b. Oven
Oven bersuhu tinggi (160 - 1700C) biasa digunakan untuk
sterilisasi kering. Karakteristik sterilisasi kering adalah suhu tinggi
dan waktu sterilisasi yang lama (1-3 jam). Bahan atau alat yang
akan disterilisasi kering harus tahan panas dan tidak mengalami
kerusakan pada suhu yang digunakan dan disterilkan dengan cara
membungkus, menyumbat atau meletakkannya dalam wadah
tertutup untuk mencegah kontaminasi ketika dikeluarkan dari oven.
d. Penyaringan
Penyaringan merupakan teknik sterilisasi bahan cair pada
suhu ruang dengan menggunakan penyaring yang memiliki pori-
pori kurang dari 0,45 atau 0,22 μm. beberapa bahan yang umum
disterilisasi dengan teknik ini adalah cairan serum, antibiotik,
enzim, toksin larutan bikarbonat dan medium sintetik tertentu.
Alat :
Autoclave
Oven
Bunsen
Botol Semprot Alcohol
Cawan Petri
Erlenmeyer
Tabung Reaksi
Pipet Volumetrik
Mortar Keramik
Bahan :
Aquadest
Alcohol Aseptis (70%)
Spiritus
Kertas Pembungkus/Al-Foil
Kapas
Kasa
Tissue
Plastik Tahan Panas
Karet Gelang
Kertas Label
Prosedur :
1) Bungkus rapi alat-alat gelas yang akan disterilisasi dengan kertas
pembungkus/Al-Foil;
2) Khusus untuk sterilisasi dengan Autoclave, tempatkan alat dan/
medium yang akan disterilisasi ke dalam plastik tahan panas;
3) Sterilisasi dengan Autoclave : (1) Buka tutup autoclave, (2)
Masukkan aquadest ke dalam Autoclave hingga penanda batas air,
(3) Tempatkan alat dan/ medium ke dalam Autoclave, susun rapi,
(4) Tutup Autoclave, (5) Nyalakan Autoclave dan tunggu hingga
suhu mencapai 121 0C dan Tekanan sebesar 1 atm/ 15 lb (Kondisi
Sterilisasi), jangan lupa menutup katup uap Autoclave, (6) Mulai
sterilisasi selama 15 menit, (7) Setelah selesai, matikan Autoclave
dan buka katup uap Autoclave, (8) Tunggu hingga tekanan turun
hingga 0 atm (suhu agak dingin), (9) Buka secara hati-hati penutup
Autoclave, (20) Keluarkan alat dan/ medium dari dalam Autoclave.
4) Sterilisasi dengan Oven : (1) Buka pintu Oven, (2) Tempatkan alat
ke dalam Oven dengan susunan yang rapi , (3) Tutup pintu Oven,
(4) Setting suhu Oven : 160 – 170 0C, waktu : 60 menit, (5) mulai
sterilisasi, (6) Setelah selesai, matikan Oven, (8) Keluarkan alat
dari dalam Oven.
a. Sifat-sifat desinfektan:
Stabilitas kimia
Ekonomis
Tidak berwarna dengan warna dan bau diterima
Bakterisida, tidak hanya statis tetapi juga mampu
menghancurkan spora
Spectrum kerja yang luas
Non-korosif
Mampu berpentasi dengan baik
Kompatibel dengan senyawa organic lain seperti sabun
b. Penggolongan desinfektan
Disenfektan digolongkan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat
potensinya:
Tingkat tinggi, yang digunakan untuk pengolahan
instrumen semi-kritis atau perangkat dan termasuk zat
diatur oleh Food and Drug Administration (FDA) seperti
glutaraldehid, klorin dioksida-hidrogen peroksida,
orthophthaldehyde, dan formulasi berbasis asam perasetat;
Alkohol
Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol
membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein
dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa
dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang
biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh
dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah
pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol
kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena
menimbulkan rasa terbakar.
Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik
adalah etanol (60-90%), propanol (60-70%) dan
isopropanol (70-80%) atau campuran dari ketiganya. Metil
alkohol (metanol) tidak boleh digunakan sebagai antiseptik
karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan
gangguan saraf dan masalah penglihatan. Metanol banyak
digunakan untuk keperluan industri.
Yodium
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam
larutan beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi
kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak
lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan
karena mendorong pembentukan jaringan parut dan
menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang
disebut iodine povidone (iodophore), sebuah polimer larut
air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih
ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka,
dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat
menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik
dengan iodine povidone adalah betadine.
Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah
cakupan luas aktivitas antimikrobanya. Yodium
menewaskan semua patogen utama berikut spora-sporanya,
yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain.
Beberapa orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi
yodium adalah ruam kulit kemerahan, panas, bengkak dan
terasa gatal.
Hidrogen peroksida
Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk
membersihkan luka dan borok. Larutan 3% lebih umum
digunakan untuk pertolongan pertama luka gores atau iris
ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif
memberantas jenis kuman anaerob yang tidak
membutuhkan oksigen. Namun, oksidasi kuat yang
ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan
menambah waktu penyembuhan. Untung mengurangi efek
sampingnya, hidrogen peroksida sebaiknya digunakan
dengan air mengalir dan sabun sehingga paparannya
terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida sebagai
obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali
setelah berkumur. Jangan menelannya.
Selain keempat bahan di atas, di masa lalu ada juga
antiseptik berbasis merkuri yang dikenal dengan nama
merkurokrom atau obat merah. Obat merah kini tidak
dianjurkan, bahkan dilarang di banyak negara maju, karena
kandungan merkurinya dapat berbahaya bagi tubuh.
Beberapa zat alami seperti madu, lidah buaya dan bawang
putih juga bisa digunakan sebagai antiseptik