Anda di halaman 1dari 16

Makalah Gawat Janin (Fetal Distress)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kehamilan secara umum di tandai  dengan aktivitas  otot polos  miometrium  yang
relative tenang  yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterine  sampai  dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan. Otot polos  uterus
mulai menunjukkan aktivitas  kontraksi secara terkoordinasi, di selingi dengan suatu
periode  relaksasi, dan mencapai pucaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur
menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas
kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini
masih belum jelas benar.       
Secara luas istilah gawat janin telah banyak di pergunakan,  istilah ini biasanya
menandakan kekhawatiran  obstetric tentang  keadaan janin, yang kemudian berakhir
dengan seksio sesaria atau persalinan buatan lainnya.
Keadaan janin biasanya di nilai  dengan menghitung  denyut jantung janin (DJJ) dan yang
memeriksa kemngkinan adanya mekonium di dalam cairan amnion. Sering di anggap  DJJ
yang abnormal, terutama bila di temukan mekonium, menandakan  hipoksia dan
asidosis.
Misalnya, takikardi janin dapat di sebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan
asidosis,  tapi juga oleh hipertermia sekunder  dari infeksi intrauterine. Keadaan
tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis. Sebaliknya ,
bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan
dengan  meningkatnya insidensi  asidosis janin.
Untuk kepentingan klinik perlu di tetapkan criteria apa yang di maksud dengan gawat
janin . di sebut gawat janin ,  bila di temukan  denyut jantung janin di atas  160/menit
atau di bawah 100/menit , denyut jantung tidak teratur, atau keluarnya  mekonium yang
kental pada awal persalinan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dariFetal Distress (Gawat janin)?
2.      Apa penyebab dariFetal Distress (Gawat janin)?
3.      Bagaimana patofisiologi dari Fetal Distress (Gawat janin) ?
4.      Apa saja komplikasi dari Fetal Distress (Gawat janin) ?
5.      Bagaimana cara menegakkan diagnosa pada kasus Fetal Distress (Gawat janin) ?
6.      Apa saja klasifikasi dariFetal Distress (Gawat janin) ?
7.      Bagaiamana penanganan yang dapat diberikan pada kasusFetal Distress (Gawat janin) ?
C.    Tujuan Penulisan
a.      Tujuan umum
Adapun Tujuan Umum dari penulisan makalah ini ialah penulis mampu menyusun
serta melakukan manajemen asuhan kebidanan secara langsung pada ibu bersalin
denganFetal Distress (Gawat janin).

b.      Tujuan khusus

1.      Mampu melakukan pengkajian kebidanan pada ibu bersalin dengan Fetal


Distress (Gawat janin) 
2.      Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang asuhan kebidanan pada
ibu bersalin dengan Fetal Distress (Gawat janin) 
3.      Mampu menetapkan diagnosa kebidanan pada ibubersalin dengan Fetal
Distress (Gawat janin) 
4.      Mampu melakukan pelaksanaan dan evaluasi kebidanan pada ibu bersalin
dengan Fetal Distress (Gawat janin) 

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    GAWAT JANIN (FETAL DISTRESS)

1.      Pengertian

             Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada


masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi nyata
dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia janin peningkatan tahanan
vaskular pada pembuluh darah janin. (Nelson, Ilmu Kesehatan Anak)
             Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga
mengalami hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ). Secara luas istilah gawat janin
telah banyak dipergunakan, tapi didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya
menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric tentang keadaan janin, yang
kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan lainnya.
             Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin
(DJJ). Dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom.
Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium,
menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak
benarkan  . Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan
asidosis, tapi juga oleh hipotemia, sekunder dari infeksi intra uterin.
             Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau
asidosis.sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak
berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin. Untuk kepentingan klinik
perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin
bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit,
denyut jantung tidak teratur , atau keluarnya mekonium yang kental pada awal
persalinan.

