Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Kuliah : Kimia Instrumen


Alokasi Waktu : 2 x 50 menit
Materi Pokok : Elektrometri
Submateri Pokok : Potensiometri
Standar Kompetensi : Memahami berbagai teknik analisis elektrometri.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan beragai teknik analisis potensiometri dan
jenis elektroda indikator
Indikator : 1. Menjelaskan metode analisis potensiometri beserta
kelebihan dan kelemahannya.
2. Membedakan jenis-jenis elektroda indikator
3. Menghitung pH dari larutan dalam air menggunakan
potensiometri secara langsung.
4. Menjelaskan titrasi potensiometri.

I. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan dari pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan metode analisis potensiometri beserta kelebihan dan
kelemahannya.
2. Membedakan jenis-jenis elektroda indikator.
3. Menghitung pH dari larutan dalam air menggunakan potensiometri secara
langsung.
4. Menjelaskan titrasi potensiometri.

II. Materi Ajar


1. Persamaan Nernst.
2. Macam-macam elektroda indikator.
3. Macam-macam metode potensiometri

III. Metode Pembelajaran


Ceramah dan tanya jawab

IV. Langkah –langkah Pembelajaran


1. Apersepsi (kegiaan awal)
- Mengingatkan tentang sel Galvani dan Persamaan Nernst
2. Kegiatan inti
- Menjelaskan pengertian potensiometri
- Menjelaskan kelebihan dan kelemahan dari metode potensiometri
- Menjelaskan tentang elektroda indikator
- Menjelaskan metode-metode analisis potensiometri
3. Kegiatan Akhir
- Memberikan contoh soal
- Membahas soal-soal secara bersama-sama

V. Sumber Belajar
Buku-buku Analisis Kimia Kuantitatif dan sumber-sumber internet.
METODE ANALISIS POTENSIOMETRI

Sel-Sel Galvanik

Untuk mendapatkan sebuah sistem yang dapat kita gunakan untuk melakukan
pengukuran-pengukuran penting, kita harus menggabungkan dua elektroda
tunggal untuk membentuk sebuah sel.

Sistem dua elektroda ini adalah sebuah sel elektokimia dan merupakan contoh dari
sebuah sel Galvanik. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, sel Galvanik
adalah sel dimana sel ini sebagian dari energi yang dilepaskan secara spontan dari
suatu reaksi kimia dikonversi menjadi energi listrik sehingga dapat digunakan
untuk melaksanakan kerja. Dalam kimia analisis kita biasanya ingin mengukur
voltase dari sebuah sel Galvanik pada kondisi-kondisi dimana sel tersebut
sebenarnya tidak melakukan kerja listrik.Sebuah alat sederhana yang disebut
potensiometer biasanya dipergunakan untuk mengukur voltase-voltase dari sel-sel
Galvanik.

Persamaan Nernst

Potensial dari sel Galvanik tergantung pada aktivitas dari berbagai spesies yang
menjalani reaksi di dalam sel. Persamaan yang menyatakan hubungan ini disebut
Persamaan Nernst.
Dalam sebuah reaksi kimia seperti:
aA + bB cC + dD
Maka:

o0 , 059 [C ]c [ D ]d
E=E − log
n a
[ A] [B]
b

Ini adalah bentuk umum persamaan Nernst. Pada kesetimbangan, E=0, ∆G=0 dan
suku logaritmanya adalah konstanta kesetimbangan. Maka:
∆Go = -2,3RT log K
Atau
0 , 059
Eo = log K
n

Potensiometri merupakan suatu cara untuk menghitung potensial sel atau aplikasi
langsung dari persamaan Nersnt dengan cara pengukuran potensial dua elektroda
tidak terpolarisasi dengan arus nol. Potensial sel Galvanik tergantung pada
aktivitas zat ionik tertentu di dalam larutan sel, maka pengukuran potensial sel
merupakan hal yang sangat penting dalam kimia analitik.

