untuk tiappos penakar hujan pada peta.
Gambar kontur kedalaman air hujan untuk tiappos penakar hujan pada peta.
adalah 10 mm.
∑
∑
………………………… (2.3)
Keterangan:
1. Parameter Statistik
Keterangan :
a. Tendensi Sentral
̅ ∑ …………………………………. (2.4)
√∑ ̅
………………………………. (2.5)
Keterangan:
S = Deviasi Standar
= jumlah data
∑ ̅ ……….……… (2.6)
………………………………... (2.7)
Keterangan :
Cs = Koefisien Skewness
S = Standar deviasi
a = Koefisien asimetri
∑ ̅ ………….. (2.8)
Cv =̅ ……………………………….. (2.9)
Cv = Koefisien variasi
S = Standar deviasi
2-16
Terdiri dari :
a. Metode Chi-kuadrat
X2 = ∑ ………………… (2.10)
Keterangan:
pembagian kelasnya
Nilai X2 yang diperoleh harus lebih kecil dari nilai X2cr (Chi-Kuadrat
kritik), untuk suatu derajat nyata tertentu, yang sering diambil 5%.
DK = K – (a + 1)
Keterangan:
DK = Derajat Kebebasan
K = Banyaknya kelas
Nilai X2cr diperoleh table, disarankan agar banyakan kelas tidak kurang
dari 5 dan frekuensi absolut tiap kelas tidak kurang dari 5 pula.
2-17
dengan kemungkinan nilai lebih kecil dari nilai ∆kritik, maka jenis
suatu kondisi daerah pengaliran karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.
(Suryono Sosrodarsono,144)
C1 = ………….. (2.11)
C1 = ……………………………… (2.12)
sungai tertentu, koefisien ini tidak tetap, tergantung dari curah hujan.
……………………………… (2.13)
Keterangan :
C = Koefisien pengaliran,
f’ = Laju kehilangan,
2-18
Sungai Di Zona
3 Tengah C=1-7.2/Xt^1/2
Lava
antara lain:
a. Curah hujan
Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) diatas permukaan
horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff, dan ilfiltrasi. Jadi, curah hujan
Satuan curah hujan yang umumnya dipakai oleh BMKG adalah millimeter
(mm). Curah hujan 1 (satu) millimeter artinya dalam luasan satu meter
persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 (satu) millimeter
2-19
atau tertampung air sebanyak 1 (satu) liter atau 1000ml. Pada proses
penelitian ini curah hujan kawasan dari stasiun curah hujan terdekat.
Peta tata guna lahan menunjukan pola serta intensitas penggunaan lahan
perbedaan intensitas tata guna lahan mempengaruhi volume air hujan yang
fisik. Seperti keadaan diatas maka besarnya angka koefisien pengaliran pada
KONDISI DAS C
Pegunungan 0.75-0.90
KOEFISIEN ALIRAN
Bisnis
Kawasan Pemukiman
susun 0.50-0.70
Perindustrian
Curah hujan efektif atau hujan netto ialah suatu bagian hujan total yang
transformasi hujan menjadi limpasan langsung mengikuti proses linier dan tidak
berubah oleh waktu (linear and time invariant process), maka hujan netto (Rn)
……………………………….. (2.14)
Keterangan:
C = koefisien limpasan
Menurut Goldman dkk., 1986 dalam Suripin, (2003 : 79) untuk memperkirakan
laju aliran permukaan puncak (debit banjir) pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang berukuran kecil, kurang dari 300 ha dan tidak mempunyai data debit,
Menurut goldman dkk, 1986 dalam Suripin, Perhitungan atau perkiraan besarnya
debit banjir rencana yang akan terjadi dapat dilakukan dengan metode sebagai
berikut ini:
Metode Rasional adalah salah satu dari metode yang paling lama dipakai dan
seragam dan merata di seluruh DAS selama minimal sama dengan waktu
konsentrasi (tc). Jika curah hujan dengan intensitas (I) terjadi secara terus
Rasional ini memerlukan data intensitas curah hujan (I), yaitu ketinggian
curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut
Pada sistem aliran, laju masukan (IA) adalah hasil dari curah hujan dengan
intensitas (I) pada suatu DAS dengan luasan (A), sedang nilai perbandingan
antara laju masukan (IA) dengan laju debit puncak (Qp) yang terjadi saat
dimana nilainya 0 sampai 1 sekon (Chow 1988). Artinya bahwa curah hujan
jam, sehingga dapat disajikan dibawah ini (Goldman et.al., 1986 dalam
Qp = …………. (2.15)
I= ( ) ………………………………… (2.16)
2-23
Keterangan :
Q = debit (m3/det)
a. Curah hujan yang terjadi dengan intensitas (I) yang tetap dalam satu
b. Ketika lama hujan (durasi) dengan intensitas (I) yang tetap atau sama
maksimum.