2.      Etiologi

Penyebab dari gawat janin yaitu:


a.       Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu
singkat) :
1.      Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan
pemberian oksitosin.
2.      Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3.      Solusio plasenta.
4.      Plasenta previa dengan pendarahan.
b.      Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta
dalam waktu lama) :
1.      Penyakit hipertensi
2.      Diabetes mellitus
3.      Postmaturitas atau imaturitas
c.       Kompresi (penekanan) tali pusat
1.      Oligihidramnion
2.      Prolaps tali pusat
3.      Puntiran tali pusat
d.      Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
1.      Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal
2.      Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi
3.      Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit
4.      Sekuele neorologis neonatal
5.      Disfungsi multi organ neonatal
6.      PH arteri tali pusat 7,0
3.      Patofisiologi
Ada beberapa proses atau tahapan terjadinya peristiwa Fetal Distress, antara lain
:
a.       Perubahan pada kehamilan Postterm
Terjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan janin pada kehamilan
postterm. Dengan mengetahui perubahan tersebut sebagai dasar untuk mengelola
persalinan postterm.

b.      Perubahan cairan amnion


Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah cairan amnion
mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml dan menurun sekitar
800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus menjadi
sekitar 480 ml , 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan 42 dan 43 minggu.
Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang berkurang.
Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan postterm dan
menyebabkan oligohidramnion.
Selain perubahan volume terjadi pula perubahan komposisi cairan amnion menjadi
kental dan keruh. Hal ini terjadi karena lepasnya vernik kaseosa dan komposisi
phosphilipid. Dengan lepasnya sejumlah lamellar bodies dari paru-paru janin dan
perbandingan Lechitin terhadap Spingomielin menjadi 4 : 1 atau lebih besar. Dengan
adanya pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau kuning.
Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan kematian perinatal
meningkat dengan adanya oligohidramnion yang menyebabkan kompresi tali pusat.
Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra partum pada persalinan postterm.
Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat di ukur dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat popular. Dengan mengukur diameter
vertikal dari kantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil penjumlahan 4 kuadran
disebut Amniotic Fluid Index ( AFI ). Bila AFI kurang dari 5 cm indikasi oligrohidramnion.
AFI 5 – 10 cm indikasi penurunan volume cairan amnion. AFI 10 – 15 cm adalah normal.
AFI 15 – 20 cm terjadi peningkatan volume cairan amnion. AFI lebih dari 25 cm indikasi
polihidramnion.

c.       Perubahan pada plasenta


Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat pertukaran gas antara
maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur kehamilan, maka terjadi pula
perubahan struktur plasenta.
Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan pengurangan diameter dan panjang
villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan atau di dahului dengan titik-titik
penumpukan kalsium dan membentuk infark putih. Pada kehamilan atterm terjadi
infark 10 % - 25 % sedangkan pada postterm terjadi 60% - 80 %.   Timbunan kalsium
pada kehamilan postterm meningkat sampai 10 g / 100 g jaringan plasenta kering,
sedangkan kehamilan atterm hanya 2 – 3 g / 100 g jaringan plasenta kering.
Secara histology plasenta pada kehamilan postterm meningkatkan infark plasenta,
kalsifikasi, thrombosis intervilosus, deposit fibrin perivillosus, thrombosis arterial dan
endarteritis arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi plasenta sebagai suplai makanan
dan pertukaran gas. Hal ini menyebabkan malnutrisi dan asfiksia.
Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat kematangan plasenta. Pada
kehamilan postterm terjadi perubahan sebagai berikut :
a.       Piring korion : lekukan garis batas piring korion mencapai daerah basal.
b.      Jaringan plasenta : berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal dari satu
kotiledon ( ada darah dengan densitas gema tinggi dari proses kalsifikasi,
mungkin memberikan bayangan akustik ) .
c.       Lapisan basal : daerah basal dengan gema kuat dan memberikan gambaran
bayangan akustik. Keadaan plasenta ini di kategorikan tingkat 3.

d.      Perubahan pada janin


Sekitar 45 % janin yang tidak di lahirkan setelah hari perkiraan lahir, terus berlanjut
tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta belum mengalami insufisiensi. Dengan
penambahan berat badan setiap minggu dapat terjadi berat lebih dari 4000 g. keadaan
ini sering disebut janin besar. Pada umur kehamilan 38 – 40 minggu insiden janin besar
sekitar 10 % dan 43 minggu sekitar 43 %. Dengan keadaan janin tersebut meningkatkan
resiko persalinan traumatik.
Janin postmatur mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus, kulit menjadi
keriput dan vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan kulit janin berhubungan
langsung dengan cairan amnion. Perubahan lain yaitu : rambut panjang, kuku panjang,
warna kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium.

4.      Komplikasi
a.       Pada Kehamilan

Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada gawat janin,
maka harus segera dikeluarkan.

