Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di zaman modern ini, banyak kegiatan dan aktivitas kerja yang dilakukan

dengan cara duduk atau berdiri, ditambah dengan daya tarik gravitasi telah

menyebabkan racun dari sisa-sisa hasil metabolisme yang tertimbun di telapak

kaki, kemudian kurangnya akitivitas untuk berolahraga dan konsumsi makanan

yang tidak seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh menyebabkan banyak orang

merasa letih, lesu, tidak bersemangat dan timbulnya berbagai penyakit seperti

stress, depresi, nyeri badan, gangguan penyakit pada organ tubuh manusia dan

penyakit degeneratif seperti masalah penuaan, kanker, diabetes dan hipertensi

(Pamungkas, 2009). Shehata (1998, dalam Hadibroto, 2006) menyatakan bahwa

untuk penyembuhan penyakit-penyakit tersebut, banyak alternatif pengobatan

yang dapat digunakan oleh klien baik pengobatan medis maupun pengobatan

tradisional atau terapi alternatif. Mangoenprasadjo (2005) juga menambahkan

terapi alternatif sering dijadikan pelengkap suatu pengobatan untuk penyembuhan

penyakit dan peningkatan kesehatan.

Terapi alternatif merupakan cara pengobatan yang digunakan sebagai

pilihan pengobatan konvensional yang menunjukkan perkembangan yang sangat

luar biasa, namun juga memberikan keberhasilan penyembuhan bagi masyarakat

pengguna jasanya (Turana, 2003). Selain itu, biaya pengobatan yang semakin

mahal sekarang ini hampir tidak terjangkau lagi oleh sebagian besar masyarakat

Universitas Sumatera Utara


khususnya pada tingkat ekonomi menengah kebawah dan beragam, kondisi

kesehatan yang tidak bisa dipastikan oleh para dokter untuk dapat disembuhkan,

serta adanya resiko pengobatan yang justru membuat kondisi penyakit klien

memburuk (Hadibroto, 2006).

Pada saat ini, pengguna terapi alternatif mulai diminati, hal ini diketahui

dari data yang menyebutkan bahwa di Amerika, klien yang menggunakan terapi

alternatif di Negara Eropa penggunaannya bervariasi dari 23% di Denmark, 49%

di Prancis dan di Negara Asia sendiri khususnya di Taiwan 90% klien

mendapatkan terapi konvensional yang dikombinasikan dengan pengobatan

tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5% masyarakatnya menggunakan

terapi alternatif (Taruna, 2003). Sedangkan di Indonesia, menurut Susenas (2001),

sebanyak 31,7% masyarakat Indonesia menggunakan obat tradisional dan 9,8%

mencari terapi alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan mereka (Depkes,

2004).

Dari data diatas ada berbagai jenis terapi alternatif tersebut, menurut

Charthy (1994, dalam Taruna, 2003) menyebutkan bahwa ada beberapa jenis

terapi alternatif yaitu : akupresue, akupuntur, teknik alexander, kinesiology,

aromaterapi, autogenic therapy, chiropractice, terapi warna, homeopati, osteopati,

hipnoterapi, iridology, naturopathy, terapi nutrisi, terapi polaritas, psikoterapi,

refleksiologi, pemijatan, dan pengobatan Cina. Diantara terapi tersebut terapi

refleksi adalah salah satu pilihan klien atau masayarakat, dimana terapi refleksi

merupakan pemberian energi yang dimasukan kedalam tubuh untuk

memperlancar peredaran darah, melenturkan otot-otot, meningkatkan daya tahan

Universitas Sumatera Utara


tubuh, stres, nyeri, dan ketegangan bisa dihilangkan, kekuatan dan kelenturan

pikiran, tubuh, dan emosi bisa ditingkatkan, tidur bisa lebih berkualitas,

restrukturisasi tulang, otot, dan organ dapat dibantu, cedera baru dan lama bisa

disembuhkan, konsentrasi dan ingatan dapat ditingkatkan, bahkan, rasa percaya

diri dan harmoni bisa disegarkan (Harapan, 2009). Selanjutnya Pamungkas

(2009), juga menambahkan bahwa terapi refleksi ini bisa menyembuhkan hampir

semua penyakit, tetapi tujuan utama dari terapi refleksi ini untuk kebugaran dan

secara tidak langung dapat mencegah penyakit.

Terapi refleksi merupakan salah satu terapi alternatif yang sudah banyak

dikenal oleh masyarakat luas sejak lama, beberapa ratus tahun lalu bangsa Mesir

mengenalnya dengan menggunakan batu untuk memijat, pijatan itu lalu

disempurnakan oleh orang-orang Cina (Pamungkas, 2009). Namun, di negeri tirai

bambu ini pijat tersebut semakin lama mengarah ke akupuntur, dan di Amerika

pijatan Mesir ini menjadi pijat refleksi yang dikenal sekarang (Marsalina, 2008).

Menurut Harapan (2009), pemijatan ini ditemukan dan diperkenalkan kepada

dunia kedokteran oleh William Fitzgerald pada tahuan 1920-an, sementara di

Indonesia dikembangkan oleh Hedi Masafret melalui bukunya “Good Health for

The Future”. Pengobatan terapi refleksologi ini hanya terdaftar di Dinas

Kesehatan (Yuwono, 2009).

Berdasarkan studi literatur, ada beberapa faktor atau alasan penyebab

seorang klien memilih terapi alternatif, diantaranya : (1). Faktor sosial

masyarakat, (2). Faktor ekonomi, (3). Faktor budaya yang diadopsi klien

kebanyakan, (4). Faktor psikologi, (5). Faktor kejenuhan terhadap pelayanan

Universitas Sumatera Utara


medis yang tidak memberikan kesembuhan, (6). Faktor manfaat dan keberhasilan

terapi, (7). Faktor pengetahuan, (8). Persepsi tentang sakit dan kondisi penyakit

yang di derita (Mubarak, 2009; Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003;

Varghese, 2004).

Faktor-faktor pemilihan terapi alternatif yang telah diuraikan secara umum

di atas akan diteliti sebagai faktor-faktor penyebab klien memilih terapi alternatif

pijat refleksi. Hasil studi pendahuluan peneliti terhadap data pengunjung klien

pijat refleksi di beberapa tempat praktik pijat refleksi pada tahun 2009 sebanyak

4.704 orang, data terakhir sampai dengan bulan februari 2010 tercatat 138 orang.

Berdasarkan data tersebut pengunjung untuk terapi pijat refleksi ini 80% adalah

laki-laki dan 20% adalah wanita. Dari data pengunjung tersebut dapat terlihat

bahwa minat masyarakat terhadap pengobatan alternatif terapi pijat refleksi

semakin meningkat. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang

faktor-faktor yang menyebabkan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab klien

memilih terapi alternatif pijat refleksi di Kota Medan.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan

pertanyaan dalam penelitian ini yaitu, faktor-faktor apa saja penyebab klien

memilih terapi alternatif pijat refleksi di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal dalam penelitian

keperawatan terkait dengan terapi alternatif pijat refleksi.

4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan dan pengetahuan

peserta didik keperawatan tentang materi pada kuliah keperawatan yang

menggunakan terapi alternatif pijat refleksi.

4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini merupakan masukan kepada perawat yang bekerja di

berbagai tatanan sistem pelayanan keperawatan kesehatan agar dapat memberikan

pelayanan secara holistik sesuai dengan kebutuhan klien melalui pemanfaatan

terapi alternatif pijat refleksi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai