Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia

yang senantiasa menjadi priotas dalam pembangunan nasional suatu bangsa,

bahkan kesehatan menjadi salah satu tolak ukur indeks pembangunan manusia

suatu bangsa.Hal ini terkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia dari bangsa tersebut. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas

maka akan semakin meningkatkan pula daya saing bangsa tersebut dalam

persaingan global saat ini.

Tujuan pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah

tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteran

umum dari tujuan nasional (Depkes RI, 1986).

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, juga membina peran serta

masyarakat disamping memberi pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.Pembangunan

kesehatan ditunjukan untuk peningkatan pemberantasan penyakit menular,

perlindungan rakyat terhadap bahaya Narkotika dan penggunaan obat yang tidak

memenuhi syarat.

Pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif merupakan

perwujudan dari paradigma sehat yang pada saat ini lebih banyak dapat

dilaksanakan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai unit

pelayanan terdepan dan langsung dapat menjangkau masyarakat.Puskesmas

memberikan pelayanan kesehatan menyuluruh meliputi kuratif, preventif,

1
promotif dan rehabilitatif dan mempunyai 18 kegiatan pokok yang salah

satunya adalah pelayanan farmasi / obat-obatan (Depkes RI, 1991).

Pelaksanaan farmasi sebagai salah satu profesi mempunyai kedudukan penting dan

merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh Puskesmas maupun PUSKESMAS serta salah satu faktor yang dapat

menentukan tercapainya tujuan pembanguan kesehatan (Depkes RI, 1982).

Kepuasan kerja tenaga pelaksana farmasi Puskesmas salah satunya

dipengaruhi oleh hasil pelaksanaan kinerja petugas pelaksana farmasi itu sendiri

yaitu mutu pelayanan kefamasian yang diberikan oleh petugas pelaksana farmasi

Puskesmas.Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan

Puskesmas adalah pelayanan kefarmasian/obat-obatan yang diberikan oleh tenaga

pelaksana farmasi Puskesmas. Kinerja petugas pelaksana farmasi baik dalam

pelayanan kesehatan dan selanjutnya akan berpengaruh pada kepuasan klien/pasien.

Bagi masyarakat luas obat merupakan jawaban dari suatu masalah

kesehatan yang dialami dan tidak terhindar dari lingkungan dan kebiasaan

hidup.Dimana masyarakat sekarang banyak melakukan kekeliruan tentang obat-

obat tersebut. Mereka melakukan pengobatan tersendiri tanpa mengetahui

bagaimana carapenggunaan obat tersebut secara baik dan benar.

Dengan demikian sebagai seorang farmasis khususnya profesi apoteker dirasa

perlu membekali diri dengan pengetahuan mengenai pelayanan farmasi.

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di Puskesmas Pekauman bagi

mahasiswa sangatlah perlu dilakukan untuk mencapai terwujudnya pengalaman

pada keadaan yang nyata sehingga dapat memahami peran farmasi di Puskesmas

dan memiliki keterampilan yang cukup dalam melaksanakan fungsi pelayanan

kefarmasian agar mampu mengelola bidang kefarmasian di Puskesmas serta

2
memberikan kontribusi ke arah yang lebih baik untuk kemajuan Puskesmas

Pekauman Banjarmasin umumnya dan mahasiswa DIII Farmasi khususnya.

Apoteker menurut KepMenKes RI No. 1027/MenKes/SK/IX/2004 adalah

sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah

berdasarkan peraturan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian

di Indonesia sebagai apoteker. Pentingnya peranan apoteker di seluruh wilayah di

Indonesia mempelopori berdirinya program profesi apoteker di Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam, untuk menciptakan apoteker yang berkompeten dan

berkualitas sehingga mampu memenuhi kebutuhan apoteker khususnya di Sumatera

Utara.

1.2 Tujuan Kegiatan

Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Deli

Tua adalah :

 Agar calon apoteker dapat menerapkan dan memiliki ketrampilan dalam

melaksanakan manajemen yang efektif dan efisien dalam rangka

pelaksanaan tugas pokok regulasi, pembinaan dan pengawasan pekerjaan

kefarmasian dan perbekalan farmasi yang bermutu, aman dan berkhasiat /

bermanfaat bagi klien / masyarakat yang membutuhkan.

 Mampu memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker

diPuskesmas sesuai dengan ketentuan dan etika yang berlaku didalam

sistem pelayanan di Puskesmas.

1.3 Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di

Puskesmas Deli Tua ini adalah :

 Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam

3
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.

 Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di

Puskesmas.

 Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang professional.

1.4 Pelaksanaan Kegiatan

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Gunung Tinggi

dimulai tanggal 17 juni 2019 sampai 29 juni 2019.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 PUSKESMAS

2.1.1. Definisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Organisasi Fungsional

yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif

masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tepat guna, dengan biaya yang yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja (Anonim, 2006).

Visi pengembangan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah tercapainya kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan

sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat

kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan

Puskesmas adalah mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat.Untuk visi

tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian

yang bermutu (Anonim, 2006).

2.1.2. Tugas dan Fungsi Puskesmas.

Puskesmas mempunyai beberapa tugas yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota

yaitu:

 Menyediakan data dan informasi-informasi obat dan perbekalan kesehatan

serta kasus penyakit dengan baik dan akurat.

5
 Setiap akhir bulan menyampaikan laporan pemakaian obat dan perbekalan

kesehatan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat.

 Bersama Tim Perencana Obat Terpadu membahas kebutuhan Puskesmas.

 Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/ Kota sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

 Melaporkan dan mengirim kembali semua jenis obat rusak/ kadaluarsa

kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

 Melaporkan kejadian obat dan perbekalan kesehatan yang hilang kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

Peran dan fungsi profesi dari masing-masing petugas di Puskesmas.

 Petugas Medis :

 Dokter Umum : melaksanakan pelayanan medis di poli umum,

Puskesmas Keliling (Pusling), Puskesmas Pembantu (Pustu),

Posyandu.

 Dokter Gigi : melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, Pusling,

Pustu.