durasi hujan.
Metode ini menggambarkan hubungan antara hujan dan aliran dalam bentuk
hidrograf dengan asumsi bahwa hujan mempunyai intensitas (I) yang seragam
dan merata di seluruh DAS selama minimal sama dengan waktu konsentrasi
intensitas hujan (I) atau nilai perbandingan antara laju masukan dengan laju
debit puncak (Qp) yang terjadi pada saat Waktu konsentrasi (Tc), dan menurut
C ≤ 1). Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah
atau prosentase lahan kedap air, kemiringan lahan (slope) yang dipengaruhi
oleh tutupan lahan permukaan tanah suatu DAS serta intensitas hujan (I) dari
suatu kejadian hujan DAS. Sehingga DAS yang terdiri dari berbagai macam
penggunaan lahan, nilai koeffisien aliran permukaan (C) akan beragam pula.
2-25
∑
CDAS ∑
…………………………………. (2.17)
Keterangan:
lahan dapat disajikan dalam Tabel 2.4. di bawah ini (U.S. Forest Service.,1980
Rumah susun, 0,60 - 0,75 Tnh. berat, tanpa vegetasi 0,30 - 0,60
bersambung
Pinggiran kota 0,25 - 0,40 Tnh. berat, dgn. vegetasi 0,20 - 0,50
Kurang padat industri 0,50 - 0,80 Berpasir, dgn. vegetasi 0,10 - 0,25
Daerah Tak Berkembang 0,10 - 0,30 Rata, kedap air 0,70 - 0,90
Harga C dalam Tabel 2.4 diatas belum memberikan rincian faktor topografi
permeabilitas tanah, penutup lahan, dan tata guna tanah yang mempengaruhi
Tabel 2.5. Koefisien aliran untuk metode Rasional menurut Hassing (1995)
Koefisien Aliran C = Ct + Cs + Cv
Perbukitann (10-20 %) 0,16 Lempung dan lanau 0,16 Padang rumput 0,21
atau dilampoi, sedangkan kala ulang (periode ulang) adalah waktu hipotetik
dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampoi.
frekuensi suatu kejadian hujan pada masa lalu dan masa mendatang. Dengan
analisa Frekuensi curah hujan, dapat diketahui jenis distribusi hujan yang
dapat mewakili persebaran dari data hujan harian, sehingga dapat ditetapkan
analisa frekuensi curah hujan antara lain Distribusi Normal, Log Normal, Log-
Person III dan Gumbel. Dalam penelitian ini, digunakan metode distribusi
2-28
2) Menentukan parameter statistik dari data yang telah diurutkan dari besar
yang ada, yaitu distribusi Gumbel, dengan ciri khas statistik Cs = 1,396
dan Ck = 5,4002.
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis
a. Distribusi Normal
X. Distribusi ini dapat diperoleh juga dari distribusi log-person III, apabila
Distribusi Log-Person III atau Distribusi Ekstrim Tipe III digunakan untuk
Mengganti data X1, X2, X3, ...., Xn menjadi data dalam logaritma, yaitu:ln
∑
…………………………… (2.18)
Keterangan:
∑
√ …………………………… (2.19)
2-30
∑
…………............ (2.20)
Keterangan:
Ln R = (ln X) + Gs
Harga Gs adalah harga untuk setiap nilai harga g dan interval pengulangan
atau kemungkinan presentase yang dipilih dan dapat diambil dari table.
d. Distribusi Gumbel
…………………………………………. (2.21)
Keterangan :
curah hujan, yaitu kedalaman air hujan per satuan waktu atau curah hujan
hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi.
Intensitas hujan (I) dipengaruhi oleh lamanya suatu kejadian hujan (durasi)
atau waktu konsentrasi (tc) serta curah hujan maksimum selama 24 jam.
pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas,
jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi
cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi
panjang jarang terjadi, jika terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan
Duration- Frequency = IDF) yang dibuat dengan data hujan jangka pendek
(jam-jaman) dari penakar hujan otomatis. Menurut Sri Harto (1993), analisis
diperoleh dari rekaman data hujan. Jika tidak dapat mengamati besarnya
intensitas hujan (I) karena alatnya tidak ada, maka intensitas hujan (I) dapat
Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut
dihitung dengan rumus Mononobe dibawah ini (Kirpich, 1940 dalam Suripin,
2004, hal.82) :
( ) …………………………………… (2.22)
Keterangan :
Waktu konsentrasi (tc) suatu DAS adalah waktu yang dibutuhkan oleh aliran
air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan kemudian mengalir dari titik
terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (outlet) setelah lahan menjadi jenuh.
Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika lama hujan (durasi) sama dengan waktu
kata lain bahwa waktu konsentrasi (tc) tercapai ketika seluruh bagian DAS
dikembangkan oleh Kirpich (1940), sehingga berikut (Suripin, 2004, hal 82) :
( ) …………………………………. (2.23)
2-34
Keterangan :
Luas suatu daerah aliran sungai (DAS) adalah luas daerah tangkapan air hujan
yang dibatasi oleh pemisah alam topografi antara lain punggung bukit atau
pegunungan dan dan dinotasikan dengan huruf A. Luas dan kemiringan DAS
sehingga semakin luas suatu daerah aliran sungai (DAS) maka volume aliran
permukaan atau debit (Q) dalam satuan m3/sekon akan semakin besar.
1. Metode Weduwen
Metode Weduwen biasa digunakan jika suatu luas DAS kurang dari atau
sama dengan 100 km2 (≤ 100 km2). Rumusnya adalah sebagai berikut:
Qt = α x β x qn x f …………………………………… (2.24)
Dimana:
α=1- qn =
β= t=
2-35
Keterangan :
α = koefisien pengaliran
2. Metode Haspers
Rumus :
Q = α x β x q x A …………………………………………… (2.25)
α=
Keterangan :
i = kemiringan sungai
unsur aliran (tinggi dan debit) dengan waktu (stage hydrograph, ducharge,
cukup teliti. Metoda analisis hidrograf satuan sintetis yang umum digunakan
di Indonesia ialah :
1. Metoda Snyder-Alexeyev
Empat parameter yaitu waktu kelambatan, aliran puncak, waktu dasar, dan
durasi standar dari hujan efektif untuk hidrograf satuan dikaitkan dengan
geometri fisik dari DAS dengan hubungan berikut ini (Gupta, 1989).
tp = Ct (L Lc)0,3
Qp = ………………………………….. (2.26)
T=3+
tp =
2-37
Apabila durasi hujan efektif tx tidak sama dengan durasi standar tD, maka:
( ) …………………….. (2.27)
…………………………….. (2.28)
Keterangan :
satuan (jam)
(km)
…………………….. (2.29)
Dengan W50 dan W75 ialah lebar unit hidrograf pada debit 50% dan 75% dari debit
puncak, yang dinyatakan dalam satuan jam. Sebagai acuan, lebar W 50 dan W75
dibuat dengan perbandingan 1:2, dengan sisi pendek di sebelah kiri dari hidrograf
satuan.