1.      Pada persalinan

Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :

a.       Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera dikeluarkan
b.      Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum
ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC)

5.      Diagnosa
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang
abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat
janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan,
infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus
tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.

6.      Klasifikasi

Jenis gawat janin yaitu :

a.       Gawat janin yang terjadi secara ilmiah

1.      Gawat janin iatrogenic


Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau
kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan
patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.
2.      Posisi tidur ibu
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga
timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi
miring ke kiri atau semilateral.
3.      Infus oksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus
terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal ini
disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi
dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.
4.      Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah
jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan
kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat
terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh
terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.

b.      Gawat janin sebelum persalinan

c.       Gawat janin kronik

Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila status fisiologi
dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.

d.      Gawat janin akut

Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasijanin.

e.       Gawat janin selama persalinan


Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin
kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi
uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH
janin yang menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi, 1994 :
211-213)

7.      Penatalaksanaan
a.       Penanganan umum:

1.      Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari
obu ke janin lebih lancer.

2.      Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.

3.      Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat
mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan
resiko hipoksis janin.

4.      Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang
sesuai.

5.      Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari
penyebab gawat janin:
         Bebaskan setiap kompresi tali pusat

         Perbaiki aliran darah uteroplasenter


         Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera
merupakan indikasi.

Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada fakjtor-faktor


etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.

b.      Penatalaksanaan Khusus

1.      Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi
aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah
uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.

2.      Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk
meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
3.      Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke
ruang intervilli.

4.      Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding larutan laktat.


Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.

5.      Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan


perjalanan persalinan.

6.      Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi
mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari
mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat
dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan
pipa endotrakeal.

a.          Prinsip Umum :
1.      Bebaskan setiap kompresi tali pusat
2.      Perbaiki aliran darah uteroplasenter
3.      Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera
merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam)
didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien
dan jalannya persalinan.
b.          Penatalaksanaan Khusus:
1.      Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan
kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan
aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan
kompresi tali pusat.
2.      Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk
meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
3.      Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke
ruang intervilli.
4.      Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % dalam larutan laktat.
Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.
5.      Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan
perjalanan persalinan.
6.      Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko
aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut
dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran,
pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk
menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal. (Abdul Bari Saifuddin
dkk.2002 )

c.          Pengelolaan Antepartum

     Dalam pengelolan antepartum diperhatikan tentang umur kehamilan. Menentukan umur


kehamilan dapat dengan menghitung dari tanggal menstruasi terakhir, atau dari hasil
pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan 12-20 minggu. Pemeriksaan ultrasonografi
pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan umur kehamilan. Tetapi
untuk menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin, malformasi janin dan
tingkat kematangan plasenta.

       Untuk menilai kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 40 minggu dengan
pemeriksaan Non Stess Test (NST). Pemeriksaan ini untuk menditeksi terjadinya
insufisiensi plasenta tetapi tidak adekuat untuk mendiagnosis oligohidramnion, atau
memprediksi trauma janin.

     Secara teori pemeriksaan profil biofisik janin lebih baik. Selain NST juga menilai volume
cairan amnion, gerakan nafas janin, tonus janin dan gerakan janin. Pemeriksaan lain
yaituOxytocin Challenge Test (OCT) menilai kesejahteraan janin dengan serangkaian
kejadian asidosis, hipoksia janin dan deselerasi lambat.

      Penilaian inidikerjakan pada umur kehamilan 40 dan 41 minggu. Setelah umur kehamilan
41 minggu pemeriksaan dikerjakan 2 kali seminggu. Pemeriksaan tersebut juga untuk
menentukan

       Penulis lain melaporkan bahwa kematian janin secara bermakna meningkat mulai umur
kehamilan 41 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan kesejahteraan janin dimulai dari
umur kehamilan 41 minggu.

     Pemeriksaan amniosintesis dapat dikerjakan untuk menentukan adanya mekonium di


dalam cairan amnion. Bila kental maka indikasi janin segera dilahirkan dan memerlukan
amnioinfusion untuk mengencerkan mekonium.