 Dokter Spesialis : sebagai dokter spesialis, sebagai dokter konsultan,

misalnya : dokter anak, kandungan, dan penyakit dalam

 Petugas Para Medis :

 Bidan : pelaksanaan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pelaksanaan

asuhan kebidanan.

 Perawat Umum : pendampingan tugas dokter umum, pelaksanaan

asuhan keperawatan umum

 Perawat Gigi : pendampingan tugas dokter gigi, pelaksanaan asuhan

keperawatan gigi.
6
 Perawat Gizi : pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi

masyarakat.

 Sanitarian : pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan

institusi lainnya.

 Sarjana Farmasi : Pelayanan kesehatan yang menyediakan obat dan

perlengkapan kesehatan.

 Apoteker : pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab penuh

terhadap Apotek.

 Asisten Apoteker : pelayanan kesehatan yang menjadi pendamping

Apoteker.

 Sarjana Kesehatan Masyarakat : pelayanan administrasi,

penyuluhan, pencegahan, dan pelacakan masalah kesehatan

masyarakat.

 Petugas Non Medis :

 Administrasi : pelayanan administrasi, pencatatan, dan pelaporan

kegiatan Puskesmas.

 Petugas Dapur : menyiapkan menu masakan dan makanan pasien

Puskesmas perawatan.

 Petugas Kebersihan : melakukan kegiatan kebersihan ruangan dan

lingkungan Puskesmas.

 Petugas Keamanan : menjaga keamanan pelayanan, khususnya

ruangan rawat inap.

 Sopir : mengantar & membantu seluruh kegiatan pelayanan Pusling

di luar gedung Puskesmas.

2.1.3 Instalasi Farmasi di Puskesmas


7
Instalasi farmasi adalah unit pelaksanaan fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Resep

adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker

untuk menyediakan obat dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan

perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi

aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep,

peracikan obat, sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan obat

bertujuan agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan mendapat

informasi bagaimana menggunakannya. Pelayanan obat adalah proses kegiatan

yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari

menerima resep dokter sampai kepada pasien (Moh.Anief,2007).

2.1.4 Tugas dan fungsi Instalasi Farmasi di Puskesmas

A. Perencanaan

Suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk

menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis,

dan waktu yang tepat. Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah :

 Mendapatkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

yang sesuai kebutuhan.

 Menghindari terjadinya kekosongan obat/penumpukan obat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

 Pola penyakit.

 Kemampuan/ daya beli masyarakat.

 Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat).

Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang akan diadakan (Anonim,

8
2008).

Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan

oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (POPPK) di

Puskesmas.Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskemas merupakan salah satu

faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat

tahunan.Data mutasi obat ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di

Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh

terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota. Dalam

proses perencanaan kebutuhan obat pertahun, Puskesmas diminta menyediakan

data pemakaian obat (LPLPO), selanjutnya UPOPPK yang akan melakukan

kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya

(Anonim, 2003).

B. Permintaan Obat

Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan di masing-masing unit

pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah

kerjanya.Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.Obat yang diperkenankan untuk disediakan di

Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh

Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional

(DOEN). Ketentuan tersebut, antara lain:

 Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan diseluruh

dunia bagi pelayanan kesehatan publik.

 Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan.

 Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyakat

 Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik.

9
 Meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi dana obat dipelayanan

kesehatan public

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing

Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari

sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub

unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan obat

kepada Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.

Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada

Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk

lebih lanjut mengenai alur permintaan dan penyerahan obat secara langsung dari

UPOPPK ke Puskesmas. Data yang diperlukan untuk menentukan jumlah

permintaan obat adalah data pemakaian obat sebelumnya, jumlah kunjungan resep,

data penyakit, dan frekuensi distribusi obat oleh UPOPPK (Anonim,2003).

C. Penerimaan Obat

Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang

diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola

dibawahnya.Tujuan penerimaan adalah agar obat yang diterima sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan permintaan yang di ajukan diPuskesmas.Setiap

penyerahan obat oleh UPOPPK kepada Puskesmas dilaksanakan setelah mendapat

persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang

diberi wewenang untuk itu.Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan

pengelolaan obat bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,

pemeliharaan, dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang

menyertainya. Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas

10
pembantu dan sub unit kesehatan lainya merupakan tanggung jawab Kepala

Puskesmas induk.

Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang

diserahkan, mencangkup jumlahkemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat

sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditanda tangani oleh petugas, penerima

obat wajib menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang, dan lain-lain).

Setiap penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku penerima obat

dan kartu stok (Anonim, 2003).

D. Distribusi

Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat

secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan

kesehatan antara lain sub unit pelayanan kesehatan dilingkungan Puskesmas (kamar

obat, laboratorium).

Tujuan distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan

kesehatan yang ada diwilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah, dan

tepat waktu. Kegiatan distribusi meliputi : Menentukan frekuensi

distribusiDalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan :

 Jarak sub unit pelayanan

 Biaya distribusi tersedia

 Menentukan jumlah obat dalam menentukan jumlah obat perlu

dipertimbangkan

 Pemakaian rata-rata per jenis obat

 Sisa stok

 Pola penyakit

 Jumlah kunjungan dimasing-masing sub unit pelayanan kesehatan

11
 Penyerahan obat

Penyerahan obat dilakukan dengan cara:

 Gudang obat menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di unit

pelayanan.

 Penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub-sub

unit pelayanan.Obatdiserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO

dan lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat

(Anonim, 2003).

E. Pengendalian

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya

sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan

sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan obat pelayanan kesehatan dasar.

Kegiatan pengendalian adalah:

 Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu

Puskesmas dan seluruh unit pelayanan, jumlah stok ini disebut stok kerja

 Menentukan:

 Stok optimum adalah jumlah stok obat yang disarankan kepada unit

pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kosong.

 Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah

terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena

keterlambatan pengiriman di UPOPPK.

 Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari

mulai pemesanan sampai obat diterima.

 Kegiatan Pelayanan Penataan ruang pelayanan obat

 Ruang pelayanan adalah tempat dimana dilaksanakan kegiatan


12
penerimaan resep, penyiapan obat, pencampuran, pengemasan,

pemberian etiket dan penyerahan obat. Di ruang tersebut terdapat

tempat penyimpanan obat, alat-alat peracikan, penyimpanan arsip, dan

tempat pelaksanaan tata usaha obat.

 Luas ruang pelayanan berukuran kurang lebih 3×4 meter dan

mempunyai penerangan yang cukup.

 Tempat penyerahan obat harus mempunyai loket yang memadai untuk

berkomunikasi dengan pasien.

 Ruang pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan.

 Tempat penyimpanan obat

Obat disimpan di dalam lemari, rak, atau kotak-kotak tertentu.Untuk obat-obat

Narkotika & Psikotropika ditempatkan di dalam lemari terkunci.Tempatkan obat

secara terpisah berdasarkan bentuk sediaan, seperti kapsul, tablet, sirup, injeksi dan

lain-lain.Vaksin, serum, dan suppositoria ditempatkan dalam lemari

pendingin.Susunan obat berdasarkan alfabetis dan menerapkan sistem FIFO atau

FEFO.

F. Tempat peracikan

 Ruangan harus selalu bersih, rapi, dan teratur

 Sediakan meja untuk peracikan obat.

 Obat-obatan tidak boleh berserakan dimana-mana.

 Wadah obat harus selalu tertutup rapat dengan baik untuk menghindari

kemungkinan terkontaminasi.

 Wadah obat harus diberi label sesuai dengan obat yang ada di dalamnya.

Perlengkapan peralatan racikan.

 Mortir dengan stamper kecil dan sedang.

13
 Spantel/sudip untuk membantu mencampur dan membersihkan.

 Spantel/sendok untuk menghitung tablet atau kapsul.

 Baki/wadah lain tempat mengitung tablet atau kapsul.

 Lap/serbet yang bersih masing-masing untuk salep dan serbuk.

 Kertas pembungkus, kantong plastik, dan etiket.

G. Penyimpanan obat

Memahami Resep.

 Baca resep dengan cermat meliputi : nama obat, jenis, bentuk sediaan obat,

dosis, cara pemakaian, dan nama, serta umur pasien.

 Apabila tulisan resep tidak jelas tanyakan kepada pembuat resep / dokter

penulis resep.

 Jika obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat alternatif/pengganti

kepada pembuat resep

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan obat :

 Periksa dan baca sekali lagi informasi pada wadah obat.

 Pakai spatula atau sendok untuk mengambil tablet atau kapsul.

 Setelah selesai mengambil obat tersebut kembalikan sisanya ke dalam

wadah semula.

 Periksa kembali etiket dan wadah.

 Yakinkan sisa obat disimpan kembali ke wadah semula.

 Bersihkan kembali meja dimana anda bekerja.

H. Penyerahan obat

 Sebelum obat diserahkan, dilakukan pengecekan terakhir mengenai

nama pasien, jenis obat, jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan dan

sebagainya.
14
 Obat diberikan melalui Apotek.

 Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien.

 Informasi.

Penyebab utama penderita tidak menggunakan obat dengan tepat adalah karena

penderita tidak mendapatkan penjelasan yang cukup dari yang memberikan

pengobatan atau yang menyerahkan obat.Sangatlah penting menyediakan waktu

untuk memberikan penyuluhan kepada penderita tentang obat yang diberikan.

Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah :

 Kapan obat digunakan dan berapa banyak

 Lama pemakaian di anjurkan.

 Cara penggunaan obat.

 Ciri-ciri tertentu setelah pemakaian obat.

 Efek samping obat.

 Obat-obatan yang berinteraksi dengan kontrasepsi oral.

Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, karena disamping itu

perlu sopan santun dan kesabaran dalam melayani pasien, karena pasien sebagai

penderita penyakit biasanya dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya

(Anonim, 2003).

2.1.5 Peran Apoteker dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Di PUSKESMAS apoteker berperan dalam penerapan terapi dengan

memastikan ketepatan pemberian obat oleh dokter, penyedian obat dan memastikan

penggunaan obat dengan tepat.Apoteker juga berperan dalam manajemen farmasi

PUSKESMAS (Siregar dan Amalia, 2004).

2.1.6 Pengelolaan perbekalan farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai

15
dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes RI.1197/MENKE

S/SK/X/2004).

Tujuan kegiatan ini adalah :

 Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

 Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.

 Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.

 Mewujudkan Sistem Informsi Manajemen berdaya guna dan tepat guna

Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

 Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau maslah kesehatan yang

terjadi di PUSKESMAS, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,

menentukan criteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi

sampei menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat

merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk

menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan purna transaksi pembelian.

 Perencanaan

Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga

perbeklalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia

untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara

lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan adalah :

 Data catatan medik.

16
 Anggaran yang tersedia.

 Penetapan prioritas.

 Siklus penyakit.

 Sisa persediaan.

 Data pemakaian periode yang lalu.

 Rencana pengembangan.

 Pengadaan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintahan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 70 Tahun 2012, pengadaan obat harus dilaksanakan berdasarkan

prinsip penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bersih, prinsip keadilan,

transparansi, professional, dan akuntabel untuk mendapatkan produk yang

berkualitas dengan harga yang wajar baik untuk program Jaminan Kesehatan

Nasional maupun program kesehatan lainnya . Untuk mempermudah pengadaan

obat, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) telah

menetapkan Katalog Elektronik (e-Catalogue) obat yang berisi daftar harga,

spesifikasi dan pengaadaan obat (Surat Edaran Nomor

KF/MENKES/167/III/2014). Pengadaan barang/jasa pemerintah dapt dilakukan

secara elektronik dengan cara E-Tendering atau E-Purchasing.

Katalog Elektronik atau E-Catalogue adalah system informasi elektronik

yang memuat daftar, jenis, spesifikasiteknisdan harga barang tertentu dari berbagai

Penyedia Barang/Jasa Pemerintah. E-Purchasing adalah tata cara pembelian

Barang/Jasa melalui system catalog elektronik yang diselenggarakan oleh LKPP.

