Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dispepsia merupakan gangguan yang kompleks, mengacu pada kumpulan

gejala seperti sensasi nyeri atau tak nyaman di perut bagian atas, terbakar, mual

muntah, penuh dan kembung. Berbagai mekanisme yang mungkin mendasari

meliputi gangguan motilitas usus, hipersensitivitas, infeksi,ataupun faktor

psikososial. Gaya hidup modern (makanan berlemak, rokok, NSAIDs, kurang

aktivitas fisik) mungkin berkontribusi, walaupun tidak fatal, gangguan ini dapat

menurunkan kualitas hidup dan menjadi beban sosial masyarakat. Secara global

terdapat sekitar 15-40% penderita dispepsia. Setiap tahun gangguan ini mengenai

25% populasi dunia. Prevalensi dispepsia di Asia berkisar 8-30%. (Purnamasari,

2017). Kasus dispepsia di dunia mencapai 13 – 40% dari total populasi setiap

tahun. Dispepsia kini menjadi kasus penyakit yang diprediksi akan meningkat dari

tahun ke tahun (Fithriyana, 2018).

Indonesia menempati urutan ke 3 dengan jumlah penderita terbanyak

dispepsia setelah negara Amerika dan Inggris sebanyak 450 penderita dispepsia

(Depkes RI, 2012). Pada dispepsia terkait H. pylori terdapat perbedaan signifikan

prevalensi infeksi antar kelompok etnis (P <0,001). Pada sebuah studi di

Indonesia, prevalensi tertinggi infeksi H. pylori pada etnis Papua (42,9%), diikuti

Batak (40,0%), Bugis (36,7%), Cina (13,0%), Dayak (7,5%), dan Jawa (2,4%).

Menariknya, kelompok-kelompok etnis tersebut memiliki perbedaan dalam hal

penghasilan, sumber air, jenis jamban, pengobatan, kebiasaan merokok, dan

1
2

konsumsi alkohol. Papua mayoritas sosio-ekonomi rendah, perokok tinggi, dan

pengguna alkohol, tetapi sumber air rendah mineral. Masih perlu penelitian lebih

lanjut atas hubungan variabel demografis dan sanitasi dengan pola prevalensi

infeksi H. Pylori di Indonesia, khususnya di area prevalensi tinggi (Syam dkk,

2015).

Obat NSAIDs (non steroidal inflammation drugs) dapat merusak mukosa

lambung melalui 2 mekanisme, yaitu secara topikal dan secara sistemik.

Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena NSAIDs (non steroidal

inflammation drugs) bersifat lipofilik dan asam, sedangkan efek sistemik NSAIDs

yaitu kerusakan mukosa yang terjadi akibat penurunan produksi prostaglandin

secara bermakna (Amrullah dan Utami, 2016). Faktor risiko dispepsia antara lain

usia >50 tahun, riwayat keluarga kanker lambung, riwayat ulkus peptikum,

kegagalan terapi, riwayat perdarahan saluran cerna, anemia, penurunan berat

badan, muntah persisten, perubahan kebiasaan buang air besar, penggunaan anti

nyeri golongan NSAIDs dosis tinggi atau dalam jangka panjang dan peengguna

alkohol kronis (Purnamasari, 2017).

Berdasarkan banyaknya pasien yang berobat ke Puskesmas Langsa timur

yang menggunakan obat anti nyeri golongan NSAIDs (non steroidal inflammation

drugs) yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit gangguan

lambung (Dispepsia, gastritis dan tukak lambung) terutama apabila digunakan

dengan dosis tinggi ataupun dalam jangka waktu berkelanjutan, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Penggunaan Obat

Analgetik Golongan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) Terhadap

Kejadian Penyakit Gangguan Lambung Di Puskesmas Langsa Timur ”.


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Apakah terdapat hubungan kejadian penyakit gangguan lambung dengan

penggunaan obat analgetik golongan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs

(NSAIDs) di Puskesmas Langsa Timur?

b. Berapa besar pengaruh penggunaan obat analgetik golongan Nonsteroidal

Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) di Puskesmas Langsa Timur terhadap

kejadian penyakit gangguan lambung?

c. Berapa banyak dosis dan jangka waktu penggunaan obat analgetik golongan

Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) di Puskesmas Langsa

Timur yang dapat menyebabkan penyakit gangguan lambung?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan suatu hipotesis yaitu:

a. Terdapat hubungan kejadian penyakit gangguan lambung dengan penggunaan

obat analgetik golongan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) di

Puskesmas Langsa Timur.

b. Lebih dari 10% pengguna obat analgetik golongan Nonsteroidal Anti-

Inflammatory Drugs (NSAIDs) di Puskesmas Langsa Timur mengalami

penyakit gangguan lambung

c. Dosis obat diatas dosis lazim dan jangka waktu penggunaan diatas 7 hari obat

analgetik golongan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) di

Puskesmas Langsa Timur dapat menyebabkan penyakit gangguan lambung


4

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kejadian penyakit gangguan lambung dengan

penggunaan obat analgetik golongan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs

(NSAIDs) di Puskesmas Langsa Timur?

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan penggunaan NSAIDs terhadap kejadian penyakit

gangguan lambung

b. Untuk mengetahui persentase kejadian penyakit gangguan lambung yang

diakibatkan oleh penggunaan NSAIDs

c. Untuk mengetahui pengaruh jumlah dosis dan lama pemakaian NSAIDs

terhadap kejadian penyakit gangguan lambung

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Tempat/Lokasi penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

terhadap petugas kesehatan di Puskesmas Langsa Timur tentang hubungan

kejadian penyakit gangguan lambung dengan penggunaan obat analgetik golongan

Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs), sehingga dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan dan keamanan terhadap pasien.

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada

masyarakat mengenai cara penggunaan obat analgetik golongan Nonsteroidal


5

Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) yang tepat sehingga tidak menimbulkan

penyakit gangguan lambung

c. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber literatur bagi peneliti-peneliti

selanjutnya tentang hubungan kejadian penyakit gangguan lambung dengan

penggunaan obat analgetik golongan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs

(NSAIDs).

1.6 Kerangka Pikir


Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka kerangka pikir dapat

dilihat pada Gambar 1.1 kerangka pikir sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Pasien penyakit gangguan


lambung:
Jenis kelamin pria/wanita
Mendapat resep obat
dispepsia
Berumur 18-60 tahun

Hubungan Penggunaan - Lama penggunaan


NSAIDs terhadap - Dosis obat
Pasien rawat jalan
Penyakit Gangguan - Ketepatan cara
Puskesmas Timur
Lambung penggunaan

Pernah menggunakan
NSAIDs:
1. Asam Mefenamat
2. Diklofenak
3. Ibuprofen
4. Parasetamol

Gambar 1.1. Kerangka Pikir

Anda mungkin juga menyukai