     Dilaporkan 92% wanita hamil 42 minggu mempunyai serviks tidak matang dengan Bishop
score kurang dari 7. Ditemukan 40% dari 3047 wanita dengan kehamilan 41 minggu
mempunyai serviks tidak dilatasi. Sebanyak 800 wanita hamil postterm diinduksi dan
dievaluasi di Rumah Sakit Parkland. Pada wanita dengan serviks tidak dilatasi, dua kali
meningkatkan seksio cesarea karena distosia.

d.         Pengelolaan Intrapartum
Persalinan pada kehamilan postterm mempunyai risiko terjadi bahaya pada janin.
Sebelum menentukan jenis pengelolaan harus dipastikan adakah disporposi kepala
panggul, profil biofisik janin baik. Induksi kehamilan 42 minggu menjadi satu putusan
bila serviks belum matang denganmonitoring janin secara serial. Pilihan persalinan
tergantung dari tanda adanya fetal compromise. Bila tidak ada kelainan kehamilan 41
minggu atau lebih dilakukan dua pengelolaan. Pengelolaan tersebut adalah induksi
persalinan dan monitoring janin. Dilakukan pemeriksaan pola denyut jantung janin.
Selama persalinan dapat terjadi fetal distress yang disebabkan kompresi tali pusat oleh
karena oligohidramnion. Fetal distress dimonitor dengan memeriksa pola denyut
jantung janin. Bila ditemukan variabel deselerasi, satu atau lebih deselerasi yang
panjang maka seksio cesarea segera dilakukan karena janin dalam bahaya.
Bila cairan amnion kental dan terdapat mekonium maka kemungkinan terjadi aspirasi
sangat besar. Aspirasi mekonium dapat menyebabkan disfungsi paru berat dan kematian
janin. Keadaan ini dapat dikurangi tetapi tidak dapat menghilangkan dengan
penghisapan yang efektif pada faring setelah kepala lahir dan sebelum dada lahir. Jika
didapatkan mekonium, trakea harus diaspirasi segera mungkin setelah lahir.
Selanjutnya janin memerlukan ventilasi.

BAB III
STUDI KASUS

  KASUS
Seorang Pasien G3P2A0H2usia 44tahun dengan gravid aterm, masuk ke KB IGDRSUP. Dr.
M.Djamil Padang pada tanggal 09Desember 2013 pukul 07.45 wib, dengan keluhan nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari sejak ± 4 jam yang lalu, keluar air-air sejak ± 3 jam yang
lalu, dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak ± 1 jam yang lalu. Setelah
dilakukan pemantauan kala I secara berkala didapatkan hasil DJJ (+) 180 x/i, penurunan
kepala masih di H II - H III dan tidak ada kemajuan, pembukaan lengkap pada jam 12.30
wib, ibu tidak bisa meneran. Tindakan yang akan dilakukan Vakum ekstraksi atas
indikasi gawat janin.

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN  PADA NY ”M” G3P2A0H2 GRAVID


ATERM DENGAN VACUM EKSTRAKSI (VE)
ATAS INDIKASI FETAL DISTRESS DIRUANG KAMAR
BERSALIN RSUPDr. M. DJAMIL PADANG
TANGGAL08DESEMBER2013

Tanggal           : 09Desember 2013                                         NO RM : 00851928


Pukul               : 09.45 wib

I.         PENGUMPULAN DATA
a.      Identitas / Biodata
Nama ibu           : Ny”M”                      Nama Suami    : Tn”M”
Umur                 : 44 Th                         umur                : 48 Th
Suku                  : Minang                      suku                 : Minang
Agama                           Islam                          Agama             : Islam
Pendidikan        : SMP                         Pendidikan      :SMA
Pekerjaan           : IRT                            Pekerjaan         : Buruh Harian
Alamat                           : Jl. Sutan Syahrir No. 301
Nama kelurga terdekat yang bisa dihubungi     : Ny. “A”
Hubungan dengan ibu                                       : Kakak
                        : Jl. Sutan Syahrir

b.      Data Subjektif
Pasien masuk KB tanggal      : 09 Desember 2013
Pukul                                     : 09.45 WIB

Alasan utama masuk kamar bersalin  :


keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak ± 4 jam yang lalu, keluar air-air sejak ±
3 jam yang lalu, dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak ± 1 jam yang
lalu