2. Metoda Nakayasu
Qp = ………………………….. (2.30)
Tp = tg + 0,8 Tr
T0,3 = α tg
tr = 0,5 tg sampai tg
Keterangan:
T0,3 = waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak
(jam)
tg = waktu konsentrasi
Qt = Qp ( )
Qr = Qp x
[ ( )]
Qt = Qp x
[ ( )]
Qt = Qp x
Perubahan tata guna laha ialah berubahnya penggunaan lahan dari satu sisi
penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya atau
berubahnya fungsi lahan suatu daerah pada kurun waktu yang berbeda (Wahyunto
2-40
dkk, 2001). Perubahan fungsi tutupan lahan dari kawasan konservasi (lahan hijau)
kondisi lingkungan antara lain pengaruhi besarnya laju erosi dan sedimentasi di
wilayah hulu, menimbulkan banjir dan genangan di wilayah hilir, serta tanah
Pergeseran fungsi lahan di kawasan pinggrian, dari lahan pertanian dan tegalan
atau kawasan hutan yang juga berfungsi sebagai daerah resapan air, berubahnya
menjadi kawasan perumahan, industri dan kegiatan usaha non pertanian lainnya,
dan keanekaragaman hayati serta adanya perubahan perilaku tata air (siklus
Perubahan siklus hidrologi ialah terjadinya perubahan perilaku dan fungsi air
permukaan, yaitu menurunnya aliran dasar (base flow) dan meningkatnya aliran
tata air (hidrologi) dan terjadinya banjir serta genangan di daerah hilir (Tim Kerja
Perubahan fungsi lahan dalam suatu DAS juga dapat menyebabkan peningkatan
erosi, yang mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan sungai atau saluran air
Urbanisasi yang terjadi dihampir diseluruh kota besar Indonesia akhir-akhir ini
kian menambah beban daerah perkotaan menjadi lebih berat. Hal ini dikarenakan
penginderaan jarak jauh dan ilmu computer (Glenn dan Schwab, 1996 dalam
Model Builder data-data spasial dalam bentuk table, peta dan citra ( ESRI, 2004 ),
Berbagai tampilan peta dapat dibuat dan digunakan sebagai jendela bagi
dari dataset yang ada menjadi dataset geografi yang baru. Fungsi
fungsi analitis, dan menuliskan hasilnya menjadi dataset yang baru, (ESRI,
2004).
Model Builder merupakan suatu pemodelan dan pemrograman visual yang mudah
ArcGIS. GIS meliputi sekumpulan tool yang lengkap untuk bekerja dengan data-
data geografis, sedang tool-tool yang tersedia bias disusun ulang untuk
membentuk tool-tool baru sesuai kebutuhan pengguna. Ada tingkatan dalam suatu
c. Presentasi Data : tahap akhir dimana hasil analisis disajikan dengan cara
yang sesuai.
1. Aplikasi ArcMap
2. Aplikasi ArcCatalog
(organizing),
dan
ArcCatalog dapat digunakan untuk melihat data. Bila ada data yang akan
memperoleh data dari pihak lain, data tidak dapat langsung digunakan. Data
dengan atribut yang tersimpan pada tabel terpisah. Pada saat data siap, isi
3. Aplikasi ArcToolbox
Sebagai inti dari semua proses analisis data dalam ArcGIS, ArcToolbox
Add XY coordinat
proyeksi
Merger data
4. Aplikasi ArcGlobe
secara 3D ke dalam bola dunia dan dapat dihubungkan langsung dengan Internet.
2-45
Aplikasi ini umumnya dirancang untuk digunakan dengan dataset yang sangat
besar dan memungkinkan untuk visualisasi yang tidakterputus untuk data raster dan
5. Aplikasi ArcScene
Pada studi terdahulu ini, dengan judul tersebut yang ditulis oleh Edi Nurrochman,
merupakan fenomena banjir, genangan dan suatu krisis air yang terjadi
diakibatkan adanya suatu perubahan tataguna lahan serta intensitas curah hujan
wilayah perkotaan selalu saja terjadi. Perubahan tataguna lahan dari lahan non
run-off). Hasil dari penelitian dengan metode analisis spasial ini menunjukkan
bahwa Kawasan Bandung Utara dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun yaitu;
tahun 2003 sampai 2014 perubahan suatu lahan resapan menjadi lahan kedap air
mencapai angka 32% (8.618,88 Ha) dari luas tangkapan yang ada sebesar 26.934
ha, berdasarkan metode analisis MIKE SHE perubahan tataguna lahan ini
2-46
menyebabkan trend dari peningkatan nilai koeffisien aliran permukaan (C), yaitu
dari 0,1341 pada tahun 2003 menjadi 0,1502 pada tahun 2014. Perhitungan debit
banjir puncak dengan metode Hidrograf Satuan Sintesis ITB-1 untuk periode
ulang 25 tahun debit banjir Sungai Cimeta 85,42 M3/detik, Sungai Cikapundung
77,06 M3/detik, Sungai Cihaur 41,77 M3/detik, Sungai Citepus 35,40 M3/detik,
Sungai Cimahi 29,78 M3/detik, dan Sungai Cibaligo 14,05 M3/detik. Perubahan
berdasarkan suatu analisis metode USLE laju erosivitas tanah sebesar 22,86
ton/ha/tahun.
Dampak yang ditimbulkan dari perubahan tataguna lahan suatu ruang terbuka
air oleh tanah, dan kualitas air di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga
menyebabkan terjadinya suatu banjir. Kota Palembang memiliki 22 titik ruas jalan
dan 43 titik daerah yang menjadi rawan banjir, salah satunya ialah DAS Buah.
2-47
Daerah Aliran Sungai Buah rawan terhadap banjir dan termasuk DAS kritis di
Kota Palembang. Penyebab banjir di DAS Buah karena alih fungsi suatu lahan
ruang terbuka hijau menjadi kawasan permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dari perubahan pola penggunaan lahan dari
tahun 2000-2017 yang dapat mempengaruhi banjir di DAS Buah Kota Palembang.
didukung data dari observasi lapangan. Hasil analisis overlay menunjukkan bahwa
efek dari perubahan penggunaan lahan pada DAS Buah ialah 25,74%. Lokasi titik
banjir di Sungai Buah pada tahun 2012 sebanyak 34 titik lokasi dan meningkat
pada tahun 2017 sebanyak 38 titik lokasi banjir dengan frekuensi yang berbeda.
Permukaan
Perubahan yang cepat pada daerah Bogor dari lahan penyerapan air menjadi lahan
permukiman dan sebagainya dapat mengurangi kapasitas untuk menyerap air dan
tengah DAS Ciliwung dan memberikan suatu kontribusi yang signifikan untuk
2-48
meningkatkan laju aliran air sungai. Pengendalian run-off sangat penting untuk
dikurangi ancaman banjir daerah Jakarta serta meningkatkan komposit air tanah
untuk Kota Bogor itu sendiri. Metode analisis shift-share membandingan jenis dan
lahan penggunaan lahan dalam waktu yang berbeda. Hasil dari penelitian inipun
Puncak Banjir
Bencana banjir yang terjadi pada suatu tempat dapat disebabkan oleh dua faktor
antara lain; perubahan tataguna lahan yang signifikan atau intensitas curah hujan
adanya perubahan kondisi debit banjir DAS. Akibat dari alih fungsi lahan yang
ada, air hujan yang jatuh lebih berpotensi menjadi aliran permukaan daripada
Brantas hulu pada luas lahan permukiman sebesar 9% dari 29,18 km2 menjadi
31,81 km2 dan perkebunan sebesar 7%. Dari perubahan tersebut mempunyai
dampak yaitu berubahnya respond DAS terhadap hujan dengan debit puncak
banjir tahun 2003 rata-rata debit puncak banjir sebesar 96,79 m3/detik menjadi
Pada awal 2010 di wilayah Bandung telah terjadi hujan dengan intensitas yang
sangat tinggi, serta berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Kondisi ini
Berdasarkan hasil analisis intensitas curah hujan diketahui bahwa jumlah curah
hujan yang terjadi pada bulan Januari, Februari dan Maret 2010, seluruhnya
berada diatas normal demikian pula dengan jumlah hari hujannya. Tingginya
intensitas curah hujan yang terjadi selama 3 bulan berturut-turut dengan kondisi di
atas normal jarang sekali terjadi di wilayah Bandung. Berdasarkan catatan yang
dimiliki oleh BMKG Stasiun Geofisika Bandung hal serupa pernah terjadi pada
tahun 1952 dan 1966, namun demikian intensitas curah hujan bulanan yang terjadi
pada awal 2010 tersebut yang terjadi selama 3 bulan berturut-turut merupakan