Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan area di dalam sebuah

rumah sakit yang dirancang dan digunakan untuk memberikan standar

perawatan gawat darurat untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut

atau mendesak. (Queensland Health ED, 2012). Unit ini memiliki tujuan

utama yaitu untuk menerima, melakukan triase, menstabilisasi, dan

memberikan pelayanan kesehatan akut untuk pasien, termasuk pasien yang

membutuhkan resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu

(Australian College for Emergency Medicine, 2014).

Penanggulangan keberhasilan penanganan pasien kegawatdaruratan

dapat dilihat dari kecepatan dalam pemberian pertolongan yang memadai.

Keberhasilan pertolongan atau waktu tanggap perawat dapat dilihat sejak

pasien datang sampai dilakukannya penanganan, dimana standar waktu

tanggap di Instalasi Gawat Darurat (IGD) harus ≤ 5 menit (Kepmenkes,2009).

Beberapa penelitian membuktikan bahwan masih banyak rumah sakit

yang lambat dalam waktu tanggap terhadap pasien. Menurut Maatilu (2014)

waktu tanggap perawat di IGD RSUP.Dr.D.Kandou Manado rata-rata lambat

> 5 menit, demkian juga penelitian yang dilakukan oleh Noor (2009) dimana

waktu tanggap di IGD RSUP Persahabatan 7,45 menit. Sedangkan penelitian

yang dilakukan Sabriyati (2012) memperlihatkan angka jauh lebih lama watu

tanggap pasien IGD RSUP.Dr.Wahidin Sudirihusodo dengan waktu 8,20

1
2

detik. Bila dilihat dari ketiga Rumah Sakit tersebut maka dapat disimpulkan

waktu tanggap perawat bervariasi dan jauh dibawah standar indikator yang

ditetapkan oleh Kepmenkes (Kementrian Kesehatan,2009).

Pelayanan seharusnya yang cepat dan tepat yang seharusnya dapat

diberikan oleh perawat namun karena beberapa hal waktu tanggap tersebut

tidak maksimal dapat diberikan. Yoon et al (2003) mengemukakan factor

yang dapat mempengaruhi waktu tanggap dapat dari factor internal dan

eksternal berupa karakter pasien, penempatan staf, ketersediaan petugas

kesehatan, strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih.

Tolak ukur faktor yang mempengaruhi waktu tanggap sangat banyak

sehingga stndarnya yang diterapkan dirumah sakit berbeda-beda. Hasil

penelitian yang dilakukan Mahyawati (2014) di IGD RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta yang memperngaruhi waktu tanggap adalah

tingkat kegawatan pasien, lama bekerja dan pendidikan. Sejalan juga dengan

penelitian yang dilakukan oleh Maatilu (2014) di RS Kandaou Manado faktor

yang mempengaruhi waktu tanggap dilihat dari pendidikan, pengetahuan,

lama bekerja dan pelatihan.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian dengan beragamnya indikator

yang mempengaruhi waktu tanggap, dimana dengan adanya waktu tanggap

yang cepat menunjukan keberhasilan dalam pemberian pertolongan

pelayanan keperawatan untuk menyelamatkan atau mencegah cacat sejak

ditempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan


3

Beragamnya fenomena, jenis penyakit serta kondisi pasien yang

ditemukan di IGD, serta banyaknya kunjungan yang datang mengakibatkan

kepadatan di IGD. Kepadatan ini terjadi ketika permintaan untuk layanan

melebihi kapasitas IGD untuk memberikan perawatan berkualitas dalam

kerangka waktu yang tepat (Jus, 2008). Pelayanan cepat dan tepat yang

semula diharapkan dapat diberikan di IGD menjadi terhambat dengan kondisi

pasien yang penuh sesak di IGD. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan

beberapa akibat antara lain : menyebabkan kesalahan dan keterlambatan

dalam terapi, ketidakpuasan pasien, kehilangan kontrol pada staf, banyaknya

pasien yang meninggalkan IGD tanpa diperiksa, waktu pelayanan pasien di

IGD menjadi panjang, dan lamanya waktu tunggu pasien untuk pindah ke

bangsal (Singer et al.,2011).

Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it’s Live

Saving, artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat

darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien. Hal ini mengingatkan pada

kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa hanya dalam hitungan menit

saja. Berhenti nafas selama 2-3 menit pada manusia dapat menyebabkan

kematian yang fatal (Sutawijaya, 2009 ).

