Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Yanuar Fahmi
1113034000154
Yanuar Fahmi
Sukses dalam al-Qur’an (Studi Tafsȋr Fȋ Ẕilâl al-Qur’ân)
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmânirrahȋm
Assalâmualaikum Waraẖmatullâhi Wabarakâtuh
Puji syukur kehadirat Allah Subẖânahu wata’âla, Tuhan semesta alam
yang telah memberikan kenikmatan iman, islam, kesehatan jasmani dan rohani,
Shalawat dan salam tercurah pada Nabi Muhammad Sallallâhu ‘alaihi wasallam,
penutup para Nabi yang memiliki akhlak mulia dan menuntun ummatnya pada
jalan yang lurus untuk mendapatkan kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat, serta
doa untuk keluarganya, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir yang harus di selesaikan
untuk menamatkan kuliah dan mendapatkan gelar sarjana Strata-1 pada Jurusan
Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuludin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setinggi
tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ushuluddin
ii
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M . A . , selaku ketua Jurusan Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Ibu Dra. Banun Binaningrum,
M.Pd., selaku sekertaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Serta seluruh
dosen dan staf akademik Fakultas Ushuluddin, khususnya jurusan Ilmu Al-
skripsi ini dapat terselesaikan. Mohon maaf jika selama proses bimbingan
yang sukses dan bermanfaat bagi orang lain. Semoga Allah Subẖânahu
Kusmela, Abdul Haris, Abdullah Syafei, Julfikar Malik, dan adikku Nuri
iii
8. Teman-teman seperjuangan, kepada seluruh teman Jurusan Tafsir-
Hamdillah, Ismail Syaefullah, Meida Kartika, dan dari kelas lainnya yaitu
Filzah Nida, Siti Arimah, Maya Arianti, Aini Indah, serta teman-teman
lain yang tidak bisa saya sebutkan semuanya, semoga kita semua tetap
Alfiansyah, Sekar Dinar Sari, Putri, dan Indah Ayu, terima kasih atas
10. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam
proses penyelesaian skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
yang telah diberikan. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca agar selalu berpegang pada
ajaran-ajaran al-Qur’an.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Parung, Juni 2018
Yanuar Fahmi
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
PEDOMAN TRANSLITERASI...........................................................................vii
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................8
D. Tinjauan Pustaka.........................................................................9
E. Metodologi Penelitian................................................................11
F. Sistematika Penulisan.................................................................12
A. Kiat-kiat sukses
1. Mendirikan Shalat................................................................58
2. Bersifat Sabar.......................................................................62
3. Keteguhan Hati.....................................................................66
4. Memberikan Sebahagiaan Rezeki........................................70
5. Bekerja.................................................................................73
6. Mengingat Nikmat Allah......................................................77
v
B. Analisis terhadap Penafsiran Sayyid Quṯb Tentang Ayat
Sukses dalam Tafsȋr Fȋ Ẕilâl al-Qur’ân
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................90
B. Saran...........................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................92
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman
2013/2014.
Konsonan
ب b be
ت t te
ث ts te dan es
ج j je
خ kh ka dan ha
د d de
ر r er
ز z zet
س s es
ش sy es dan ye
vii
ص s es dengan garis di bawah
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q ki
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
ه h ha
ء ` apostrof
ي y ya
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
viii
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ´ A Fathah
َ¸ I Kasrah
َ˚ U ḏammah
´َي Ai a dan i
´َو Au a dan u
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam aksara arab
ix
Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
Syaddah (tasydȋd)
dengan sebuah tanda (َ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
Ta marbûṯah
Jika ta marbūṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti أب.˚ ˚˚ري´ه˚و.´ = رةAbû Hurairah.
Huruf Kapital
x
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Penting utnuk diperhatikan, jika nama diri didahului oleh
kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Ḫâmid al-Ghazâlȋ
Setiap kata baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf (ẖarf)
˚´اذ
2 ب´ ´ت األ ˚ج˚ ر.´ث Tsabata al-ajru
ّر˚ك ˚ماهلل
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak sekali bukti-bukti otentik dalam ajaran Islam yang menuntut setiap
Muslim untuk selalu sukses dalam kehidupan yang dijalaninya. Salah satu yang
paling kentara adalah seruan adzan yang dikumandangkan sebagai panggilan untuk
Sungguh, seruan ini bukan hanya seruan bagi seorang Muslim untuk shalat, tetapi
juga seruan untuk mengeluarkan potensi terbaiknya dalam kehidupan agar dapat
selamat dunia dan akhirat. Seruan ini adalah seruan bagi setiap Muslim untuk selalu
kepada bayinya yang baru lahir ke dunia. Maka, ajaran Islam yang mulia
mengajarkan kepada semua Muslim bahwa sejak pertama kali dia muncul ke dunia,
dia sudah diserukan untuk selalu mendapatkan kemenangan dalam hidupnya, dia
sudah diserukan untuk menjadi juara dalam setiap kompetisi yang akan dihadapinya
Setiap Muslim selalu mengingat dan memahami bahwa kesuksesan yang hakiki
adalah kesuksesan yang tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai iman dan amal
1
Imam Munadi, Menyimak Rahasia dibalik fenomena Sukses (Jakarta: Skil Publishing, 2005),
h. 10
1
2
saleh.
Memang, salah satu hasrat yang tidak pernah padam dimiliki oleh manusia
adalah hasrat untuk menjadi orang yang kaya. Oleh karena keberadaan hasrat inilah,
banyak orang bodoh menjadi sukses dan kaya, banyak orang miskin menjadi sukses
dan kaya, banyak orang orang berbakat menjadi sukses dan kaya, dan banyak orang
Apalah arti sukses didunia karena memiliki banyak harta sedangkan banyak
orang yang teraniaya karena harta? Apalah artinya sukses tetapi Cara yang kita
keburukan lainnya? Apalah yang telah kita lakukan itu sungguh menyakiti banyak
orang.
Harta, jabatan, gelar, status sosial, populeritas, atau pengaruh bisa memberi
indikasi tentang nilai diri seseorang, ukuran ini tidaklah mutlak. Ukuran-ukuran ini
sementara sifatnya. Penghasilan ataupun harta tidaklah abadi. Hari ini harta ada besok
bisa lenyap. Perkataan kuno mengatakan, “janganlah bersusah payah untuk menjadi
karena ia tiba-tiba bersayap lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.” Begitu juga
dengan jabatan, hari ini anda bisa memiliki jabatan, besok lusa jabatan anda bisa diisi
2
Muhammad Muhyidin, Kaya Duit, Kaya Hati atau Kaya Keduanya (Jogjakarta: Diva Press,
2009), h. 200
3
orang lain. Tahun ini mendapat gelar, Lima tahun kemudian, bila anda tidak
menekuni topik yang anda pelajari, gelar itu tidak lagi valid. Begitu pula status sosial,
Orang sukses tidak hanya diukur seberapa tinggi jabatannya, seberapa banyak
seberapa mewah rumah dan kendaraan yang dimilikinya, seberapa banyak karya yang
dibuatnya, seberapa tinggi populeritas yang diraihnya. Orang yang sukses dalam al-
Qur‟an adalah orang yang selalu melakukan kebaikan dan amal-amal saleh. Seperti
Sebagaimana Allah Subẖânahu waTa‟âla berfirman dalam Q.S al- Hajj [22]: 77.
ٓأ '´ي
.´ي
ّ´ ه ا
ٱل
ّ ِذي ´ن ء´ا´ مُنوْا ٱر ٓ˜ ´كُعوْا ´وٱس ٓ˜ ُج
ُدوا
ْ ´وٱع ٓ˜ُب دوْا
´ رب
ّ ُكم ٓ˜ ´وٱف ٓ˜ ´عُلوْا ٱل ٓ˜ ´خي ٓ˜´ ر ل
´ ´ع ل
ّ ُكم ٓ˜ ُتف ٓ˜ ِِ ُلو´ ن
yang beriman agar melakukan rukuk dan sujud. Shalat dikiaskan dengan rukuk dan
sujud untuk bentuk yang menonjol, gerakan yang nyata dalam ungkapan, yang
dilukiskannya sebagai pemandangan yang jelas dan sikap badan yang terlihat. Karena
4
ungkapan sedemikian rupa itu lebih dalam pengaruhnnya dan lebih kuat kesannya
terhadap perasaan.4
dan sujud menggambarkan kedekatan antara manusia dengan Tuhan-Nya, antara sang
3
H.U. Adil Samadani, Sukses Itu Muda, 9 Strategi untuk menghancurkan kegagalan (Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2014), h. 23
4
Sayyid Quṯb, Tafsîr Fî Ẕilâl al-Qur‟ân (Beirut: Dâr al-Masyruk, 1972), Juz XVII, h. 2445
5
khalik dengan hambanya, yang dinyatakan dengan ucapan dan perbuatan yaitu shalat.
Kesuksesan secara umum dibagi menjadi dua yaitu kesuksesan di dunia dan
ukhrawi ada tiga macam, yaitu keabadian dengan tanpa rusak, kekayaan dengan tanpa
kemenangan yang mendatangkan kebahagiaan itu ada yang sejati abadi dan ada yang
tidak sejati tidak abadi. Kebahagiaan sejati akan memberi dampak psikologis yang
abadi dan membuat pemiliknya sehat ruhani, sedangkan yang tidak sejati hanya
bersifat sesaat atau temporer dan membuat pemiliknya tidak sehat, secara ruhani.5
dari aspek duniawi, namun juga ukhrawi. Untuk itu, kita butuh suatu sistem atau pola
hidup yang memungkinkan kita untuk dapat meraih sukses di dunia sekaligus di
akhirat.
maupun politik dengan pemecahan yang bijaksana. Karena dia diturunkan oleh yang
5
Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks (Yogyakarta:
Elsaq Press, 2005), h. 346
6
Manna Khalil al Qâṯṯân, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2003),
h. 14
6
Al-Qur‟an dalam tataran umat Islam dianggap sebagai acuan pertama dalam
pengambilan hukum maupun mengatur pola hidup masyarakat karena telah dianggap
sebagai prinsip utama dalam agama Islam. Maka sudah menjadi sebuah keharusan
Di dalam al-Qur‟an sukses atau beruntung itu disebut dengan al-falâẖ dan al-
Fauz. Dalam kitab al-Mu‟jam al-Mufahras Li Alfâẕ al-Qur‟ân al-karȋm kata al-
Falâẖ dan derivasinya terdapat 40 ayat dalam 25 Surat dan al-fauz terdapat 29 ayat
dalam 21 surat.7 Kata al-falâẖ lebih umum dari kata al-fauz, al-falâẖ adalah
kata al-fauz lebih dikhususkan kemenangan atau keberuntungan yang didapatkan oleh
Kitab Tafsir yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini, ialah Tafsîr Fî
Ẕilâl al-Qur‟ân karya Sayyid Quṯb. Ada beberapa hal yang menjadi alasan dipilihnya
pendekatan baru dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an agar dapat menjawab segala
macam bentuk permasalahan. Adapun pemikiran beliau yang sangat mendasar adalah
keharusan kembali kepada Allah Subhânahu waTa‟ala dan kepada tatanan kehidupan
7
Muhammad Fuad „Abd al-Bâqȋ, al-Mu‟jam al-Mufaẖras Li Alfâẕ al-Qur‟ân al-karȋm
(Turki: al-Maktabah al-Islamiyah, 1984), h.526
7
Karya Sayyid Quṯb ini termasuk dalam kategori tafsîr periode modern yang
penafsirannya lebih sesuai dengan kehidupan masa kini. Tafsir Sayyid Quṯb kaya
Melihat penulisan Tafsȋr Fî Ẕilâl al-Qur‟ân yang mengikuti alur susunan surah
dan ayat yang termaktub dalam mushaf al-Qur‟an, maka dari satu sisi bisa dikatakan
bahwa Sayyid Quṯb telah menggunakan metode Analisa atau tahlili9. Disisi lain
sebagaimana disebutkan diatas, Sayyid Quṯb juga tidak menggunakan metode tahlili
secara muthlak, karena dia juga menafsirkan ayat dengan ayat yang lain, baik sebagai
penafsiran ayat yang ditafsirkannya maupun sebagai penguat pendapatnya, Cara ini
Quṯb sangat concern terhadap penjelasan keserasian tema-tema dari sebuah surah,
Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini penulis tertarik mengambil judul:
1. Pembatasan Masalah
berbagai bentuk derivasi (turunan katanya), dan untuk mengetahui pengetahuan kata
sukses dalam al-Qur‟an, terlebih dahulu harus ditelusuri dalam ayat-ayat tersebut dan
Kata sukses dalam al-Qur‟an terdapat dua term yaitu al-falâẖ dan al-fauz. Kata
al-falâẖ dalam al-Qur‟an merupakan akar dari kata aflaẖa-yufliẖu-iflaẖan ِ فل.ُْ أ´ْف´ ل ´ح – ي
ُح
bentuknya kata ini disebut 40 kali dalam al-Qur‟an dalam bentuk fi‟l mâḏi, aflaẖa
ح´ ل´ ْف´أdisebut 4 kali, fi‟l muḏâri‟, tufliẖu ُت.˚ِح ْ فل, tufliẖûna ُت.ِح و ْ فل ِ
ْ ُ ´ن, yufliẖûna ي.ح و ُْ فل
ْ ُ ´ن
disebut 23 kali, dan ism yang semuanyah berbentuk ism fâ‟il (pelaku), al-
mufliẖûn ح و ُ ْم ف لِ اْل ِ
ْ ُ ´ نdisebut 12 kali dan al-mufliẖîna ح ُمف ل اْل
ِ
ْ ´ يdisebut 1 kali.12
disebut 29 kali dalam al-Quran. Dalam bentuk fî‟l mâdî, fâza . ´ زdisebut 2 kali, bentuk
´ف
fî‟l muḏâri‟, afûza ُف´ا. ز ْ´ وdisebut 1 kali, masdar al-fauzu ْ ْف وز´ الdan fauzan 19 ´ف. زا ْ˝ وkali,
ism
12
Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata, h. 623
1
Penulis mengambil lima ayat dari lima surat tentang sukses dalam al-Qur‟an
lalu diuraikan dalam Tafsir fȋ Ẕilâl al-Qur‟ân , antaralain: Q.S al- Hajj [22]: 77, Q.S
Âli Imrân [3]: 200, al-Anfâl [8]: 45, al-Jumu‟ah [62]: 10 dan Q.S al-„Arâf [7]: 69
Subẖânahu waTa‟âla.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas,
penafsiran Sayyid Quṯb terhadap ayat yang mengandung lafaz sukses dalam Tafsȋr Fî
Ẕilâl al Qur‟ân?
Ẕilâl al Qur‟ân.
Filsafat program studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
b. Bagi pihak akademis dan masyarakat luas, hasil penelitian ini diharapkan
Qur‟ân.
karya-karya penelitian.
D. Tinjauan Pustaka
Perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta pencarian di dunia maya
dalam kajian pustaka ini penulis menemukan karya yang membahas mengenai sukses
Salah satu buku yang membahas tentang sukses adalah Kunci Rahasia Sukses
menurut al-Qur‟an yang ditulis oleh Amirullah Syarbini, buku ini membahas tentang
cara hidup sukses dengan prinsip-prinsip al-Qur‟an dengan mengutip ayat-ayat secara
umum. Berbeda dengan penelitian yang penulis garap, disini penulis mengambil ayat-
Karya lain yang membahas tentang tema sukses adalah hasil penelitian yang
dilakukan oleh Imam Munadi yang berudul “Saya Bisa, Menyibak Rahasia dibalik
1
Fenomena Sukses Sebuah Bekal Untuk Pemuda Islam”. Buku tersebut menjelaskan
Buku selanjutnya adalah buku yang berjudul, “Hidup Sukses dan Bahagia, Tanpa
Takut dan Cemas” yang ditulis oleh K. Sri Dhamananda. Buku ini membahas tentang
bagaimana cara hidup sukses dan bahagia dalam dunia yang banyak masalah, serba
Buku yang berjudul Menajemen Qalbu untuk Meraih Sukses, yang ditulis oleh
Abdullah Gymnastiar. Buku ini membahas konsep manajemen qalbu untuk meraih
sukses. Buku ini berisi gagasan dan konsep-konsep dasar yang terhimpun dalam
rumus 7B yaitu beribadah dengan benar, berakhlak baik, belajar tiada henti, bekerja
keras dengan cerdas dan ikhlas, bersahaja dalam hidup, bantu sesama, dan bersihkan
hati selalu.
Hasil penelitian skripsi yang dilakukan oleh Abdullah Muslim yang berudul
“Teologi Sukses di Asia Analisis Ajaran Sukses di Korea dan Indonesia” Jurusan
Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta tahun 2015. Skripsi tersebut
Indonesia
Hasil penelitian skripsi yang dilakukan oleh Zaenal Abidin yang berjudul
Hasil penelitian skripsi yang dilakukan oleh Erikh Muhartono yang berjudul
“Penafsiran Sayyid Quṯb tentang Jihad dalam Fȋ Ẕilal al-Qur‟ân” Jurusan Tafsir
Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. Skripsi
tersebut menjelaskan tentang Jihad menurut Sayyid Quṯb memiliki beberapa tahapan
yang harus dilalui, sesuai dengan turunnya perintah Jihad itu Sendiri. Hal itu
Berbeda dengan penelitian skripsi penulis yang berkaitan dengan sukses dalam al-
E. Metode Penelitian
tematik atau metode tafsir mauḏu‟i. Tafsir tematik suatu metode tafsir dengan cara
menghimpun ayat-ayat yang mempunyai satu makna dan penyusunan dibawah satu
13
Abd. Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu‟iy. Penerjemah, Surya A. Jamrah
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 35
1
3. Teknik Penulisan
Penulis berpedoman kepada buku pedoman penulisan yaitu buku pedoman akademik
F. Sistematika Penulisan
Sebagai penelitian ilmiah yaitu skripsi, maka penulisan skripsi ini tersusun
secara sistematis. Dalam penyusunan penulisan ini penulis membagi menjadi Lima
bab dan pada setiap bab terdapat sub bab tersendiri sebagai pemaparan atau
dari skripsi ini dan berfungsi sebagai bahan acuan pembahasan pada bab-bab
selanjutnya. Pada bab ini terdapat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan kelanjutan dari bab 1 yaitu membahas tentang riwayat
hidup Sayyid Quṯb, baik metode, sistematika maupun corak Sayyid Quṯb dalam
menafsirkan al-Qur‟an. Pada bagian ini akan diuraikan perjalanan dan pendidikan
landasan teoritis, tentang sukses yaitu pengertian sukses, langkah meraih sukses,
motivasi berprestasi menuju sukses, term sukses dalam al-Qur‟an dan inventarisasi
ayat-ayat sukses.
Bab empat merupakan inti dari penulisan skripsi ini yaitu membahas tentang
antaranya mendirikan shalat, bersifat sabar, keteguhan hati, bekerja dan mengingat
Bab kelima penutup. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran
Sayyid Quṯb lahir di Mausyiah, salah satu provinsi Asyuth, di dataran tinggi
Mesir. Dia lahir pada 9 Oktober 1906. Ini berarti satu tahun sesudah meninggalnya
Muhammad Abduh.1 Nama lengkapnya adalah Sayyid Quṯb Ibrahim Husain. 2 Desa
Musya yaitu sebuah desa di provinsi Asyut yang terletak dikawasan pedesaan Mesir.
Desa ini terkenal dengan sebutan kampungnya Syeikh Abdul Fattah, yang merupakan
Sebagian besar penduduk desa ini menganut agama Islam meski sebagian
kecil ada pula yang menganut agama Nasrani. Pada umumnya, keluarga Nasrani ini
tinggal di kampung lama yang terletak di punggung bukit dan berada sekitar Lima
kilometer dari kantor kepala desa. Mereka menghuni perkampungan kuno yang
Ayah Quṯb bernama al Haj Quṯb bin Ibrahim, seorang petani terhormat yang
penting diselenggarakan, baik yang dihadiri oleh semua orang, maupun yang sifatnya
1
Ridjaluddin. F.N, Teologi Sayyid Quṯb (Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI UHAMKA Jakarta,
2011), h. 10
2
Nuim Hidayat, Sayyid Quṯb, Biografi dan Kejernihan Pemikirannya (Jakarta: Gema Insani,
2005), h. 15
3
Shalah al Khalidiy, Biografi Sayyid Quṯb, Sang Syahid yang Melegenda (Yogyakarta: Pro-U
Media, 2016), h. 36
4
Khalidiy, Biografi Sayyid Quṯb, Sang Syahid yang Melegenda. 37
14
1
rahasia dan dihadiri oleh orang-orang tertentu saja. Lebih dari itu, rumah ayah Quṯb
juga menjadi pusat informasi yang selalu didatangi oleh-oleh orang-orang yang ingin
partai yang sering berkumpul disitu atau untuk tempat membaca koran.5
Haji Quṯb (Ayah Sayyid Quṯb) adalah orang desa yang berwawasan terbuka,
melek secara intelektual dan sadar politik. Dia orang kampung yang gemar membaca
Koran. Setiap hari dia berlangganan Koran Al-liwâ-nya Partai al-Waṯaniy. Dia juga
duduk sebagai anggota komite desa. Dengan menjadikan rumahnnya sebagai home
base partai dan wadah pencerdasan masyarakat, Haji Quṯb dapat disebut anggota
partai yang cukup aktif dikampung itu. Warga kampung datang ke rumahnya untuk
melihat Koran Al-Liwâ dan membaca berita, baik yang bersekala lokal maupun
internasional.6 Haji Quṯb seorang anggota Partai Nasional pimpinan Musṯafa kamil,
yang memiliki kesadaran politik dan semangat nasional yang tinggi. Selain
berlangganan Surat kabar Al-liwâ yang menjadi corong partainya, Quṯb bin Ibrâhȋm
Ibunya (Sayyid Quṯb) berasal dari keluarga terkemuka dan taat beragama
pula. Keluarga ibunya memang dianugerahi dua kelabihan sekaligus; kaya dan
Ibu Sayyid Quṯb merupakan empat bersaudara. Dua diantaranya adalah laki-
5
Hidayat, Sayyid Quṯb, Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h. 16
6
Khalidiy, Biografi Sayyid Quṯb, Sang Syahid yang Melegenda, h.
46 7 Ridjaluddin. F.N, Teologi Sayyid Quṯb, h. 10
8
Ridjaluddin. F.N, Teologi Sayyid Quṯb, h. 12
1
hanya terpandang karena berasal dari keluarga berilmu, melainkan juga karena salah
Perempuan yang menjadi ibu Sayyid Quṯb ini juga rajin ibadah. Dia juga
memiliki kepribadian yang sesuai dengan agama yang dianutnya. Tidak berkeluh
kesah ketika harta milik keluarganya habis terjual, tetapi tetap bersabar, selalu
Ibunda Sayyid Quṯb sangat mendambakan agar anak anaknya segera menjadi
pria matang. Oleh sebab itu, Sayyid Quṯb tumbuh dengan kepribadian yang jauh dari
sifat kekanak-kanakan, bahkan di saat usianya yang masih belia. Sayyid kecil berhasil
menembus ruang keluhuran jiwa yang ditanamkan ibu sejak masih kanak-kanak
Ayah Sayyid Quṯb memiliki dua orang istri. Istri pertama ayahnya melahirkan
seorang anak laki-laki. Istri kedua ayahnya adalah perempuan yang menjadi ibu
kandung Sayyid Quṯb yang melahirkan Lima orang anak dua laki-laki dan tiga
dan Hamidah.
tua tiga tahun darinya. Berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai penulis
Nafisah tidak. Tetapi dia menjadi aktivis Islam dan menjadi syahidah.
Kedua Aminah, ia juga aktivis Islam dan aktif menulis buku-buku sastra. Ada
dua buku yang diterbitkan Aminah, yaitu Fȋ Tayyar al Ḫayah (Dalam Arus
Kehidupan) dan Fiṯ-Ṯariq (Di Jalan). Aminah menikah dengan Sayyid Muhammad
9
Khalidiy, Biografi Sayyid Quṯb, Sang Syahid yang Melegenda, h. 49
1
Ketiga, Hamidah. Hamidah adalah adik perempuan Quṯb yang bungsu. Ia juga
divonis penjara 10 tahun dan dijalaninya selama enam tahun empat bulan. Setelah
Keempat, Muhammad (Quṯb). Dia adalah adik Quṯb dengan selisih umur
sekitar 13 tahun. Dia mengikuti jejak Sayyid Quṯb dengan menjadi aktifis
pergerakkan Islam dan penulis tentang masalah Islam dalam berbagai aspeknya.
Pada tahun 1912, saat Usia Sayyid Quṯb genap enam tahun, keluargnaya aktif
mengirimnya ke sekolah. Namun, waktu itu dia belum begitu tertarik untuk belajar
dan lebih suka tinggal di rumah, bermain bersama kedua adik perempuannya yang
juga masih kecil-kecil. Orangtuanya tidak kehilangan akal. Agar sayyid mau ke
Quṯb bersekolah di daerahnya selama empat tahun dan dia mampu menghafal
Al-Qur‟an ketika berusia sepuluh tahun. Pengetahuannya yang mendalam dan luas
10
Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsȋr Fi Zilâl al Qur‟ân Sayyid
Quṯb, (solo: Intermedia, 2001), h. 23-26
11
Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fȋ Ẕilâl al Qur‟ân Sayyid Quṯb, h. 66
1
pada tahun 1912 dalam usia 6 tahun dikelas persiapan (pra-SD). Kelas ini
mempersiapkan para siswa untuk masuk kelas 1 SD. Meski berhasil lulus setelah
duduk di kelas 4, beliau masih kecil dan belum cukup umur untuk masuk ke Sekolah
Pendidikan Guru Tingkat Pertama, yakni sekolah yang mengorbitkan para guru.
tahun 1918. Sekolahnya terpaksa terhenti selama dua tahun akibat revolusi yang
Meletus. Kemudian setelah situasi mulai stabil dan kondisi negara pulih, beliau
sudah menginjak remaja waktu itu karena sudah dua tahun dia berhenti sekolah.
Kalau bukan karena revolusi yang melumpuhkan sarana transportasi dan membuat
situasai keamanan tak keruan, tentu beliau sudah langsung berangkat begitu tamat.
Namun, sekarang situasinya jauh lebih tenang. Dia juga merasa lebih kuat dari
sebelumnya. Karena tugas yang akan diembannya tak bias menunggu, beliaupun
Pada usia tiga belas tahun, Quṯb dikirimkan kepada seorang pamannya ke
12
Hidayat, Sayyid Quṯb, Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h. 17
13
Jhon L Esposito, Dinamika Kebangunan Islam, (Jakarta: CV. Rajawali, 1987), h. 69
1
Pamannya yang alumnus al-Azhar saat itu berprofesi sebagai jurnalis yang
merangkap menjadi guru. Setiap menulis di surat kabar, dia selalu menggunakan
nama pena Ahmad al-Musyiy nisbat kepada desa asalnya Musya. Ahmad juga aktif di
politik dan menjadi anggota Partai Al-Wafd dan berteman baik dengan Abbas
Mahmud al-Aqqad. Mereka berdua memang tetangga beda kelurahan. Ahmad al-
Huasin. Sayangnya, beliau tidak bisa langsung masuk sekolah. Ia terpaksa mengangur
dahulu hingga setahun lebih. Barulah pada tahun 1922 beliau secara resmi mendaftar
ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Tingkat Pertama karena sekolah itu hanya
Nama sekolah barunya Madrasah Abdul Aziz, dengan masa belajar 3 tahun.
Sayyid berhasil lulus dari sekolah itu pada tahun 1924 dengan mendapat sertifikat
kafâ‟ah mengajar di Sekolah Dasar. Ijazah itulah yang diberikan olah sekolah
diperbolehkan mendaftar ke sekolah yang dikelola oleh Dâr al-‟Ulûm itu pada tahun
1925. Masa belajarnya adalah empat tahun, hampir sama dengan sekolah menengah
Sayyid menyelesaikan studinya dari sekolah persiapan ini pada tahun 1929
dan pada akhir tahun yang sama beliau mendaftar dan diterima di Dâr al-‟Ulûm. Di
kampus ini beliau belajar selama empat tahun. Lulus pada musim panas pada tahun
1933, Sayyid menggondol Ijazah sarjana Licence dalam bidang Bahasa dan Sastra
Arab.