Pengadaan secara elektronik atau E-Catalogue adalah pengadaan barang

atau jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan

17
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kemajuan teknologi informasi lebih mempermudah dan mempercepat proses

pengadaan brang/jasa. Karena penyedia barang/jasa tidak perlu lagi datang ke

Kantor Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) untuk melihat,

mendaftar dan mengikuti proses pelelangan, tetapi cukup melakukannya secara

online pada website pelelangan elektronik (Permenkes RI NO. 48 Tahun 2013).

Penerapan E-Catalogue bertujuan untuk:

 Meningkatkan transparansi dan keterbukaan dalam proses pengadaan

barang/jasa;

 Meningkatkan persaingan yang sehat dalam rangka penyadian pelayanan

publik dan penyelenggaraan pemerintaha yang baiak;

 Meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pengelolaan proses

pengadaan barang/jasa.

Sesuai ketentuan yang berlaku, pengadaan brang/jasa secara elektronik atau

E-Catalogue dapat dilakukan dengan E-Tendering atau E-Purchasing. E-Tendering

merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka

dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada system

elektronik. Prinsip pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik sebagaimana

diatur dalam Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012, yaitu efesiensi, efektif,

transparan, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak dikskriminatif dan akuntable.

Sedangkan E-Purchasing obat merupakan tata cara pembelian barang/jasa sesudah

sistem E-Catalogue terbangun (Permenkes RI NO. 48 Tahun 2013).

Alur pengadaan barang secara E-Catalogue dan Sistem E-Purchasing

dimulai pada bulan Juli 2014. E-Purchasing merupakan tata cara pembelian

barang/jasa melalui sistem E-Catalogue obat. Adapun pengertian E-Catalogue obat

18
adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan

harga obat dari berbagai penyedia barang/jasa tertentu (Menkes RI,2013).

Tahapan yang dilakukan dalam E-Purchasing Obat adalah sebagai berikut

(Peraturan Menteri Kesehtan RI Nomor 48 Tahun 2013):

 Buat Rencana pengadaan obat sesuai kebutuhan dengan kelompokan

sebagai berikut:

 Rencana pelaksanaan pengadaan obat:

 Berdasarkan E-Catalogue yaitu daftar obat yang terdapat dalam system

E-Catalogue.

 Daftar kebutuhan obat di luat E-Catalogue (manual).

 Penjabat pengadaan membuat permintaan pembelian obat berdasarkan

pengelompokan penyedia melalui aplikasi E-Purchasing, sesuai daftar

rencana pengadaan obat (Form 1) yang diberikan PPK (Penjabat Pembuat

Komitmen).

 Penjabat pengadaan mengirimkan permintaan pembelian obat kepada

penyedia yang terdaftar dalam E-Catalogue melalui aplikasi E-Purchasing.

 Penyedia obat memberikan persetujuan/penilakan atas permintaan

pembelian obat melalui aplikasi E-Purchasing dan apabila menyetujui

meunjukan distributor dari daftar distributor yang sudah ditentukan dari

semula dan ditampilkan dalam E-Catalogue obat.

 Sesudah persetujuan dari penyadia, Penjabat Pengadaan memberikan

persetujuan/penolakan dan apabila menyetujui meneruskan kepada PPK

melalui aplikasi E-Purchasing.

 PPK selanjutnya melakukan konfirmasi persetujuan/penolakan pembelian

obat kepada distributor melalui aplikasi E–Purchasing.


19
 Sesudah melakukan persetujuan, PPK dan distributor melakukan perjanjian

pembelian obat secara manual sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dibidang pengadaan barang/jasa Pemerintah.

 Sesudah dilakukan penandatanganan perjanjian pembelian obat antara PPK

dan distributor, dilanjutkan dengan proses pengadaan sesuai peraturan

perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah.

 Perjanjian pembelian obat antara PPK dan distributor dikirimkan kepada

Pokja ULP/Penjabat Pengadaan dan selanjutnya Pokja ULP/ Penjabat

Pengadaan mengunggah/upload perjanjian obat pada aplikasi E-Purchasing.

 Panitia penerimaan perbekalan farmasi meneliti dan menerima bahan-bahan

perbekalan farmasi untuk PUSKESMAS sesuai dengan surat pemesanan.

Berkas-berkas yang diperliukan pada sistem pengadaan perbekalan farmasi

secara E-Catalogue adalah:

 Surat pesanan

 Informasi paket daftar pesanan obat

 Berita acara pemeriksaanhasil pekerjaan

 Faktur penyedia barang

 Surat setoran pajak

 Surat pengantar barang

 Berita acara serah terima barang

 Kuitansi

 Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, dan

konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:


20
 Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa

 Barang harus bersumber dari distributor utama,

 Harus mempunyai Material SafetyData Sheet (MSDS),

 Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of

origin, dan

 Expired date minimal 2 tahun

 Penyimpanan

Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sedian

farmasi di dalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk:

 Menjamin mutu tetep baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuikan dengan

sifat obat, misalnya dalam hal suhu, kelembapan.

 Memudahkan dakam pencarian, misalnya disususn berdasarkan abjad.

 Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu

disusun berdasarkan FIFO (First In First Out).

 Menjaga keamanan obat, misalnya obat narkotika dan psikotropik harus

disimpan dalam lemari khusus.

 Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan.:

 Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya,

 Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya,

 Mudah tidaknya meledak/terbakar

 Tahan/tidaknya terhadap cahaya, dan disertai dengan sistem informasi yang

selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

21
 Pendistribusian

Sistem distribudi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh

pasien dengan mempertimbangkan :

 Efesiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.

 Metode sentralisasi atau desentralisasi.

 Sistem floor stock, resep individu,dispending dosis unit atau kombinasi.

Sistem distribusi obat harus menjamin:

 Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat

 Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat

 Kemasan yang menjamin mutu obat

Sistem distribusi merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi

diPUSKESMAS untuk pplayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat

inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.

 Pasien rawat jalan

 Pasien/keluarga pasien langsung menrima obat dari instalasi farmasi sesuai

dengan resep yang ditulis dokter.

 Pasien rawat inap

Ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu:

 Floor Stock

Pada pasien ini, perbekalan farmasi didistribusikan langsung kepada setiap

unit perawatan. Dengan adanya sistem ini, perbekalan farmasi yang dibutuhkan

dalam keadaan darurat di ruangan (seperti obat-obat emergensi) dapat dengan

mudah diperoleh pasien, karena telah tersedia melalui sistem floor stock. Namun

sistem ini hanya bisa diterapkan untuk pelayanan pada pasien rawat inap.

22
Keuntungan sistem floor stock adalah:

 Obat yang dibutuhkan cepat tersedia

 Meniadakan obat yang direturrn,

 Pasien tidak harus membayar obat yang lebih, dan

 Tidak perlu tenaga banyak.

Kelemahan sistem floor stock adalah:

 Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau

adanya kesalahan penulisan etiket

 Persediaan obat diruangan harus banyak

 Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.

 Resep perorangan (individual prescription)

Penyaluran perbekalan farmasi dengan sistem ini adalah berdasarkan resep

yang diterima pasien, sehigga pasien menerima langsung perbekalan farmasi sesuai

resep.Semua pasien rawat jalan menerima perbekalan farmasi melalui resep

perorangan, tetapi sebagian pasien rawat inap juga menerima resep

perorangan.Sistem ini memungkinkan apoteker untuk langsung mengkaji resep

terlebih dahulu dan membuka kesempatan untuk berinteraksi antara dokter,

apoteker, perawat dan pasien.

Keuntungan sistem ini adalah:

 Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker

 Ada interaksi antara apoteker, dokter, dan perawat

 Adanya legalisasian persediaan

Kelemahan sistem ini adalah:

 Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya

 Obat dapat terlambat ke pasien


23
 Sistem One Day Dose Dispending (ODDD).

Distribusi perbekalan farmasi dengan menggunakan sistem ODDD berarti

bahwa pendistribusian obat sesuai dengan dosis per hari yang dbutuhkan oleh

pasien.Pembayaran perbekalan yang digunakan oleh pasien juga sesuai dengan

kebutuhannya untuk satu hari.Sistem ini melibatkan kerjasama apoteker dengan

dokter dan juga perawat dalam memonitor dalam pendistribusian seluruh

perbekalan farmasi kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan

efektif dapat tercapai.

Keuntungan sistem ODDD adalah:

 Pasien hanya membayar obat sesuai yang telah digunakan,

 Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak terpakai di ruangan perawat,

 Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat, dan kerusakan

dan kehilangan obat hampir tidak ada.

 Sistem kombinasi

Puskesmas besar pada umumnya tidak terpaku pada satu sistem distribusi

obat saja tetapi lebih fleksibel, yaitu dengan mengkombinasi beberapa sistem

diatas, bahkan mungkin menggunakan semua sistem diatas, namun sesuai dengan

kebutuhan puskesmas. Penetapan sistem distribusi pada setiap puskesmas tidak

harus sama dengan yang lainnya, tergantung pada kebijakan puskesmas itu sendiri.

 Pengendalian

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan

tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah

ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di

unit-unit pelayanan.Tujuan dari pengendalian adalah agar tidak terjadi kelebihan

dan kekosongan perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan.

24
Kegiatan pengendalian mencakup:

 Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah

stok ini disebut stok kerja.

 Menentukan :

 Stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan

agar tidakan mengalami kekurangan/kekosongan.

 Stok pengaman adalah jumlah stock yang disediakan untuk mencegah

terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan

pengiriman.

 Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar

dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait

sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan penghapusan adalah untuk menjamin

perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat yang dikelola sesuai dengan

standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan penggunaan obat yang sub

standar.

2.1.7 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor

transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Adanya

pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi

adanya mutu obat yang sub standar harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat

dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual.Kartu yang umum

digunakan untuk melakukan pencatatan adalah kartu stok dan kartu stok induk.

Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi

25
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang diajukan kepada

pihak yang berkepentingan. Tujuan dari kegiatan pencatatan adalah:

 Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi.

 Tersedianya informasi yang akurat.

 Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan.

 Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

2.1.7 Evaluasi

Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan

perbekalan farmasi di puskesmas adalah dengan melakukan kegiatan monitoring

dan evaluasi (monev).Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan guna

penyusun perencanaan dan pengambilan keputusan. Pelaksanaan monev adalah

meningkatkan produktifitas para pengelola perbekalan farmasi di Puskesmas agar

dapat ditingkatkan sacara optimum (Depkes RI,2010).

2.1.8 Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

Merupakan pendekatan professional yang bertanggung jawab dalam

menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman

danterjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian,

keterampilan danperilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi

kesehatan lainnya.

Tujuan kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan adalah:

 Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di

puskesmas.

 Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin

efektifitas, keamanan dan efesiensi penggunaan obat.

26
 Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang

terkait dalam pelayanan farmasi.

 Melaksanakan kebijakan obat di puskesmas dalam rangka meningkatkan

penggunaan obat secara rasional.

Kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah:

 Pengkajian dan pelayanan resep

Interpretasi pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan

ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan

obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.Pada setiap tahap alur

pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat

(medication error).

Tujuan pengkajian pelayanan resep untuk menganalisis adanya masalah

terkait obat, jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada

dokter penulis resep.Kegiatan yang dilakukan, yaitu apoteker harus melakukan

pengkajian resep sesuai persayaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan

persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan

administrasi meliputi:

 Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan pasien

 Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

 Tanggal resep

 Ruangan/unit asal resep

Persyaratan farmasetik meliputi:

 Nama obat, bentuk, kekuatan sediaan

 Dosis dan jumlah obat

 Stabilitas
27
Persyaratan klinis meliputi:

 Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

 Duplikasi pengobata

 Alergi, interaksi dan efek samping obat, dan

 Kontraindikasi

 Penelusuran riwayat penggunaan obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan

informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang

digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam

medic/pencatatan penggunaan obat pasien. Tujuan penelusuran riwayat

penggunaan obat adalah:

 Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam

medis/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi

penggunaan obat.

 Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga

kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan.

 Mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat merugikan.

 Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat.

 Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.

 Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan.

 Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang

digunakan.

 Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat.

 Melakukan terhadap teknik penggunaan obat.

 Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa


28
sepengetahuan dokter.

 Mengindentifikasi terapi lain misalnya suplemen dan pengobatan

alternative yang mungkin digunakan oleh pasien.

Kegiatan yang dilakukan meliputi penelusuran riwayat penggunaan obat

kepada psien/keluarganya dan melakukan penilaian terhadap pengaturan

penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan adalah nama obat dan

lama penggunaan obat, Repons Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) termasuk

riwayat alergi dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang

tersisa).

 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO adalah kegiatan penyedian dan pemberian informasi, rekomendasi obat

yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh

apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien

dan pihak lain di luar puskesmas.

Tujuan PIO adalah menyadiakan informasi mengenai obat kepada pasien

dan tenaga kesehatan di lingkungan puskesmas dan pihak lain di luar puskesmas,

membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat/perbekalan farmasi, terutama

bagi komite/sub komite farmasi dan terapi, menunjang penggunaan obat yang

rasional.

 Konseling

konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi

dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan

pada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

Konseling bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai obat

kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan,

29
jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama pengunaan obat, efek samping

obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obata

lain.

Kegiatan yang dilakukan dalam konseling meliputi:

 Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien,

 Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat

melalui three prime questions,

 Menggali informasi lebih lanjut dengan memberikan kesempatan kepada

pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat,

 Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

penggunaan obat, melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek

pemahaman pasien, dan

 Dokumentasi.

30
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Pendahuluan dan Sejarah Puskesmas Gunung Tinggi

Puskesmas Gunung Tinggi merupakan puskesmas pemerintah yang

memiliki pelayanan rawat jalan maupun rawat inap dan telah memenuhi standar

pelayanan kesehatan berdasarkan permenkes.

Puskesmas Gunung Tinggi memiliki 2 ruangan kefarmasian, satu ruang

gudang dimana dijadikan sebagai ruangan penyimpan alat kesehatan dan obat

obatan, kemudia satu lagi ruang utama atau pusat ruangan kefarmasian yang

digunakan sebagai tempat berlangsungnya proses pelayanan resep dan pemberian

obat terhadap pasien.

Apotek puskesmas Gunung Tinggi memiliki 1 orang apoteker penanggung

jawab yang dibantu oleh 2 orang asisten apoteker yang bertugas melayani resep dan

mempersiapkan dokumen kefarmasian.

Puskesmas Gunung Tinggi memiliki beberapa poliklinik diantaranya,

Poliklinik umum,poliklinik anak,poliklinik gigi, poli KIA/KB poliklinik penyakit

dalam.

3.2 Visi dan Misi PUSKESMAS

3.2.1 Visi

"Deli Serdang yang Maju dan Sejahtera Dengan Masyarakatnya yang

Religius dan Rukun dalam Kebhinekaan".

3.2.2 Misi

1. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing

yang mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Meningkatkan Kesejahteraan dan Kemandirian dalam memantapkan

31
struktur ekonomi yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana sebagai pendukung pertumbuhan

ekonomi yang berorientasi kepada kebijakan tata ruang serta berwawasan

lingkungan.

4. Meningkatkan tatanan kehidupan masyarakat yang religius, berbudaya

dan berakhlakul karimah, berlandaskan keimanan kepada Tuhan Yang

Maha Esa serta dapat memelihara kerukunan, ketenteraman dan

ketertiban.

5. Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah untuk mewujudkan

tata pemerintahan yang baik dan bersih (good & clean governance)

berwibawa dan bertanggung jawab.

3.3 Lokasi Sarana dan Prasarana

Lokasi puskesmas Gunung Tinggi ini terletak di Jln. Irian N0. 242

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.4 Struktur Organisasi Puskesmas

Struktur organisasi dan pembagian jabatan-jabatan serta wewenang dalam

bidang usaha puskesmas Gunung Tinggi adalah berbentuk garis lurus atau lini.

Dengan demikian terdapat wewenang langsung antara setiap atasan dan bawahan.

Adapun struktur organisasi yang ada pada Puskesmas Gunung Tinggi sebagai

berikut:

1. Direktur

Direktur Puskesmas Umum Gunung Tinggi mempunyai tugas

memimpin, merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan, membina pelaksanaan,

mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas PUSKESMAS sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

32
2. Wakil Direktur I Bidang Administrasi Umum

Wakil Direktur I Bidang Administrasi Umum mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan rencana program dan anggaran, pengendalian,

pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program dan anggaran,

perbendaharaan dan mobilisasi dana, verifikasi, pemasaran soaial dan

informasi puskesmas, perlengkapan, tata usaha dan kepegawaian.

3. Wakil Direktur II Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan

Wakil Direktur II Pelayanan medik mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan pelayanan medis, keperawatan, dan penunjang.Pelayanan

keperawatan dilakukan pada instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap,

Instalasi Gawat Darurat (IGD), instalasi Bedah Sentral (IBS).

Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, wakil direktur II medik dan

keperawatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana pelayanan medis, penunjang dan keperawatan

2. Koordinasi pelayanan medis, keperawatan dan penunjang

3. Pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelayanan medis, keperawatan dan

penunjang.

3.5 Instalasi Farmasi Gunung Tinggi

Instalasi farmasi Gunung Tinggi dipimpin oleh seorang apoteker yang

bertanggung jawab langsung kepada direktur umum dan operasional.Instalasi

Farmasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi yang berupa

pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai dimana harus

dilakukan dengan sistem satu pintu.Instalasi farmasi adalah regulator bagi semua

unit di lingkungan puskesmas untuk pelayanan rawat jalan maupun rawat

inap.Pelayanan farmasi puskesmas adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

33
pelayanan puskesmas yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau

bagi semua lapisan masyarakat.

Fungsi Instalasi Puskesmas Gunung Tinggi adalah:

 Melakukan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan Instalasi

Farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian.

 Melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian perbekalan farmasi di gudang Instalasi Farmasi.

 Mendistribusikan perbekalan farmasi keseluruh ruang rawatan untuk

kebutuhan pasien rawat inap, rawat jalan

 Melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinis

 Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang

farmasi.

3.6 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi puskesmas Gunung Tinggi

 Direktur puskesmas Gunung Tinggi adalah penanggung jawab atas

peraturan dan kebijakan yang diberlakukan di puskesmas, termasuk

kebijakan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi.

 Wakil Direktur II Pelayanan Medik adalah pembina program

pengelolaan perbekalan farmasi di puskesmas Gunung Tinggi.

 Tim Farmasi dan Terapi adalah tim yang membantu Direktur

puskesmas Gunung Tinggi dalam merumuskan dan melaksanakan

kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan

perbekalan farmasi di puskesmas Gunung Tinggi.

Instalasi farmasi adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah Wakil

Direktur Pelayanan Medis dan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan


34
perbekalan farmasi sesuai kebutuhan semua pelayanan kesehatan di puskesmas

deli tua yang optimal meliputi: perencanaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian dan produksi sediaan farmasi, serta melaksanakan pelayanan

farmasi klinik sesuaiprosedur kefarmasian dan etika profesi.

3.7 Sarana dan Peralatan Instalasi Farmasi Puskesmas

Fasilitas ruangan harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat

menunjang fungsi dan proses pelayanan kefarmasian, menjamin lingkungan kerja

yang aman untuk petugas, dan memudahkan system komunikasi puskesmas.

A. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di instalasi farmasi terdiri dari :

1 Ruang kantor/administrasi.

2 Ruang kerja/administrasi tata usaha.

3 Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai.

4 Ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai.

5 Ruang pelayanan/informasi obat.

B. Fasilitas penunjang kegiatan pelayanan di instalasi farmasi, terdiri dari :

1 Ruang tunggu pasien.

2 Ruang penyimpanan dokumen/arsip resep dan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai.

3 Tempat penyimpanan obat diruang perawatan.

4 Fasilitas toilet, kamar mandi untuk staf.

C. Peralatan yang tersedia antara lain :

1 Peralatan untuk penyimpanan dan peracikan.

2 Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip.

35
3 Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika.

4 Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk obat yang termolabil.

5 Penerangan, sarana air, ventilasi dan system pembuangan limbah yang baik.

36
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi puskesmas adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di

puskesmas, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang

ditujukan untuk keperluan puskesmas itu sendiri (Siregar dan Amalia,

2004).Instalasi Farmasi puskesmas dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu

oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundangundangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas

penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan

kefarmasian (Siregar danAmalia, 2004).

Instalasi farmasi Puskesmas Deli Tua memiliki gudang farmasi dimana

gudang farmasi adalah tempat penyimpanan, penerimaan, pendistribusian dan

pemeliharaan barang persdiaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan lainnya sesuai dengan Permenkes Nomor 72 tahun 2016. Gudang farmasi

berperan sebagai jantung dari manajemen logistik karena sangat menentukan

kelancaran dari pendistribusian.

Jumlah Apoteker penanggung jawab di puskesma deli tua berjumlah satu

orang sedangkan asisten apoteker berjumlah 2 orang.Pelayanan resep dilakuka

secara transparan dan sudah mengikuti standar operasional yang berlaku.

4.2 Gudang farmasi

Gudang farmasi mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan yang

merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan farmasi yang

dilakukan sedemikian rupa agar kualitas dapat diperhatikan, barang terhindar dari

kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang aman dari pencuri dan

mempermudah pengawasan stok. Gudang farmasi berperan sebagai jantung dari


37
menjemen logistik karena sangat menetukan kelancaran dari pendistribusian. Oleh

karena itu, maka metode pengendalian persediaan atau inventori

control diperlukan, dipahami dan diketahui secara baik.

Dalam hal ini Gudang Farmasi memiliki fungsi seperti penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pemilihan, perencanaan, pengadaan,

pemusnahan/penarikan, pengendalian, dan administrasi sebagai berikut :

1. Penerimaan

Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan yang sangat penting. Jenis,

jumlah, kualitas, spesifikasi dan persyaratan lainnya dari barang yang diterima

harus sama dengan yang tercantum dalam kontrak. Proses penerimaan sangat

penting karena pada proses inilah kita dapat menyaring barang-barang yang tidak

bermutu dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

2. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan

pengelolahan barang persediaan ditempat penyimpanan. Pengelolahan tersebut

harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kualitas barang dapat dipertahankan dan

terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang aman dari

pencurian, mempermudah pengawasan barang. Untuk keperluan tersebut

diperlukan kegiatan-kegiatan seperti :

1. Perencanaan ruangan penyimpanan.

2. Perencanaan dan pengoperasiaan alat pengatur barang.

3. Penyelenggaraan prosedur peyimpanan.

4. Pengamanan.

5. Pengeluaran.

38
3. Pendistribusian Obat

Pendistribusian juga harus sesuai dengan permintaan, tepat wakt, tepat

jumlah serta sesuai dengan spesifikasinya. Pengeluaran barang dalam

pendistribusian harus dengan persetujuan pihak yang berwenang sesuai dengan

perencanaan yang diterima oleh pemakai. Mekanisme pengeluaran barang adalah

sesuai dengan prinsip FIFO (First In First Out) yang artinya datang lebih dulu

dikeluarakan lebih dulu, selain itu dilihat dari masa kadaluwarsanya walaupun

datangnya lebih dulu atau terakhir tapi masa kadaluwarsanya dekat dikeluar lebih

dulu yang disebut FEFO (First Expire First Out).

4. Pemilihan

Pemilihan di puskesmas deli tua dilakukan oleh TFT merupakan kolaborasi

apoteker dengan dokter-dokter yang mewakili setiap spesialisasi dar i komite

farmasi dan terapi menghasilkan formularium yang selalu diperbaharui setiap 2

tahun sekali dengan capaian peresepan sesuai FORNAS sebesar 94% pada tahun

2017.