Mengingat pentingnya peran perawan IGD dalam menyelamatkan

kehidupan seseorang yang lagi dalam kegawatan, maka harus adannya

perawat yang kompeten berada dirungan tersebut. Penilitian yang dilakukan

oleh Ahmad Faizin (2008) didapatkan dari hasil analisis uji chi-square

menunjukkan taraf signifikan yang dihasilkan kurang dari 5% yaitu 0,000.


4

Dengan demikian ada hubungan lama kerja perawat terhadap kinerja perawat

di Rumah Sakit Umum Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Vetrise Maatilu

(2014) didapatkan hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan antara

lama kerja (p 0,119), dan pelatihan (p 0,225) dengan respon time.

Berdasarkan penelitian diatas banyak faktor yang berhubungan

dengan waktu tanggap penanganan pasien di IGD. Diantaranya ada Lama

kerja yang menggambarkan pengalaman seseorang dalam menguasai bidang

tugasnya. Pada umumnya, petugas dengan pengalaman kerja yang banyak

tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan petugas yang pengalaman

kerjanya sedikit. Menurut Ranupendoyo dan Saud (2005), semakin lama

seseorang bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman

orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin baik.

Menurut Pangabean (2004) Pelatihan dapat didefinisikan sebagai

suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan

keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan sekarang,

Sedangkan pendidikan lebih berorientasi kepada masa depan dan lebih

menekankan pada peningkatan kemampuan seseorang untuk memahami dan

menginterpretasikan pengetahuan. Berdasarkan pengertian diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki

kemampuan dan meningkatkan kinerja karyawan dalam melaksanakan

tugasnya dengan cara peningkatan keahlian, pengetahuan, keterampilan, sikap

dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.


5

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 26 September 2017 di

Rumah Sakit Harapan Bunda Batam, Dari hasil wawancara dengan salah satu

perawat IGD RSHB, perawat mengatakan bahwa peran perawat dalam

melakukan ketepatan waktu tanggap penanganan pasien di IGD itu belum

sesuai yang diharapkan karena untuk menjalankan peran perawat sesuai

dengan standart operasional prosedur (SOP) itu masih sulit, banyak kendala

yang sering ditemui misalnya untuk berkomunikasi dalam jam kerja saja sulit

karena banyaknya pasien, kurangannya perawat mendapatkan atau mengikuti

pelatihan-pelatihan yang burhubungan dengan kegawatdaruratan, dan banyak

masalah lain yang akhirnya perawat tidak bisa menjalankan perannya

dengan baik atau sesuai dengan SOP yang berlaku.

Perawat yang bertugas di IGD adalah perawat yang dituntut untuk

melakukan tindakan kegawat daruratan secara cepat, tepat dan tanggap

khususnya pada penanganan pasien cedera kepala. Bagi perawat di IGD

tuntutan tersebut akan menjadi beban kerja tersendiri dalam menangani

pasien yang datang di IGD, dengan jumlah, tingkat kegawatan pasien,

situasi dan kondisi yang datang tidak bisa di perkirakan. Beban kerja sosial

merupakan beban kerja yang berkaitan dengan hubungan seorang pekerja

dengan lingkungan kerjanya. Kondisi demikian sudah menjadi tantangan

setiap hari bagi seorang perawat bahwa harus senantiasa ramah, murah

senyum, komunikatif dalam memberikan pelayanan (Widodo, 2007).

Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya

waktu tanggap. Mekanisme waktu tanggap, disamping menentukan keluasan


6

rusaknya organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan.

Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang

datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan

kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat

dengan waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat

dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan

manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes, 2009).

Berdasarkan fenomena yang ada serta dengan keterbatasan peneliti

dalam melakukan peelitian ini maka, peneliti melakukan penelitian tentang

“Hubungan Lama Kerja dan Pelatihan Dengan Ketepatan Waktu Tanggap

Penanganan Pasien Di IGD Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah, ”Apakah ada hubungan lama kerja dan pelatihan dengan

ketepatan waktu tanggap pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Umum.

Mengetahui hubungan lama kerja dan pelatihan dengan

ketepatan waktu tanggap pasien di instalasi gawat darurat Rumah

Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2017.


7

1.3.2 Khusus

1.3.2.1 Mengetahui lama kerja perawat IGD di Rumah Sakit Harapan

Bunda Batam Tahun 2017

1.3.2.2 Mengetahui pelatihan yang diikuti perawat IGD Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam Tahun 2017

1.3.2.3 Mengetahui ketepatan waktu tanggap penanganan pasein di

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Harapan Bunda Batam

Tahun 2017

1.3.2.4 Mengetahui hubungan lama kerja dengan ketepatan waktu

tanggap pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam Tahun 2017

1.3.2.5 Mengetahui hubungan pelatihan dengan ketepatan waktu

tanggap pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam Tahun 2017

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan jadi bahan masukan untuk

meningkatkan pelayanan di rumah sakit, terutama perawat dalam

melakukan perannya melaksanaan ketepatan waktu tanggap

penanganan pada kasus kegawat daruratan di Instalasi Gawat Darurat.

1.4.2 Bagi Intitusi Pendidikan

Dapat di jadikan sebagai bahan bacaan dan referensi guna

meningkatkan mutu pendidikan terutama pada mahasiswa


8

keperawatan tentang mengetahui hubungan lama kerja dan pelatihan

dengan ketepatan waktu tanggap pasien di Instalasi Gawat Darurat

Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2017.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan acuan serta referensi bagi peneliti lain dan

penelitian lanjutan yang berhubungan dengan lama kerja dan pelatihan

dalam melakukan ketepatan waktu tanggap penanganan pasien di

instalasi gawat darurat sebagai salah satu acuan untuk penelitian

selanjutnya.

1.5 Keaslian Penelitian


Berdasarkan judul penelitian yang akan diteliti, ada judul penelitian
dari peneliti sebelumnya yang mendekati dengan judul yang akan diteliti oleh
peneliti yaitu :

Tabel 1.1
Keaslian penelitian yang terkait dengan Hubungan Lama Kerja Dan
Pelatihan Dengan Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan
Pasien Di IGD.

Metode yang
No Nama Penelitian Judul Penelitian Hasil Peneltian
digunakan
1 Ruly ambar Peran perawat Penelitian ini Teknik sampling yang
sekar terhadap ketepatan menggunakan digunakan dalam pe
(2014) waktu tanggap metode penelitian nelitian ini adalah
Penanganan kasus kualitatif dengan purposive sampling
cedera kepaladi pendekatan dengan sample 5 Perawat
instalasi Fenomenologis IGD RSUD Dr.Moewardi
Gawat darurat rsud deskriptif. Surakarta.
dr. Moewardi Penelitian ini
Surakarta menggunakan tehnik
indepth interview
dan observasi, dengan
menggunakan tujuh analisis
model
Colaizzi
yang menghasilkan 8
9

tema yaitu gambaran


kasus cedera kepala,
initial assasment
, pengelolaan prioritas
pasien, perawat sebagai
care
giver
,iklim kerja kondusif,
kendala pelayanan,
kebutuhan perbaikan manaj
emen dan
kebutuhan peningkatan
kualitas SDM.
Dwi Penerapan response Penelitian ini Berdasarkan uji statistic
Surtiningsih time perawat dalam mengguna-kan Spearman Rank/Rho (α =
(2016) Pelaksanaan desain penelitian 0,05) diperoleh nilai sebesar
penentuan prioritas survei analitik Pvalue = 0,001 dimana P
Penanganan dengan pendekatan value < 0,05.
kegawatdaruratan cross sectional. Dengan demikian H1
Pada pasien diterima yang berarti ada
kecelakaan hubungan yang bermakna
Di igd rsd balung (signifikan) antara response
time perawat dengan
kesesuaian penanganan
2 pada pasien kecelakaan.
Menurut peneliti, response
time (waktu tanggap)
perawat dalam
penanganan
kegawatdaruratan yang cepat
dan tepat akan
meningkatkan
tingkat kesesuaian kepada
pasien
dan keluarga pasien

1.6 Sistematika Penulisan


1.6.1 BAB I Pendahuluan
Pada bab I diuraikan latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika
penulisan.
1.6.2 BAB II Tinjauan Pustaka
Pada bab II diuraikan tinjauan teoritis atau konsep teori yang
mendukung penelitian meliputi : tinjuan teoritis, kerangka konseptual,
dan hipotesis penelitian.
10

1.6.3 BAB III Metodologi Penelitian


Berisi tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, variabel penelitian, kerangka
kerja, prosedur penelitian, pengumpulan data, pengolahan dan analisa
data, aspek pengukuran, definisi operasional, etika penelitian dan
keterbatasan penelitian.
1.6.4 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang
berisi uraian secara mendalam tentang hasil penelitian yang telah
disajikan sebelumnya.
1.6.5 Bab V Penutup (Kesimpulan dan Saran)
Pada bab V diuraikan kesimpulan mengenai hasil akhir
penelitian dan saran peneliti.

Anda mungkin juga menyukai