I. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan dari pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan metode analisis potensiometri beserta kelebihan dan
kelemahannya.
2. Membedakan jenis-jenis elektroda indikator.
3. Menghitung pH dari larutan dalam air menggunakan potensiometri secara
langsung.
4. Menjelaskan titrasi potensiometri.
V. Sumber Belajar
Buku-buku Analisis Kimia Kuantitatif dan sumber-sumber internet.
METODE ANALISIS POTENSIOMETRI
Sel-Sel Galvanik
Untuk mendapatkan sebuah sistem yang dapat kita gunakan untuk melakukan
pengukuran-pengukuran penting, kita harus menggabungkan dua elektroda
tunggal untuk membentuk sebuah sel.
Sistem dua elektroda ini adalah sebuah sel elektokimia dan merupakan contoh dari
sebuah sel Galvanik. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, sel Galvanik
adalah sel dimana sel ini sebagian dari energi yang dilepaskan secara spontan dari
suatu reaksi kimia dikonversi menjadi energi listrik sehingga dapat digunakan
untuk melaksanakan kerja. Dalam kimia analisis kita biasanya ingin mengukur
voltase dari sebuah sel Galvanik pada kondisi-kondisi dimana sel tersebut
sebenarnya tidak melakukan kerja listrik.Sebuah alat sederhana yang disebut
potensiometer biasanya dipergunakan untuk mengukur voltase-voltase dari sel-sel
Galvanik.
Persamaan Nernst
Potensial dari sel Galvanik tergantung pada aktivitas dari berbagai spesies yang
menjalani reaksi di dalam sel. Persamaan yang menyatakan hubungan ini disebut
Persamaan Nernst.
Dalam sebuah reaksi kimia seperti:
aA + bB cC + dD
Maka:
o0 , 059 [C ]c [ D ]d
E=E − log
n a
[ A] [B]
b
Ini adalah bentuk umum persamaan Nernst. Pada kesetimbangan, E=0, ∆G=0 dan
suku logaritmanya adalah konstanta kesetimbangan. Maka:
∆Go = -2,3RT log K
Atau
0 , 059
Eo = log K
n
Potensiometri merupakan suatu cara untuk menghitung potensial sel atau aplikasi
langsung dari persamaan Nersnt dengan cara pengukuran potensial dua elektroda
tidak terpolarisasi dengan arus nol. Potensial sel Galvanik tergantung pada
aktivitas zat ionik tertentu di dalam larutan sel, maka pengukuran potensial sel
merupakan hal yang sangat penting dalam kimia analitik.
Dalam banyak hal suatu sel dapat disusun yang potensialnya tergantung pada
aktivitas suatu macam zat ionik tunggal dalam larutan. Salah satu elektroda sel
harus sedemikian rupa hingga potensial selnya tergantung pada aktivitas ion yang
akan ditentukan, ini disebut elektroda indikator. Elektroda yang lainnya
merupakan sebuah pembanding seperti kalomel yang potensialnya diketahui dan
tetap selama pengukuran.
Disebut elektroda jenis pertama, karena ion analit berpartisipasi langsung dengan
logamnya dan dapat balik. Hal ini seolah-olah potensialnya stabil dan dapat
diproduksi ulang. Hal ini tidak mungkin menurut eksperimen, karena regangan
dan kekristalan logam dapat menghambat transfer elektron di permukaan
elektroda.
b. Elektroda jenis kedua
Contoh elektroda jenis kedua adalah elektroda Ag│AgCl. Pada aCl- yang konstan
dari KCl jenuh. Elektroda ini bekerja sebagai elektroda referensi, dan akan
memberikan respon bila suatu elektroda indikator berubah nilai aCl- dan dapat
digunakan untuk menentukan harga pCl.
AgCl + e Ag+ + Cl- Eo = +0,22V
E = 0,22-0,0592 log aCl- = 0,22 + 0,0592 pCl
Melalui Ksp AgCl dan acl- maka aAg+ dapat diketahui.
c. Elektroda jenis ketiga
Elektroda ini digunakan sebagai elektroda indikator pada titrasi EDTA
potensiometrik dari 29 ion logam termasuk ion logam alkali dan alkali tanah serta
logam transisi dan logam berat. Elektroda ini berupa tetesan atau genangan kecil
raksa dalam suatu cangkir pada bagian ujung tabung J dengan suatu kontak kawat
ke sirkuit luar. Sejumlah kecil dari selat raksa EDTA, HgY2- ditambahkan ke
larutan dari ion logam analit, Mn+ (Misalnya 1 tetes 10-3 M HgY2- ditambahkan ke
25 atau 50 ml larutan Mn+}.