Kelebihan dari metode potensiometri yaitu:


1. Biaya pengukuran murah, dibandingkan alat instrumen lain seperti SSA,
SEM.
2. Dapat digunakan untuk menentukan tetapan kesetimbangan, karena
spesies yang direspon oleh elektroda indikator aktivitasnya stabil.
3. Cepat, karena sampel yang akan diukur tidak perlu pemisahan dengan zat
lain, karena elektroda indikator bersifat selektif dan spesifik. Hanya ion
tertentu saja yang direspon.
4. Konsentrasi sampel 10-4 M dapat dideteksi dengan potensiometri.

Kelemahan metode potensiometri yaitu:


1. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perlu dilakukan karakterisasi
elektroda.
2. Setiap kali pengukuran perlu diketahui umur elektroda. Oleh karena itu
harus dikalibrasi agar umur elektroda lebih lama (awet).
3. Perlu pengetahuan khusus bagi mahasiswa untuk terampil melakukan
analisis secara potensiometri. Misalnya membuat/mencari hubungan antara
potensial terukur dengan konsentrasi sampel yang dicari.
4. Tidak dapat digunakan pada larutan berwarna dan larutan yang encer.

Dalam banyak hal suatu sel dapat disusun yang potensialnya tergantung pada
aktivitas suatu macam zat ionik tunggal dalam larutan. Salah satu elektroda sel
harus sedemikian rupa hingga potensial selnya tergantung pada aktivitas ion yang
akan ditentukan, ini disebut elektroda indikator. Elektroda yang lainnya
merupakan sebuah pembanding seperti kalomel yang potensialnya diketahui dan
tetap selama pengukuran.

Adapun macam-macam elektroda indikator, yaitu:

1. Elektroda Ion Logam-Logam


a. Elektroda jenis pertama
Logam seperti perak, raksa, tembaga, kadmium, seng, dan timah hitam dapat
bertindak sebagai elektoda indikator terhadap ion-ion mereka. Misalnya potensial
elektroda tunggal untuk sepotong kawat perak yang dicelupkan ke dalam suatu
larutan garam perak berubah-ubah menurut besarnya aktivitas ion perak sesuai
dengan persamaan Nernst.
Ag+ + e Ag Eo = +0,80V
E = +0,80 – 0,0592 log [1/aAg+]

Disebut elektroda jenis pertama, karena ion analit berpartisipasi langsung dengan
logamnya dan dapat balik. Hal ini seolah-olah potensialnya stabil dan dapat
diproduksi ulang. Hal ini tidak mungkin menurut eksperimen, karena regangan
dan kekristalan logam dapat menghambat transfer elektron di permukaan
elektroda.
b. Elektroda jenis kedua
Contoh elektroda jenis kedua adalah elektroda Ag│AgCl. Pada aCl- yang konstan
dari KCl jenuh. Elektroda ini bekerja sebagai elektroda referensi, dan akan
memberikan respon bila suatu elektroda indikator berubah nilai aCl- dan dapat
digunakan untuk menentukan harga pCl.
AgCl + e Ag+ + Cl- Eo = +0,22V
E = 0,22-0,0592 log aCl- = 0,22 + 0,0592 pCl
Melalui Ksp AgCl dan acl- maka aAg+ dapat diketahui.
c. Elektroda jenis ketiga
Elektroda ini digunakan sebagai elektroda indikator pada titrasi EDTA
potensiometrik dari 29 ion logam termasuk ion logam alkali dan alkali tanah serta
logam transisi dan logam berat. Elektroda ini berupa tetesan atau genangan kecil
raksa dalam suatu cangkir pada bagian ujung tabung J dengan suatu kontak kawat
ke sirkuit luar. Sejumlah kecil dari selat raksa EDTA, HgY2- ditambahkan ke
larutan dari ion logam analit, Mn+ (Misalnya 1 tetes 10-3 M HgY2- ditambahkan ke
25 atau 50 ml larutan Mn+}.

Elektroda dapat ditulis sebagai berikut:


Hg│Hg2+ + HgY2- + MY(4-n)- + Mn+
Tetapan pembentukan HgY2- sangat besar (Kabs = 1021,8). Dengan demikian ada
sedikit disosiasi ke Hg2+, tetapi masih cukup untuk menciptakan suatu potensial
menurut:
Hg2+ + 2e Hg Eo = +0,85 V

0,0592 1

E = +0,85 2 log a Hg2+
Setelah menyusun ulang persamaan-persamaan untuk dua tetapan pembentukan:
KHg2- dan KMY(4-n). Substitusikan aHg2+ ke dalam persamaan di atas, dan
menghasilkan :

0 ,0592 K HgY 2 − a MY ( 4−n )−


E =+0 ,85− log
2 K MY ( 4−n )− a HgY 2 − a M n+

0 , 0592 1
E=K − log
2 a M n+

0 , 0592
E=K pM
2
2. Elektroda Inert

Suatu logam inert seperti platina dapat bekerja sebagai elektroda indikator
beberapa pasangan redoks, seperti:
Fe3+ + e Fe2+
Fungsi logam ini cenderung sebagai konduktor elektronik, yaitu mengambil atau
melepaskan elektron, logam itu sendiri tidak ikut serta dalam reaksi redoks. Inert
merupakan ukuran relatif karena Pt kebal terhadap serangan elektroda kuat,
misalnya pada pembentukan spesies PtBr42- dapat menstabilkan Pt(II). Coba
bandingkan:
Pt2+ + 2e Pt Eo = +1,19 V
PtBr42- + 2e Pt + 4Br- Eo = +0,58

Platina juga dapat menimbulkan masalah dengan reduktor-reduktor sangat kuat:


reduksi H+ (atau H2O) kadang-kadang berlangsung sedemikian lambat sehingga
analit-analit dapat direduksi terlebih dahulu dalam larutan air tana interferensi dari
pelarutnya, tetapi karena H+ e = 1/2H2 dikatalisis oleh platina, maka keuntungan
kinetik ini mungkin hilang.

3. Elektroda Membran

Elektroda membran berbeda dengan elektroda logam, karena elektroda membran


tidak langsung terlibat: alih-alih,membran-membran ini berfungsi sebagai
penitrasi ion-ion.

a. Elektroda kaca untuk mengukur pH

Komposisi elektroda kaca dapat dituliskan sebagai berikut:


Hg│Hg2Cl2, KCl(jenuh)│H+(a=x)│kaca │HCl (0,1 M), AgCl│Ag
Elektroda referensi SCE Larutan uji “Elektroda kaca”

Secara eksperimen ditemukan bahwa tegangan selnya:


E = k + 0,0592 pH
b. Elektroda membran untuk ion-ion lain

Elektroda kaca bersama-sama dengan beberapa elektroda non kaca sering disebut
elektroda selektif ion (ISE).

Ada dua cara yang digunakan untuk melakukan pengukuran eksperimental:


1. Potensiometri Langsung
Suatu pengukuran tunggal dari potensial sel, ini cukup untuk menentukan aktifitas
ion yang bersangkutan, cara ini disebut potensiometri langsung dan telah
digunakan terutama pada pengukuran pH larutan-larutan dalam air. Pada waktu
sekarang ini juga secara luas digunakan untuk pengukuran ion-ion lain dengan
menggunakan elektroda ion selektif. Pada tahun 1909, Sorensen mendefnisikan
bahwa pH merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen.
pH = -Log [H+]

Pada tahun 1924, dipahami bahwa ggl sel galvanik yang digunakan untuk
mengukur pH lebih tergantung pada aktifitas ion hidrogen daripada
konsentrasinya.
pH = - Log aH+     
Dimana, aH+ = [H+].fH+
fH+ = koefisien aktivitas
fH+ dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

-log fH+ = 0,512 .ZA.ZB √μ


µ = ½ ∑CiZi2
Besaran yang diukur secara potensiometri bukanlah konsentrasi maupun aktivitas
ion hidrogen., melainkan GGL sel. Misalnya dalam sebuah sel yang terdiri dari
elektroda pembanding yang didalamnya dicelupkan sebuah elektroda hidrogen.
Pembanding ││ H+ (x M) H2,Pt
Persamaan yang menghubungkan potensial sel ini dengan pH adalah:
E = Epemb – 0,0592 log aH+
E = Epemb + 0,9592 pH
Dalam sel ini terdapat jembatan garam yang potensialnya bukan nol, tetapi
sebesar Ej (potensial sambungan cairan)
E = Epemb + 0,0592 pH + Ej
Dengan Epemb + Ej = tetapan k, maka:
E = k + 0.0592 pH
E−k
pH=
0 , 0592

2. Titrasi Potensiometri

Ion dapat dititrasi dan potensial diukur sebagai fungsi volume titran. Cara ini
disebut titrasi potensiometri, karena menggunakan pengukuran potensial untuk
mengetahui titik ekivalen suatu titrasi.
Dalam suatu titrasi potensiometri, titik akhir ditemukan dengan menentukan
volume yang menyebabkan suatu perubahan relatif besar dalam potensial apabila
titran ditambahkan.
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu skema susunan eksperimental untuk
suatu titrasi demikian, dengan menggunakan suatu elektroda gelas sebagai suatu
contoh elektroda indikator. Caranya dapat dipergunakan untuk semua reaksi yang
digunakan untuk keperluan titrasi : Asam basa redoks, pengendapan, dan
pembentukan kompleks. Elektroda indikator yang cocok dipilih, suatu elektroda
pembanding seperti kalomel, melengkapi selnya. Titrasi dapat dilaksanakan
seperti biasa atau prosedur dapat dibuat otomatis. Macam-macam teknik titrasi
antara lain : Titrasi potensiometri manual, perekaman secara otomatis dari kurva
titrasi dan pemberhantian titran secara otomatis pada titik akhir.
Gambar cara-cara penggambaran data titrasi secara potensiometri

Dalam titrasi secara manual potensial diukur setelah penambahan titrasi secara
berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap
volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi seperti tampak dalam gambar a.
Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan. Akan tetepi
jika tersangkut elektroda gelas, seperti dalam kebanyakan titrasi asam basa, suatu
peralatan pengukur dengan inpedansi masukan tinggi diperlukan karena adanya
tahanan tinggi dari gelas digunakan pH meter khusus.

Gambar b menunjukkan suatu gambar dari kemiringan kurva titrasi, yaitu


perubahan potensial dengan perubahan volume (∆E/∆V) terhadap volum titran.
Kurva yang dihasilkan naik sampai suatu maksimum pada titik ekivalen. Volum
pada titik ekivalen ditentukan dengan menurunkan suatu garis vertikal dari puncak
ke sumbu volum. Ada sedikit ketidaktentuan dalam menetapkan secara tepat
tempat puncak dari kurva. Makin kompleks reaksinya makin tajam puncak dan
dengan demikian makin teliti letak titik ekivalen.

Gambar c memperlihatkan suatu gambar perubahan kemiringan suatu kurva titrasi


(∆2E/∆V2) terhadap volum titran. Pada titik tempat kemiringan ∆E/∆V merupakan
suatu maksimum, turunan kemiringan adalah nol. Titik akhir terletak pada
penggambaran suatu garis vertikal dari titik tempat ∆2E/∆V2 adalah nol ke sumbu
volum. Bagian kurva yang menghubungkan harga-harga maksimum dan minimum
dari ∆2E/∆V2 adalah lebih curam semakin lengkap reaksi titrasi.

Kurva yang ditunjukkan dalam gambar a, b, dan c adalah untuk reaksi-reaksi


“simetrik” yaitu, reaksi-reaksi yang 1 mol titran bereaksi dengan 1 mol zat yang
dititrasi. Contoh-contoh reaksi yang simetrik adalah asam-basa, redoks, dan
pengendapan:
H3O+ + OH- 2H2O
Ag+ + Cl- AgCl
Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+
Untuk reaksi reaksi demikian, titik tengah bagian curam dari kurva dalam gambar
a sesuai dengan titik ekivalen. Demikian pula puncak pada kurva ganbar b dan
harga nol dari turunan kedua dalam gambar c.

Untuk reaksi-reaksi tidak simetrik seperti:


2Ag+ + CrO42- Ag2CrO4(p)
Dan
Sn2+ + 2Ce4+ Sn4+ + 2Ce3+
Maka titik ekivalen tidak terjadi pada titik tengah kurva dari gambar d. Potensial
pada titik ekivalen dalam titrasi dari timah putih(II) (E01) dengan ion Serium(IV)
(E02) adalah (2E01 + E02) / 3. Demikian pula, harga maksimal dari ∆E/∆V untuk
suatu reaksi tak simetri tidak secara tepat berhimpit dengan titik ekivalen.
Sekalipun demikian maksimum biasanya diambil sebagai titik akhir suatu titrasi.
Kesalahan yang dibuat oleh prosedur ini adalah sangat kecil

Adalah mungkin untuk menentukan tempat titik akhir dengan cara yang sederhana
yang didasarkan pada data nyata tanpa menggunakan bantuan suatu grafik. Hanya
pengamatan potensial dekat titik ekivalen yang perlu direkam. Beberapa
penambahan volum tertentu, misalkan 0,10 ml dipilih dan sejumlah pengamatan
diambil, berjarak 0,10 ml, dari tiap sisi titik ekivalen.
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:


1. Potensiometri merupakan suatu cara untuk menghitung potensial sel dan
alatnya disebut potensiometer biasanya digunakan untuk mengukur voltase-
voltase dari sel-sel galvanik.
2. Elektoda indikator dibagi menjadi 3 yaitu elektroda ion logam-logam, elekroda
Inert, dan elektroda membran.
3. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran
eksperimental pada metode potensiometri ini yaitu potensiometri langsung dan
titrasi potensiometri.
4. Potensiometri langsung merupakan suatu pengukuran dari potensial sel dengan
menentukan aktivitas ion yang bersangkutan. Metode ini telah digunakan
terutama pada pengukuran pH larutan-larutan dalam air.
5. Titrasi potensiometri adalah suatu cara pengukuran potensial untuk mengetahui
titik ekivalen suatu titrasi. Ion dapat dititrasi dan potensial diukur sebagai
volume titran.
Soal-Soal
1. Apa yang dimaksud dengan potensiometri dan sebutkan kelemahan dan
kelebihan dari metode potensiometri ini!

2. Sebutkan jenis-jenis elektroda indikator dan jelaskan!

3. Titrasi potensiometrik. 40 ml contoh 0,100 M HCl diencerkan menjadi 100 ml


dan dititrasi dengan 0,100 M NaOH.
a. Hitung pH larutan sesudah penambahan sejumlah volume larutan titran
berikut : 0,00; 10,0; 20,0; 39,0; 39,9; 40,0; 40,1; dan 50,0.
b. Hitung pembacaan potensial yang akan diperoleh seseorang dalam titrasi
potensiometrik dengan menggunakan sebuah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda hidrogen-kalomel jenuh.
c. Buatlah grafik potensial terhadap ml larutan titran.

4. Titrasi potensiometrik. 2,50 mmol Sn2+ dilarutkan dalam 50 ml larutan dan


dititrasi dengan 0,10 M Ce4+ dengan menggunakan sepasang elektroda platina-
kalomel jenuh. Hitung potensial setelah penambahan volume titran berikut :
0,00; 10,0; 25,0; 49,9; 50,0; 50,1; dan 60,0.

5. Elektroda gelas. Sebuah sel tersusun dari elektroda gelas dan elektroda kalomel
jenuh memberikan pembacaan voltase 0,614 bila larutan percobaan
merupakan larutan buffer dengan pH 7,00. Hitung pH larutan yang
memberikan pembacaan pada a). 0,531 V dan b). 0,685 V dalam sel yang
sama.

6. Elektroda membran. Suatu elektroda membran-cairan digunakan untuk


menentukan konsentrasi ion kalsium dalam suatu larutan. Pembacaan
potensial yang diperoleh dengan elektroda ini dan suatu pembanding yang
tercelup dalam sebuah larutan yang 0,001 M Ca2+ adalah 0,272 V. Dalam sel
yang sama sebuah larutan yang tidak diketahui konsentrasinya menunjukkan
0,272 V. Kekuatan ionik kedua larutan sama. Hitung konsentrasi ion
kalsium di dalam larutan yang tidak diketahui.

Anda mungkin juga menyukai