Perasaan : cemas
Tanda – tanda persalinan
His                                        : ada
Frekuensi                              : 2 x dalam 5 menit
Lamanya                               : 30 detik
Kekuatan                              : kuat
Lokasi ketidaknyamanan      : pinggang menjalar ke ari-ari
Pengeluaran pervaginam
Darah lendir                          : ada
Air ketuban                           : ada
Darah                                                : tidak ada
Masalah – masalah khusus          : Gerakan Janin Kurang, DJJ 180 x/i
Riwayat kehamilan sekarang     
HPHT                                   : lupa
TP                                         : tidak bisa di perkirakan
Pola imunisasi
                                      : tidak ada
TT 1                                      : tidak ada
TT 2                                      : tidak ada

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Persalinan Komplikasi Bayi Nifas
N Um
o ur Usia(m Temp Penolo Bb/ Keada loche lakta
Jenis Ibu Bayi
g) at ng Pb/Jk an a si
1 20 Aterm Spont BPS Bidan Tdk a Tdk a 3000gr Sehat Norm Asi
th an da da / al
47cm/
Pr
2 4 th Aterm Spont BPS Bidan Tdk a Tdk a 2500gr Sehat Norm Asi
an da da / al
49cm/
Pr

Kontrasepsi yang digunakan      : tidak ada


Pergerakan janin pertama kali     : usia kehamilan 5 bulan
Makan dan minum terakhir         : 06.00 WIB Tanggal 09 desember 2013
Buang air kecil terakhir               : 06.45 WIB Tanggal 09 desember 2013
Buang air besar terakhir              : 06.45 WIB Tanggal 09 desember 2013
Istirahat (tidur) terakhir              : tidak bisa tidur selama berada di ruang KB
Psikologi                                     : cemas
Keluhan lain                                : tidak ada

c.       Data objektif
Keadaan umum                     : Sedang
Kesadaran                             : CMC
Keadaan emosional               : stabil
Tanda – tanda Vital
-          Tekanan darah               : 110/70           - P : 20x/i
-          Nadi                               : 80 x/i             - S : 36.70C
BB sebelum hamil                : 52 kg             
BB sekarang                                    : 65 kg
TB                                        : 150
Lila                                       : 28 cm
2.      Pemeriksaan fisik     
a.          Ispeksi
1)      Mata
-          Konjungtiva         : tidak anemis
-          Sklera                   : tidak ikterik  
2)      mulut
-          lidah dan mulut    : bersih
-          gigi dan geraham  : tidak karies/berlubang
3)      payudara
-          bentuk                  :simetris
-          puting susu           : menonjol
-          pengeluaran          : tidak ada
-          pembengkakan     : tidak ada
-          retraksi                  : tidak ada
-          areola                    : hiperpigmentasi
4)      abdomen
-          pembesaran           : Sesuai usia kehamilan
-          pembengkakan     : tidak ada
-          bekas luka operasi: tidak ada
-          konsistensi            : keras
-          kandung kemih     : tidak teraba
5)      ekstermitas atas dan bawah
-          oedema                             : tidak ada
-          Kekakuan otot/sendi        : tidak ada
-          kemerahan                        : tidak ada
-          varises                               : tidak ada
6)      pemeriksaan kebidanan
a)      palpasi
opold I               : TFU pertengahan pusat-px, pada fundus terabalunak, bundar tidak melenting,
kemungkinan bokong janin
opold II             : pada bagian kanan perut ibu teraba panjang, keras, memapan, kemungkinan
punggung janin, bagian kiri perut teraba tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan
ekstremitas janin.
opold III            : pada bagian bawah perut ibu teraba keras,bulat dan melenting kemungkinan
kepala janin dan sudah masuk PAP
leopold IV                        : divergen
Mc. Donald          : 33 cm
TBJ                       : 3410 gram
Fetus                    
-          letak               : memanjang
-          posisi             : letkep
-          pergerakan     : < dari 20 kali dalam 24 jam terakhir
-          presentasi       : kepala
-          penurunan      : 3/5

b)      Auskultasi
DJJ
-          Frekuensi       : 180 x/i
-          Irama             : tidak teratur
-          Intensitas       : kuat
-          Punctum Max : kuadran kanan bawah perut ibu
c)      Perkusi
Reflek patelakanan           : positif
Reflek patela kiri              : positif
d)     Ano-genetal (inspeksi)
Perineum
-          Luka parut                 : tidak ada
Vulva vagina
-          Warna                        : kemerahan
-          Luka                          :  tidak ada
-          Varices                      : tidak ada
Pengeluaran pervaginam     : darah lendir
Anus                                 : tidak hemorroid