0,0592 1
−
E = +0,85 2 log a Hg2+
Setelah menyusun ulang persamaan-persamaan untuk dua tetapan pembentukan:
KHg2- dan KMY(4-n). Substitusikan aHg2+ ke dalam persamaan di atas, dan
menghasilkan :
0 , 0592 1
E=K − log
2 a M n+
0 , 0592
E=K pM
2
2. Elektroda Inert
Suatu logam inert seperti platina dapat bekerja sebagai elektroda indikator
beberapa pasangan redoks, seperti:
Fe3+ + e Fe2+
Fungsi logam ini cenderung sebagai konduktor elektronik, yaitu mengambil atau
melepaskan elektron, logam itu sendiri tidak ikut serta dalam reaksi redoks. Inert
merupakan ukuran relatif karena Pt kebal terhadap serangan elektroda kuat,
misalnya pada pembentukan spesies PtBr42- dapat menstabilkan Pt(II). Coba
bandingkan:
Pt2+ + 2e Pt Eo = +1,19 V
PtBr42- + 2e Pt + 4Br- Eo = +0,58
3. Elektroda Membran
Elektroda kaca bersama-sama dengan beberapa elektroda non kaca sering disebut
elektroda selektif ion (ISE).
Pada tahun 1924, dipahami bahwa ggl sel galvanik yang digunakan untuk
mengukur pH lebih tergantung pada aktifitas ion hidrogen daripada
konsentrasinya.
pH = - Log aH+
Dimana, aH+ = [H+].fH+
fH+ = koefisien aktivitas
fH+ dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
2. Titrasi Potensiometri
Ion dapat dititrasi dan potensial diukur sebagai fungsi volume titran. Cara ini
disebut titrasi potensiometri, karena menggunakan pengukuran potensial untuk
mengetahui titik ekivalen suatu titrasi.
Dalam suatu titrasi potensiometri, titik akhir ditemukan dengan menentukan
volume yang menyebabkan suatu perubahan relatif besar dalam potensial apabila
titran ditambahkan.
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu skema susunan eksperimental untuk
suatu titrasi demikian, dengan menggunakan suatu elektroda gelas sebagai suatu
contoh elektroda indikator. Caranya dapat dipergunakan untuk semua reaksi yang
digunakan untuk keperluan titrasi : Asam basa redoks, pengendapan, dan
pembentukan kompleks. Elektroda indikator yang cocok dipilih, suatu elektroda
pembanding seperti kalomel, melengkapi selnya. Titrasi dapat dilaksanakan
seperti biasa atau prosedur dapat dibuat otomatis. Macam-macam teknik titrasi
antara lain : Titrasi potensiometri manual, perekaman secara otomatis dari kurva
titrasi dan pemberhantian titran secara otomatis pada titik akhir.
Gambar cara-cara penggambaran data titrasi secara potensiometri
Dalam titrasi secara manual potensial diukur setelah penambahan titrasi secara
berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap
volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi seperti tampak dalam gambar a.
Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan. Akan tetepi
jika tersangkut elektroda gelas, seperti dalam kebanyakan titrasi asam basa, suatu
peralatan pengukur dengan inpedansi masukan tinggi diperlukan karena adanya
tahanan tinggi dari gelas digunakan pH meter khusus.
Adalah mungkin untuk menentukan tempat titik akhir dengan cara yang sederhana
yang didasarkan pada data nyata tanpa menggunakan bantuan suatu grafik. Hanya
pengamatan potensial dekat titik ekivalen yang perlu direkam. Beberapa
penambahan volum tertentu, misalkan 0,10 ml dipilih dan sejumlah pengamatan
diambil, berjarak 0,10 ml, dari tiap sisi titik ekivalen.
KESIMPULAN
5. Elektroda gelas. Sebuah sel tersusun dari elektroda gelas dan elektroda kalomel
jenuh memberikan pembacaan voltase 0,614 bila larutan percobaan
merupakan larutan buffer dengan pH 7,00. Hitung pH larutan yang
memberikan pembacaan pada a). 0,531 V dan b). 0,685 V dalam sel yang
sama.