PENDAHULUAN
gejala seperti sensasi nyeri atau tak nyaman di perut bagian atas, terbakar, mual
aktivitas fisik) mungkin berkontribusi, walaupun tidak fatal, gangguan ini dapat
menurunkan kualitas hidup dan menjadi beban sosial masyarakat. Secara global
terdapat sekitar 15-40% penderita dispepsia. Setiap tahun gangguan ini mengenai
2017). Kasus dispepsia di dunia mencapai 13 – 40% dari total populasi setiap
tahun. Dispepsia kini menjadi kasus penyakit yang diprediksi akan meningkat dari
dispepsia setelah negara Amerika dan Inggris sebanyak 450 penderita dispepsia
(Depkes RI, 2012). Pada dispepsia terkait H. pylori terdapat perbedaan signifikan
Indonesia, prevalensi tertinggi infeksi H. pylori pada etnis Papua (42,9%), diikuti
Batak (40,0%), Bugis (36,7%), Cina (13,0%), Dayak (7,5%), dan Jawa (2,4%).
1
2
pengguna alkohol, tetapi sumber air rendah mineral. Masih perlu penelitian lebih
lanjut atas hubungan variabel demografis dan sanitasi dengan pola prevalensi
2015).
inflammation drugs) bersifat lipofilik dan asam, sedangkan efek sistemik NSAIDs
secara bermakna (Amrullah dan Utami, 2016). Faktor risiko dispepsia antara lain
usia >50 tahun, riwayat keluarga kanker lambung, riwayat ulkus peptikum,
badan, muntah persisten, perubahan kebiasaan buang air besar, penggunaan anti
nyeri golongan NSAIDs dosis tinggi atau dalam jangka panjang dan peengguna
yang menggunakan obat anti nyeri golongan NSAIDs (non steroidal inflammation
drugs) yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit gangguan
dengan dosis tinggi ataupun dalam jangka waktu berkelanjutan, maka peneliti
sebagai berikut :
c. Berapa banyak dosis dan jangka waktu penggunaan obat analgetik golongan
1.3 Hipotesis
c. Dosis obat diatas dosis lazim dan jangka waktu penggunaan diatas 7 hari obat
gangguan lambung
a. Tempat/Lokasi penelitian
b. Bagi Masyarakat
c. Institusi Pendidikan
(NSAIDs).
Pernah menggunakan
NSAIDs:
1. Asam Mefenamat
2. Diklofenak
3. Ibuprofen
4. Parasetamol