Sayyid Quṯb tidak puas dengan metode pembelajaran yang diterapkan di Dâr
dengan penekanan pada ilmu, agama, sastra, dan Bahasa (Arab). Untuk itu, beliau
Universitas Kairo, yang menurutnya lebih bagus dan lebih baik metode
Penting dicatat dan membuat kita kagum adalah bagaimana Sayyid Quṯb
berfikir akan mengubah metode pembelajaran dengan statusnya yang masih sebagai
mahasiswa, lalu mengusulkan kurikulum lain yang dinilainya lebih sesuai dan lebih
mantap. Tidak hanya itu, usulan itu beliau sampaikan dalam catatan kritis yang
gelar Licience. Semasa kuliah inilah Quṯb mempelajari serta mendalami bidang adab
dan kritik sastra, aktif dalam kegiatan akademik, ekstrakurikuler dan keorganisasian.
usianya empat puluh tahun Quṯb dikenal sebagai kritikus sastra ternama, bukan hanya
Mesir Dar al-Ma‟arif. Pada saat beliau bekerja sebagai pengawas sekolah di
Departeman Pendidikan tepatnya tahun 1948, dia mendapat tugas belajar ke Amerika
Kembali ke Mesir pada tahun 1950. Keberangkatan beliau ke Amerika itu ternyata
telah mengubah perhatiannya dari bidang sastra ke bidang reformasi dan pendidikan
berdasarkan pandangan Islam. Sejak itu dia banyak menulis buku, mengadakan
menghadiri seminar-seminar dan ikut dalam berbagai aktivitas sosial, politik dan
ekonomi sampai pecahnya revolusi di Mesir dibawah pimpinan Jamal Abd al Nashr.16
Dia lulus dari Dar al-ulum, dan dipengaruhi pemikiran Abbas Mahmud al-
Aqqad17 yang cendrung pada pendekatan pembaratan. Dia sangat berminat pada
sastra Inggris dan dilahapnya segala sesuatu yang dapat diperolehnya dalam bentuk
Suatu kedudukan yang akhirnya ditinggalkan demi mengabdikan dirinya pada tulis
menulis.18
15
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 132
16
Syibromalisi dan Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 133
17
Abbas Mahmud al-Aqqad adalah salah seorang tokoh sastrawan. Dia adalah pemuncak dari
bangunan kebudayaan. Dialah yang telah meletakkan asas-asas aliran keilmuan yang beraneka ragam,
baik dalam sastra, pengetahuan, kebudayaan, maupun kehidupan. Dikenal sebagai sastrawan, penulis
dan pengamat sastra. Orientasi Islam al-Aqqad lebih bersifat teoritis dan mengedepankan intelektual.
Lihat Shalah al-Khalidiy, Biografi Sayyid Quthb, Sang Sahid yang melegenda, Penerjemah: Misran,
(Yogyakarta: Pro-U Media, 2016), h. 123
18
Esposito, Dinamika Kebangunan Islam, h. 69
2
bidang sastera. Kekagumannya pada al-Aqqad demikian besar, bahkan sudah tingkat
fanatik. Kefanatikannya tersebut diakuinya pula secara jujur ketika dia mengatakan,
“Saya akui bahwa saya adalah orang yang memiliki ghirah yang sangat besar dan
ṣadiq yang mengakui adanya ketinggian sastera al-Qur‟an., sementara sayyid adalah
alumnus Dar al- „Ulum yang terkenal karena ilmu-ilmu agamanya. Karena itu,
Quṯb terhadap al-Rafi‟i berarti menjauhi agama, ketakwaan dan muru‟at (kehormatan
diri).
Sayyid Quṯb memandang bahwa, sastra adalah ungkapan jiwa, perasaan dan
aspirasi manusia yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama. Disini kita
melihat bahwa Sayyid seakan-akan menganut faham yang memisahkan sastera dari
agama.
Pandangan Sayyid yang seperti itu tidak berjalan lama. Pada tahun 1945
muncul dua buah bukunya yang masing-masing berjudul Al-Taṣwir al-Fanni Fȋ al-
Qur‟ân dan Masyâhid al-Qiyamat fi al-Qur‟ân. Dalam kedua bukunya ini Sayyid
mengatakan, Al-Qur‟an memiliki bahasa dan susunan yang sangat indah yang
Ijtima‟iyyat fȋ al-Islam yang terbit pada tahun 1948, dia menegaskan bahwa,
keadailan yang menjadi cita-cita umat manusia tidak akan mungkin terwujud kecuali
harus dengan Islam. Itu sebabnya, maka kita pun harus memiliki sastera yang
Sayyid Quṯb mulai melepaskan diri dari pengaruh al- „Aqqad. Secara jujur dia
dan kajiannya terhadap al-Qur‟an. Pada periode ini, Sayyid Quṯb mulai menemukan
adalah peradaban yang kosong dari nilai-nilai spiritual. Kendati demikian, Sayyid
tidak menolak sains dan teknologi modern. Kedua hal itu sangat penting dalam
kemajuan.
pedoman hidup. Sayyid selalu menegaskan bahwa, ketika Allah Subẖânahu waTa‟âla
menciptakan manusia, maka Dia maha tahu tentang kelebihan dan kelemahan
manusia. Karena itu, hanya Allah Subẖânahu waTa‟âla jugalah yang tahu tentang
hukum apa yang cocok baginya. Manusia, menurutnya tidak banyak tahu tentang
dirinya dan karenanya hukum dan aturan yang dibuatnya sendiri tidak mungkin bisa
Pada tahun 1953 Sayyid Quṯb bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, setelah
berpisah dan meninggalkan orang-orang revolusi pada bulan Februari di tahun yang
20
Hidayat, Sayyid Quṯb, Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h.
2
menjadi lebih Intens. Kelompok ini saya anggap sebagai sebuah gerakan yang dapat
menjadi lahan subur bagi aktivitas keislaman secara luas disegenap kawasan, yakni
(ba‟ts syâmilah). Sebuah gerakan yang menurut saya tidak digantikan oleh gerakan
sudah cukup saya kenal, terutama selama saya berada di Amerika. Puncak dari semua
adalah bergabungnya saya dengan gerakan Ikhwanul Muslimin pada tahun 1953.21
Pada tahun 1954, Sayyid Quṯb ditangkap bersama banyak anggota Ikhwanul
Muslimin, dengan tuduhan berkomplot hendak membunuh Gamal Abdel Nasser. Dia
diadili dan dijatuhi hukuman lima belas tahun kerja paksa. Selama dipenjarakan, ia
merevisi tiga belas juz pertama tafsir Qur‟annya, dan menulis beberapa buah buku,
Islam sebagai perintah Ilahi yang harus ditopang oleh kekuatan guna mengatur semua
aspek kehidupan.
oleh Naser sebagai akibat campur tangan pribadi presiden Irak, Abd al Salem Arif.
Siksaan fisik dan mental yang dilakukan oleh penjabat-penjabat penjara kepada para
21
Khalidi, Pengantar Memahami Tafsȋr Fȋ Ẕilâl al- Qur‟ân Sayyid Quṯb, h.
2
nyaris messianik, tetapi juga dengan kedalamn dukungan masyarakat akar rumput
atas perjuangannya. Mereka ini kebanyakan bukanlah petani atau masyarakat rural
Ikhwanul Muslimin yang ditahan, banyak diantara mereka adalah ahli hukum, ilmuan,
guru besar di Universitas, guru sekolah dan mahasiswa. Quṯb dipandang begitu
pemerintah Mesir.
redaksi media massa dihubungi melalui sambungan telepon dari kantor Sami Syaraf,
sekretaris itu mengeluarkan berita kepada media massa, “Pagi ini telah selesai
pelaksanaan eksekusi terhadap Sayyid Quṯb, Abdul Fattah Ismail, dan Muhammad
Yusuf Hawwsy”.
dua puluh empat buku. Ia juga banyak menulis artikel untuk majalah, terutama al-
adik kandungnya sendiri, Muhammad Quṯb ketika diwawancarai oleh Shalah „Abd
dan berhasil pula mengangkat aspek estetikanya yang menakjubkan, maka salah satu
keinginan saat itu adalah menyodorkan seluruh isi al-Qur‟an di bawah perspektif
seperti itu, surat demi surat, ayat demi ayat. Cita-cita tersebut terpendam obsesi
Pada bulan Desember 1951, Sa‟id Ramadhan menerbitkan majalah bulanan al-
Muslimun, sebuah jurnal yang diharapkan bisa menjadi media yang memuat
pandangan para pemikir Muslim. Sebab itu Sa‟id Ramadhan meminta Sayyid Quṯb
sekali, dengan tema-tema bersambung atau di bawah itu tajuk yang tetap.
dalam Al-Muslimun edisi ketiga, Februari 1952, yang kemudian disusul oleh tafsir
bahwa tulisannya dihentikan sampai disitu. Alasannya, dia akan menyusun sebuah
tafsir yang akan diterbitkan dalam buku terpisah. Sayyid berjanji bahwa, Tafsȋr fî
Ẕilal al-Qur‟ân akan diterbitkan dalam 30 Juz secara berturut-turut. Setiap Juz akan
terbit dalam waktu dua bulan, terhitung sejak bulan Desember 1952, dan ditangani
oleh Penerbit „Isa Al-Halabi wa Syirkah. Akan tetapi itu tidak berarti Sayyid Quṯb
22
Ridjaluddin. F.N, Teologi Sayyid Quṯb, h. 35
2
Tafsȋr Fi Ẕilâl al Qur‟ân pada mulanya adalah judul dari serial bulanan yang
ditulis dan diterbitkan oleh majalah “Al Muslimun”, sebuah majalah bulanan yang
edisi ketiga majalah tersebut, pada bulan februari tahun 1952. Setelah menuliskan
tujuh makalah yaitu pada penerbitan ketiga sampai kesembilan, sampai pada surah al-
Bâqarah ayat 103, Sayyid Quṯb terinspirasi untuk menulis buku tafsir sperti makalah
yang ditulisnya di majalah. Ia berniat menulis tafsir al-Qur‟an lengkap sebanyak tiga
puluh juz, berdasarkan tertib susunan al-Qur‟an dengan nama yang sama dan akan
diterbitkan per juz setiap bulannya. Apa Ẕilâl al-Qur‟ân terbit sebanyak enam belas
juz yaitu sampai akhir surah Ṯâhâ, sebelum Sayyid Quṯb dituduh makar dan
dipenjara.23
terikat kontrak dengan penerbit, kalau tidak maka pemerintah harus memberikan
ganti rugi kepada penerbit. Tafsȋr Ẕilâl al-Qur‟ân berhasil diselesaikan penulisannya
diakhir tahun lima puluhan. Motivasi menanamkan tafsirnya dengan Ẕilâl al-Qur‟ân,
menurut Sayyid Quṯb dating begitu saja tanpa dibuat-buat. Itulah kenyataan yang
merasakan adanya keinginan yang tersimpan untuk hidup di bawah naungan al-
Qur‟an, dimana ia bisa mendapatkan ketenangan yang tidak bisa ia dapatkan pada
yang lainnya.
23
Manna Khalil al Qâṯṯân, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2013),
h. 513
2
Tafsȋr fî Ẕilal al-Qur‟ân ini lahir dari perenungan penulis yang sangat mendalam
dan interaksi yang begitu menyatu dengan al-Qur‟an. Kitab tafsir ini merupakan
tafsir yang menggambarkan tentang kehidupan dibawah sinar al-Qur‟an dan petunjuk
disebabkan oleh berbagai faham dan aliran yang merusak dan pertarungan darah yang
tidak ada hentinya. Dengan situsai yang semacam ini, tidak ada jalan keselamatan
keyakinan bahwa tidak aka nada kebaikan bagi bumi ini, tidak ada ketenangan bagi
Sayyid memandang bahwa semua ayat-ayat al-Qur‟an adalah hidup dan dinamis
serta selalu memberikan inspirasi yang bermacam-macam kepada hati yang beriman
untuk bergarak dan beraktivitas dengan al-Qur‟an, yaitu hati yang selalu menerima
manusia.25
Melihat penulisan Tafsir fî ẕilâl al Qur‟ân yang mengikuti alur susunan surah dan
24
Manna Khalil al Qâṯṯân, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2013),
h. 513
25
Syibromalisi dan Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 136
2
ayat yang termaktub dalam mushaf al-Qur‟an, maka dari satu sisi bisa dikatakan
bahwa Sayyid Quṯb telah menggunakan metode Analisa atau tahlili26. Disisi lain
sebagaimana disebutkan diatas, Sayyid Quṯb juga tidak menggunakan metode tahlili
secara muthlak, karena dia juga menafsirkan ayat dengan ayat yang lain, baik sebagai
cara ini adalah menjadi ciri dari metode penulisan tematik. Namun kita juga tidak
dapat menyabutnya dengan metode semi tematik, karena Sayyid Quṯb tidak memberi
surah, memberikan ilustrasi pada pembaca mengenai surah yang akan dibahaskan
secara global, menyeluruh dan singkat. Dalam pengantar ini diterangkan status surah
menjelaskan objek pokok surah, suasana ketika diturunkan, kondisi umat Islam pada
masa itu, maksud dan tujuan surah dan metode penjelasan materinya. Pengenalan dan
pengantar ini dapat disebut sebagai sebuah tafsir tematik yang ringkas dan
memaparkan pengantar dan pengenalan surah, ayat-ayat surah yang akan dibahas
26
Tafsir Tahlili adalah metode penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an melalui pendeskripsian
(menguraikan) makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur‟an dengan mengikuti tata tertib
susunan atau urutan-urutan surah-surah dan ayat-ayat al-Qur‟an yang diikuti oleh sedikit banyak
Analisa tentang kandungan ayat itu. Lihat Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung: Takafur
(kelompok Humaniora), 2007), cet. ke-1, hal. 104
27
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 138
3
Ketiga penafsiran secara Ijmali (global) terhadap sub tema. Penafsiran ini
menuturkan secara ringkas tentang kandungan yang terdapat dalam sub tema tersebut.
Keempat penafsiran ayat demi ayat secara rinci. Penafsiran secara rinci ini
hidup dalam suasana ketika al-Qur‟an diturunkan sreta mengambil pesan-pesan yang
terkandung didalamnya.28
Adapun refrensi yang digunakan Sayyid Quṯb dalam Tafsȋr fî Ẕilâl al Qur‟ân
adalah pertama, Tafsir Ibn Katsir sebagai rujukan utamanya, kedua, Tafsir Ibn Jarir
al Ṯâbari, Ketiga Tafsir al Qurṯubi, Keempat Tafsir Aẖkam al-Qur‟ân karya Ibn al-
Arabi, Kelima Tafsȋr Aẖkam al-Qur‟ân karya al-Jaṣos, Keenam Tafsir al Kasyaf,
Ketujuh Tafsir al Manar, Kedelapan Tafsir Modern Muhammad Izzah Darwazah, dan
D. Corak Penafsirannya
penangkapan oleh rezim pemerintahan mesir, mengharuskan kita juga melihat adanya
Sayyid Quṯb, memiliki kecendrungan corak adabi ijtima‟i, yaitu corak yang
yang berjudul Al-taṣwir al fanni fȋ al-Qur‟ân. Corak ini yang terlebih-lebih yang
28
Salah Abdul Fattah al Khalidi, Tafsir Metodologi Pergerakan: dibawah Naungan Al
Qur‟an, Penerjemah: Asmuni Solihin, (Jakarta: Yayasan Bunga Karang, 1995), h. 55
3
menonjol dalam tafsirnya sebelum di edit ulang. Setelah tafsir al-Ẕilal di edit ulang,
dan setelah Sayyid Quṯb mendekam lebih lama dipenjara, penghayatnnnya terhadap
al-qur‟an, Islam, kehidupan dan perjuangannya berkembang. Hal ini berimbas pada
corak penafsirannya, tidak lagi hanya bernuansa adabi ijtima‟i, tapi dia
menambahkan corak lain terhadap tafsrinya yaitu corak perjuangan haraki29 dan
corak tarbawi.
oleh obsesinya mengajak kaum muslimin untuk betul-betul memahami al-Qur‟an dan
semua aktivitasnya di alam nyata ini. Karena menurut Sayyid Quṯb al-Qur‟an tidak
Sedangkan corak tarbawinya dipicu oleh keinginan agar setiap Muslim terdidik
islami ini akan memunculkan masyarkat islami yang bercirikan sifat-sifat yang sam,
29
Penafsirannya yang berbentuk corak haraki adalah seperti dalam menafsirkan Q.S. Al-
Taubah/9:81 yang bermaksud “orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira
dengan tinggalnya mereka di belakang Rasullullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: “Janganlah kamu berangkat (pergi perang) dalam
panas terik ini”. Katakanlah: “Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya), jika mereka
mengetahui”. Sayyid menafsirkan bahwa mereka ini adalah contoh mengenai orang yang lemah
kemauan dan semangatnya, kebanyakan mereka merasa menderita sekali kalau memikul beban dan
ingin lepas dari kesulitan. Mereka lebih mengutamakan keselamatan yang rendah nilainya daripada
mengahadapi bahaya tetapi terhormat. Menurut Sayyid, orang-orang yang menolak berperang itu
berjauthan dengan lemah longlai di belakang barisan-barisan yang sigap dengan penuh semangat serta
mengerti tanggung jawab dakwah. Barisan ini menempuh jalan yang penuh rintangan dan duri. Karena
peserta barisan itu mengerti dengan fitrahnya bahwa berjuang menghadapi rintangan dan duri itu
menajadi keharusan bagi manusia. Oleh karena itu, mereka mersakannya sebagai sesuatu yang lezat
dan lebih indah dari duduk, tidak turut berperang dan bersanati-santai sebagai orang bodoh yang tidak
layak di sandang oleh manusia normal. Nuim Hidayat, Sayyid Quṯb, hal. 85-86
3
Keinginan Sayyid Quṯb ini nisa kita rasakan dalam tulisannya ketika dia mengatakan:
pergerakannya, dalam realitanya yang positif dan dengan interaksi kita (antara al-
Ikhwanul Muslimin, hampir dipastikan disana ada buku-buku Quṯb, karena dia adalah
tokoh Ikhwan terkemuka30. Buku-buku hasil torehan tangan Sayyid Quṯb adalah
sebagai berikut:
2. Fȋ Ẕilâl al-Sirah
4. Fȋ Maukib al-Iman
6. Hadza al-Qur‟ân
TEORI SUKSES
A. Pengertian Sukses
arti berhasil atau beruntung.1 Dalam konteks ini, keberhasilan atau keberuntungan
pengertian kesuksesan ada tiga, yaitu mengenai tujuan hidup pribadi, bertumbuh ke
arah potensi maksimum, serta yang terakhir memberikan nilai tambah pada
Setidaknya ada empat tolok ukur yang menjadikan sesorang bisa dikatakan
seseorang dikatakan sukses apabila memiliki banyak uang atau harta yang berlimpah.
Karena dengan uang yang banyak, hampir dapat membeli sesuatu yang diinginkan.
Misalnya saja, membeli mobil mewah, bersafari mengunjungi tanah suci dan lain.
2. Popularitas
Terkadang bagi sebagian orang memiliki banyak uang saja tidak cukup. Perlu
juga dikenal oleh orang banyak (popular) untuk menambah kesuksesannya. Kurang
1
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1349
2
Agustitin Setyobudi, Filsafat Revolusi Mental (Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka, 2015), h.
124
34
3
berarti jika banyak uang tapi orang itu tidak dikenal oleh orang banyak. Dengan
3. Kekuasaan/Jabatan
menjadi sukses.
4. Prestasi
Sukses yang terakhir dapat dicapai dengan prestasi yang dimiliki, baik dalam
bidang akademis maupun bukan. Dalam bidang akademis misalnya, menemukan teori
ilmu pengetahuan yang hebat. Prestasi bukan bidang akademis misalnya, menjadi
pembisnis yang besar. Ukuran suatu prestasi adalah pencapaiannya yang menjadikan
Pengerian kesuksesan bagi tiap-tiap orang berbeda satu sama lain. Namun banyak
orang yang mendefinisikan kesuksesan berdasarkan tiga hal, yaitu kekuasaan, uang,
dan kemasyhuran (popularitas). Orang dapat disebut sukses apabila telah mencapai
minimal satu hal di atas. Banyak orang telah mendapatkan kekuasaan, uang, dan
berantakan atau berakhir di penjara, bahkan ada yang lebih memilih mengakhiri
hidupnya. Oleh, karenanya, kesuksesan bukan hanya dinilai secara materi, namun
3
Herlianto, Teologi Sukses Antara Allah dan Mamon, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
2012), h. 152-153
3
Seperti yang dikatakan oleh Agustitin Setyobudi4, yang mengatakan bahwa sukses
yang hakiki adalah kemampuan seseorang memimpin dirinya agar dapat mengenal
Tuhan Yang Maha Esa sehingga tumbuh dalam diri sebuah rasa dan jiwa seorang
hamba, ada rasa rindu dan usaha untuk senantiasa tunduk dengan segala aturan-Nya,
Tidak ada yang tiba-tiba atau instan di dunia ini. Semua melalui berproses, tahap
menggapai kesuksesan dan juga diperlukan oleh orang-orang yang selalu ingin
menjadi produktif.
Pertama, Bekerja Keras (Capacity for Hard Work). Dalam tradisi religious, Tuhan
sangat marah memperhatikan seorang pemalas dan suka berpangku tangan. Sikap
bekerja keras harus dimiliki oleh seorang produktif. Dalam hal ini, unsur disiplin
memainkan peranan penting. Karena, bagaimana orang berani bekerja keras jika
disiplin tidak ada. Dia harus mengatur waktu, sesuai irama kehidupan, bangun pagi,
siap-siap dalam kerja, mulai kerja, istirahat (tidak terlalu lama), dan seterusnya
Kedua, bekerjasama dengan orang lain (Getting Things Done with and Trough
People). Hidup berjamaah menurut ajaran agama akan memperoleh pahala yang
4
Agustitin Setyobudi lahir di Trenggalek, Jawa Timur, tanggal 8 Agustus 1960. Ia adalah guru
besar bidang perekonomian Indonesia dan ekonomi koperasi STIE Adhy Niaga.
5
Setyobudi, Filsafat Revolusi Mental, h. 124
3
berlipat. Disisi lain orang bisa saja lahir sendiri namun hakikatnya tidak akan bisa
hidup sendiri. Dengan menggunakan tenaga orang lain maka tujuan mudah tercapai.
Inilah yang disebut dengan “pengelolaan” ia tidak suka difitnah, sok hebat, arogan,
tidak suka menyikut, dan sebagainya. Dia harus berprilaku yang menyenangkan bagi
pertama akan dilihat pada penampilan tubuhnya mulai dari model pakaiannya,
pemilihan penggabungan warnanya, model atau paling tidak kualitas barangnya, ini
bukan berarti penampilan body face muka yang elok atau paras cantik. Namun, lebih
kedisiplinan. Banyak orang tertipu dengan rupa elok namun ternyata orang-orangnya
penipu ulung. Ingatlah, Individu yang baik dan jujur akan disenangi orang di mana-
agama yang ditulis al-Qur‟an surah al-Bâqarah yang berbunyi, “Yukminûna bil
ghaib” memiliki keyakinan dan keyakinan adalah sesuatu yang gaib. Sebab itu kita
harus memiliki keyakinan diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu usaha, jangan
ragu dan bimbang. Niatlah bekerja baik kemudian berserah diri pada kehendak
Tuhan.
Kelima, Berani Membuat Keputusan (Brave Sound Decision). Dalam Q.S al-
Bâqarah [2]: 286 Dikatakan yang secara umum berarti bahwa Tuhan tidak menguji
3
seseorang di luar batas kemampuan yang diberikan kepadanya. Ini jika diartikan
secara luas bahwa manusia diberikan hak dalam mengambil suatu keputusan untuk
peluang dan masalah menjadi karya besar yang bermanfaat bagi orang-orang
disekitarnya.
orang lain setelah itu ambil keputusan, jangan ragu-ragu dengan berbagai alternatif
yang ada dalam pikirannya dia akan bisa mengambil keputusan terbaik.
dalam Surat al-Mujadallah ayat 11 dikatakan yaitu barang siapa orang yang berdiri
di dalam majelis keilmuan maka orang tersebut akan ditinggikan derajatnya satu
derajat lebih tinggi dan bagi kitalah orang-orang yang beruntung. Juga disebut
dalam al-Qur‟an Surat al-„Alaq yang mempertegas bahwa tugas manusia adalah
Ketujuh, Memiliki Semangat Maju (Ambition Drive). Setiap manusia yang hidup
dimuka bumi ini ditakdirkan oleh Tuhan dengan memiliki keinginan atau ambisi.
Namun, keinginan atau ambisi sudah diatur dalam ketentuan Tuhan bahwa manusia
harus mengatur keinginannya tersebut agar tidak melampaui batas, sebab celakalah
bagi orang-orang yang berbuat melampaui batas-batas yang telah ditentukan oleh
umatnya tentang tabligh. Kata tabligh dapat diartikan sebagai interaksi timbal balik
atau komunikasi timbal balik dan bahkan pada zaman globalisasi ini. Kesuksesan
besar banyak dicapai oleh orang-orang yang pintar komunikasinya secara inten.
ucapan-ucapan yang jelas, menggunakan tutur kata yang enak didengar, mampu
Setiap manusia sudah tentu menginginkan kehidupan yang baik dan berhasil.
Salah satu pintu kesuksesan adalah adanya kemauan yang gigih. Kemauan yang gigih
dalam konsep psikologi dikenal dengan istilah motivasi. Setiap orang pasti memiliki
motif dalam melakukan suatu hal. Motif merupakan sebuah dorongan yang akan terus
dikerjakan selama tujuannya (goal), belum tercapai. Jika goal atau target yang
diharapkan sudah tercapai, maka individu akan mencari target/goal berikutnya yang
lebih tinggi. Demikian seterusnya hingga individu akan merasa cukup atau merasa
lelah untuk mencapainya dan menggunakan strategi lain untuk mencapai harapan
dalam dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi (perasaan) dan
6
Setyobudi, Filsafat Revolusi Mental, h. 117
7
Diana Mutiah, Motivasi Berprestasi Menuju Kesuksesan, 03 Maret 2014, h.
4
penentuan terhadap sukses atau gagalnya dalam melakukan suatu aktivitas atau suatu
pekerjaan.
memiliki daya juang yang tangguh untuk terus melakukan aktivitas yang memiliki
standar yang tinggi dan bukan aktivitas yang biasa-biasa saja. Oleh karena itu penting
untuk melihat karakteristik ataupun indikator dari seseorang yang memiliki motivasi
individu dengan yang memiliki motivasi berprestasi rendah dan mereka yang
1. Tanggung Jawab
8
Mutiah, Motivasi Berprestasi Menuju Kesuksesan, h.
34
4
berprestasi tinggi akan lebih siap dan bertanggungjawab terhadap tugas yang
tidak kunjung selesai dalam penyelesaian skripsi lebih banyak menyalahkan hal-hal
diluar dirinya seperti alasan dosen yang sulit ditemui, bahan-bahan yang susah
orangtua yang kurang mendukung dan sebagainya. Ada 1001 alasan yang dapat
dikemukakan oleh siswa atau mahasiswa. Jika mendapatkan seperti ini, maka tentu
saja harus dilakukan konseling secara pribadi agar mindset nya dapat berubah
Pada dasarnya, individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan
cenderung memilih tugas dengan taraf kesulitan yang sedang maupun tinggi,
tugas, ia pun akan berani mengambil risiko atas pemilihan tugasnya tersebut.
10
Mutiah, Motivasi Berprestasi Menuju Kesuksesan, h.
34
4
cara yang baru, kreatif dan inovatif, untuk mengatasi semua hambatan yang
dihadapinya. Individu yang kreatif adalah individu yang punya banyak cara dalam
melakukan impiannya, ada cara, strategi metode maupun tekhnik yang beraneka
macam. Tidak akan berhenti diam untuk mencapai apa yang diharapkannya.
balik, karena hanya dengan cara demikian individu akan memperhatikan kesalahan-
kesalahan yang pernah diperbuatnya. Mereka yang tidak pernah mau belajar dari
pengalaman adalah guru yang terbaik. Sehingga individu yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi serta lebih cerdas akan mampu menyelesaikan tugasnya lebih
cepat sejak awal hingga periode akhir. Artinya mereka menggunakan dan
berprestasi yang tinggi memiliki keunggulan dalam beberapa hal seperti sikapnya
terbuka karena akan menerima umpan balik dengan baik, bertanggung jawab, kreatif
inovatif , mengambil risiko terhadap pilihan tugas dan tanggung jawabnya dan
mengarah pada standar keunggulan bukan hanya sekedar pencitraaan serta tanggap
12
Mutiah, Motivasi Berprestasi Menuju Kesuksesan, h.
4
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kontemporer kata “sukses” memiliki arti
berhasil atau beruntung, di dalam al-Qur‟an istilah beruntung terdapat dalam dua kata
1. Al-Falâẖ
Kata al-falâẖ dalam kamus Mahmud Yunus َ َح َأفَل-ِاسَت. ح ْ فَلyang mengandung arti
– ِإْفلَحَا
ِ فل.ْ َأفَل – ي, mufliẖ ِ ْم فلadalah ism fâ’il yang berarti orang sukses. Dalam
˚ ˚
˚ح ح َ ح
berbagai bentuknya kata ini disebut 40 kali dalam al-Qur‟an dalam bentuk fi’l mâḏi,
aflaẖa َ ح َأفَلdisebut 4 kali, fi’il mudâri’, tufliẖu ˚ت.ِح˚ ْ فل, tufliẖûna َت.˚ ِح و˚ ْفل
ْ ن, yufliẖûna َ
ي.˚ِح و˚ ْ فل
ْ ن
disebut 23 kali, dan ism yang semuanya berbentuk ism fâ’il (pelaku), al-mufliẖûn
ح و َن ِ ِِ
ْ ˚ اْل ˚ ْم فلal-mufliẖîna dan kali 12 disebut ح َي
ْ ْا ْل فلkali.15 1 disebut
˚
2. Al-Fauz
15
Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, h.
