Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BAHAN PAKAN

GEOVARNA DEWI SUKMA


21914003

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah yang berjudul “Fermentasi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak
Sapi” ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca mengenai hal-hal yang berkaitan dengannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki terbatas. Oleh karena itu harapan kami kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keberlangsungan suatu proses kehidupan termasuk ternak, banyak hal atau
faktor yang harus diperhatikan. Salah satu faktor tersebut yang sangat penting
adalah faktor pakan. Pakan merupakan faktor penting di dalam usaha peternakan,
lebih-lebih terhadap tinggi rendahnya produksi. Jumlah serta kualitas pakan yang
baik dan sesuai, pemberian pakan akan mengakibatkan keberhasilan suatu usaha
peternakan.
Kesalahan dalam pemberian pakan akan mengakibatkan penurunan
produksi dan bahkan mengganggu kesehatan. Pada dasarnya pakan terdiri dari
beberapa komponen yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
pokok seperti metabolisme tubuh, detak jantung, beraktivitas dan lain-lain.
Apabila kebutuhan pokok sudah terpenuhi, maka kelebihan komponen pakan akan
digunakan untuk berproduksi seperti telur dan susu.
Pakan disusun dari beberapa macam bahan pakan, semakin banyak bahan
yang digunakan maka pakan yang disusun akan semakin baik. Namun realita yang
terjadi di dunia peternakan saat ini adalah pakan yang diberikan kuantitasnya baik
namun kualitasnya rendah ataupun sebaliknya. Keadaan sosio-ekonomi yang
berbeda terutama untuk negara-negara berkembang, adalah untuk "mencocokkan
sistem produksi ternak dengan sumber daya yang ada". Makalah ini menetapkan
panduan untuk menerapkan konsep-konsep ini pada pengembangan sistem
pemberian pakan yang bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber
pakan lokal/alternatif yang bisa mengatasi masalah di dunia peternakan saat ini.

1.2. Identifikasi Masalah


a. Bagaimana potensi produksi jerami kacang tanah.
b. Apa saja kandungan nutrisi pada jerami kacang tanah.
c. Apakah terdapat zat antinutrisi pada jerami kacang tanah.
d. Bagaimana pemanfaatan jerami kacang tanah untuk pakan ternak.
1.3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui potensi produksi jerami kacang tanah.
b. Mengetahui kandungan nutrisi pada jerami kacang tanah.
c. Mengetahui zat antinutrisi pada jerami kacang tanah.
d. Mengetahui pemanfaatan jerami kacang tanah untuk pakan ternak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Potensi Produksi Jerami Kacang Tanah


Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak
(peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber
energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup . Zat yang
terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang
kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang.
Bahan pakan konvensional adalah bahan baku yang sering digunakan
dalam pakan yang biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup (misalnya
Protein) dan disukai ternak. Bahan pakan konvensional merupakan bahan makro,
contohnya adalah jagung, bungkil kedelai, gandum, tepung ikan dan bahan
lainnya. Sedangkan bahan pakan inkonvensional adalah bahan baku yang berasal
dari bahan yang belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan dari hasil ikutan
industri agro atau peternakan dan perikana. Pakan dari kandungan nutrisinya
masih memadai untuk diolah menjadi pakan. Bahan pakan ini biasanya berasal
dari ikutan industri agro atau peternakan dan perikanan.
Hijauan pakan sebagai pakan utama ternak ruminansia sering mengalami
kekurangan terutama di musim kering dengan mutu yang rendah. Selain itu
penggunaan lahan untuk tanaman pakan masih bersaing dengan tanaman pangan
karena tanaman pakan belum menjadi prioritas. Peningkatan luas lahan pertanian
memberikan implikasi terhadap peningkatan luas areal panen tanaman pangan,
dengan semakin intensifnya pola pertanian tanaman pangan mengakibatkan
semakin meningkatnya produksi limbah tanaman pangan yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pakan.
Limbah tanaman pangan dan produksinya sangat tergantung pada jenis
dan jumlah areal penanaman atau pola tanam dari tanaman pangan di suatu
wilayah (Makkar, 2002). Produksi limbah tanaman pangan dapat diestimasi
berdasarkan asumsi dari perbandingan antara produk utama dengan limbahnya.
Estimasi produksi limbah tanaman pangan dapat menunjukkan perbedaan yang
disebabkan oleh perbedaan angka konversi (rasio) yang digunakan. Untuk
mengetahui produksi limbah tanaman pangan di suatu wilayah dapat pula
diperkirakan berdasarkan luas areal panen dari tanaman pangan tersebut
(Jayasuriya, 2002). Jenis limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan
seperti jerami padi, jerami jagung, jerami kacang kedelai, jerami kacang tanah dan
pucuk ubi kayu (Djajanegara, 1999).
Jerami kacang tanah memiliki produksi yang cukup tinggi sehingga baik
digunakan sebagai bahan pakan alternatif yang dapat mengatasi permasalahan
kekurangan pakan bagi ternak saat musim kemarau. Rata produksi segar jerami
kacang tanah adalah 8,81 ton/ha, 5,70 ton/ha dan 4,94 ton/ha. Berdasarkan
penelitian Muller (1974) produksi jerami kacang tanah yaitu sebesar 2.5 ton/ha.

2.2. Kandungan Nutrisi Jerami Kacang Tanah


Limbah pertanian adalah bagian utama diatas atau pucuknya yang tersisa
setelah panen atau diambil hasil utamanya. Beberapa contoh dari limbah pertanian
yang digunakan sebagai pakan ternak diantaranya jerami padi, jerami jagung,
jeramai kacang tanah dan jerami kedelai.
Limbah pertanian umumnya mempunyai kualitas yang rendah sehingga
penambahan konsentrat dalam ransum merupakan salah satu cara untuk
menanggulanginya. Kendala utama pemanfaatan limbah pertanian adalah
penggunaannya sebagai pupuk atau bahan bakar, lokasinya yang tersebar,
teknologi penggunaannya untuk ternak, umumnya mempunyai protein yang
rendah, kecernaan yang rendah dan fluktuasi panen yang sering terjadi pada
tanaman pangan, agar limbah dapat dimanfaatkan secara efisien, maka harus ada
pengumpulan kemudian diproses secara kooperatif. Pemberian pada ternak perlu
penambahan suplemen untuk menyeimbangkan nilai gizinya.
Rata-rata kualitas jerami kacang tanah adalah kandungan protein kasar
sebesar 12,00%, kandungan serat kasar 30,27%, lemak kasar 2.67%, bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 42,76% dan abu 2,30%. Produksi bahan kering
jerami kacang tanah di Sulawesi Selatan 178.206 ton. Berdasarkan TDN dan
protein kasar jumlah produksi jerami kacang tanah adalah 92.827 ton dan 21.385
ton.

2.3. Zat Antinutrisi Jerami Kacang Tanah


Tingkat kecernaan, konsumsi dan efisiensi penggunaan nutrisi bahan
pakan asal limbah atau hasil sisa tanaman dipengaruhi oleh tingkat kandungan
berbagai senyawa kimiawi yang bersifat penghambat (inhibitor). Pada jerami
kacang tanah faktor penghambat didominasi oleh kelompok senyawa fenolik
polimer seprti lignin yang terdapat di dalam dinding sel. Dinding sel merupakan
fraksi jaringan terbesar yaitu berkisar antara 69% pada jerami kacang tanah
(Tangenjaya dan Gunawan, 1988).

2.4. Pemanfaatan Jerami Kacang Tanah


Jerami kacang tanah dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, dapat
langsung diberikan juga tanpa diproses apa pun. Karena keberadaannya musiman
agar bisa disimpan lama, maka saat panen harus sesegera mungkin dikeringkan
sampai benar-benar kering, sampai kadar airnya kurang dari 10% supaya tidak
berjamur. Sebelum dikeringkan, sebaiknya di chopper lembut terlebih dahulu,
lebih baik lagi jika diproses fermentasi secara tertutup, agar bisa disimpan
berbulan-bulan untuk cadangan pakan saat paceklik.
Kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia.
Dilihat dari daya dukung kacang tanah, jerami kacang tanah memiliki potensi
yang baik sebagai pakan ternak. Daya dukung jerami kacang tanah adalah
merupakan kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan atau menyediakan
pakan berupa limbah jerami kacang tanah yang dapat menampung kebutuhan
sejumlah populasi ternak ruminansia tanpa melalui pengolahan. Daya dukung
jerami kacang tanah sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Sulawesi Selatan
berdasarkan bahan kering, protein kasar dan total digestible nutrient. Daya dukung
jerami kacang tanah berdasarkan bahan kering dapat menampung sejumlah 78.160
ST, dan Kabupaten Bone dan Jeneponto memiliki daya dukung tinggi yaitu
sebesar 28.559 ST.
Produksi jerami kacang tanah dihitung berdasarkan produksi segar,
produksi kering, produksi bahan kering (BK), produksi protein kasar (PK), dan
produksi total digestible nutrient (TDN) (Syamsu dkk., 2005).Melihat potensi dan
daya dukung jerami kacang tanah sebagai pakan nampaknya dapat memenuhi
kebutuhan dalam penyediaan pakan bagi sejumlah populasi ternak ruminansia.
Namun disisi lain, penggunaan limbah tanaman pangan sebagai pakan memiliki
berbagai kendala yang disebabkan oleh nilai nutrisinya yang amat beragam
tergantung dari spesies, waktu penen serta adanya perlakuan pasca penen
(Soetanto, 2001). Dengan nilai nutrisi yang rendah seperti kandungan protein
yang rendah dan serat kasar yang tinggi menyebabkan limbah pertanian terbatas
untuk digunakan sebagai pakan (Sofyan, 1998).
Upaya untuk meningkatkan nilai gizi limbah pertanian dengan
menggunakan teknologi pakan telah diterapkan di masyarakat seperti perlakuan
fisik, kimiawi serta biologis. Ditingkat peternak penerapan teknologi peningkatan
kualitas limbah pertanian memiliki hambatan dengan berbagai alasan seperti
jumlah limbah yang dapat dikumpulkan oleh peternak relatif sedikit karena
kurangnya fasilitas untuk penyimpanan dan terjadinya penambahan beban biaya
dan tenaga kerja bagi peternak dengan melakukan teknologi tersebut
(Djajanegara, 1999). Untuk itu dibutuhkan teknologi pakan yang sederhana,
murah dan mudah diadopsi oleh peternak.
III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Rata produksi segar jerami kacang tanah adalah 8,81 ton/ha, 5,70 ton/ha
dan 4,94 ton/ha. Berdasarkan penelitian Muller (1974) produksi jerami
kacang tanah yaitu sebesar 2.5 ton/ha.
b. Rata-rata kualitas jerami kacang tanah adalah kandungan protein kasar
sebesar 12,00%, kandungan serat kasar 30,27%, lemak kasar 2.67%, bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 42,76% dan abu 2,30%.
c. Pada jerami kacang tanah faktor penghambat didominasi oleh kelompok
senyawa fenolik polimer seprti lignin yang terdapat di dalam dinding sel.
d. Jerami kacang tanah dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, dapat
langsung diberikan juga tanpa diproses apa pun.
DAFTAR PUSTAKA

Djajanegara, A. 1999. Local livestock feed resources. Di dalam: Livestock


Industries of Indonesia Prior to the Asian Financial Crisis. RAP
Publication 1999/37. Bangkok: FAO Regional Office for Asia and the
Pacific. hlm 29-39.

Muller, ZO. 1974. Livestock Nutrition in Indonesia. Rome: UNDP FAO.

Soetanto, H. 2001. Teknologi dan Strategi Penyediaan Pakan dalam


Pengembangan Industri Peternakan. Makalah Workshop Strategi
Pengembangan Industri Peternakan, Makassar, 29 – 30 Mei 2001.
Makassar: Fakultas Peternakan UNHAS dan Puslitbang Bioteknologi LIPI.

Sofyan, L.A. 1998. Permasalahan Pakan Ternak dan Solusinya. Makalah Dialog
Nasional Peternakan. Bogor, 30 – 31 Mei 1998. Bogor: Lembaga
Kemahasiswaan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Syamsu, J.A., L.A. Sofyan., K. Mudikdjo, E.G.SA’IDdan E.B. Laconi. 2005.


Analisis Potensi Limbah Tanaman Pangan sebagai Sumber Pakan Ternak
Ruminansia di Sulawesi Selatan. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan.8(4): 291
– 301.

Tangenjaya, B., dan Gunawan. 1988. Jerami Untuk Makanan Ternak. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal.349-378.

Anda mungkin juga menyukai