B.     PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Golongan darah                                        :O
Hb                                                           : 11,2 gr%
Glukosa urine                                           : negatif

Protein urine                                             : negatif

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN  PADA NY ”M” G3P2A0H2GRAVID


ATERM
DENGAN VACUM EKSTRAKSI (VE)ATAS INDIKASI FETAL DISTRESS DIRUANG
KAMARBERSALIN RSUPDr. M. DJAMIL PADANG
TANGGAL08DESEMBER2013
S O A

KALA I
Tanggal : 09-12- KU: baik Diagnosa: 1.    Menginformasikan kep
2013 TD : 110/70 mmHgN : 80 x/i Ny”M” G3P2A0H2Gravid
TD : 110/70 mmHg
Pkl :21.00- P : 20x/iS : 36,70C aterm, janin hidup,
00.55WIB BB sebelum hamil: 52 kg tunggal, intauterin, TFU N : 80 x/i
Data Subjektif BB sekarang          : 65 kg pertengahan pusat-px, P : 20x/i
        keluhan nyeri TB/Lila: 150 cm/28 cm puka, letkep, kepala
S : 36.70C
pinggang menjalar belum masuk PAP,
ke ari-ari sejak ± 4 Inspeksi : dalam batas normal ketuban (+),  DJJ 180 x/i, Ibumengertidenganhas
jelaskanolehpetugas.
jam yang lalu keadaan jalan lahir
Palpasi normal, KU ibu baik.
        keluar air-air TFU pertengahan pusat-px, pu- 2.    Melakukan kolaborasid
sejak ± 3 jam yang ka, kepala janin sudah masuk Masalah : gawat janin tentang  tindakan Vaku
lalu PAP, posisi tangan divergen, infus  terpasang (RL 1
Mc. Donald 34 cm dan TBJ Kebutuhan: Eks. Vakum oxytocin 1 amp) denga
keluar lendir
         3410 gram. 3.    Memberikan dukungan
bercampur darah seperti banyak berdo’a
Fetus  
dari kemaluan Letak memanjang, posisi letkep, bersemangat dalam me
sejak ± 1 jam yang pergerakan < 20 kali dalam 24 bersemangat.
lalu. jam, presentasi kepala,
penurunan 3/5. 4.   Memfasilitasipersonal
dibersihkan.
HPHT lupa, TP
        
auskultasi
sulit ditafsirkan. DJJ(+), Frekuensi 180 x/i, tidak
teratur, kuat, punctum
maxkuadran kanan bawah perut
Gerakan janin
        
ibu.
berkurang Pemeriksaan dalam :
Vagina tidak ada masa,
pembukaan ±7 cm, penipisan 75
%, tidak ada molase, ketuban
(-), warna kuning kental, lendir
darah ada.

Pemeriksaan Laboratorium
Hb                               : 11,2 gr
%
Glukosa urine              : negatif
Protein urine                : negatif

KALA II KU: Sedang Dagnosa : 1.     Mengatur ibu dalam po


Pkl : 00.55 -         His 5x 10 menit, lamanya 55 Ibu inpartu kala II dengan dalam posisi dorsal rek
01. WIB
05
detik KU ibu sedang. 2.    Membimbing ibu mene
Data Subjektif:         Djj 180 x/i, intensitas kuat dan Masalah : gawat janin beristirahat diluar his, i
        Ibu mengatakan teratur Kebutuhan : Eks. Vakum baik.
sakit yang         Terdapat tanda-tanda kala II : 3.    Melakukan pertolonga
dirasakan semakin Vulva membuka Vakum Ekstraksi, bayi
kuat. Perineum menonjol JK : perempuan, A/S :8
        Ibu tidak kuat Anus membuka warna kulit kemerahan
meneran. Ada dorongan ingin meneran
        Pemeriksaan dalam