4
Al-fauz menurut bahasa adalah al-ẕafr bil al-khaȋr wan nājatu minasy syarri,
13
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus WA Dzurriyyah,
2010), h. 325
14
Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, Kamus Arab Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 1070
15
Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, h.
4
keberuntungan.16
Dalam kamus Ahmad Warson Munawwir al Fauz berasal dari kata fa-za yang
Menurut Mahmud Yunus al-Fauz mengandung arti yaitu “menang atau jaya”.18
Kata al-fauz dan derivasinya disebut 29 kali dalam al-Quran. Dalam bentuk fî’l
mâḏî, faza َ َف. زdisebut 2 kali, bentuk fî’l muḏâr’i, afûza ْ ف˚ ا.َ َوزdisebut 1 kali, masdar al-
fauzu ز˚اْلَ ْف وdan fauzan ْ 19 َف. ًوزاkali, ism fâ’il jama’ mudzakkar salîm, al-fâizûna َ ن
ِزو اْلَفائ
˚ْ
sebanyak 4 kali.19
diinginkan atau dengan kata lain kebahagiaan. Seseorang baru bisa merasakan
bahagia jika mendapatkan apa yang diinginkan, akan tetapi sesuatu yang dianggap
yaitu.
16
Ahmad Sukardja, dkk., Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosakata dan Tafsirnya (Jakarta:
Yayasan Bimantara, 2002), h. 1
17
Al-Munawwir, Al Munawwir, Kamus Arab Indonesia, h. 1077
18
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus WA Dzurriyyah,
2010), h. 308
19
Sukardja, Ensiklopedi al-Qur’an, h. 1
4
Kata َ ل ۡ˜ َأف
َ aflaẖa terambil dari kata ( )اْلَفَلحal-falẖ yang berarti membelah, dari
membelah tanah lalu menanam benih. Benih yang ditanam petani menumbuhkan
buah yang diharapkannya. Dari sini agaknya sehingga memperoleh apa yang
diharapkan dinamai falâẖ dan hal tersebut tentu melahirkan kebahagiaan yang juga
Senada ayat diatas Allah Subẖânahu waTa’âla Berfirman dalam Q.S al-Hajj
[22]: 77
.ۡ َأي
' َي
َّها
ٱل
ّ ِذي َن َءاَمن˚وْا ٱر ۡ˜ َكع˚وْا َوٱس ۡ˜ ˚ج
˚دوا
ْ َوٱع ۡ˜ب˚ ˚دوْا
َ رب
ّ ˚كم ۡ˜ َوٱف ۡ˜ َعل˚وْا ٱل ۡ˜ َخي ۡ˜َر
َلَعل
ّ ˚كم ۡ˜ ت˚ف ۡ˜ ِِل˚ون
yang diharapkan di dunia dan akhirat. Kata َّ ل َلَعla’alla / semoga yang tertuju
kepada
para pelaksana kebaikan itu, memberi kesan bahwa bukan amal-amal kebajikan itu
yang menjamin perolehan harapan dan keberuntungan apalagi surga, tetapi surga
20
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Juz 23
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 146
4
arti bertani. ( )اْلَفَلاحal-fallâẖ adalah petani. Penggunaan kata itu memberi kesan
tibanya hasil dalam waktu yang singkat. Ia harus merasakan dirinya sebagai petani
yang harus bersusah payah membajak tanah, menanam benih, menyingkirkan hama
yang dicita-citakan, berkat ilham yang diberikan Allah pada orang-orang yang
yaitu memperoleh apa yang dikehendaki. Kata ini sering kali diterjemahkan
Dalam surah al-Mâidah [5]: 35 Allah menyeru kepada manusia agar berjihad.
َسبِيلِۦو
ۡ ْا إَِل ۡ˜ ِه ٱل ۡ˜َوِ سيَلَة َو َ'ج ِه.ۡ َأي َ'ي
َلَعل َّها
˚دوْا ِِف
ّ ˚كم ۡ˜ ت˚ف ۡ˜ ِِل˚و َن ٱل
ْ˚ قوا.َّّ ِذي َن َءاَمن˚وْا ٱت
ٱل
غ˚و.َّو َوٱب ۡ˜َت
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan”
4
21
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Juz XXIII, h. 133
22
Ahmad Musṯafa al Maraghi, Tafsȋr Al Maraġi. Penerjemah Anwar Rasyidi, Juz XVIII
(Semarang: Toha Putra, 1986), h. 62
23
Al-Ragȋb al-Asfaẖânȋ, al-Mufradâtu fi garȋbi al-Qur’âni (Mesir: al-Maimanh, 1424 H), h.
328
5
Abu Ja‟far (al-Ṯabarȋ) berkata bahwa Allah menghendaki dengan ayat ini seruan
keimanan dan kepercayaan kepada Allah dan Nabi-Nya dengan berbuat amal
Menurut al-Ṯabarȋ, perintah berjihad dalam ayat ini adalah berjihad di jalan
Allah untuk mengagungkan agama Islam dan syariat-Nya yang telah disyariatykan
hati, lisan dan anggota badan, baik lahir maupun batin yang dimurkai Allah, dan
atau keberuntungan yang didapatkan manusia baik di dunia maupun di akhirat, atas
Term al-falâẖ dan derivasinya terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang orang
yang tidak akan mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat yaitu
diantaranya.
24
al-Ṯhabarȋ, Tafsȋr al-Ṯhabarȋ, h. 854-858
25
al-Sa‟dȋ, Taisir al-Karȋm al-Rahmân fȋ Tafsȋr Kalâm al- Mannân, Penerjemah Muhammad
Iqbal (Jakarta:Darul Haq, 2007), h. 339-340
5
˜ ِ ۡ ْا ِإ ًذا َأَبد
َعَلي ۡ˜ ˚كم ۡ˜ َير ۡ˜ ˚ُج˚و˚كم ۡ˜ َأو ۡ˜ ي˚عِي ˚دو˚كم ۡ ِف .ِإن
ۡ˚ا ّ˚ هم ۡ˜ إِن َيظ ۡ˜ َى˚ روْا
ِ مل
ِّت هم ۡ˜ َوَلن ت˚ف ۡ˜ ِِل˚و
Selanjutnya dalam firman-Nya dalam Q.S al- An‟âm [6]: 21 tentang orang-
mendapatkan kesuksesan.
'ظ
ّلِ ˚مو َن
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu
kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-
orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan”
Selanjutnya dalam firman-Nya dalam Q.S al- An‟âm [6]: 135, Yûsuf [12]: 23,
dan al- Qasas [28]: 37. Berbicara tentang orang-orang aniaya dan zalim tidak akan
mendapatkan kesuksesan.
ََل
َعاِ مل ۡ َف َسو َف َتع ۡ˜َل َمن َت ل َ'عِ قَبة˚ ٱل َّدا إِن ِإ ِم َكاَنت
َ ٱع 'ى ي'َقو ˜ۡ ق˚ل
˚ِر ۡ“ ّ ۥو مو َن ˚كو ˚ن و
˚ ˜ۡ ªۡ يِّن ˜ۡ ˚كم َۡ˜َمل˚وْا َعل ِۡ˜م
˚
ي˚ف ۡ˜لِ ˚ح ٱل
'َظ
5
ªۡ ۡ َأح ۡ˜ س ن مث ۡ˜ وا ي
َ َ َ َ َ َر ي ب
إِن
ّۥ•و˚ ََل ي˚ف ۡ˜لِ ˚ح ٱل
'ظ
ّلِ ˚مو َن
orang-orang yang bergulat dalam sihir atau tukang sihir. Berapa banyak ayat di dalam
Kitabullah yang berbicara tentang sihir dan para tukang sihir, dan mengabarkan
tentang kesesatan dan kerugian mereka di dunia dan akhirat. sebagaimana Allah
Subẖânahu waTa’âla berfirman dalam Q.S Yûnus [10]: 77 dan Ṯâhâ [20]: 69
“Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan
apa yang mereka perbuat "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu
daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia
datang"
adalah orang-orang kafir dan orang-orang yang mengingkari nikmat Allah Subẖânahu
waTa’âla. Sebagaimana firman Allah Subẖânahu waTa’âla dalam Q.S al- Mukminûn
ۡ
˚ء
َوي ۡ˜ َكَأ َّن ˚ط ٱليرز ۡ˜ َق لَِمن َ َوَأص ˜َۡب َح
َتن
َي َشا ٱل ٱل
َ˚ قول˚و.ّو ۡ˜ْا َم َكا َۥ•نو˚ ِبٱل ۡ˜َأم ۡ˜ ِس ي
َّو َيب ۡ˜ ˚س ّ ِذي َن
َن
ِي ف ۡ˜ل
˚ َ ˜ۡ بِن َا َوي َََل َلو َۡ˜َل َأن َّ ٱ ل َعَلي ˜ۡ ويق
َ َ ِمن ۡ˜ ِعَب
˚ح كَأن َل َس ۡ˜َنا ˚ ن ّو
َ ِ د˚ ر ِا ِدهۦ
˚ّ ۥو َف
ّم
2. Al-Fauz
Al-fauz menurut bahasa adalah al-ẕafr bil al-khaȋr wan nājatu minasy syarri,
keberuntungan.26
Dalam kamus Ahmad Warson Munawwir al Fauz berasal dari kata fa-za yang
26
Ahmad Sukardja, dkk., Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosakata dan Tafsirnya (Jakarta:
Yayasan Bimantara, 2002), h. 1
5
Menurut Mahmud Yunus al-Fauz mengandung arti yaitu “menang atau jaya”.28
Kata al-fauz dan derivasinya disebut 29 kali dalam al-Quran. Dalam bentuk fî’l
mâḏî, faza َ َف. زdisebut 2 kali, bentuk fî’l muḏâr’i, afûza ْ ف˚ ا.َ َوزdisebut 1 kali, masdar al-
fauzu ز˚اْلَ ْف وdan fauzan ْ 19 َف. ًوزاkali, ism fâ’il jama’ mudzakkar salîm, al-fâizûna َ ن
ِزو اْلَفائ
˚ْ
sebanyak 4 kali.29
keterhindaran dari neraka dan perolehan surga. Allah Subẖânahu waTa’âla berfirman
˚ت َم َع
˚ َوَب ۡ˜َنۥ•و˚ َمَوَّدة ۡ ي'ََلي َب ۡ˜َن يم َن َك ََّل ۡ˜ َت ۡ َوَلِئن ۡ˜ َأ َ'صَب ˚كم ۡ˜ فَض ۡ˜ل
ۡ˜ ك ˚هم ٱ ل َأن
ۡ˜ ِتِن ˜ۡ ˚كم²ۡ ˚كن
َ ن وَل َّن.ِّ و َلَي˚ ق
27
Al-Munawwir, Al Munawwir, Kamus Arab Indonesia, h. 1077
28
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus WA Dzurriyyah,
2010), h. 308
29
Sukardja, Ensiklopedi al-Qur’an, h. 1
30
Shihab, Tafsir al-Misbah, Juz XXIII, h. 38
5
“Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah
dia mengatakan seolah-oleh belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu
dengan dia: "Wahai kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat
kemenangan yang besar (pula)"
˚ۡ َع ِظيم
فَو َ'َيَلي ۡ˜ َِتِن ˚كن َع فََأف˚و Wahai kiranya saya ada bersama-sama
ًۡ˜ زا ˚ت ˚هم ˜ ز
َم
mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula). Dalam al-Qur‟an
ditemukan sebanyak dua puluh Sembilan kali akar kata ْ َف. وزdalam berbagai
bentuknya,
tetapi hanya sekali dalam bentuk tunggal personal pertama ْ ˚َاف.( َوزaku beruntung), yakni
hanya pada ayat ini. Kata ini seperti terbaca adalah rekaman dari ucapan orang-orang
munafik yang menyesal karena tidak memperoleh harta rampasan perang akibat tidak
ikut perang bersama kaum mukminin dalam peperangan. Perolehan harta rampasan
mereka sebagai fauz (keberuntungan) dan itu hanya ingin dinikmatinya sendiri,
sebagaimana dikesankan oleh penggunaan bentuk tunggal itu. Di sisi lain, patut
perolehan materi, maka dalam bahasa al-Qur‟an, kandungan makna kata fauz
pengampunan ilahi.31
paling luhur dan cita-cita yang sudah tidak ada cita-cita lagi sesudahnya, baik bersifat
31
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Juz V, h. 483
6
Dapat simpulkan bahwa kata al-fauz berarti hasil baik atau keberuntungan yang
akan diperoleh seseorang yang beriman sebagai imbalan dari perbuatan baik (amal
saleh) yang dilakukan selama di dunia. Hasil baik itu adalah kesenanagan surga dan
terhindar dari siksaaan neraka. Jadi disini, keberuntungan yang dimaksud adalah
keberuntungan yang bersifat rohani dan bukan keberuntungan materi seperti yang
1. Term al-Falâẖ
Dalam berbagai bentuknya kata ini disebut 40 kali dalam al-Qur‟an. Berikut
1 أَ ْفلَ َح Ṯâhâ [20] : 64 َوَقد ۡ˜ َأف ۡ˜ َََل Dan sesungguhnya
beruntunglah
al-Mukminûn [23]: َقد ۡ˜ َأف ۡ˜ َََل Sesungguhnya
23 beruntunglah
ِِل˚و َن
6
beruntung
al- Taubah [9]: 88 ˜ۡ ˚ى م ٱل ۡ˜ مف Orang-orang yang
˚ ˚
beruntung
ِِل˚و َن
al- Mukminûn [23]: ˜ۡ ˚ى م ٱل ۡ˜ مف Orang-orang yang
˚ ˚
102 beruntung
ِِل˚و َن
al- Nûr [24]: 51 ˜ۡ ˚ى م ٱل ۡ˜ مف Orang-orang yang
˚ ˚
beruntung
ِِل˚و َن
al-Rûm: [30]: 38 ˜ۡ ˚ى م ٱل ۡ˜ مف Orang-orang yang
˚ ˚
beruntung
ِِل˚و َن
Luqmân [31]: 5 ˜ۡ ˚ى م ٱل ۡ˜ مف Orang-orang yang
˚ ˚
beruntung
ِِل˚و َن
al- Mujâdalah: [58]: ˜ۡ ˚ى م ٱل ۡ˜ مف Orang-orang yang
˚ ˚
22 beruntung
ِِل˚و َن
al- Hasyr [59]: 9 ˜ۡ ˚ى م ٱل ۡ˜ مف Orang-orang yang
˚ ˚
beruntung
ِِل˚و َن
al- Taghâbun [64]: ˜ۡ ˚ى م ٱل ۡ˜ مف Orang-orang yang
˚ ˚
16 beruntung
ِِل˚و َن
7 ِٱل ۡ˜ مف ۡ˜ ِِل al-Qasas [28]:67
˚ ٱل ۡ˜˚ مف ۡ˜ ِِلِ َي orang-orang yang
beruntung
َي
2. Term al-fauz
Berikut ini ayat-ayat al- al-fauz dan devirasinya serta nama surat dan ayatnya:
ۡ˜˚ ز
ۡ˘ئِ˚زو َن
al-Hasyr [59]: 20 ˚ى ˚م ٱل ۡ˜فَا Orang-orang yang beruntung
ۡ˘ئِ˚زو َن
5 َمَف ًا زا al-Nabâ [78]: 31 َمَف ًا زا Mendapat kemenangan
6 ِ
ِ Âli „Imrân [3]: 188 ِ
ِ Orang-orang yang gembira
,ۡ َبفاَزة ,ۡ َبفاَزة
7 ِ al-Zumar [39]: 61 ِ Kemenangan mereka
ِ ِ
ِِبفا ز ِِبفا ز
ََ ََ
˜ۡ تِم ˜ۡ تِم
BAB IV
KIAT-KIAT SUKSES
A. Kiat-Kiat Sukses
kehidupan apabila melahirkan kebaikan dan kesalehan. Islam adalah agama yang
1. Mendirikan Shalat
Dua momen yang agung adalah ketika seorang hamba berdiri pada dua
momen dihadapan Rabb-Nya. Yang pertama di dalam kehidupan dunia ini dan
seorang hamba dimoment pertama ini baik, maka akan membawanya pada
tetapkan kepada para hamba-Nya dan diwajibkan kepada mereka Lima kali dalam
menjaga syarat, rukun dan wajib-wajibnya, maka dia akan berada di moment yang
58
5
[22]: 77
ٓأىيػ
'ىم
ّى ها
ٱل
ّ ًذي ىن ءىاى منيوٍا ٱر ٓ˜ ىكعيوٍا ىكٱس ٓ˜ يج
ي دك ا
ْ ىكٱع ٓ˜ب ي دكٍا
ى رب
ّ يكم ٓ˜ ىكٱؼ ٓ˜ ىعليوٍا ٱؿ ٓ˜ ىخي ٓ˜ى ر
لىى عل
ّ يكم ٓ˜ تيف ٓ˜ ًِليو ىف
beriman agar melakukan rukuk dan sujud yang merupakan dua rukun shalat yang
paling menonjol. Shalat dikiaskan dengan rukuk dan sujud untuk memberinya
bentuk yang menonjol, gerakan yang nyata dalam ungkapan, yang dilukiskannya
sebagai pemandangan yang jelas dan sikap badan yang terlihat. Karena ungkapan
sedemikian rupa itu lebih dalam pengaruhnnya dan lebih kuat kesannya terhadap
perasaan.
Setelah itu perintah yang kedua adalah perintah untuk beribadah secara
umum yang lebih mencakup dari sekedar shalat. Karena ibadah kepada Allah
mencakup semua kewajiban, ditambah setiap perbuatan, gerak dan pikiran yang
ditujukan oleh seseorang kepada Allah. Jadi, setiap aktivitas seseorang dalam
Allah. Bahkan kenikmatan yang diperoleh dari perkara-perkara yang baik dalam
6
1
Abdurrazaq, Rahasia Keagungan shalat (Jakarata: Darus Sunnah Press, 2013), h.12
6
Konteks ayat ini menutupnya dengan perbuatan baik secara umum, dalam
interaksi dengan manusia sesudah interaksi dengan Allah dalam bentuk shalat dan
ibadah.
atas pondasi yang kuat dan jalan yang mengantarkan sampai ke tujuan. Dan
Pesan moral yang terkandung dari ayat dan penafsiran di atas adalah
dengan shalat manusia akan dekat dengan Tuhan-Nya yaitu Allah Subẖânahu wa-
Ta‟âla. Dikiaskan dengan rukuk dan sujud agar manusia merasakan ketenangan
maka hatinya akan gelisah dan tidak tahu arah tujuan hidupnya. Disini Manusia
berbagai macam perbuatan yang keji dan munkar. Allah pun menuntun kita agar
berbuat baik kepada orang lain, agar terjalinnya kehidupan yang harmonis kepada
dan sia-sia, berarti kualitas salatnya termasuk rendah. Shalat yang membuat
2
Sayyid Quṯb, Tafsîr Fî Zilâl al-Qur‟ân (Beirut: Dar al-Masyruk, 1972), Juz XVII, h.
2445
3
Sayyid Quṯb, Tafsîr Fî Zilâl al-Qur‟ân, h. 2445
6
pelakunya terjauh dari perbuatan keji dan munkar hanyalah shalat yansg khusyuk
dan penuh keikhlasan. Sebab shalat yang khusyuk akan mendekatkan kita dengan
[23]: 1-2
' ىخ ً ش ًصىَل قىد ٓ˜ أىؼ ٓ˜ ىَلى ٱؿ ٓ˜ي مؤ ٓ˜ً منيو ىف يىم ٓ˜ ًِف
ى
يعو ىف ˜ٓ تًم ٱل.
ّ ًذي ىن
yang dimaksud dengan shalat yang khusyuk atau dengan kata lain hakikat
kekhusyuan shalat adalah datangnya rasa kedekatan kepada Allah Subẖânahu wa-
engakau sembunyikan dan melihat hatimu. Dia menerima shalatmu hanya dengan
menjalani. Shalat juga mampu menghidupkan rasa cinta kepada Allah Subẖânahu
4
Nurani adalah rasa yang ada dalam diri manusia. Rasa inilah yang dapat membimbing
manusia berjalan di atas bumi sesuai dengan aturan-aturan Allah Subhanahu wa-Ta‟ala.
5
Andang B. Malla, Merasakan Allah dalam Shalat (Jakarta: Sejahtera Kita, 2009), h. 89
6
Al-Ghazali, Menjelang Hidayah, Mukaddimah Ihya Ulumiddin, Penerjemah M. As‟ad
El Hafidy (Bandung: Mizan, 1989), h. 69
6
bagi manusia, dengan shalat maka manusia akan sukses karena terhubung kepada
Tuhan-Nya.
2. Bersifat Sabar
Hidup sukses yang kedua dalam al-Qur‟ân adalah bersifat sabar, a‟malul-
Sabar, menurut bahasa ialah teguh hati tanpa mengeluh ditimpa bencana.
Apabila dikaitkan dengan pandangan Islam maka sabar diartikan tabah menerima
ujian-ujian Tuhan dalam bakti dan perjuangan dengan tujuan memperoleh ridho-
manusia, karena dengan hanya sifat sabar, seseorang dapat sukses dan berhasil
dalam cita-citanya. Sebaliknya orang yang tidak memiliki sifat ini, usahanya akan
gagal ditengah jalan dan cita-citanya akan menjelma dan khayalan dan impian
belaka. Allah Subẖânahu wa-Ta‟âla berfirman dalam Q.S Âli Imrân [3]: 200
ٓأىيػ 'ىم
ّى ها
ٱل
ّ ًذي ىن ءىاى منيوٍا ٱص ٓ˜ًبيركٍا ىك ىصاًبيركٍا ىكىراًبطيوٍا ىكٱت َّػي قوٍا
ٱل
ّوى
لىى عل
ّ يكم ٓ˜ تيف ٓ˜ ًِليو ىف
َٱل
'ىم ّ ًذي ىن ءىاى منيوٍا
dakwah. Ia adalah jalan panjang dan sulit, penuh dengan berbagai hambatan dan
reaksi yang beragam yang muncul di dalam jiwa seperti rasa sakit, kejenuhan, rasa
putus asa, dan keinginan untuk menyerah. Setelah itu semua, kesabaran dalam
dengan penuh tawadhu dan syukur, tanpa sombong dan dendam. Bahkan hanya
dalam keadaan susah dan senang tetap komit dengan Allah Subẖânahu wa-
Kesabaran menghadapi semua ini juga hal yang semisal diantara hal yang
akan dihadapi oleh penempuh jalan yang panjang ini. Tidak dapat digambarkan
oleh hakikat kalimat. Karena kalimat tidak mampu merekam hakikat sebagai
penderitaan ini. Hanya orang yang mengalami berbagai kesulitan jalan dan
Orang-orang yang beriman telah merasakan banyak sisi dari hakikat ini.
Sehingga mereka lebih tahu tentang cita rasa seruan ini. Mereka mengetahui
kesabaran menghadapi semua itu agar kesabaran orang-orang beriman tidak habis
dalam melakukan mujahadah yang panjang. Tetapi lebih kuat dan sabar
yang sama, dorongan dengan dorongan yang sama, kerja keras dengan kerja keras
yang sama, ketegaran dengan ketegaran yang sama. Kemudian kemenangan akhir
ada di tangan mereka asalkan mereka lebih tegar dan lebih sabar ketimbang
Qur‟an berkaitan dengan dorongan agar umat Islam untuk selalu bersifat sabar,
sabar dalam berbagai hal, sabar dalam taat, sabar dalam menjauhi maksiat dan
sabar dalam menghadapi musibah. Orang yang perkasa bukanlah seorang yang
mempunyai fisik dan otot kuat, mampu menaklukan dan mengalahkan (secara
9
Sayyid Quṯb, Tafsîr Fî Zilâl al-Qur‟ân, Juz IV, h.
6
fisik) lawan-lawannya. Tetapi orang yang perkasa adalah dia yang dapat bertindak
marah. Seorang Muslim yang benar tidaklah marah kecuali mudah pula reda.
diri. Dalam Islam, kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri itu disebut
sabar, sehingga orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi
kecerdasan emosionalnya.10
perjuangan hidup adalah kesabaran. Jika telah jelas rahasia sukses dan
10
Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial, Mendialogkan Teks dengan Kontekstual
(Yogyakarta: Elsaq Press, 2005), h. 40
6
wa-Ta‟âla itu didapati bukti dan contoh kesabaran yang hebat. Beliau-beliau
itulah yang paling banyak diuji oleh Allah Subẖânahu wa-Ta‟âla, dengan ujian
yang amat berat lebih daripada ujian terhadap manusia lainnya. Misalnya
kesabaran Nabi Nuh menghadapi gangguan kaumnya, kesabaran Nabi Ayub ketika
ditimpa penyakit, kesabaran Nabi Ya‟Qub ketika kehil angan putranya, kesabaran
Nabi Isa ketika diganggu oleh kaum yahudi dan kesabaran Nabi Muhammad saw
beliau dimana Allah Subẖânahu wa-Ta‟âla menganjurkan agar dicontoh dan disuri
Aẖqâf
[46]: 35
3. Keteguhan Hati
Ini adalah ciri dari poin yang ketiga hidup sukses yaitu keteguhan hati.
Kekuatan manusia bukan hanya dalam pikirannya saja, bukan hanya dalam
ucapannya, bukan hanya kekuatan fisiknya, tetapi yang lebih utama adalah
kekuatan keteguhan hatinya. Keteguhan hati adalah hal yang mutlak diperlukan
6
oleh manusia dalam hidup ini, baik dalam kehidupan spritualis maupun dalam
7
keyakinan hati yang ada dalam diri seseorang atau individu agar setiap individu
Keteguhan artinya tidak goyah, kuat berpegang pada sesuatu atau tidak
dipicu oleh adanya kepercayaan atau keyakinan dalam diri, bahwa sikap yang
ٍٓا ًإ ىذا لىًقيتيم ٓ˜ فًئىة ˚ٓ فىٱث ٓ˜بػيتيوٍا ىكٱذ ٓ˜ يكي ركٍا ٓأىيػ ' ىم
ّى ها
ٱل
ٱل
ّوى ىكًثري ˚ٓا
ّ ًذي ىن ءىاى منيو
ل
ّعىل
ّ يكم ٓ˜ تيف ٓ˜ ًِليو ىف
waT‟âla melalui zikir, taat kepada Allah Subẖânahu waT‟âla dan Rasul-Nya,
yang menang adalah yang paling teguh. Tahukah orang-orang mukmin bahwa
musuh mereka menghadapi kesulitan yang lebih berat daripada apa yang mereka
hadapi, dan bahwa musuh mereka merasakan sakit seperti mereka, tetapi musuh
mereka tidak mengharapkan sesuatu dari Allah Subẖânahu waT‟âla seperti yang
mereka harapkan? Jadi, musuh Islam tidak punya motivasi harapan dari Allah
7
11
Awiya Rahma, dkk. Pengaruh Keteguhan Hati dalam Kehidupan Sosial, Budaya, dan
Agama, Tinjauan Psikologi Islam dan Psikologi Indegenous, h. 513
7
Subẖânahu waT‟âla yang bisa meneguhkan kaki dan hati mereka! Seandainya
mereka teguh barang sebentar, maka musuh mereka pasti akan patah semangat
dan kalah. Apa yang bisa menggoncang kaki orang-orang mukmin saat mereka
yakin akan memperoleh salah satu dari dua kebaikan: syahid atau kemenangan?
Fir‟aun ketika hati mereka menyerah kepada iman secara tiba-tiba. Lalu Fir‟aun
mengarahkan ancaman yang menakutkan, kejam, dan melampaui batas. Lalu para
ىكتىػى وف
ىصب ٓ˜ر ىعلىي ˜ٓ ٓ أىف ٓ˜ ىرب َػنىا لى ى ٓء ت ٓ˜نىا ىربػ ٓ أىؼ ٓ ىكىما تىنً ق يم
ّػنىا ى
˚ ٓا ٓ˜نىا ٓ˜ ًرغ ٓ“ ّنىا َّما ج ءى اى من َّإًَّل ً من
ا ĩ ً ّا ´ىًباي'ى ّا يمس ٓ˜لً م
ىي
Begitu pula kisah tentang mukmin minoritas dari kalangan Bani Isaril saat
يصر ٓ˜نىا
أىؽ ٓ˜ ىكٱ ĩ ىعلىي ىصب ٓ˜ر ىكثػىَب ٓ˜ ىكلى َّما ًِلىاليو ىك قىاليوٍا ىربػ ٓ أىؼ
ىعلىى ˜ٓ ًرغ ًبػ ر زكٍا ت جن وًۦده
ىداى منىا ن ˜ٓ ˚ٓا ٓ˜نىا ّنىا ى ي ي ىي
ٓ أى ـ ىربػ
ٓ˜ ًرنىا
ً كًإس
ى لىنى ا قىو إ ٓ أى ف ' ىكىم ىكا ُّ ىكٱ ل يًُي
ٓ˜ راف ػن ا ف ذي نيوبػىنىا ˜ٓ قىاليوٍا ّنىا ٱغ ٓ˜فًر ٓ˜ى َّّل ّصً ا ى ف ب
ى ىى لٱ ّوي
˜ٓ ليم . بي ىن
kehidupan. Keteguhan hati dapat memberi semangat serta keyakinan bagi setiap
individu agar menjadi individu yang teguh dalam pendirian. Orang yang
mempunyai keteguhan hati tidak akan tergoda kepada hal-hal buruk sedikitpun,
tidak akan tergoyahkan terhadap orang yang mengajak kesesatan, tidak akan
13
Sayyid Quṯb, Tafsîr Fî Ẕilâl al-Qur‟ân, Juz X, h.
7
keteguhan hati akan memiliki keteguhan iman, karena hati adalah tempat
13
Sayyid Quṯb, Tafsîr Fî Ẕilâl al-Qur‟ân, Juz X, h.
7
hati dalam kebenaran dan kebaikan, tidak mudah tergoda dengan tawaran dan
jebakan hawa nafsu dan ego pribadi, tidak mudah dibelokkan oleh tujuan yang
agar segera kembali pada kebenaran ketika diingatkan oleh suara hati nuraninya
kehidupan.
14
Awiya Rahma, dkk. Pengaruh Keteguhan Hati dalam Kehidupan Sosial, Budaya, dan
Agama, Tinjauan Psikologi Islam dan Psikologi Indegenous, h. 514
7
Subhanahu wa-Ta‟ala yang harus diberikan kepada oranglain karena ada hak di
dalamnya. Orang yang dikatakan sukses yaitu orang yang bisa membantu orang
razqan. Kata razaqa, dibaca fatḥaḥ adalah bentuk maṣdar, sedangkan jika dibaca
kasrah, adalah bentuk kata isim, bentuk jamaknya adalah arzaq. Arti rizqi arzaq.
Sesunguhnya asal muasal rezeki itu datangnya dari Allah swt. Semua yang
kita lihat dewasa ini berupa kemewahan peradaban dan kemajuan ilmu manusia.
Hanyalah suatu peran kedua, dia tidak diciptakan dari nol dan tidak diadakan dari
tiada. Akan tetapi, dia hanya memasukan kemudahan dan kemewahan dalam
hidup manusia.16Adapun rezeki menurut ahli Sunnah adalah sesuatu yang bisa
oranglain agar Allah riḍo atas perbuatannya dan apa yang diberikannya terus
mengalir, dan ini bentuk dari mukmin yang sejati membantu orang lain baik
waktu lapang maupun sempit itulah orang-orang yang sukses di dalam al-Qur‟an.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa-Ta‟ala dalam Q.S Ar-rum [30] ayat 38
15
Rezeki dari aspek materi adalah apa yang dikonsumsi oleh makhluk hidup yang
berdampak pada keberlangsungan jiwa dan pertumbuhan badannya, yaitu yang berkaitan dengan
makanan dan minuman. Akan tetapi pada umumya, rezeki itu berarti apa saja yang diberikan
kepada makhluk, sedangkan pengertian khususnya adalah makanan dan minuman.
16
Sulaiman Shadiq al-Birrah, Jangan Khawatir dengan Rezekimu, (Jakarta: Khatulistiwa
Press, 2014), h. 5-7
17
M. Mutawalli asy Sya‟rawi, Rezeki, Penerjemah: Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1994), h. 11-12
7
yaitu.
َلل ييًري
ٓ ىذا ٱؿ ٓ˜قير ىحَّق ىكٱؿ ٓ˜ً مس ٓ˜كً ىكٱب ٓ˜ ٱل َّسبًي ًل 'ىذلً ىخي ٓ˜ر ىفىا ًت
ّ ًذي يدك ىف ٓ“ ىك ىف ىي ٓ˜ى ' َب وۥي
ىن
Dalam ayat ini Sayyid Quthb mengatakan Harta yang dimiliki oleh ini
milik Allah. Dia memberikannya sebagai rezeki bagi sebagian hamba-Nya. Jadi,
Allah sebagai pemilik pertama atas harta telah menetapkan satu bagian darinya
orang yang diberi-Nya harta tersebut. Dari sini Allah menyebut bagian ini dengan
kata hak. Dan disini Allah menyebutkan sebagian dari golongan tersebuht.
“Kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan
menjadi pemegang amanat itu kepada cara terbaik dalam mengembangkan harta
dan meraih keuntungan. Yaitu dengan memberikan hak kepada kerabat dekat,
orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, dan infak secara umum di
jalan Allah. “Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan
Banyak kaum fuqara dan masakin yang memerlukan uluran tangan kasih
sayang. Mereka yang ingin makan seperlunya tetapi makanan tidak mencukupi.
7
Mereka yang ingin berpakaian secara wajar, tetapi tidak memakainya karena tidak
18
Quthb, Tafsîr Fî Zilal al-Qur‟ân, Juz XVIII, h. 675
8
mampu membeli. Masih banyak kaum penganggur yang terlunta-lunta yang tiada
anak-anak yatim piatu yang merintih kesedihan di malam sunyi karena ditinggal
pergi oleh orang tua. Mereka membuntuhkan pengayoman, uluran tangan dan
kasih sayang. Semua itu merupakan medan dan bidang kebaikan yang merindukan
dermawan.
Nya, hikmahnya supaya dapat saling membantu dan setengahnya menolong yang
kasih saying dan kesejukan jiwa serta membentuk maasyarakat yang aman dan
tentram
Harta yang ada di tangan mereka adalah dari rezeki yang dikaruniakan
Allah kepada mereka, bukan dari usaha mereka sendiri. Dari pengakuan terhadap
nikmat rezeki ini akan muncul sikap berbuat baik kepada makhluk yang lemah,
solidaritas antar sesama hamba Allah yang memerlukan, rasa ikatan kemanusiaan,
dan rasa persaudaraan sesama manusia. Nilai ini semua Nampak jelas dalam
5. Bekerja
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan bahwa bekerja berasal dari kata
“kerja” yaitu sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian.19
Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu, atau sesuatu yang dilakukan untuk
atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah Subẖânahu waTa‟âla yang
masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau kata lain bekerja berarti
memanusiakan manusia.21
kehidupan adalah wajib, sehingga mencari rezeki pun wajib. Rezeki tidak datang
sendiri, tetapi harus dicari, baik secara langsung seperti bertani, maupun melalui
Manusia tidak tinggal, menetap dan menyebar di muka bumi dengan pasif.
Allah Subẖânahu waTa‟âla pun tidak menciptakan manusia lengkap dengan daya
19
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 980
20
Muchlis M. Hanafi, Kerja dan Ketenagakerjaan (Jakarta: Lajnah Pentashihan al-
Qur‟an badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, 2010), h. 28
21
Hanafi, Kerja dan Ketenagakerjaan, h. 29
8
sadar dan kemampuannya yang besar untuk sekadar menjadi pengemis dimuka
waTa‟âla tidak menciptakan bumi dengan harta karunnya yang berserakan. Allah
mencari rezeki dan berpencaran di seluruh muka bumi ini. Sebagaimana firman
ل
ىكٱذ ٓ˜ يكي ركاٍ ىكًثريا ىكٱب ًمن فىض ٱ ل ˜ٓ فىٱنتى ً ٱؿ ٓ˜أىر ٱل فىًإ ىذا قي
ى علّ
ٱل ًٓ˜ ؿ ًّ و ٓ˜تىػغيوٍا ًض ًش ركاٍ ف َّصلى' وةي
ي
ٓ˜ ّ يكم
ّوى ĩ ً ًضيى
تيف ٓ˜ ًِليو
ىف
Sayyid Quṯb menafsirkan ayat ini adalah keseimbangan yang menjadi ciri
ibadah. Tetapi, meski demikian, harus ada masa untuk Dzikir murni, konsentrasi
22
Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur‟an, h. 41
23
Sayyid Quṯb, Tafsîr Fî Zilâl al-Qur‟ân, Juz VI, h. 3570
8
Qur‟ân berkaitan dengan dorongan agar umat Islam bekerja dan berusaha mengais
rezeki dengan cara yang halal. Umat Islam pun dilarang meminta-minta, karena
kepada manusia mencari rezeki dengan yang baik, dengan selalu mengingat-Nya
dengan usaha yang salah, usaha yang dapat menindas dan dapat merugikan orang
lain. Dalam persoalan inilah syariat Islam telah meletakkan dasar-dasar yang
manusia agar selalu berusaha dan berpedoman kepada syariat Islam. Itulah
baik dan menjadi ibadah, manusia tidak akan melakukan pekerjaan yang akan
Subẖânahu wa-Ta‟âla. Maka orang yang mencari rezeki adalah orang yang
menaati Allah Subẖânahu wa-Ta‟âla, dan itu termasuk Ibadah. Dengan perkataan
lain, berusaha dan mencari rezeki itu bukan mengurangi Ibadah, tetapi
24
Hanafi, Kerja dan Ketenagakerjaan, h. 68
8
ى صل ً ً ًً
ىرĩ ي وص يع ىمىر ٍب ًن ا ى ٍعنوي قىا ىًَس ىع ٍن أى ٍم ري اٍل ي ٍم ؤم ٍن ىي ى
ّى اهلل ىعلٍىيً و ىك ي ٍس وى ؿ اهلل ٍع:ىؿ ٍْلىط أًى ِب ح
ٍ
ى سل ّا ًب ىر ًض ي اهلل ف
ى
( ( :ّ ى م
إ
نىا
)) ر كاه إً ما ما اٍل م ح ى ٍعب ًد. ًى ج رت و ل ً دنػي ا ي ًصيب ػ ها أىك ا م رأىة يػ ن ًك ح م ى ا ج ر ًإلىيً وĩ كان
ىى ي ى ى ي ى ٍ ٍ ى ي ي ي ٍ ى ي ٍ ي ى ٍ ٍ ى ه ىٍ ي ى ى ى ى ٍى ى
اهلل ها فىً ه ج رتيو إًى ل ا
أىبػيٍ و: َدثػ ٍى ًي ٍ ى ي ى
ً ً ٍ كأىبػ و ا ٍِل، ي ُمى َّم ًد ٍب ًن إً ٍَسىا ًعٍي ل ٍب ًن إًٍبػ را ً ٍىي م ٍب ًن اٍل مًٍغيػ ًرة ٍب ًن بػ ًر ٍد زب ًة اٍلب ىخا ًر م
س ي يم ٍسل يم ٍب ين ا ٍِلى ٍ ى ٍي ي ى ٍى ى ي ي ى ى ى ى
َّجا ًج ٍب ًن يم ٍسلًً م اٍلي ق ى ٍش ًري ُّم
ىصَن ً اىلن ص
حي ًه ىما ي ُهىا أى ىص ُّح اٍل يكتي ٍ ى حي
ٍ ى
. ًب اٍل م ّػى فً ة ّ ٍػي ىسابػيٍ وًر ُّم ً ٍِف
ي الل
ّ ىذٍي ًن
“Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khattab berkata, “Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam bersabda, „Sesungguhnya
amal perbuatan membutuhkan niat. Dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan
niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena ingin meraih
dunia atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang dia
niatkan.”25
Dari hadis ini dapat dipahami, bahwa niat dan motivasi adalah tolok ukur
suatu pekerjaan, pekerjaan yang sifatnya duniawi, tapi diniatkan ukhrawi akan
yang sifatnya duniawi, maka akan mendapatkan pahala dunia saja, akhirat tidak.
Hadis diatas menyatakan pekerjaan hijrah yang dilakukan sahabat Nabi pada
8
waktu itu, apabila tulus karena Allah Subẖânahu wa-Ta‟âla, akan mendapatkan
pahala. Tetapi ada diantara sahabat, niat hijrahnya untuk duniawi, yaitu untuk
25
Abȋ Abdullâh Muẖammad bin Ismâ‟ȋl bin ȋbrahȋm bin al- Mughȋrah al-Ja‟fi al-
bukhârȋ, Ṣaẖiẖ Bukhârȋ (Riyad: Maktabah al-Rashad 2006), no 1, h. 142
8
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya maka kesenangan itu dapat dicapai di
dipandang baik dan memberi manfaat. Pemberian tersebut berupa rizki, anugerah,
yang telah diberikan kepada hambanya. Sebagaiman firman-Nya dalam Q.S al-
ٍٓا إًذ ˜ٓ كٱذ ˜ٓ ًذؾ َ َّرَب ىعلى ىر يجل َمن ًلي ن ًذ ريكم أى ك ىع ًجب ٓ˜ي ت أى ى ٓءىي كم
˜ ى ي ى ى
يكي رك ˜ٓ يكم,ٓ ٓ˜ر ٓ م يكم ٓ˜ 'ى ˜ٓ ج ف ˜ٓ
“ٓ
ن ا
ٍٓا ٓءىªٓ ٓ˚ ك زا ىدي كم ٓ˜ ًِف ٱؿ ٓ˜ خل ٓ˜ ًؽ ب ص 'ٓ ٓ˜طىة,ٓ ب ع ٓ˜ ًد قىو ٓ˜ًـ ن وح²ٓ ج ى على يكم خلى ٓء ًمن
ى ى ىى ي ى ى ي ى ى
ف ٱذ ٓ˜ ك رك ءىاىَّل ˜ٓ فا
ى يي
َٱ ل
ًّ و
َلىى عل
ّ يكم ٓ˜ تيف ٓ˜ ًِليو ىف
26
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1349
27
Hidayat, Nikmatnya Hidup Bahagia, (Solo: Pustaka Barokah, 2003), 59
8
kekuatan serta kelapanagan ini, sudah tentu mereka wajib mensyukuri nikmat ini,
jangan sombong. Juga supaya menjaga diri agar tidak mengalami seperti apa yang
akhirat.
Akan tetapi, apabila fitrah sudah menyimpang, tidak berpikir normal, tidak
mau merenungkan dan tidak mau sadar, sebagaimana keadaan para petinggi kaum
mereka putuskan dialog, dan mereka meminta agar segera didatangkan azab
sebagai pelecehan terhadap orang yang memberi nasihat dan pengabaian terhadap
peringatan.28
Pesan moral dalam ayat di atas adalah agar setiap manusia mengingat
kekuasaan, jabatan, harta maupun yang lainnya. Orang yang selalu mengingat
sebaliknya jika
28
Sayyid Quṯb, Tafsîr Fî Zilâl al-Qur‟ân, Juz VIII, h.1311
9
orang tidak mau mengingat nikmat-nikmat Allah Subẖânahu wa-Ta‟âla dan tidak
menyikapinya. Hanya yang memandangnya dari sisi buruk dan kurangnya saja, ia
akan merasakan hidupnya tertekan (stres). Boleh jadi, nikmat yang ia rasakan
kenikmatan itu berubah menjadi kesengsaraan pada dirinya. Sebaliknya, ada pula
yang memandangnya penuh lapang dada dan rasa syukur. Meski hidup
hikmah dan sikap positif, ia pun bisa menikmatinya. Hingga di sini, nikmat itu
sesungguhnya datang dari dalam diri sendiri. Bersyukur berarti mengingat nikmat
29
Bahrus Surur Iyung, Mengingat Nikmat Allah, artikel diakses pada 27 juni 2018 dari
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/03/02/om6hhw313-mengingat-
nikmat.ht
9
kebahagiaan, bukan hanya bahagia di dunia saja namun harus bahagia di akhirat
Allah dan kepada manusia serta bekerja dan selalu bersyukur kepada Allah.
bagaikan pisau bermata dua. Maksudnya adalah dari satu sisi kesuksesan dapat
namun disisi yang lain kesuksesan sesorang dapat menjadikan manusia lupa akan
nikmat yang diberikan tuhan kepadanya sehingga kelupaanya akan nikmat dari
30
Moh. Farid Chair, Makna Kafir dalam Kajian: Sebuah Kajian Tematik dalam Sahih
Bukhari, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015), h.
3
9
yang selalu melakukan ibadah dan amal kebaikan, baik kepada Allah maupun
kepada manusia. Orang yang selalu menjalankan ibadah dan melakukan amal
Ukuran nilai seseorang dalam pandangan Allah tidak ditentukan dari harta,
jabatan, kekuasaan ataupun hiburan dan materi duniawi yang dimiliki seseorang.
Kesemuanya itu hanyalah nilai palsu yang menipu mata manusia. Islam memang
tidak pernah melarang semua yang baik bagi manusia. Namun Islam menekankan
bahwa kesemuanya itu tidak bisa dijadikan tujuan hidup. Siapa yang ingin
hendak ia tidak lalai mengingat Allah atas semua nikmat yang telah diterimanya.
ًعن ىد ىرَب ىك ' ىخ ي ĩ ًزينىةي ٱؿ ٓ˜ ىحيىػ' وًة ٱل ٓ ىكٱؿ ي ٱؿ ٓ˜ى ما يؿ ىكٱؿ
ثػىى واب ٓ˚ا ًٓ˜' ب ًق' ي ٱل ّصل
ٓ˜هر ى ى ُّدف ٓ˜يىا ٓ˜بػىنيو ىف ىك ىخي
' ىح ي ٓ˜ه رأىىمل ˚ٓا
ĩ
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan”
Amal saleh atau perbuatan baik, itulah ukuran yang Allah tentukan bagi
manusia dalam kehidupan dunia ini dan yang Allah berikan bagi keuntungannya
dalam kehidupan akhirat kelak. Amal saleh yang bisa dijadikan ukuran nilai
dalam aktivitas manusia di tiap detiknya dan di planet yang sangat kecil ini.
31
Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur‟an, h. 73
9
berguna bagi diri sendiri dan orang lain, serta dilakukan atas ketundukan pada
ajaran Allah Subhanahu waTa‟ala. Tindakan saleh (amal saleh) merupakan hasil
keberimanan, pernyataan atau produk iman seseorang yang dilakukan secara sadar
Karena orang yang menjalankan amal saleh maka ia sudah menjalankan ajaran
tuhan-Nya dan dekat kepada Tuhan-Nya. Karena di dalam al-Qur‟an orang sukses
itu tidak dilihat dari harta, jabatan, maupun hartanya tetapi kesuksesan itu dilihat
atau keberuntungan ada dua macam yaitu, kesalehan kepada Allah dan kesalehan
kepada manusia.
sayyid Quthb mengatakan dalam tafsirnya perintah dari Allah kepada orang-orang
yang beriman agar melakukan rukuk dan sujud yang merupakan dua rukun shalat
yang paling menonjol. Shalat dikiaskan dengan rukuk dan sujud untuk
memberinya bentuk yang menonjol, gerakan yang nyata dalam ungkapan, yang
dilukiskannya sebagai pemandangan yang jelas dan sikap badan yang terlihat.
Karena ungkapan sedemikian rupa itu lebih dalam pengaruhnnya dan lebih kuat
ٓأىيػ ىرَّب
ّى ها يك
ٱل م
ّ ًذي ىن ءىاى منيوٍا ٱر ٓ˜ ىك يعوٍا ىكٱس ٓ˜ يج ˜ٓ
يدكا ىكٱ
ْ ىكٱع ٓ˜ب ي دكٍا ؼ
9
Riza Zahrial Falah, Membentuk Kesalehan Individual dan Sosial Melalui Konseling
32
Rukuk dan sujud membuktikan kedekatan antara hamba dan sang ḳalik.
Ibadah salat bukanlah sekadar ibadah dengan gerakan dan ucapan belaka.
Shalat yang dimaksudkan dalam al-Qur‟an adalah Shalat seorang hamba yang
dilakukan secara optimal. Hal itu tidak akan terwujudkan bila Shalat hanya
diarahkan kepada gerakan dan bacaan semata. Setiap individu yang melakukan
mengerjakannya.
dikatakan Sayyid Quthb bahwa kesabaran itu banyak ragamnya atau banyak hal
nafsu pada saat mampu, menang dan mendapat kesenangan dengan penuh
tawadhu dan syukur, tanpa sombong dan dendam. Kemudian dalam keadaan
susah dan senang tetap komit dengan Allah, menyerah kepada taqdir-Nya
dan
9
dan khusyu.34
Itulah kesabaran yang dijelaskan oleh sayyid Quthb bahwa orang yang
sabar itu adalah orang yang sukses, sukses dunia maupun di akhirat. Karena
seseorang akan mampu melihat nilai yang dikandung dari suatu kesabaran yaitu
ٓأىيػ 'ىم
ّى ها
ٱل
ٍّ ًذي ىن ءىاى منيوٍا ٱص ٓ˜بًيركٍا ىك ىصابًيركٍا ىكىرابًطيوا
ىكٱتػ
ٍّي قوا
ٱل
ّو ى
لىى عل
ّ يكم ٓ˜ تيف ٓ˜ ًِليو ىف
dengan musuh, berhubungan dengan Allah melalui ẓikir, taat kepada Allah dan
berat perang, serta menghindari dari sifat angkuh, riya, dan sewenang - wenang.35
34
Quthb, Tafsîr Fî Zilal al-Qur‟ân, Juz IV, h. 551
35
Quthb, Tafsîr Fî Zilal al-Qur‟ân, Juz X, h. 799
9
Kedua, Ibadah dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan ritus-ritus yang
manusia (hablum min an-nas). Selain itu manusia juga mendapat mandat sebagai
wakil/ khalifah Allah dimuka bumi untuk memberdayakan dan merawat bumi
dengan baik. Jadi ibadah tidak hanya memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri
sebagai hamba Allah, tapi juga memberi kontribusi pada orang-orang dan
lingkungan sekitar.36
Firman Allah Subhanahu wa-Ta‟ala dalam Q.S Ar-rum [30] ayat 38 yaitu.
ييًري
َلل ٓ ىذا ٱؿ ٓ˜قير ىحَ ىكٱؿ ٓ˜ً مس ٓ˜كً ىكٱب ٓ˜ ٱل َّسبًي ًل 'ىذلً ىخي ٓ˜ر ىفىا ًت
ّ ً يدك ىف
ذي ٓ“ ىك ىف ىي ٓ˜ى ' َب ۥق•وي
ىن
menjadi pemegang amanat itu kepada cara terbaik dalam mengembangkan harta
dan meraih keuntungan. Yaitu dengan memberikan hak kepada kerabat dekat,
orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, dan infak secara umum di
jalan Allah. “Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan
Hasrat untuk membantu adalah bagian dari fitrah manusia. Allah sengaja
9
36
Riza Zahrial Falah, Membentuk Kesalehan Individual dan Sosial Melalui Konseling
Multikultural, vol 7, no 1 (Juni 2016): h. 167-168
37
Sayyid Quthb, Tafsîr Fî Zilal al-Qur‟ân, Juz XVIII, h. 675
1
mendesain diri kita untuk peduli karenanya salah satu sifat dasar kita adalah tidak
tega kalau di depan mata terdapat pemandangan yang mengundang iba. Yang
diinginkan oleh Allah adalah kita harus menyuburkan hasrat dasar tersebut.
lain sebagai hal yang amat sangat logis. Tidak ada manusia yang tidak memiliki
dalam buaian dalam bentuk janin, ketergantungan janin dengan induk, anak
dengan Ibu. Oleh sebab itu, ada tuntunan dari Allah, yang Maha memberi rezeki
ىكٱل
لَل َّس ٓائًً ل ىكٱؿ ٓ˜ى مح ٓ˜ي ركًـ. ٓ ّ ًذي ىن ً ِٓف ىأـ ٓ˜' ىكلًَ م ٓ˜ ىح ٌق ٓ َّمع ٓ˜ليوـ
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang
tidak mau meminta”
Kehadiran orang yang tidak punya, fakir, miskin, anak yatim sebetulnya
sangat membantu untuk meniti jalan ke surga dan menggapai keridhan Allah.
Artinya kita harus mengucapkan terima kasih kepada mereka. Bukan sebaliknya,
vjmereka yang diharuskan berterima kasih karena pemberian kita. Inilah makna
يش يكونرا
˚ٓ ٓء ىج
ىكىَّل نىا نيط ٓ˜ ًع يم يكم ٓ˜ لًىوج ٓ˜ ًق ىزا
ٱل
˜ٓ ًّ و َّىل نيًري يد ًمن يكم
Manusia tidak tinggal, menetap dan menyebar di muka bumi dengan pasif.
daya sadar dan kemampuannya yang besar untuk sekadar menjadi pengemis
dimuka bumi ataupun bertindak layaknya tumbuhan ataupun binatang yang hanya
Allah mengkaitkan penciptaan dan eksistensi manusia dengan rezeki dan nafkah
yang harus dicarinya dengan cara bekerja.39 Banyak ayat al-Qur‟an yang
[62]: 10
ٱل َّصلى' وةي ىفٱنتى ًشي ركاٍ ًِف ٱؿ ˜ ٓىأر ٓ˜ ًض ىكٱب ٓ˜ى تػغيوٍا ًمن فىض ٓ˜ً ؿĩ ً ىفًإ ىذا قي ًضيى
ٱل
ًّ و ىكٱذ ٓ˜ يكي ركٍا
ٱل
ّوى ىكثًريا
َل
ّى عَل
ّ يكم ٓ˜ تيف ٓ˜ ًِليو ىف
hidupnya di dunia dengan bekerja dan juga usaha keras dan juga pemenuhan
38
Anwar Sanusi, Jalan Kebahagiaan, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), h. 74
39
Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur‟an, h. 41
1
Allah Subẖanahu wa-Ta‟âla tetap dan harus bisa dilakukan bersamaan dengan
bekerja keras dan menjadikan usahanya sebagai bagian dari ibadahnya kepada-
Nya.40
dengan usaha yang salah, usaha yang dapat menindas dan dapat merugikan orang
lain. Dalam persoalan inilah syariat Islam telah meletakkan dasar-dasar yang
bagaikan pisau bermata dua. Maksudnya adalah dari satu sisi kesuksesan dapat
namun disisi yang lain kesuksesan sesorang dapat menjadikan manusia lupa akan
nikmat yang diberikan tuhan kepadanya sehingga kelupaanya akan nikmat dari
40
Sayyid Quthb, Tafsîr Fî Zilal al-Qur‟ân, Juz VI, h. 3570
41
Moh. Farid Chair, Makna Kafir dalam Kajian: Sebuah Kajian Tematik dalam Sahih
Bukhari, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015), h.
35
1
A. KESIMPULAN
Kesuksesan dunia dan akhirat merupakan hal yang didambakan setiap orang,
kebajikan berdasarkan tunutnan wahyu. Berdasarkan penelitian ini, dari uraian yang
Kesuksesan yang hakiki di dalam al-Qur’an yaitu yang beriman yang selalu
melakukan ibadah dan amal kebaikan. Ketakwaan dan keimanan kepada Allah
bukan saja kesalehan pribadi (shalat, sabar, dan keteguhan hati), melainkan juga
orang lain baik lapang maupun sempit. Islam adalah agama yang mengajarkan
keseimbangan antara dunia dan akhirat. Bukan hanya akhirat saja yang diutamakan
maupun kehidupan di duniapun harus jalani. Di dunia manusia diseru untuk selalu
disertai rasa syukur maka inilah kunci dari suksesnya kaum beriman..
B. SARAN-SARAN
telah ditanamkan pada al-Qur’an maka akan mengantarkan manusia ke gerbang pintu
9
91
kesuksesan, sukses di dunia dan akhirat. Oleh karena itu selaku ummat muslim
penelitian skripsi ini baik dalam sisi penulisan maupun pembahasan, berharap kepada
pengkaji dan para pembaca agar kiranya ada yang bisa melanjutkan penelitian ini,
tentunya yang berhubungan dengan judul skripsi ini, sehingga dapat tertutupi.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Bâqȋ, Muhammad Fu’ad Abd. Mu’jam Mufaẖras Li Alfâẕ al- Qur’an. Turki: al
Maktabah al-Islamiyyah, 1984.
Al- Bukhârȋ, Abȋ Abdullâh Muẖammad. Saẖiẖ Bukhârȋ. Riyad: Maktabah al-Rasyad,
2006.
1989.
Hakim, A. Husnul. Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa
Kontemporer. Depok: Lingkar Studi al-Qur’an, 2013.
Herlianto. Teologi Sukses Antara Allah dan Mamon. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
2012.
Hidayat, Nuim. Sayyid Quthb, Biografi dan Kejernihan Pemikirannya. Jakarta: Gema
Insani, 2005.
7
7
Iyung, Bahrus Surur. Mengingat Nikmat Allah, artikel diakses pada 27 juni 2018 dari
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/03/02/om6hhw313-
mengingat-nikmat.html.
Khalidi, Salah Abdul Fattah. Pengantar Memahami Tafsȋr Fȋ Zilâl al Qur’ân Sayyid
Quthb. Solo: Intermedia, 2003.
---------. Biografi Sayyid Quṯb, Sang Syahid yang Melegenda. Yogyakarta: Pro-U
Media, 2016.
Malla, Andang B. Merasakan Allah dalam Shalat. Jakarta: Sejahtera Kita, 2009.
Muhyidin, Muhammad. Kaya Duit, Kaya Hati atau Kaya Keduanya. Jogjakarta: Diva
Press, 2009.
Mutiah, Diana. Motivasi Berprestasi Menuju Kesuksesan, no.7 (Maret 2014): h. 34.
Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,
2013.
Rahma, Awiya dkk. Pengaruh Keteguhan Hati dalam Kehidupan Sosial, Budaya, dan
Agama, Tinjauan Psikologi Islam dan Psikologi Indegenous, 2014.
Ridjaluddin, F.N. Teologi Sayyid Quthb. Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI UHAMKA
Jakarta, 2011.
Salim, Bahnasawi. Butir-Butir Pemikiran Sayyid Quṯb. Jakarta: Gema Insani Press,
7
2003.
Syibromalisi, Faizah Ali dan Azizy, Jauhar. Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013/2014