5. Perencanaan

Rencana kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai yang disusun/ditetapkan menggunakan metode kombinasi, dengan

carabottom up. Pemesanan yang dilaksanakan menggunakan situs e-purchasing,

oleh pejabat pengadaan yang ditujukan kepada prinsipal/pabrik penyedia, kemudian

pabrik mengkonfirmasi kepada distributor untuk menyediakan barang sesuai yang

dipesan oleh puskesmas. Puskesmas membuat dokumen surat perintah kerja (SPK)

dan surat pemesanan (SP) serta menyerahkannya kepada distributor penyedia

barang e-katalog. Penulis masih menemukan kekosongan obat yang dibutuhkan

puskesmas. Hal ini disebabkan karena tidak dipenuhinya permintaan obat yang

39
dipesan puskesmas oleh distributor sesuai batas waktu karena:

1. Obat terlambat dikirim dari pabrik ke distributor.

2. Obat tidak dikirim oleh pabrik (karena tidak ada stok obat di pabrik).

6. Pengendalian

Upaya pengendalian dilakukan dengan kegiatan stok opname tujuannya

untuk memastikan tidak ada kekosongan/ kelebihan obat di gudang dan tersedianya

data yang akurat (kesesuaian real stock dibandingkan dengan data yang ada dalam

SIMRS) untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.

7. Administrasi

Kegiatan administrasi terdiri dari Pencatatan dan Pelaporan terhadap

kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai dilakukan setiap hari dan diinput datanya kedalam sistem informasi RS dan

dilaporkan ke kepala Instalasi Farmasi. Untuk pelaporan sediaan

narkotika/psikotropika melalui sistem pelaporan narkotika/psikotropika (SIPNAP).

4.3 Pelayanan Farmasi Klinis

Kegiatan pelayanan farmasi klinis sesuai dengan Permenkes No. 72 tahun

2016 antara lain:

1. Pengkajian dan pelayanan resep. Pengkajian dan pelayanan resep di

Puskesmas Gunung Tinggi sudah dilakukan secara elektronik melalui

SIMRS (Sistem Informasi Manajemen PUSKESMAS) pada pasien rawat

inap maupun rawat jalan.

2. Penelusuran riwayat penggunaan obat. Penelusuran riwayat penggunaan

obat dilakukan ketika pasien masuk puskesmas dan didokumentasikan di

lembar rekam medis pasien (Pengkajian awal medik).

3. Rekonsiliasi obat

40
Rekonsiliasi obat di Puskesmas Deli Tua dilakukan pada tiga tahap, yaitu:

 Ketika masuk puskesmas dilakukan di IGD didokumentasikan dalam

lembar rekam medik pasien awal masuk.

 Pindah antar ruangan di dokumentasikan dalam lembar rekam medik.

 Pada saat pasien keluar/pulang dari puskesmas didokumentasikan

dalam lembar rekam medik.

4. Pelayanan informasi obat dilakukan pada pasien rawat jalan, pasien rawat

inap, dokter, perawat dan orang yang membutuhkan informasi tentang obat

di Puskesmas Gunung Tinggi.

5. Pemantauan Terapi Obat (PTO) Pemantauan terapi obat di Puskesmas

Gunung Tinggi sudah dilakukan meliputi: pengkajian pemilihan obat, dosis,

cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki

(ROTD), pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, serta

melakukan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat dan

mengisi SOAP.

6. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Monitoring efek samping obat di

Gunung Tinggi telah dilakukan pada pasien rawat inap dan rawat jalan

terkait reaksi obat yang tidak dikehendaki.

7. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO). Evaluasi penggunaan obat sudah

dilakukan di Puskesmas Deli Tuasecara kualitatif dan kuantitatif.

8. Dispensing sediaan steril

Dispensing sediaan steril di Puskesmas Deli Tuabelum dilakukan

9. Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)

Pemantauan kadar obat dalam darah belum dilakukan di Puskesmas Deli

Tuabelum dilakukan.

41
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan kegiatan praktek

kerja profesi di Puskesmas Gunung Tinggi adalah:

1. Kegiatan Di Instalasi Farmasi Puskesmas Gunung Tinggi meliputi

manajemen farmasi (perencanaan dan pengadaan, produksi,

pendistribusian, penyimpanan, penghapusan dan pemusnahan,

administrasi, dan pelayanan obat ARV dan pelayanan farmasi klinik.

2. Pelayanan farmasi klinis sudah mulai dilaksanakan seperti melakukan

konseling dan PIO serta visite keruangan ruangan tetapi belum

maksimal dikarenakan kurangnya tenaga apoteker dan ruangan untuk

melakukan konseling serta PIO. untuk kegiatan farmasi klinik sudah

mulai berorientasi kepada pasien (patientoriented). Sistem

penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi di gudang

menggunakan sistem FIFO dan FEFO

5.1 Saran

Beberapa hal berikut yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan

Instalasi Farmasi Puskesmas Gunung Tinggi:

1. Sistem komputer yang bersifat jaringan yang dapat menghubungkan

Instalasi Farmasi dengan semua bagian yang berada di bawah Instalasi

Farmasi Puskesmas Gunung Tinggi atau biasa disebut SIMRS perlu

dilakukan pembaharuan agar lebih efisien.

2. Kegiatan konseling dan pelayanan informasi obat perlu ditingkatkan,

42
DAFTAR PUSTAKA

Menkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan No.340/MENKES/PER/III/2010

tentang klasifikasi PUSKESMAS. Jakarta: Kementerian Republik Indonesia.

Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56

tentang Klasifikasi dan perizinan PUSKESMAS. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 63/MENKES/PER/2014

tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (E-

Catalogue).Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di PUSKESMAS. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Presiden RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang

PUSKESMAS. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Presiden RI. (2015). Peraturan Presiden RI No. 4 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.Jakarta : Presiden Republik Indonesia.

43

Anda mungkin juga menyukai