Pembukaaan : 10 cm
Moulage : o
Ketuban (-)
Penurunan kepala : H IV

KALA III KU ibu            : sedang Diagnosa : 1.      Menjelaskan pada ibu


yaitu:
Pkl : 01.05- Kesadaran       : CMC Ibu P3A0H3  post Vakum TD : 100/70 mmHg
01.30WIB TTV : ekstraksi dengan KU ibu N    : 92 x/i
TD : 100/70 mmHgN : 92 x /i P     : 21 x/i
P : 21 x/iS : 37.30c sedang.
S     : 37.30c
        ibu senang Terpasang lanjutan infus RL 1 Ibu mengerti dengan ha
dengan kelahiran kolf + metergin 1 amp + dijelaskan oleh petugas
oksitoksin 1 amp sebanyak 28 2.      Melakukan manajemen
bayinya
tts/i,kateter terpasang, urine (peregangan tali pusat t
        nyeri di bagian lancar. lahir, plasenta lahir len
vagina pasca 3.      Melakukan ekplorasi p
melahirkan dan maternal, plasenta
        ibu haus
utuh 20 lobus, selaput u
cm, insersi sentralis, be
        ibu ingin istirahat
4.      Memeriksa laserasi jal
jalan lahir derajat 2.
5.      Melakukan kolaborasi
dengan dokter, laserasi
dokter >10 jahitan.
6.      Membersihkan ibu dan
menggunakan larutan k
savlon III, ibu dan temp
dibersihkan.
7.      Memasangkan baju da
sudah terpasang dengan
8.      Menganjurkan ibu untu
untuk menyusui bayiny
KALA IV KU ibu            : sedang Diagnosa : 1.      Melakukan pengawasa
Kesadaran       : CMC pada partograf, pengaw
Pkl 01.30 WIB Ibu P3A 0H3  post vakum
TTV : ekstraksi hari petama terlampir pada partogra
TD : 120/80 mmHgN : 89 x /i 2.     Menjelaskanpadaibuten
        Ibu senang atas P : 22 x/iS : 36.80c TD : 120/80 mmHg
kelahiran plasenta. Terpasang lanjutan infus RL 28 N    : 89 x/i
        Ibu masih merasa tts/i, P     : 22 x/i
Kateter terpasang S     : 36.80c
nyeri di bagian
Ibu mengerti dengan ha
bawah perutnya. 3.      Menganjurkan ibu untu
        Ibumerasa lelah pasca melahirkan bisa b
mobilisasi dini.
4.      Memenuhi hidrasi dan
minum 1 gelas air putih
potong roti.
5.      Mengontrol urine, volu
13.30)
6.      Memberikan terapi inje
pukul 11.00 WIB, Injek
diberikanpukul 11.00 w
7.      Mengajarkan ibu tenta
mengajarkan ibu untuk
kemaluannya dari depa
dengan penjelasan yang
dan mau mencobakann
Menganjurkan ibu untu
sedang beristirahat.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa data subjektif dan objektif serta
penanganan pada kasus kehamilan dengan vakum ekstraksi dan Fetal Distres
didapatkanlah hasil bahwa:
1.      Hamil sudah aterm tapi ibu tidak bisa megedan  maka dilakukan lah pemantauan
kesehatan janin dan observasi  keadaan ibu yang ketat karena kita tidak bisa
meramalkan kapan pasien akan partus dan keadaan janin baik atau memburuk. 

2.      Pasien di ajarkan cara mengedan yang baik agar proses persalinan dengan vakum
berjalan lancer.

Karena DJJ janin tidak aman atau janin dalam keadaan fetal distres maka  dilakukan
terminasi dengan capat yaitu dengan vakum ekstraksi.
B.     Saran
1.    Untuk Petugas kesehatan
Diharpakan kepada tenaga kesehatan rumah sakit agar selalu memberikan intervensi
tindakan sesuai keadaan, kebutuhan pasien agar janin dan ibu dapat terselamatkan
2.    Bagi klien
Diharapkan pada semua ibu hamil agar melakukan pemeriksaan antenatal yang
berkualitas untuk menurunkan kejadian bayi lahir dengan kondisi gawat janin.
3.    Bagi pendidikan
Lebih meningkatkan kualitas pendidikan sehingga mahasiswa dapat bekerja dilahan
praktek dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan . Yayasan BinaPustaka


Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
2. Mochtar, Rustam, Prof. Dr. M. Ph. 2009. Synopsis Obstetri.  EGC: Jakarta
3. Abdul Bari Saifuddin dkk.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan kesehatan
Maternaldan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta
4.  Supridi, Teddy. 2009. Kedokteran Obstetri Dan Gynekologi. EGD: Jakarta
5.  Matrin, Tucker Susan. 2008. Pemantauan Janin. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai