Anda di halaman 1dari 60

TUGAS MATA KULIAH

EVIDANCE BASED DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


Dosen Fathia Rizki, S.S.T.,M.Tr.Keb

OLEH

Nama : Neng Sri Krismayanti


NPM      : 6221543
Kelas    :1F

PROGAM STUDI PENDIDIKAN SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI 
 2022
LITERATUR REVIEW

JURNAL 1
Judul HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU TERHADAP KETERATURAN PEMERIKSAAN
ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL
Jurnal Journal of Health Science
Volume & Halaman Volume 1, Nomor 2, Agustus 2021
Tahun 2021
Penulis Eka Juniarty
Reviewer Neng Sri krismayanti
NPM 6221543
Tanggal 14-04-2022
Latar Belakang Salah satu upaya dalam menurunkan kematian ibu adalah dengan meningkatkan cakupan pemeriksaan
kehamilan oleh tenaga kesehatan. Indikator yang digunakan untuk memantau cakupan pemeriksaan
kehamilan tersebut adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal (K1) yang
merupakan indikator akses, dan cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal minimal 4
kali sesuai distribusi waktu dan sesuai standar (K4) yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil
di suatu wilayah (Dinas Kesehatan, 2018).
Masalah yang akan Faktor-faktoryang mepengaruhi Kunjungan Antenatal Care (ANC)
diselesaikan
Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu terhadap keteraturan pemeriksaan antenatal
Subjek Penelitian Ibu hamil yang melakukan kunjungan kehamilan di bulan Januari-Desember tahun 2020 dengan jumlah
315 orang.
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan metode Random Sampling. Populasi penelitian ini adalah ibu hamil
berjumlah 315 responden.Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 176 responden.
Hasil 1. Hubungan Usia Ibu dengan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Berdasarkan hasil analisa bivariat dengan uji statistik mengunakan Chi-Square didapatkan hasil p
value = 0,003 (p ≤ 0,05) berarti hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Usia
Ibu dengan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care Pada Ibu Hamil terbukti secara statistik.
2. Hubungan Paritas Ibu dengan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Berdasarkan hasil analisa bivariat dengan uji statistik mengunakan Chi-Square didapatkan hasil p
value= 0,001 (p ≤ 0,05) berarti hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Paritas
Ibu dengan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Careterbukti secara statistik.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ria Desita dan Rahmadewi (2013) di Puskesmas Ciruas Kabupaten
Serang secara statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil p value = 0, 014 (p <0,05)
dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara usia dengan kepatuhan
ibu pemeriksaan antenatal care dan diperoleh hasil p value = 0, 022 (p <0,05) dengan demikian H0 ditolak
dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara paritas dengan kepatuhan ibu pemeriksaan antenatal
care

Kesimpulan 1. Distribusi frekuensi didapatkan ibu hamil yang teratur melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak
125 responden (71,0%) dan ibu hamil yang tidak teratur melakukan pemeriksaan antenatal caresebanyak
51 responden (28,9%).
2. Distribusi frekuensi didapatkan ibu dengan usia risiko tinggi sebanyak 114 responden (64,8%) dan ibu
dengan usia risiko rendah sebanyak 62 responden (35,2%).
3. Distribusi frekuensi didapatkan paritas ibu dengan risiko tinggi sebanyak 111 responden (63,1%) dan
paritas ibu dengan risiko rendah sebanyak 65 responden (36,9%).
4. Ada hubungan yang bermakna antara Usia dengan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care Pada Ibu
Hamil, dimana p value = (0,003) ≤ 0,05.
5. Ada hubungan yang bermakna antara Paritas Ibu dengan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care Pada Ibu
Hamil, dimana p value = (0,001) ≤ 0,05.

Saran Diharapkan petugas kesehatan dapat berperan aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dengan
memberikan informasi-informasi, khususnya tentang keteraturan pemeriksaan antenatal care pada ibu
hamil bahwa pemeriksaan kehamilan sangatlah penting guna dapat mendeteksi dini kegawatdaruratan
maupunkomplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu ataupun pada janin.
JURNAL 2
Judul Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan ANC Pada Masa
Pandemi di Poskesdes Bungadidi Kec. Tana Lili
Jurnal Journal of Muslim Community Health (JMCH)
ISSN 2774-4590
Volume & Halaman VOL. 2, NO. 1, JANUARI-MARET 2021
Tahun 2021
Penulis Nisma, Sundari, Fatma Afrianty Gobel
Reviewer Neng Sri krismayanti
NPM 6221543
Tanggal 14-04-2022
Latar Belakang Pandemi Covid-19 sangat mengubah status kehidupan sehari-hari diseluruh dunia sebagai orang dipaksa
untuk jarak sosial dan isolasi diri, dan untuk bekerja dari rumah melalui internet. Semua perubahan yang
terjadi secara tiba-tiba inimenimbulkan beban psikologis yang sangat besar bagi semua individu dan
terutama bagi wanita hamil yang kini menghadapi kehamilan dengan kecemasan dan ketidakpastian yang
lebih dari sebelumnya.
Masalah yang akan Pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan Ibu tamil terhadap pemeriksaan ANC di masa
diselesaikan pandemic
Tujuan Penelitian Untuk menganalisis Kepatuhan Ibu Hamil terhadap Pemeriksaan ANC Masa Pandemi Di Poskesdes
Bungadidi Kecamatan Tana Lili.
Subjek Penelitian 96 ibu hamil yang berkunjung di Poskesdes Bungadidi Kecamatan Tana Lili. Sampel penelitian ini adalah
pasiendengan kriteriatertentu yaitu:melakukan pemeriksaan antenatal care, usia kehamilan trimester I, II,
IIIdanbersedia menjadi Responden.
Metode Penelitian Jenis penelitian bersifat analitik dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian menggunakan cross
sectional
Hasil Ada pengaruh faktor predisposisi pengetahuan dan sikap terhadap pemeriksaan ANC di Poskesdes
Bungadidi Kecamatan Tana Lili
Kesimpulan Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemeriksaan ANC pada masa pandemi di Poskesdes Bungadidi
Kecamatan Tana Lili.Ada pengaruh sikap terhadap pemeriksaan ANC pada masa pandemi di Poskesdes
Bungadidi Kecamatan Tana Lili.
Saran Sebagai masukan untuk melakukan intervensi berupa perubahan sistem ataupun kebijakan khususnya yang
berhubungan dengan kinerja dalam pelayanan antenatal dimana hal ini dapat dijadikan acuan dalam
membuat perencanaannya yang lebih baik. Kualitas pelayanan dalam pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
sehingga di buat perencanaan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal
khususnya di Poskesdes Bungadidi.

JURNAL 3
Judul Hubungan Antara Dukungan Suami Terhadap Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Jurnal Jurnal Antara Kebidanan
ISSN : 2656-9167
Volume & Halaman Vol. 5 No. 1 Januari-Maret Tahun 2022
Tahun 2018
Penulis Sumarni Marwang
Reviewer Neng Sri krismayanti
NPM 6221543
Tanggal 14-04-2022
Latar Belakang Pemeriksaan rutin pra-kelahiran sangat penting agar yang dialami ibu hamil dapat ditemukan masalah
sedini mungkin dan dapat ditanggulangi, sebelum berkembang menjadi membahayakan ibu maupun
bayinya. Sebaiknya ibu hamil menjalani pemeriksaan kesehatan paling sedikit empat kali selama hamil
yaitu satu kali pada Trimester I usia kehamilan 0-14 minggu, satu kali pada Trimester II usia kehamilan
sebelum 28 minggu dan dua kali pada Trimester III usia kehamilan 28-36 minggu dan setelah 36 minggu
Masalah yang akan hubungan dukungan suami terhadap keteraturan pemeriksaan Antenatal Care pada ibu hamil
diselesaikan
Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap keteraturan pemeriksaan antenatal care
pada ibu hamil di puskesmas kassi-kassi tahun 2018.
Subjek Penelitian Seluruh ibu hamil di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar sebanyak 183 orang. Sampel dalam penelitian ini
adalah sebagaian ibu hamil yang mendapatkan dukungan suami dalam keteraturan pemeriksaan antenatal
care di puskesmas kassi-kassi Makassar.
Metode Penelitian Berdasarkan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka penelitian menggunakan desain
penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional yang jenis penelitian yang menekankan
pengukuran observasi Variable independen dan dependen dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Rancangan ini berupaya mengungkapkan hubungan (korelatif) antara variable
Hasil Hasil penelitian ini adalah sebagian besar responden mempunyai jumlah ibu yang mendapatkan dukungan
suami yang baik sebanyak orang 24 orang (57,1%) dan yang kurang mendapatkan dukungan suami
kurang sebanyak 18 orang (42,8%). jumlah ibu hamil yang keteraturan pemeriksaan antenatal care
lengkap sebanyak 26 orang (61,9%) dan yang keteraturan pemeriksaan antenatal care kurang sebanyak
orang (38,1%).
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan April s/d Mei 2018 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar
jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional
Study yang jenis penelitian yang menekankan pengukuran observasi untuk melihat hubungan dukungan
suami terhadap keteraturan pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil di Puskesmas Kassi-Kassi
Makassar Tahun 2018, maka setelah dilakukan penelitian di peroleh bahwa : Ada hubungan antara
dukungan suami terhadap keteraturan pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil, karena dengan
dukungan dari suami maka akan berpengaruh terhadap keteraturan pemeriksaan antenatal care ibu dan
hasil yang diperoleh sebagian besar ibu mendapatkan dukungan dari suami dalam pelayanan antenatal
care dan nilai ρ = 0,044 lebih kecil dari nilai ɑ yang ditetapkan.
Saran Setelah dilakukan penelitian dan didapatkan kesimpulan maka penulis memberikan beberapa saran sebagai
berikut, diharapkan kepada ibu hamil yang kunjungannya lengkap diharapkan untuk tetap melakukan
kunjungan antenatal care secara teratur, dan bagi ibu hamil yang belum lengkap kunjungannya diharapkan
untuk tetap melakukan kunjungan antenatal care serta memberikan informasi kepada suami tentang
pentingnya dukungan suami terhadap keteraturan pemeriksaan antenatal care sehingga dapat mendeteksi
secara dini jika terjadi komplikasi dan kegawatdaruratan.
Bagi suami yang dukungannya kurang diharapkan berperan serta dalam memberikan dukungan terhadap
istri agar taat dalam melakukan antenatal care khususnya dan dukungan dalam segala aspek selama
kehamilan dan melahirkan padaumumnya.
Sebaiknya tenaga kesehatan terutama bidan agar lebih baik dalam melakukan pemantauan kunjungan
antenatal care dan memberikan konseling terkait kunjungan antenatal care, memberikan dukungan yang
positif kepada ibu.
JURNAL 4
Judul Maternal Mental Health Status and Approaches for Accessing Antenatal Care Information During the
COVID-19 Epidemic in China: Cross-Sectional Study
Jurnal Journal of medical internet
Volume & Halaman vol. 23 | iss. 1 | e18722 | p. 1
Tahun 2021
Penulis Hong Jiang, MD, PhD; Longmei Jin, MD; Xu Qian, MD, PhD; Xu Xiong, DrPH; Xuena L, MD;Weiyi
Chen1, MD; Xiaoguang Yang, PhD; Fengyun Yang, MD; Xinwen Zhang, MD; Nazhakaiti
Abudukelimu1; Xingying Li1; Zhenyu Xie, MD; Xiaoling Zhu1, MD; Xiaohua Zhang, MD; Lifeng
Zhang, MD; Li Wang, MD, PhD; Lingling Li, MPH; Mu Li, MD, PhD
Reviewer Neng Sri krismayanti
NPM 6221543
Tanggal 14-04-2022
Latar Belakang China was the first country in the world to experience a large-scale COVID-19 outbreak. The rapid spread
of the disease and enforcement of public health measures has caused distress among vulnerable
populations such as pregnant women. With a limited understanding of the novel, emerging infectious
disease, pregnant women have sought ways to access timely and trusted health care information. The
mental health status of pregnant women during this public health emergency, as well as how they
responded to the situation and where and how they obtained antenatal care information, remain to be
understood.
Masalah yang akan Maternal mental health status and approaches for accessing antenatal care information during the COVID-
diselesaikan 19 epidemic
Tujuan Penelitian This study aimed to evaluate the mental health status of pregnant women during the COVID-19 epidemic
in China by measuring their perceived stress, anxiety, and depression levels; explore the approaches used
by them to access antenatal health care information; and determine their associations with maternal
mental health status.
Subjek Penelitian Pregnant women who visited the antenatal clinics in these facilities during the survey period were invited
to participate in the survey; they were required to either scan the QR code or access the URL via a mobile
phone or other digital devices.
Metode Penelitian We conducted a web-based, cross-sectional survey to assess the mental health status of Chinese pregnant
women by using the validated, Chinese version of Perceived Stress Scale, Self-Rating Anxiety Scale, and
Edinburgh Depression Scale. We also collected information on the various approaches these women used
to access antenatal care information during the early stage of the COVID-19 epidemic, from February 5 to
28, 2020.
Hasil A total of 1873 pregnant women from 22 provinces or regions of China participated in the survey. The
prevalence of perceived stress, anxiety, and depression among these participants was 89.1% (1668/1873;
95% CI 87.6%, 90.4%), 18.1% (339/1873; 95% CI 16.4%, 19.9%), and 45.9% (859/1873; 95% CI 43.6%,
48.1%), respectively. Hospitals’ official accounts on the Chinese social media platforms WeChat and
Weibo were the most popular channels among these pregnant women to obtain antenatal care information
during the COVID-19 outbreak. Access to antenatal care information via the hospitals’ official social
media accounts was found to be associated with a significantly lower risk of perceived stress (adjusted
odds ratio [aOR] 0.46,95% CI 0.30-0.72; P=.001), anxiety (aOR 0.53, 95% CI 0.41-0.68; P<.001), and
depression (aOR 0.73, 95% CI 0.59-0.91; P=.005). Access to health care information via hospital hotlines
or SMS was found to be significantly associated with a lower risk of anxiety only (OR 0.77, 95% CI 0.60-
0.98; P=.04).
Kesimpulan During the COVID-19 outbreak in China, pregnant women experienced high levels of perceived stress,
anxiety, and depression. During such public health emergencies, mental health care services should be
strengthened to reassure and support pregnant women. Specific information targeted at pregnant women,
including information on how to cope in an emergency or major disease outbreak, developed and
disseminated by health care institutions via social media platform
JURNAL 5
Judul Perceptions of pregnant women of reasons for late initiation of antenatal care: a qualitative interview
study
Jurnal BMC Pregnance and Childbrith
Volume & Halaman 12 hal
Tahun 2020
Penulis Denis Warri and Asha George
Reviewer Neng Sri krismayanti
NPM 6221543
Tanggal 15-04-2022
Latar Belakang antenatal care serves as a key entry point for a pregnant woman to receive a broad range of services and
should be initiated at the onset of pregnancy. The aim of the study was to understand the reasons for the
late initiation of antenatal care by pregnant women in Nkwen Baptist Health Centre, Bamenda, Cameroon
Masalah yang akan Perceptions of pregnant women of reasons for late initiation of antenatal care
diselesaikan
Tujuan Penelitian The study was an exploratory, qualitative study given that it aimed to gain a deeper understanding of the
percep- tions, opinions and experiences of pregnant women and midwives regarding factors influencing
early antenatal
care initiation during pregnancy.
Subjek Penelitian he study sample comprised eighteen pregnant women and three key informant midwives. The inclusion
criteria were pregnant women who presented for their first ante- natal care after twelve weeks of
pregnancy.
Metode Penelitian The study applied purposive sampling to recruit eighteen pregnant women and three key informants for
data collection through individual interviews. Pregnant women who initiated antenatal care after the first
trimester
were recruited during antenatal care clinics and were interviewed in a room at the Antenatal Care Unit.
Key informants were midwives working at the Antenatal Care Unit. Participation in the study was
voluntary. The
purpose of the study was explained to participants, and they signed a consent form if they were willing to
participate in the research. Data were audio-recorded and analyzed using thematic coding analysis.
Hasil Pregnant women placed a low value on early antenatal care because they perceived pregnancy to be a
normal health condition or to not be a serious issue that required seeking health care. Furthermore,
previous positive pregnancy outcomes for which women did not access care made them less motivated to
initiate antenatal care early. Participants perceived the booking system to be user-unfriendly and
complained of overcrowded conditions, long waiting times and some rude service providers. The cost of
services and distance to health facilities that required travel via uncomfortable transport on poor road
networks were identified as perceived barriers. The absence of effective community health programmes,
perceived lack of support from parents and spouses, fear of bewitchment and stigma due to cultural beliefs
about the early initiation of antenatal care were also identified as variables influencing late initiation.
Kesimpulan Pregnant women lack information on the purpose of early antenatal care. Health facility barriers as well as
socio-cultural beliefs have significant influences on the timing of antenatal care initiation. The
government of Cameroon should strengthen the health system and implement activities to engage
communities in improving care seeking for antenatal care and thereby improving maternal health status of
women.
KESIMPULAN (SETELAH 5 JURNAL KESEMUANYA DI SIMPULKAN MASUKAN KE TABEL)

Judul dan Kesamaan Kontars Kritik Ringkasan


peneliti
1 Hubungan usia dan 1. Sebagian besar dari1. Jumlah sample dalam Beberapa faktor Pelayanan antenatal
paritas terhadap penelitian tersebut penelitian berbeda, hal dalam penelitian ini adalah pelayanan
keteraturan memiliki tujuan yang sama ini di sesuaikan dengan masih dapat di kesehatan oleh tenaga
pemeriksaan antenatal yaitu tentang kereraturan rancangan penelitian kembang kan misal kesehatan
care pada ibu hamil atau kepatuhan ibu untuk khususnya dalam teknik nya faktor untuk ibu selama masa
(Eka Juniarty) pemeriksaan antenatal care pengambilan sample. lingkungan dan kehamilannya,
(ANC) 2. Metode yang digunakan kebudayaan serta dilaksanakan sesuai
Pengaruh pengetahuan 2. Pada penelitian tersebut dalam penelitian kepercayaan adat dengan standar
dan sikap terhadap responden nya adalah ibu berbeda tergantung setempat pelayanan antenatal yang
2 kepatuhan ibuhamil hamil penelitian tersebut ditetapkan dalam standar
dalam pemeriksaan
3. Sebagian besar variabel3. Tempat dan waktu pelayanan kebidanan.
ANC pada masa penelitian ini sama tentang penelitian yang berbeda (Pusdiastuti dan Dwi R,
pandemic di yaitu keteraturan atau 2011).
poskesdes bungadidi kepatuhan ibu hamil untuk Dari hasil penelitian
kec tana lili melakukan pemeriksaan tersebut terdapat
(Nisma, Sundari, aantenatal care (ANC) hubungan serta pengaruh
Fatma Afrianty
4. dari beberapa faktor yang
3 Gobel) di teliti
Hubungan Antara
Dukungan Suami
Terhadap Keteraturan
Pemeriksaan
Antenatal Care Pada
Ibu Hamil
(Sumarni Marwang)
Maternal Mental
4 Health Status and
Approaches for
Accessing Antenatal
Care Information
During the COVID-19
Epidemic in China:
Cross-Sectional Study
(Hong Jiang dkk)
5
Perceptions of
pregnant women of
reasons for late
initiation of antenatal
care: a qualitative
interview study
(Denis Warri and
Asha George)
VOL. 2, NO. 1, JANUARI-MARET 2021  

Journal of Muslim Community Health (JMCH) 


ISSN 2774-4590  
Published by Postgraduate Program in Public Health, Universitas Muslim Indonesia
Original Research Open Access 

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil  Dalam


Pemeriksaan ANC Pada Masa Pandemi di Poskesdes Bungadidi Kec. Tana
Lili 

*Nisma , Sundari , Fatma Afrianty Gobel  


1 2 2

Dinas Kesehatan Luwu Utara 


2

2
Program Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia

*Corresponding Author:nismarasya84@gmail.com 

ABSTRACT 

Background:The Covid-19 pandemic is profoundly changing the status of everyday  life


around the world as people are forced to social distancing and self-isolation, and  to work from
home via the internet. All these sudden changes impose a huge  psychological burden on all
individuals and especially for pregnant women who are  now facing their pregnancies with
more anxiety and uncertainty than ever before. The  purpose of this study was to analyze the
compliance of pregnant women to the ANC  examination during the pandemic at the
Bungadidi Poskesdes, Tana Lili District. 
Method: This type of research is analytic with a quantitative approach. The research  design
used cross sectional. From the results of statistical calculations, the number of  samples needed
in this study was 96 samples. Results: There was an influence of  predisposing factors of
knowledge and attitudes on ANC examinations at Poskesdes 
Bungadidi, Tana Lili District. Conclusion: It is hoped that this research can provide 
information about the current situation of Covid-19 and increase public knowledge  and
awareness about the prevention and transmission of Covid-19 in the surrounding  environment,
especially for pregnant women. 

Keywords: Compliance, Antenatal care 


08
ABSTRAK 

Latar belakang:Pandemi Covid-19 sangat mengubah status kehidupan sehari-hari di  seluruh
dunia sebagai orang dipaksa untuk jarak sosial dan isolasi diri, dan untuk  bekerja dari rumah
melalui internet. Semua perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini  menimbulkan beban
psikologis yang sangat besar bagi semua individu dan terutama  bagi wanita hamil yang kini
menghadapi kehamilan dengan kecemasan dan  ketidakpastian yang lebih dari sebelumnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk  menganalisis Kepatuhan Ibu Hamil terhadap Pemeriksaan
ANC Masa Pandemi Di  Poskesdes Bungadidi Kecamatan Tana Lili. Metode:Jenis penelitian
bersifat analitik  dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian menggunakan cross
sectional. Dari  hasil perhitungan statistik maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini  adalah 96 sampel. Hasil: Ada pengaruh faktor predisposisi pengetahuan dan
sikap  terhadap pemeriksaan ANC di Poskesdes Bungadidi Kecamatan Tana Lili.
Kesimpulan: Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai situasi  terkini
Covid-19 dan meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat  mengenai pencegahan
dan penularan Covid-19 di lingkungan sekitar khususnya pada  ibu Hamil. 

Kata kunci: Kepatuhan, Antenatal care 

LATAR BELAKANG  

Pandemi Covid-19 sangat  mengubah status kehidupan sehari hari di seluruh dunia.
Semua  perubahan yang terjadi secara tiba-tiba  ini menimbulkan beban psikologis  yang
sangat besar bagi semua individu  dan terutama bagi wanita hamil yang  kini menghadapi
kehamilan dengan  kecemasan dan ketidakpastian yang  lebih dari sebelumnya. (Angeliki 
antonakou, 2020) 
Ibu hamil sedapat mungkin  diam di rumah untuk menjaga  kesehatan janinnya di
masa pandemi,  kecuali keluar untuk kontrol rutin ke  rumah sakit, bagi ibu hamil dengan 
risiko kehamilan rendah untuk cek  kehamilan minimal enam kali, yakni  di bawah tiga
bulan, trimester kedua  sekitar tujuh bulan, dan di atas tujuh  bulan sampai melahirkan 
(Kathleen,2020). 
ANC atau antenatal care merupakan perawatan ibu dan janin  selama masa kehamilan
dan sangat  penting. Melalui ANC berbagai  informasi serta edukasi terkait  kehamilan dan
persiapan persalinan  bisa diberikan kepada ibu sedini  mungkin. Kurangnya pengetahuan 
mengenai tanda bahaya kehamilan  sering terjadi karena kurangnya  kunjungan ANC.
Kurangnya  kunjungan ANC ini bisa menyebabkan  bahaya bagi ibu maupun janin seperti 
terjadinya perdarahan saat masa  kehamilan karena tidak terdeteksinya  tanda bahaya (Dwi
Ariyani, 2020) 
Berbagai penelitian terkait  ANC menyatakan bahwa keberhasilan  ANC lebih berarti
dapat  menyelamatkan nyawa atau  menurunkan AKI. Melalui ANC,  kesempatan untuk
menyampaikan  edukasi dan promosi kesehatan pada  ibu hamil khususnya bisa dilakukan  lebih
baik. Fungsi suportif dan  
09
komunikatif dari ANC tidak hanya  mampu menurunkan AKI tapi juga  meningkatkan
kualitas hidup bagi ibu  dan bayi yang akan dilahirkan. Selain  itu, secara tidak langsung
kualitas dari  pelayanan kesehatan juga ikut  meningkat (Dwi Ariyani, 2020) 
Dalam penelitian yang  dilakukan sebelumnya, disebutkan  bahwa para wanita/ ibu
menginginkan  kepuasan/ pelayanan yang baik selama  ANC. Kepuasan ibu hamil dapat 
diperoleh dengan menjaga kondisi  fisik, sosial, dan kesehatan ibu serta  janin (termasuk
mencegah atau  menurangi risiko, penyakit yang  mungkin diderita, dan kematian), serta 
memiliki transisi yang efektif saat  menuju proses persalinan. Kepuasan  bagi wanita hamil
merupakan kunci  untuk perubahan/ transformasi ANC  sekaligus meningkatkan 
perkembangan keluarga maupun  komunitas (Dwi Ariyani, 2020) 
Jangan sampai kondisi Covid 19 ini ibu takut untuk melakukan  pengecekan
kehamilan terutama tiga  bulan akhir menjelang persalinan yang  berdampak pada kesehatan
janin  dalam kandungannya. Sampai saat ini  belum ada rekomendasi bagaimana  cara paling
aman proses persalinan  mencegah Covid-19. Tapi kembali  pada indikasi apakah ada gejala
pada  ibu hamil atau bayi yang harus  dilakukan tindakan. (Kathleen, 2020). 
Selain rutin kontrol kesehatan  ibu hamil diminta patuh menerapkan  protokol
kesehatan untuk kesehatan  ibu dan janin dalam kandungannya.  Biasakan pakai masker jika
keluar  rumah, jaga jarak dan hindari  kerumunan, serta cuci tangan pakai  
sabun di air mengalir.Sebisa mungkin  tetap di rumah, kecuali keluar untuk  memeriksakan
kesehatan kandungan  (Kathleen, 2020). 
Menurut laporan WHO tahun  2018 Angka Kematian Ibu (AKI) di  dunia yaitu 289.000
jiwa. Amerika  Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara  179.000 jiwa, dan Asia Tenggara  16.000
jiwa. Angka kematian ibu di  negara-negara Asia Tenggara yaitu  Indonesia 214 per 100.000
kelahiran  hidup, Filipina 170 per 100.000  kelahiran hidup, Vietnam 160 per  100.000 kelahiran
hidup, Thailand 44  per 100.000 kelahiran hidup, Brunei  60 per 100.000 kelahiran hidup, dan 
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran  hidup (WHO, 2018) 
Berdasarkan hasil Survey  Demografi Kesehatan Indonesia  (SDKI) pada tahun 2012,
angka  kematian ibu meroket dari 228 pada  2007 menjadi 359 per 100.000  kelahiran hidup
pada tahun  2012.Angka ini masih cukup tinggi  apalagi dibandingkan dengan negara negara
tetangga (KemenkesRI, 2018)  
Menurut WHO, sejauh ini  gejala yang akan dirasakan ibu hamil  sama dengan yang
lainnya. Dalam  analisis 147 ibu hamil, hanya ada 8%  yang memiliki gejala penyakit yang 
parah dan 1% dengan kondisi kritis.  Ciri-ciri awal bila ibu hamil terpapar  virus Corona, antara
lain demam  (78%), batuk (44%), nyeri otot (33%),  rasa lemas menyeluruh (22%), sesak  nafas
(11%), dan sakit tenggorokan  (22%). Akan lebih dicurigai apabila  ada ibu hamil dengan
riwayat  bepergian ke daerah yang terdampak  dalam waktu 14 hari terakhir atau  
10
pernah kontak dengan orang yang  positif menderita COVID-19. Oleh  sebab itu, harapannya
ibu hamil tidak  boleh panik, tetap tenang dan selalu  waspada serta melakukan upaya 
pencegahan (Dwi Rukma Santi, 2020)  
Angka AKI dan AKB  kabupaten luwu utara masih tinggi,  jadi pemanfaatan
pelayanan ANC  difasilitas pelayanan kesehatan masih  belum optimal, padahal pelayanan 
ANC merupakan salah satu upaya  yang penting dalam usaha  menurunkan tingkat AKI dan
AKB.  Indikator dari pemanfaatan pelayanan  antenatal ini adalah dari cakupan k1  dank4.  
Pelayanan kesehatan yang  dilakukan akan terlaksanakan secara  optimal apabila
setiap bidan  memahami komitmen kerjanyan  sebagai bidan dan komitmen kerjanya 
tersebut merupakan suatu janji dari  diri seorang bidan atau kebulatan  tekad untuk
melaksanakan  kegiatannya sebagai seorang bidan  sesuai dengan tujuan, kedudukan, dan 
cakupan yang sudah ditentukan dalam  tugasnya (Winani, 2016). 
Kemampuan dan keberhasilan  kerja bidan dalam memberikan  pelayanan antenatal
care dapat diukur  dari jumlah cakupan kunjungan K1  dan K4 yang mempunyai target 
tersendiri.Antenatal care (ANC)  merupakan salah satu program safe  motherhood yang
merupakan  pelayanan kesehatan bagi ibu hamil  dan janinnya oleh tenaga profesional  yang
meliputi pemeriksaan kehamilan  sesuai dengan standart pelayanan yaitu  minimal 4 kali
pemeriksaan selama  kehamilan, 1 kali pada trimester satu,  
1 kali pada trimester dua dan 2 kali  pada trimester tiga (Manuaba, 2010) Tiga cara menekan
laju  penyebaran covid-19. Tiga cara ini  disebut Program Trisula Masif, yaitu  tracing masif,
testing masif dan  edukasi masif. Ketiganya, kata  Komang, terus dilakukan oleh Gugus  Tugas
Percepatan Penanganan Covid 19 yang ketuai Bupati Luwu Utara,  Indah Putri Indriani
(Komang Krisna,  2020) 
Cakupan pelayanan kesehatan  ibu hamil di kepatuhan ibu hamil  terhadap protocol
kesehatan covid 19  di Luwu Utara untuk cakupan K1  adalah 81,6% dan cakupan K4 adalah 
72,0% dan ini masih belum cukup dari  standar pelayanan minimal yang telah  ditetapkan.
Kesenjangan antara  cakupan K1 dan cakupan K4  mencerminkan tingkat kesempatan  yang
hillang dalam pelayanan  kesehatan, perbedaan ini  mencerminkan bahwa ibu hamil 
mempunyai kemampuan untuk akses  ke pelayanan kesehatan, namun tidak  memenuhi standar
pelayanan dan  jumlah kunjungan yang di  rekomendasikan oleh karena itu  pentingnya
pelaksanaan standar  pelayanan.  
Berdasarkan uraian diatas  maka peneliti untuk melakukan  penelitian tentang
“pengaruh  pengetahuan dan sikap terhadap  kepatuhan Ibu tamil terhadap  pemeriksaan ANC
di masa pandemi di  Poskesdes Bungadidi Kecamatan Tana  Lili”.  
11
METODE 

Jenis dan Lokasi Penelitian 


Rancangan penelitian ini adalah  penelitian analitik dengan pendekatan  kuantitatif.
Desain penelitian  menggunakan cross sectional. 
Penelitian analitik bertujuan untuk  menganalisis pengaruh kepatuhan ibu  hamil terhadap
pemeriksaan ANC  masa pandemi di Poskesdes Bungadidi  Kecamatan Tana Lili. Penelitian 
dilakukan di Poskesdes Bungadidi  Kecamatan Tana Lili, pada bulan Oktober- November
2020.  

Sumber dan Pengumpulan data Teknik pengumpulan data pada  penelitian ini untuk
kuantitatif  dilakukan dengan wawancara langsung  kepada responden. Instrumen  pengumpul
data berupa kuesioner yang  telah disusun sesuai dengan kebutuhan  variabel yang akan
diteliti guna memperoleh informasi yang relevan  dengan tujuan penelitian. Isi  pertanyaan
berkaitan dengan fakta,  mengetahui pendapat dan menggali  informasi dari responden.  
Sebelum kuesioner diberikan  kepada responden dilakukan uji coba  kepada
responden yang tidak termasuk  dalam penelitian ini. Tujuan uji coba  ini adalah agar
responden yang  menjadi sasaran penelitian ini  memahami dengan baik materi  pertanyaan
sehingga akan diperoleh  jawaban yang lengkap dan benar.  Teknis uji coba dilakukan
dengan  membagikan kuesioner dan responden  mengisi sendiri, setelah itu kemudian 
dilakukan wawancara. Hasil uji coba  dipergunakan untuk menyempurnakan isi kuesioner.  
Populasi dan sampel 
Populasi pada penelitian ini  adalah semua pasien di Poskesdes Bungadidi Kecamatan
Tana Lili yang melakukan pemeriksaan antenatal care.  Jumlah populasi pada bulan maret - juli
yang datang memeriksakan  kehamilannya sebanyak 144 pasien ibu  hamil.  
Penelitian ini menggunakan  Purposive Sampling. Total 96 yang  menjadi sampel
penelitian ini yakni ibu  hamil yang berkunjung di Poskesdes  Bungadidi Kecamatan Tana Lili. 
Sampel penelitian ini adalah  pasiendengan kriteriatertentu  yaitu:melakukan pemeriksaan 
antenatal care, usia kehamilan  trimester I, II, IIIdanbersedia menjadi  Responden.  

Variabel  
Variabel Independent 
Pengetahuan adalah hasil  penginderaan ibu hamil, atau hasil tahu ibu hamil terhadap
pentingnya  pemeriksaan ANC melalui indera yang  dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan 
sebagainya).Sikap adalah suatu reaksi  atau respon berupa tingkah laku  positif yang dilakukan
oleh ibu hamil  dalam pemeriksaan ANC sesuai  dengan jadwal pemeriksaan.Dengan  kriteria
objektif untuk semua variable  diatas adalah; “Baik“jika responden  menjawab pertanyaan Ya> 
50%.“Kurang”: Jika Responden  Menjawab pertanyaan Tidak ≤ 50%. 

Variabel Dependent 
Kepatuhan adalah respon dari  responden dalam memeriksakan  kehamilan secara rutin
sesuai jadwal.  
12
Kriteria objective “Patuh”: Rutin  Melakukan pemeriksaan ANC Sesuai  dengan jadwal yang
telah di tentukan. “Tidak patuh”.Tidak rutin melakukan  pemeriksaan ANC. 

Analisis Data 
Analisis univariat ini dilakukan  untuk mengetahui distribusi  frekuensidan persentase
dari tiap  variable. Tujuannya adalah untuk  mendeskripsikan karakteristik setiap  variabel
penelitian. Analisis Bivariat;  analisis ini dilakukan untuk melihat  hubungan antara
masingmasing  variabel independen dan variabel  dependen apakah secara statistik ada 
pengaruh yang bermakna. Uji statistik  yang digunakan adalah uji chi kuadrat  (Chi Square)
dengan P α=5%, apa bila  p value > pα (P value > 0.05) berarti  tidak ada pengaruh yang
bermakna  dan jika pα < p value (p value < 0.05)  berarti ada pengaruh yang 
bermakna.Analisis Multivariat  dilakukan untuk melihat pengaruh  variable independen
secara bersama 
sama terhadap variabel dependen.  Dengan menggunakan Uji Regresi  Logistik ganda,
menggunakan  program SPSS for windows versi 18.  

HASIL 

Hasil penelitian merupakan  hasil dari analisis uji univariat, bivariat  dari masing-masing
variabel yang  diteliti.Dari hasil uji tersebut kemudian  disajikan dalam tabel distribusi  frekuensi
dari masing-masing variable  yang diteliti.Responden pada  penelitian ini sejumlah 96 orang
pasien  di Poskesdes Bungadidi Kecamatan  Tana Lili. 

Karakterisktik Responden 
Penelitian ini ditujukan di  Poskesdes Bungadidi Kecamatan Tana  Liliyang berjumlah 96
orang  responden. Dalam karakteristik  responden ini akan diuraikan mengenai  identitas
responden berdasarkan usia,  pendidikan, pekerjaan. 

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Hamil di 


Poskesdes Bungadidi Kecamatan Tana Lili 
Umur n % 21-30 32 33,3 31-40 64 66,7 Pendidikan n % DIII 40 41,7 S1 12
12,5 S2 4 4,2 SD 20 20,8 SMA 15 15,6 SMP 5 5,2 Pekerjaan n % Honorer 18
18,7 IRT 45 46,8 Pedagang 13 13,5 
13
VOL. 2, NO. 1, JANUARI 2021 

PNS 20 20,8 Penghasilan n % Sedang 48 50,0 Tinggi 48 50,0 Sumber: Data


primer, 2020 

Analisis Bivariate  
Untuk menganalisisKepatuhan  Ibu Hamil dalam Pemeriksaan ANC  padamasa
pandemidi di Poskesdes  Bungadidi Kecamatan Tana Liliyaitu  dengan melakukan analisis
bivariat.  Analisis ini dimaksudkan untuk  mengetahui hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. 
Analisis bivariat sebagaimana  tersebut diatas dilakukan dengan  
menggunakan uji kai kuadrat (chi  square)dimaksudkan untuk menguji  proporsi/persentase
antara beberapa  kelompok data. 
Pada penelitian ini digunakan  uji kai kuadrat (chi square) dengan  tingkat kepercayaan
(Confidence  Interval)sebesar 95%. Hasil pengujian  secara berturut-turut untuk melihat 
hubungan masing-masing variabel  adalah sebagai berikut: 

Tabel 2. Pengaruh Pengetahuan Kepatuhan ibu hamil terhadapPemeriksaan  ANC


padamasa pandemi di Poskesdes Bungadidi Kecamatan Tana Lili 

 Kepatuhan Pemeriksaan ANC P 


Value 

Pengetahuan 
Tidak Patuh Total n % n % n % 

Kurang 36 67,9 17 32,1 53 100 Baik 9 20,9 34 79,1 43 100 0,000 Total 45 46,9 51
21,9 96 100 Sumber: Data Primer, 2021 

Berdasarkan Tabel 5.9distribusi  dari 96 orang responden terdapat  responden yang


memiliki pengetahuan  baik dan tercapai pemeriksaannya  sebanyak 34 orang (79,1%) dan
yamg  tidak sebanyak 9 orang (20,9%) dan  memiliki pengetahuan kurang baik dan  tercapai
pemeriksaannya sebanyak 17  
orang responden (32,1%) dan yang  tidak sebanyak 36 responden (67,9%).  Dengan nilai P =
0,000<0,05 berarti  ada pengaruh pengetahuan terhadap  capaian pemeriksaan ANC di 
Poskesdes Bungadidi Kecamatan Tana  Lili. 

Tabel 2. Pengaruh sikap kepatuhan ibu hamil terhadappemeriksaan ANC pada  masa
pandemi di Poskesdes Bungadidi Kec Tana Lili 
14

Sikap 
Kepatuhan Dalam Pemeriksaan ANC P Value 
Tidak Patuh Total 
n % n % n % 

Kurang 23 63,9 13 36,1 36 100 Baik 22 36,7 38 63,3 60 100 0,010 Total 45 46,9 51
53,1 96 100 Sumber: Data Primer, 2021 

Berdasarkan Tabel  5.10distribusi dari 96 orang responden  terdapat responden yang


memiliki  sikap baik dan tercapai  pemeriksaannya sebanyak38 orang  (63,3%) dan yang
tidak sebanyak 22  orang (36,7%) dan yang memiliki  sikap tidak baik dan tercapai 
pemeriksaannya sebanyak 13 orang  responden (36,1%) dan yang tidak  sebanyak 23
responden (63,9%).  Dengan nilai P = 0,010<0,05 berarti  ada pengaruh sikap terhadap
capaian  pemeriksaan ANC di Poskesdes  Bungadidi Kecamatan Tana Lili. 

PEMBAHASAN 

Faktor Predisposisi Pengetahuan  Dan Sikap dalam kepatuhan  Pemeriksaan ANC pada
masa  pandemi Di Poskesdes Bungadidi  Kecamatan Tana Lili 

Berdasarkan hasil penelitian  dari 96 orang responden terdapat  responden yang


memiliki pengetahuan  baik dan tercapai pemeriksaannya  sebanyak 34 orang (79,1%) dan
yamg  tidak sebanyak 9 orang (20,9%) dan  memiliki pengetahuan kurang baik dan  tercapai
pemeriksaannya sebanyak 17  orang responden (32,1%) dan yang  tidak sebanyak 36
responden (67,9%).  Dengan nilai P = 0,000<0,05 berarti  
ada pengaruh pengetahuan terhadap  capaian pemeriksaan ANC di  Poskesdes Bungadidi
Kecamatan Tana  Lili. 
Pengetahuan merupakan  salah satu hal yang penting  diperhatikan dalam rangka
penanganan  khususnya dalam mencegah  transmisi penyebaran dan menekan  penyebaran virus
(Law, Leung, &  Xu, 2020). Pengetahuan yangdimiliki  ini akan mempengaruhi seseorang 
dalam menentukan dan mengambil  keputusan terhadap suatu  permasalahan yang dihadapi 
(Purnamasari, Ika; Raharyani,  2020). hal ini terbukti pada hasil  penelitian dimana mayoritas 
masyarakat yang memiliki  pengetahuan tinggi lebih patuh  terhadap protokokol kesehatan
covid  19. 
Tingkat pengetahuan yang  tinggi ini didukung dengan  tingkat pendidikan sebagian
besar  responden yang berada pada  kategori pendidikan tinggi, namun  responden yang
memiliki tingkat  pendidikanrendah juga belum  tentu memiliki pengetahuan yang  rendah
terkait covid 19 dikarenakan  banyaknya media-media promosi  kesehatan yang semakin fokus 
memberikan pengetahuan bagi  
15
masyarakat terkait penyekit covid  beserta pencegahan dan  pengobatannya.Oleh sebabitu, 
pemerintah harus memiliki strategi  tepat untuk dapatmenyebarkan  informasi terkait covid
19 dan  pencegahannya sehingga dapat  meningkatkan pengetahuan  khususnya bagi
masyarakat yang  dianggap beresiko dan memiliki  pengetahuan yang cenderung rendah 
tentang penyakit ini.  
Pernyataan ini sejalan oleh  Sulistyaningtyas (2020) yang menyatakan bahwa
pengetahuan  yang baik dapat didukung oleh  penerimaan terhadap informasi  yang beredar di
masyarakat  tentang covid 19 melalui media  yang efektif. Peningkatan pengetahuan 
masyarakat terkait coviddapat  mendorong masyarakat untuk patuh  dalam mengikuti segala
protocol  kosehatan yang telah ditetapkan. Hal  ini juga didukung oleh Ahmadi (2013)  yang
menyatakan bahwa seorang  yang memiliki pengetahuan  tentang suatu informasi, maka
akan  mampu menentukan dan mengambil  keputusan dalam menghadapi suatu 
permasalahan, atau dengan kata  lain masyarakat yang memiliki  pengetahuan tentang covid
19  maka akan mampu menentukan  bagaimana dirinya harus berprilaku  dalam menghadapi
penyakit tersebut. 
Kepatuhan merupakan perilaku  positif yang dilakukan oleh klien yang  mengarah
ketujuan teraupetik yang  telah di sepakati bersama. Jadi  kepatuhan adalah suatu perilaku
yang  di lakukan oleh klien untuk menaati  
ketentuan atau kebijakan yang sudah  ditetapkan (Carpinito, 2017) 
Kepatuhan kunjungan antenatal  care (ANC) merupakan ketaatan dalam  melakukan
kunjungan kepelayanan  kesehatan oleh ibu hamil sesuai dengan  saran dari petugas kesehatan
dengan  standar yang sudah di tetapkan yaitu  minimal 4 kali dalam masa kehamilan  (Hardiani
& Purwanti, 2012). 
Salah satu faktor yang  mempengaruhi tingkat pengetahuan  seseorang adalah tingkat 
pendidikan, semakin tinggi tingkat  pendidikanseseorang maka  semakin tinggi pula
pengetahuan  (Notoatmodjo, 2010), hanya beberapa  responden yang memiliki pengetahuan 
yang kurang tentang covid 19 hal ini  bisa saja disebabkan karena ketidak  mampuan responden
dalam memahami  hal-hal yang berkaitan dengan covid 19  faktor lain sebagai pemungkin bisa
saja  karena responden kurang mendapatkan  informasi mengenai covid-19. 
Ibu hamil sebaiknya tidak  melakukan perjalanan keluar negeri  dengan mengikuti
anjuran perjalanan  (travel advisory) yang dikeluarkan  pemerintah. Dokter harus menanyakan 
riwayat perjalanan terutama dalam 14  hari terakhir dari daerahdengan  penyebaran luas COVID-
19.  Penelitian ini menunjukkan bahwa  pada umumnya ibu hamil yang datang  sudah
mengetahui tentang pencegahan  penularan Covid-19, demikian pula  yang dilakukan oleh Yassa
dkk,  dimana ibu hamil di Turki pada  umumnya melakukan protocol  kesehatan dalam rangka
mencegah  penularan Covid-19 yang sangat  adekuat. Pada penelitian Corbett,dkk  
16
di Irlandia,, para ibu hamil mengurangi  kontak langsung. Hal ini menandakan  bahwa ibu
hamil juga memiliki  perhatian yang cukup besar terhadap  tindakan pencegahan (protocol 
kesehatan) demi kesehatan dirinya dan  bayinya. 
Berdasarkan hasil penelitian  dari 96 orang responden terdapat  responden yang
memiliki sikap baik  dan tercapai pemeriksaannya  sebanyak38 orang (63,3%) dan yang 
tidak sebanyak 22 orang (36,7%) dan  yang memiliki sikap tidak baik dan  tercapai
pemeriksaannya sebanyak 13  orang responden (36,1%) dan yang  tidak sebanyak 23
responden (63,9%).  Dengan nilai P = 0,010<0,05 berarti  ada pengaruh sikap terhadap
capaian  pemeriksaan ANC di Poskesdes  Bungadidi Kecamatan Tana Lili. 
Hasil yang sama diperoleh  oleh Purnamasari dan Anisa (2020)  dimana masyarakat
cenderung  memiliki sikap yangpositif dalam  menghadapi pandemi covid (59%).  Wiranti,
Ayun dan Wulan (2020) juga  mempertegas hasil penelitian yang  didapat dimana masyarakat
juga  sudah dominan memiliki sikap  yang positif dalam menghadapi covid  19 (65,2%). 
Sikap merupakan pendapat  seseorang mengenai suatu keadaan  atau situasitertentu
dan  dipengaruhi oleh beberapa faktor.  Pengalaman memiliki peranan  penting dalam
pembentukan sikap.  Menurut DarmiyatiTobía(2020)  seseorang yang tidak memiliki 
pengalaman terhadap suatu objek  memiliki psikologi yang cenderung  membentuk sikap
negatif. Sejauh ini  
penerapan protocol kesehatan dan  PSBB merupakan langkah yang hanya  diambil oleh
pemerintah dalam  penanganan Covid 19 sedangkan  negara lain sudah mengambil  kebijakan
lockdown dimana setiap  orang tidak diperbolehkan  meninggalkan tempat tinggalnya  dalam
jangka waktu tertentu.  
Rekomendasi bagi individu  tanpa gejala untuk menggunakan  masker wajah, sebagai
intervensi  kesehatan masyarakat, dapat  membatasi rantai penularan dengan  memblokir sumber
infeksi yang  tampaknya sehat. Dengan kata lain,  terlepas dari apakah orang yang 
menggunakan masker wajah dilindungi  atau tidak, penggunaannya dapat  menghentikan
penularan dengan  membatasi penyebaran partikel  infeksius. Penularan komunitas dapat 
dikurangi jika semua orang, termasuk  orang yang tidak bergejala dan  menular, menggunakan
masker  wajah.(Garcia, 2020) 
Orang-orang di beberapa  wilayah (misalnya, Thailand, Cina, dan  Jepang) memilih
alternatif sementara  atau penggunaan berulang dari masker  bedah sekali pakai. Taiwan
memiliki  pandangan ke depan untukmenciptakan  banyak sekali persediaan masker  wajah;
negara atau wilayah lain  sekarang mungkin menganggap ini  sebagai bagian dari rencana
pandemi di  masa depan. Sebab, penggunaan  masker wajah yang tidak tepat, seperti  tidak
mengganti masker sekali pakai,  dapat membahayakan efek  perlindungan dan bahkan 
meningkatkan risiko infeksi. (Feng et  al., 2020) 
17
Hasil ini serupa dengan  penelitian Glabska et.al (2020) yang  meneliti perilaku
kebersihan tangan  selama pandemi COVID-19 pada  sampel remaja sekolah menengah 
nasional di Polandia yang dilakukan  pada bulan April 2020 dengan sampel nasional dari
2.323 siswa sekolah  menengah yang direkrut berdasarkan  prosedur pengambilan sampel
sekolah  menengah (pengambilan sampel kuota  acak dengankuota untuk pelayaran) 
diketahui bahwa perilaku kebersihan  tangan yang dinilai meliputi: frekuensi mencuci tangan,
alasan tidak mencuci 
tangan, keadaan mencuci tangan, dan  tata cara cuci tangan. Peserta ditanyai  setiap
pertanyaan dua kali untuk periode pandemi COVID-19 saat ini  dan untuk periode sebelum
masalah  COVID-19. Frekuensi yang dinyatakan  mencuci tangan selama pandemi  COVID-
19 secara signifikan lebih  tinggi dari sebelumnya (p <0,0001),  karena mayoritas responden 
menyatakan melakukannya 6–15 kali  sehari (58,4%) sedangkan sebelum pandemi, adalah 3–
10 kali sehari 
(68,1%). Pangsa responden yang  menyatakan selalu mencuci tangan saat  diperlukan, secara
signifikan lebih  tinggi untuk periode pandemi COVID 
19 (54,8%) dibandingkan dengan periode sebelumnya (35,6%;p<0,0001), dan ada proporsi 
yang lebih rendah dari responden yang  menyatakan berbagai alasan untuk  tidak mencuci
tangan. (Głabska et al.,  2020) 
Untuk sebagian besar situasi mencuci tangan, termasuk yang terkait  dengan makan,
kebersihan pribadi,  meninggalkan rumah, bersosialisasi,  kesehatan, dan pekerjaan rumah 
tangga, persentase responden yang  menyatakan selalu mencuci tangan  secara signifikan
lebih tinggi untuk  periode selama pandemi COVID-19.  Dibandingkan periode 
sebelumnya.Untuk sebagian besar  langkah-langkah prosedur cuci tangan,  persentase
responden yang menyatakan  termasuk mereka selalu secara  signifikan lebih tinggi untuk
periode  pandemi COVID-19 dibandingkan  periode sebelumnya tetapi lebih  banyak yang
menyatakan tidak  memakai jam tangan dan gelang dan cincin. Disimpulkan bahwa selama 
pandemi COVID-19, semua perilaku kebersihan tangan remaja Polandia  yang dinilai
meningkat, dibandingkan  dengan sebelumnya, tetapi pendidikan  kebersihan tangan masih
diperlukan. (Głabska et al.,2020). 
Kebersihan tangan merupakan  langkah paling penting yang dapat  dilakukan oleh
individu dalam upaya  mencegah, atau setidaknya  meminimalkan kemungkinan infeksi  virus
COVID19. Namun, penting  untuk memastikan bahwa metode  kebersihan tangan yang
diterapkan dan  cara penerapannya kemudian  sedemikian rupa sehingga risiko  kontak kulit
dengan virus dan  kolonisasi benar-benar diminimalkan.  Sangat mungkin bahwa dalam 
kehidupan sehari-hari tangan kita akan  bersentuhan dengan permukaan yang  terkontaminasi
virus COVID-19 dan  dengan demikian menjadi  terkontaminasi sehingga penerapan  mencuci
tangan dengan sabun sangat  penting untuk dilakukan (Packham &  Services, n.d.) 

118
KESIMPULAN 

Dari hasil penelitian kepatuhan  ibu hamil terhadap pemeriksaan ANC  pada masa
pandemi di Poskesdes  Bungadidi Kecamatan Tana  Lilisebagai berikut; Ada pengaruh 
pengetahuan terhadap pemeriksaan  ANC pada masa pandemi di Poskesdes  Bungadidi
Kecamatan Tana Lili.Ada  pengaruh sikap terhadap pemeriksaan  ANC pada masa pandemi
di Poskesdes  Bungadidi Kecamatan Tana Lili. 

Saran 
Berdasarkan hasil pembahasan  dan kesimpulan yang diperoleh dari  penelitian ini,
maka peneliti  mengajukan saran sebagai  berikut:Sebagai masukan untuk  melakukan
intervensi berupa  perubahan sistem ataupun kebijakan  khususnya yang berhubungan
dengan  kinerja dalam pelayanan antenatal  dimana hal ini dapat dijadikan acuan  dalam
membuat perencanaannya yang  lebih baik. Kualitas pelayanan dalam  pelaksanaan Antenatal
Care (ANC)  sehingga di buat perencanaan yang  berkaitan dengan peningkatan kinerja 
bidan dalam pelayanan antenatal  khususnya di Poskesdes Bungadidi. 

DAFTAR PUSTAKA 
1. Angeliki Antonakou, 2020.  Knowledge, Attitude and  practice Toward the Novel 
Coronavirus (COVID-19)  Outbreak : A Population-Based  Survey in Iran. Bull World 
Health organ.E-pub : 30 march  2020  
2. Dwi Ariyani, 2020. Chen S,  Liao E, Cao D, Gao Y, Sun G,  
Shao Y. Clinical analysis of  pregnant women with 2019  novel coronavirus pneumonia.  J
Med Virol. 2020.  doi:10.1002/jmv.25789 
3. World Health Organization  (WHO), 2018. WHO,  UNICEF, UNFPA, The World  Bank. Trends
in maternal  mortality: 1990 to 2013.  Geneva 
4. Keputusan Menteri Kesehatan  R I, Nomor 369 / MENKES/  SK/III/2018,Standart Profesi  Bidan,
2018 
5. Dwi Rukma Santi, 2020. Asuhan Kebidanan  Kehamilan. Yogjakarta : Nuha  Medika.  
6. Winani, 2016. Manajemen  Mutu Pelayanan  Kesehatan,Teori , Strategi dan  Aplikasi, Airlangga
university  Press, Surabaya 
7. Manuaba. 2010. Ilmu  Kebidanan, Penyakit  Kandungan, dan KB. Jakarta:  EGC.  
8. Purnama, dkk. 2020. Chest CT  Findings in a Pregnant Patient  with 2019 Novel Coronavirus 
Disease. Balkan Med J.  doi:10.4274/balkanmedj.galeno 
s.2020.2020.3.89  
9. Sulistyaningtyas, dkk. 2020.  Asuhan kebidanan antenatal.  Jakarta: EGC. 
10. Ahamdi, 2013. Asuhan  Kebidanan I (Kehamilan).  Jakarta: Trans Info Media.  
11. Carpinito, 2017.. The  Experience of Pregnant  

119
Women During the Covid-19 Pandemic in Turkey 
12. Hardiani, dkk, 2012. Asuhan  kehamilan untuk kebidanan.  Jakarta: Salemba medika.  
13. Notoatmodjo, S. 2010.  Metodologi Penelitian  Kesehatan. Jakarta: Rineka  Cipta 
14. Darmayati Tobia 2020.  Analisis Pelaksanaan  Pelayanan Antenatal di  Kabupaten
Tapanuli. Tesis  Magister Ilmu Kesehatan  Masyarakat Universitas Gajah  Mada
Yogyakarta. 
15. Garcia, 2020. The Experience  of Pregnant Women During the  Covid-19  
16. Feng et al, 2020. Clinical  analysis of pregnant women  with 2019 novel coronavirus 
pneumonia. J Med Virol. 2020.  doi:10.1002/jmv.25789  
17. Glabska et al, 2020Correlation  Between Knowledge and  behavior of Pregnant Women  in
Undeegoing Pregnancy  During Covid-19 Pandemic. 
Jurnal keperawatan Malang,  Volume 5 No.2. 2020. 
18. Packham, et al. 2020.Pregnancy and Perinatal  Outcomes of Women With  Coronavirus
Disease (COVID 19) Pneumonia: A Preliminary  Analysis. AJR Am J  Roentgenol. 2020;1-6. 
doi:10.2214/AJR.20.2307 
17 | ISSN : 2656-9167 
Hubungan Antara Dukungan Suami Terhadap Keteraturan Pemeriksaan 
AntenatalCare Pada Ibu Hamil 
Sumarni Marwang 
Email : sumarni.megarezky@gmail.com 

ABSTRACT 

The purpose of this study was to determine the relationship between husband support for regular antenatal care 
examinations for pregnant women at the Kassi-kassi health center in 2018. The type of research conducted was 
observational research with a cross sectional study approach. The population in this study were all pregnant
women  in the Kassi-Kassi Makassar Health Center as many as 183 people. The sample in this study was part of
pregnant  women who received husband support in the regular antenatal care examination atthe Makassar Kassi-
Kassi Public  Health Center. The results of this study were that the majority of respondents had the number of
mothers who  received good husband support as many as 24 people (57.1%) and those who did not get less husband
support as  many as 18 people (42.8%). the number of pregnant women with regular antenatal care examinations
was 26  people (61.9%) and those who had regular antenatal care examinations were as few people (38.1%). The
conclusion of this study is that there is a relationship between husband's support and regular antenatal care
examinations in pregnant women. It is recommended that health workers, especially midwives, be better at 
monitoring antenatal care visits and providing counseling related to antenatal care visits. 

Keywords: Husband support, regular antenatal care 

ABSTRAK 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap keteraturan pemeriksaan 
antenatal care pada ibu hamil di puskesmas kassi-kassi tahun 2018. Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis
penelitian Observasional dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
hamil di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar sebanyak 183 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagaian ibu 
hamil yang mendapatkan dukungan suami dalam keteraturan pemeriksaan antenatal care di puskesmas kassi-kassi 
Makassar. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar responden mempunyai jumlah ibu yang mendapatkan
dukungan  suami yang baik sebanyak orang 24 orang (57,1%) dan yang kurang mendapatkan dukungan suami
kurang sebanyak  18 orang (42,8%). jumlah ibu hamil yang keteraturan pemeriksaan antenatal care lengkap
sebanyak 26 orang  (61,9%) dan yang keteraturan pemeriksaan antenatal care kurang sebanyak orang (38,1%).
Kesimpulan dari  penelitian ini adalah ada hubungan antaradukungan suami terhadap keteraturan pemeriksaan
antenatal care pada ibu  hamil. Di sarankan tenaga kesehatan terutama bidan agar lebih baik dalam melakukan
pemantauan kunjungan 
antenatal care dan memberikan konseling terkait kunjungan antenatal care. 

Kata Kunci : Dukungan Suami, Keteraturan antenatal care 

PENDAHULUAN 

Pemeriksaan rutin pra-kelahiran sangat penting agar yang dialami ibu hamil dapat ditemukan
masalah sedini mungkin dan dapat ditanggulangi, sebelum berkembang menjadi
membahayakan ibu maupun bayinya. Sebaiknya ibu hamil menjalani pemeriksaan kesehatan
paling sedikit empat kali selama hamil yaitu satu kali pada Trimester I usia kehamilan 0-14
minggu, 
satu kali pada Trimester II usia kehamilan sebelum 28 minggu dan dua kali pada Trimester III
usia kehamilan 28-36 minggu dan setelah 36 minggu (Kusindijah, 2018). 
Dukungan suami penting untuk kehamilan istri karena suami adalah orang yang paling
orang yang paling dekat dan terkadang istri dihadapkan pada situasi ketakutan dan kesendirian,
sehingga suami diharapkan untuk selalu memotivasi dan selalu menemani ibu hamil, selain itu

Jurnal Antara Kebidanan  Vol. 5  No. 1  Januari-Maret  Tahun 2022

18 | ISSN : 2656-9167 
dukungan yang diberikan suami selama istri hamil juga dapat mengurangi kecemasan serta
mengembalikan kepercayaan diri calon ibu dalam mengalami proses kehamilannya (Ningsih
et al., 2021). Hal ini sesuai dengan konsep suami “siaga” yaitu siap, antar, dan jaga bahwa
kewaspadaan suami mengenali tanda bahaya kehamilan dan kesiapan suami mendampingi
istri ketempat pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan memang diharapkan pada
setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan, para suami sering mendampingi istri sehingga
mereka tahu kondisi kehamilan. Faktor-faktor dukungan  suami yaitu tingkat pendidika,
pendapatan,  budaya, pengetahuan tentang kehamilan, pengalaman, status perkawinan, dan
status social ekonomi(Budiarti et al., 2018). 
Sehingga dukungan suami terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan sangat
diperlukan agar ibu hamil menyadari akan pentingnya pemeriksaan ibu hamil, baik itu untuk
dirinya sendiri ataupun untuk janin yang sedang dikandungnya. Pada masa ini terjadi
perubahan fisik yang mempengaruhi gerakan maupun aktivitas wanita tersebut sehari-hari
(Rahmatillah, 2017). 
Kehamilan adalah dimulai dari  konsepsi sampai lahirnya janin yang  lamanya 280
hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7  hari ) di hitung dari hari pertama haid  terakhir dan di bagi
dalam 3 trimester yaitu trimester pertama di mulai dari konsepsi 
sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan ke empat sampai 6 bulan, trimester ketiga  

HASIL PENELITIAN 
Analisa Univariat 

dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan  (Sayinzoga et al., 2018) 

METODE PENELITIAN 
Jenis Penelitian 
Berdasarkan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka penelitian menggunakan
desain penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional yang jenis penelitian
yang menekankan pengukuran observasi Variable independen dan dependen dilakukan dalam
waktu yang bersamaan. Rancangan ini berupaya mengungkapkan hubungan (korelatif) antara
variable (Notoatmodjo, 2012). 

Lokasi dan Waktu Penelitian 


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Kassi-Kassi Makassar 

Populasi dan Sampel 


Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan  Antenatal Care di
Puskesmas Kassi-Kassi Makassar pada bulan April-Mei 2018. Populsi dalam penelitian ini
sebanyak 183 orang ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Sampel dalam penelitian ini
adalah sebagian dari populasi ibu hamil  
yang memeriksakan kehamilannya di  Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Tahun  2018 dan yang
mendapatkan dukungan suami dalam keteraturan antenatal care sebanyak 42 sampel. 
Analisis objek dalam penelitian yaitu hubungan dukungan suami terhadap keteraturan
pemeriksaan Antenatal Care padaibu hamil dapat dilihat dari table sebagai berikut : 

Distribusi Frekuensi Dukungan Suami 

Tabel 1 
Distribusi Frekuensi Tentang Dukungan Suami Di Puskesmas Kassi-KassiMakassar
Tahun 2018
Jurnal Antara Kebidanan  Vol. 5  No. 1  Januari-Maret  Tahun 2022

19 | ISSN : 2656-9167 

Dukungan Suami Frekuensi Presentasi (%) Baik 24 57,1 


Kurang 18 42,9 Jumlah 42 100 
 Sumber : data primer, 2018 

Berdasarkan table 1 menunjukkan bahwa  jumlah ibu yang mendapatkan dukungan suami yang baik
sebanyak 24 responden (57,1%) dan 

Distribusi Frekuensi Dukungan Suami 


yang kurang mendapatkan dukungan suami kurang sebanyak 18 responden (42,8%). 

Tabel 2 
Distribusi Frekuensi Tentang Dukungan Suami Di Puskesmas Kassi-KassiMakassar
Tahun 2018 

Dukungan Suami Frekuensi Presentasi (%) Baik 24 57,1 Kurang 18


42,9 Jumlah 42 100  Sumber : data primer, 2018 

Berdasarkan table 2 menunjukkan  bahwa jumlah ibu yang mendapatkan dukungan suami
yang baik sebanyak 24  
responden (57,1%) dan yang kurang mendapatkan dukungan suami kurang sebanyak 18
responden (42,8%). 

Distribusi Frekuensi Keteraturan Pemeriksaan ANC 


Tabel 3 
Distribusi Frekuensi Tentang Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care DiPuskesmas
Kassi-Kassi Makassar Tahun 2018 

Keteraturan antenatal care 


Frekuensi Presentasi (%) 

Lengkap 26 61,9 Kurang 16 38,1 Jumlah 42 100  Sumber : data primer,


2018 

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan  bahwa jumlah ibu hamil yang keteratura  pemeriksaan
antenatal care lengkap sebanyak 26 responden (61,9%) dan yang keteraturan  
pemeriksaan antenatal care kurang sebanyak responden (38,1%).

Jurnal Antara Kebidanan  Vol. 5  No. 1  Januari-Maret  Tahun 2022

20 | ISSN : 2656-9167 

Analisa Bivariat 
Analisis bivariat dilakukan untuk  mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel
: dependen. Uji statistic 

yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan ɑ<0,05. Hubungan variabel
independen dan dependen di jabarkan sebagai berikut : 

Tabel 4 
Hubungan Antara Dukungan Suami Terhadap Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care 
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Tahun2018 

DukunganSuami Keteraturan ANC Jumlah Nilai P Lengkap Kurang 


n % N % N % 
Baik 18 75,0 6 25,0 24 100 ρ = 0,044 Kurang 8 44,4 10 55,6 18 100 Jumlah 26 61,9
16 38,1 42 100  Sumber : data primer, 2018 
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah  ibu hamil yang mendapatkan dukungan suami baik dengan
keteraturan pemeriksaan antenatal care lengkap sebanyak 18 responden (75%),  dukungan suami baik
dengan keteraturan antenatal care kurang sebanyak 6 responden (25%), dukungan suami kurang
dengan keteraturan antenatal care lengkap sebanyak 8  responden (44,4%), dan dukungan suami  

PEMBAHASAN 
Antenatal Care adalah cara penting untukmemonitor dan mendukung kesehatan ibu
hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan  antenatal atau yang
sering disebut  
pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan  yang diberikan oleh tenagaprofessional yaitu
dokter spesialis kandungan, dokter umum,  bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan 
(Chandra et al., 2019). Untuk itu selama 
masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan member KIE
(Komunikasi, Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami  
kurang dengan keteraturan antenatal care kurang sebanyak 10 responden (55,6%). Berdasarkan
hasil analisis chi-square  diperoleh nilai ρ = 0,044 lebih kecil dari ɑ =  0,05, ini berarti Ho di tolak dan
Ha di terima.  Dengandemikian ada hubungan antara dukungan  suami terhadap keteraturan pemeriksaan 
antenatal care pada ibu hamil. 

dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil  dan masalahnya (Adjorlolo et al., 2019). Dukungan
adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat
diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau semangat dan nasehat kepada orang lain
dalam situasi pembuat keputusan. Dukungan suami dengan mendampingi istri melakukan
pemeriksaan ke dokter atau tenaga  kesehatan lainnya sangat diperlukan karena dengan demikian
suami akan dapat mengetahui kesehatan istri dan anak dalam  kandungan dengan baik. Hal ini
dimaksudkan selain memberikan dukungan emosional kepada istri juga apabila terjadi sesuatu
terhadap istri ataupun kandungannya dapat dilakukan tindakan segera atas persetujuan suami
(Evayanti, 

Jurnal Antara Kebidanan  Vol. 5  No. 1  Januari-Maret  Tahun 2022

21 | ISSN : 2656-9167 

2015) 
Hasil penelitian yang telah dilakukan (Nurhasanah, 2020) diperoleh dukungan  suami
dan kunjungan antenatal care  sebanyak 1 responden memiliki dukungan  tidak baik, tetapi
melakukan kunjungan  antenatal care lebih dari 4 kali. Sedangkan  29 responden lainnya
memiliki dukungan  suami yang baik . Sebanyak 22 (75,9%)  responden yang melakukan
kunjungan  antenatal care lebih dari 4 kali dan 7  (24,1%) responden lainnya yang
melakukan  kunjungan antenatal care kurang dari 4 kali. 
Hal ini dapat dilihat dari hasil  penelitian pada tabel.3 bahwa walaupun ibu  hamil
kurang mendapatkan dukungan dari  suami, namun dapat melakukan pemeriksaan  kehamilan
dengan baik. Hal ini  membuktikan bahwa ibu hamil sebagain  besar sudah menyadari bahwa
pemenuhan  kebutuhan akan infromasi keadaan dirinya  dan bayinya lebih baik,bahwa
dengan  melakukan pemeriksaan kehamilan akan  menambah infromasi mengenai keadaan 
dirinya dan bayinya. Sesuai dengan hasil  penelitian oleh (Artika Dewi, 2017) aspek  yang
berhubungan signifikan dengan  kunjungan antenatal adalah pengetahuan  ibu, dibandingkan
dengan umur, pendidikan,  paritas dan pekerjaan. Hal ini membuktikan  bahwa pengetahuan
seorang ibu memiliki  peranan penting dalam adanya perubahan  perilaku mengenai
kedasaran kesehatannya. 
Hal ini sesuai pendapat (Abuka &  Alemu, 2016) bahwa ibu yang tidak bekerja
cenderung mempunyai waktu luang untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, sebailknya ibu
yang sibuk hamper tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan kehamilannya. Maka di
peroleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan dimana
pekerjaan mempengaruhi terhadap keteraturan ibu dalam melakukan pemeriksaan antenatal
care. 

KESIMPULAN 
Dari hasil penelitian yang  dilaksanakan padabulan April s/d Mei 2018 di Puskesmas
Kassi-Kassi Makassar jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif Analitik
dengan  
pendekatan Cross Sectional Study yang jenis penelitian yang menekankan pengukuran observasi
untuk melihat hubungan  dukungan suami terhadap keteraturan  pemeriksaan antenatal care
pada ibu hamil di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Tahun 2018, maka setelah dilakukan
penelitian di peroleh bahwa : Ada hubungan antara dukungan suami terhadap keteraturan
pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil, karena dengan dukungan dari suami maka akan
berpengaruh terhadap keteraturan pemeriksaan antenatal care ibu dan hasil yang diperoleh
sebagian besar ibu mendapatkan dukungan dari suami dalam pelayanan antenatal care dan nilai
ρ = 0,044 lebih kecil dari nilai ɑ yang ditetapkan. 

SARAN 
Setelah dilakukan penelitian dan  didapatkan kesimpulan maka penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut,  diharapkan kepada ibu hamil yang kunjungannya lengkap
diharapkan untuk tetap melakukan kunjungan antenatal care secara teratur, dan bagi ibu hamil
yang  belum lengkap kunjungannya diharapkan untuktetap melakukan kunjunganantenatal care
serta memberikan informasi kepada suami tentang pentingnya dukungan suami  terhadap
keteraturan pemeriksaan antenatal care sehingga dapat mendeteksi secara dini jika terjadi
komplikasi dan kegawatdaruratan. 
Bagi suami yang dukungannya kurang diharapkan berperan serta dalam memberikan
dukungan terhadap istri agar taat dalam melakukan antenatal care khususnya dan dukungan
dalamsegala aspek  selama kehamilan dan melahirkan pada
Jurnal Antara Kebidanan  Vol. 5  No. 1  Januari-Maret  Tahun 2022

22 | ISSN : 2656-9167 

umumnya. 
Sebaiknya tenaga kesehatan terutama  bidan agar lebih baik dalam melakukan
pemantauan kunjungan antenatal care dan memberikan konseling terkait kunjungan
antenatal care, memberikan dukungan yang positif kepada ibu. 

DAFTAR PUSTAKA 

Abuka, T., & Alemu, A. (2016). Assessment  of Timing of First Antenatal Care  Booking and
Associated Factors among  Pregnant Women who attend Antenatal  Care at Health Facilities
in Dilla town,  Gedeo Zone, Southern Nations,  Nationalities, and Peoples Region,  Ethiopia,
2014. Journal of Pregnancy  and Child Health, 3(3).  https://doi.org/10.4172/2376- 
127x.1000258 
Adjorlolo, S., Aziato, L., & Akorli, V. V.  (2019). Promoting maternal mental  health in Ghana:
An examination of the  involvement and professional  development needs of nurses and 
midwives. Nurse Education in Practice,  39(January), 105–110. 
https://doi.org/10.1016/j.nepr.2019.08.0 
08 
Budiarti, V., Putri, R., & Amelia, C. R.  (2018). Hubungan Karakteristik Ibu dan  Dukungan
Suami dengan Tingkat  Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda  Bahaya Kehamilan. Journal
Of Issues  In Midwifery, 2(1), 1–18.  https://doi.org/10.21776/ub.joim.2018.0 
02.01.1 
Chandra, F., Junita, D. D., & Fatmawati, T.  Y. (2019). Tingkat Pendidikan dan  Pengetahuan Ibu
Hamil dengan Status  Anemia. Jurnal Ilmiah Ilmu  Keperawatan Indonesia, 9(04), 653–
659.  
https://doi.org/10.33221/jiiki.v9i04.398 

Evayanti, Y. (2015). Hubungan Pengetahuan  Ibu dan Dukungan Suami pada Ibu  Hamil Terhadap
Keteraturan Kunjungan  Antenatal Care (ANC) di Puskesmas  Wates Lampung Tengah Tahun
2015.  Jurnal Kebidanan. JKM (Jurnal  Kebidanan Malahayati), 1(2), 81–90. 
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php 
/kebidanan/article/view/550/484 
Kusindijah. (2018). Hubungan antara  kepemilikan buku kia dengan  pengetahuan, sikap dan
praktik  perawatan kehamilan di wilayah kerja  puskesmas rangkah surabaya. I(April),  42–49. 
Ningsih, E. S., Sugesti, R., & ... (2021).  Persepsi Ibu, Dukungan Suami dan  Dukungan Tempat
Kerja dengan  Pemberian Asi Ekslusif pada Ibu  Bekerja di CV X. SIMFISIS Jurnal  Kebidanan
…, 01, 12–22.  https://journals.mpi.co.id/index.php/SJK I/article/view/2 
Nurhasanah, N. (2020). Dukungan Suami  Berhubungan Dengan Kunjungan  Antenatal Care. Jurnal
Kebidanan  Malahayati, 6(3), 289–292.  https://doi.org/10.33024/jkm.v6i3.2798 
Rahmatillah, N. (2017). Aplikasi Prenatal  Class Terhadap Kesiapan Peran  Menjadi Orang Tua pada
Ibu  Primigravida Di Desa Dukuh Mencek  dan Desa Klungkung Sukorambi  Kabupaten Jember.
Article. 
Sayinzoga, F., Lundeen, T., Gakwerere, M.,  Manzi, E., Nsaba, Y. D. U., Umuziga,  M. P., Kalisa, I.
R., Musange, S. F., &  Walker, D. (2018). Use of a Facilitated  Group Process to Design and 
Implement a Group Antenatal and  Postnatal Care Program in Rwanda.  Journal of Midwifery
and Women’s  Health, 63(5), 593–601.  https://doi.org/10.1111/jmwh.12871

Jurnal Antara Kebidanan  Vol. 5  No. 1  Januari-Maret  Tahun 2022


Volume 1, Nomor 2, Agustus 2021 Eka Juniarty 

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU TERHADAP KETERATURAN 


PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL  
Eka Juniarty 
ekajuniarty9@gmail.com 
Akademi Kebidanan Rangga Husada Prabumulih 

ABSTRAK 

Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting  untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Tingginya angka kematian ibu dan bayi  antara lain
disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan ANC  yang tidak teratur.
Keteraturan ANC dapat ditunjukkan melalui frekuensi kunjungan, ternyata  hal ini menjadi masalah
karena tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara  rutin sehingga kelainan yang timbul
dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi sedini mungkin  (Sarwono, 2015).Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan usia dan  paritas ibu terhadap keteraturan pemeriksaan
antenatal.Penelitian ini menggunakan Survey  Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross
Sectional.Populasi penelitian ini adalah ibu  hamil berjumlah 315 responden.Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 176 responden.Pada analisa univariat diketahui dari 176 responden didapatkan
bahwa ibu dengan  usia risiko tinggi sebanyak 114 responden (64,8%) dan ibu dengan usia risiko rendah  
sebanyak 62 responden (35,2%) dan paritas ibu dengan risiko tinggi sebanyak 111 responden   (63,1%)
dan paritas ibu dengan risiko rendah sebanyak 65 responden (36,9%).Analisa  Bivariat menunjukkan usia
mempunyai hubungan yang bermakna dengan keteraturan  pemeriksaan ANC (p value 0,002) dan paritas
mempunyai hubungan yang bermakna dengan  keteraturan pemeriksaan ANC (p value 0,001).Simpulan
dari penelitian ini adalah bahwa ada  hubungan usia dan paritas ibu terhadap keteraturan pemeriksaan
antenatal care. 

Kata Kunci : usia, paritas, antenatal care 

ABSTRACT

Antenatal Care (ANC) is the most important component of health services for pregnant  women to reduce
maternal and infant mortality. The high rate of maternal and infant  mortality is partly due to the low
level of maternal knowledge and the irregular frequency of  ANC examinations. The regularity of ANC
can be shown through the frequency of visits, this  turns out to be a problem because not all pregnant
women check their pregnancy regularly  so that abnormalities that arise in pregnancy cannot be detected
as early as possible  (Sarwono, 2015). The purpose of this study was to determine the relationship
between  maternal age and parity on the regularity of antenatal examinations. This study uses an 
analytical survey with a cross sectional approach. The population of this study were 315  pregnant
women. The number of samples in this study were 176 respondents. In the  univariate analysis, it was
found that from 176 respondents, there were 114 respondents  (64.8%) of mothers with high risk age and
62 respondents (35.2%) of mothers with high risk  parity. respondents (63.1%) and maternal parity with
low risk as many as 65 respondents  (36.9%). Bivariate analysis showed that age had a significant
relationship with the regularity  of the ANC examination (p value 0.002) and parity had a significant
relationship with the  regularity of the ANC examination (p value 0.001). The conclusion of this study is
that there  is a relationship between maternal age and parity on the regularity of antenatal care 
examinations. 

Keywords: age, parity, antenatal care 


22 
Journal of Health Science 
Volume 1, Nomor 2, Agustus 2021 Eka Juniarty 

PENDAHULUAN 
Salah satu upaya dalam  menurunkan kematian ibu adalah  dengan meningkatkan
cakupan  pemeriksaan kehamilan oleh tenaga  kesehatan. Indikator yang digunakan  untuk
memantau cakupan  pemeriksaan kehamilan tersebut  adalah cakupan ibu hamil yang 
pertama kali mendapat pelayanan  antenatal (K1) yang merupakan  indikator akses, dan
cakupan ibu  hamil yang telah memperoleh  pelayanan antenatal minimal 4 kali  sesuai
distribusi waktu dan sesuai  standar (K4) yang menggambarkan  tingkat perlindungan ibu
hamil di  suatu wilayah (Dinas Kesehatan,  2018). 
Antenatal care adalah  pengawasan kehamilan untuk  mengetahui kesehatan umum
ibu,  menegakan secara dini penyakit  yang menyertai kehamilan,  menegakan secara dini
komplikasi  kehamilan, dan menetapkan resiko  kehamilan (Manuaba, 2016). Antenatal
Care merupakan cara  penting untuk memonitoring dan  mendukung kesehatan ibu hamil 
normal dan mendeteksi ibu dengan  kehamilan normal, ibu hamil  sebaiknya dianjurkan
mengunjungi  bidan atau dokter sedini mungkin  semenjak ia merasa dirinya hamil  untuk
mendapatkan pelayanan dan  asuhan antenatal (Prawirohardjo,  2015). 
Menurut Departemen  Kesehatan RI (2011), pemantauan  dan pelayanan antenatal yaitu
bidan  memberikan sedikitnya 4 kali  pelayanan meliputi anamnesis dan  memantauan ibu dan
janin dengan  seksama untuk menilai apakah  perkembangan berlangsung normal.  Bidan juga
harus mengenal  kehamilan resiko tinggi atau  kelainan, khususnya anemi, kurang  gizi,
hipertensi, penyakit menular  seksual (PMS) dan infeksi human  immune deficiency virus/
acquired  immune deficiency syndrome  (HIV/AIDS), memberikan pelayanan  imunisasi,
nasehat dan penyuluhan  kesehatan serta tugas terkait lainnya  yang diberikan oleh tenaga 
kesehatan. Bila ditemukan kelainan,  bidan harus mampu mengambil  tindakan yang diperlukan
dan  melakukan rujukan. Asuhan  
antenatal yang dilakukan sesuai  anjuran, akan membantu menjaga  kondisi kesehatan selama
kehamilan,  sehingga Anda lebih percaya diri menyongsong persalinan yang sehat  yaitu;
mendeteksi sedini mungkin  adanya faktor risiko dan tanda-tanda  awal komplikasi pada
kehamilan,  seperti perdarahan dan preeclampsia,  memberikan edukasi kepada para  bumil
seputar masalah gizi,  persiapan persalinan, dan  kemungkinan terjadinya komplikasi  persalinan
(Dwiana, 2014). 
Faktor-faktoryang  
mempengaruhi Kunjungan Antenatal 
23 
Journal of Health Science 
Volume 1, Nomor 2, Agustus 2021 Eka Juniarty 
Care (ANC) yang ditelitiUsia Ibu  dan Paritas. Usia adalah  bertambahnya usia, yang dapat 
terjadi perubahan perkembangan dari  organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan
perubahan emosi.  Paritas adalah keadaan wanita  berkaitan dengan jumlah anak yang 
dilahirkan. Wanita dengan paritas  tinggi yaitu wanita yang memiliki >2  anak dan paritas
rendah yakni ≤2  anak. Paritas 2 sampai 3 merupakan  paritas yang aman ditinjau dari
sudut  kematian maternal. Paritas 1 dan  paritas tinggi (lebih dari 3)  mempunyai angka
kematian  maternal (Walyani, 2015).Paritas  adalah jumlah kehamilan yang  dilahirkan atau
jumlah anak yang  dimiliki baik dari hasil perkawinan  sekarang atau sebelumnya.kejiwaan 
(Wiknjosastro, 2015). 

METODE PENELITIAN 
Penelitian adalah suatu upaya  
untuk memahami dan memecahkan  masalah secara ilmiah, sistematis dan  logis.Metode
yang digunakan adalah  HASIL 
Tabel 1 
survey analitik dengan pendekatan  Cross Sectional yakni dimana data  yang menyangkut
variable dependen  (Keteraturan Pemeriksaan ANC) dan  variable independen (Usia dan  Paritas
Ibu) dikumpulkan dalam  waktu bersamaan (Notoatmodjo,  2014). 
Populasi adalah keseluruhan  objek penelitian atau objek yang  diteliti (Notoatmodjo, 
2014).Populasi penelitian ini yaitu  ibu hamil yang melakukan  kunjungan kehamilan di bulan 
Januari-Desember tahun 2020  dengan jumlah 315 orang. 
n=N 
1 + N (d²)

Pengambilan sampel pada  penelitian ini menggunakan metode  Random


Sampling.Random sampling  adalah dimana sampel penelitian  diambil secara acak
menggunakan  rumus yang telah ditentukan.Sampel  penelitian ini dihitung dengan 
menggunakan Rumus Notoadmojo  yang berjumlah 176 responden. 
Hubungan antara Usia Ibu dengan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal care Pada Ibu  Hamil  

Keteraturan Pemeriksaan Antenatal  

Usia 
Care Jumlah Tingkat  Kemaknaa 

Ya Tidak
N % 
n % n % 

Risiko tinggi 90 51,1 24 13,6 114 64,8


0,003 Risiko Rendah 35 19,9 27 15,3 62 35,2 Jumlah 125 71,0 51 28,9 176 100
24 
Journal of Health Science 
Volume 1, Nomor 2, Agustus 2021 Eka Juniarty 

Berdasarkan hasil analisa bivariat  dengan uji statistik mengunakan Chi Square didapatkan
hasil p value =  0,003 ( p ≤ 0,05 ) berarti hipotesis  

Tabel 2 
menyatakan bahwa ada hubungan yang  bermakna antara Usia Ibu dengan  Keteraturan
pemeriksaan antenatal  care pada ibu hamil terbukti. 

Hubungan antara Paritas Ibu dengan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care Pada  Ibu Hamil 

Paritas Ibu 
Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care Jumlah
Tingkat  Kemaknaan 
N % 
Ya Tidak

n % n % 

Risiko Tinggi 89 50,6 22 12,5 111 63,1


0,001 Risiko Rendah 36 20,5 29 16,5 65 36,9 Jumlah 125 71,0 51 29,0 176 100 

Berdasarkan hasil analisa bivariat  dengan uji statistik mengunakan Chi Square didapatkan
hasil p value=0,001  (p ≤ 0,05) berarti hipotesis menyatakan  bahwa ada hubungan yang
bermakna  antara Paritas Ibu dengan Keteraturan  pemeriksaan antenatal care pada ibu 
hamil terbukti secara statistik. 
PEMBAHASAN 
1. Hubungan Usia Ibu dengan  Keteraturan Pemeriksaan  Antenatal Care Pada Ibu
Hamil  
Hasil analisa bivariat didapatkan  dari 176 responden didapatkan ibu  hamil yang teratur
melakukan  pemeriksaan antenatal care sebanyak  125 responden (71,0%) dan ibu hamil 
yang tidak teratur melakukan  pemeriksaan antenatal caresebanyak 51 responden (28,9%).
Dari 114  responden dengan usia risiko tinggi  terdapat 90 (51,1%) responden yang  teratur
melakukan pemeriksaan  antenatal care dan 24 (13,6%)  responden yang tidak teratur  
melakukan pemeriksaan antenatal  care. Dari 62 responden dengan usia  risiko rendah terdapat
35 (19,9%)  responden yang teratur melakukan  pemeriksaan antenatal care dan 27  (15,3%)
responden yang tidak teratur  melakukan pemeriksaan antenatal  care. Berdasarkan hasil analisa
bivariat  dengan uji statistik mengunakan Chi Square didapatkan hasil p value =  0,003 (p ≤
0,05) berarti hipotesis  menyatakan bahwa ada hubungan yang  bermakna antara Usia Ibu
dengan  Keteraturan Pemeriksaan Antenatal  Care Pada Ibu Hamil terbukti secara  statistik. 
Hal ini sejalan dengan hasil  penelitian Ria Desita (2016) di  Puskesmas Ciruas Kabupaten
Serang  secara statistik dengan menggunakan  uji chi square diperoleh hasil p value =  0, 004 (p
<0,05) dengan demikian H0  ditolak dan Ha diterima yang artinya  ada hubungan antara usia
dengan 

25 
Journal of Health Science 
Volume 1, Nomor 2, Agustus 2021 Eka Juniarty 

kepatuhan ibu pemeriksaan antenatal  care (Desita, 2016). 


Usia ibu mempengaruhi  keteraturan pemeriksaan antenatal care  karena faktor usia
beresiko < 20 tahun  kurang matang dalam berpikir untuk  melakukan kunjungan pada
kehamilan.  Sedangkan yang berusia 20-35 tahun  memiliki pola pikir yang baik sehingga
mau rutin memeriksakan dan  melakukan kunjungan kehamilan 
(Wiknjosastro, 2015). 

2. Hubungan Paritas Ibu dengan  Keteraturan Pemeriksaan  Antenatal Care Pada Ibu
Hamil  
Hasil analisa bivariat didapatkan  dari 176 responden didapatkan yang  teratur
melakukan pemeriksaan  antenatal care sebanyak 125  responden (71,0%) dan yang tidak 
teratur melakukan pemeriksaan  antenatal caresebanyak 51 responden  (29,0%).  
Dari 111 responden dengan paritas  risiko tinggi terdapat 89 (50,6%)  responden yang
teratur melakukan  pemeriksaan antenatal care dan 22  (12,5%) responden yang tidak teratur 
melakukan pemeriksaan antenatal  care. Dari 65 responden dengan paritas  risiko rendah
terdapat 36 (20,5%)  responden yang teratur melakukan  pemeriksaan antenatal care dan 29 
(16,5%) responden yang tidak teratur  melakukan pemeriksaan antenatal  care. 
Berdasarkan hasil analisa bivariat  dengan uji statistik mengunakan Chi 
Square didapatkan hasil p value=  0,001 (p ≤ 0,05) berarti hipotesis  menyatakan bahwa ada
hubungan yang  bermakna antara Paritas Ibu dengan  Keteraturan Pemeriksaan Antenatal 
Careterbukti secara statistik. 
Hal ini sesuai dengan hasil  penelitian Ria Desita dan Rahmadewi  (2013) di Puskesmas
Ciruas  Kabupaten Serang secara statistik  dengan menggunakan uji chi square  diperoleh hasil p
value = 0, 014 (p  <0,05) dengan demikian H0 ditolak  dan Ha diterima yang artinya ada 
hubungan antara usia dengan  kepatuhan ibu pemeriksaan antenatal  care dan diperoleh hasil p
value = 0,  022 (p <0,05) dengan demikian H0  ditolak dan Ha diterima yang artinya  ada
hubungan antara paritas dengan  kepatuhan ibu pemeriksaan antenatal  care(Desita
&Rahmadewi, 2013). 
Ibu yang baru pertama kali hamil  dengan jumlah paritas kehamilan  pertama dengan usia
yang reproduktif  (20-35 tahun) merupakan hal yang  sangat baru ibu alami sehingga  termotivasi
dalam melakukan  pemeriksaan kehamilannya ke tenaga  kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah 
pernah melahirkan lebih dari satu anak  mempunyai anggapan bahwa ia sudah  berpengalaman
sehigga tidak  termotivasi untuk memeriksakan  kehamilannya (Padila, 2014). 

SIMPULAN  
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan  bahwa dari 176 responden :

26 
Journal of Health Science 
Volume 1, Nomor 2, Agustus 2021 Eka Juniarty 

1. Distribusi frekuensi didapatkan ibu  hamil yang teratur melakukan  pemeriksaan antenatal
care sebanyak 125 responden (71,0%)  dan ibu hamil yang tidak teratur  melakukan
pemeriksaan antenatal  caresebanyak 51 responden  (28,9%). 
2. Distribusi frekuensi didapatkan ibu  dengan usia risiko tinggi sebanyak  114 responden
(64,8%) dan ibu  dengan usia risiko rendah sebanyak  62 responden (35,2%). 
3. Distribusi frekuensi didapatkan  paritas ibu dengan risiko tinggi  sebanyak 111 responden
(63,1%)  dan paritas ibu dengan risiko rendah  sebanyak 65 responden (36,9%). 
4. Ada hubungan yang bermakna  antara Usia dengan Keteraturan  Pemeriksaan Antenatal Care
Pada  
Ibu Hamil, dimana p value = (0,003) ≤ 0,05. 
5. Ada hubungan yang bermakna  antara Paritas Ibu dengan  Keteraturan Pemeriksaan Antenatal 
Care Pada Ibu Hamil, dimana p  value = (0,001) ≤ 0,05. 
SARAN 
Diharapkan petugas kesehatan  dapat berperan aktif dalam  memberikan edukasi kepada 
masyarakat dengan memberikan  informasi-informasi, khususnya 
tentang keteraturan pemeriksaan  antenatal care pada ibu hamil bahwa  pemeriksaan kehamilan
sangatlah  penting guna dapat mendeteksi dini  kegawatdaruratan maupunkomplikasi  yang dapat
terjadi baik pada ibu  ataupun pada janin. 

DAFTAR PUSTAKA 
1. Bobak, lowdermilk, Jensen. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta:  EGC. 

2. Desiet, Ria dan Rahmadewi.2014. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil  Dengan Ke antental-
care patuhan Ibu Terhadap Standar Kunjungan Antenatal Care di BPS “X” Cikarang. 5(1): Hal.
211-217. 

3. Fatkhiyah Natiqotul, dkk. 2020. Kepatuhan Kunjungan Antenatal care  Berdasarkan Faktor
Maternal. Jurnal SMART Kebdianan. 7(1): Hal. 29-34 

4. Fitriani Mujahidah, Fatimah. 2020. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi  Keteraturan Pemeriksaan


Antenatal care di Puskesmas Biru-Biru Kabupaten  Bone. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2(1): Hal
30-35. 

5. Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Pelayanan Keluarga  Berencana.
Jakarta: EGC. 

6. Manuaba, 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Pelayanan Keluarga  Berencana.
Jakarta: EGC. 

7. Maryunani, dkk, 2013. Asuhan Kegawatdarutan Maternal dan Neonatal. Jakarta:  Trans Info
Media. 

8. Notoadmodjo. 2014. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

27 
Journal of Health Science 
Volume 1, Nomor 2, Agustus 2021 Eka Juniarty 

9. Prawirohardjo, Sarwono. 2015. Ilmu Kandungan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 


10. Pudiastuti, R.D.2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal dan Patologi.  Yogyakarta:
Nuha Medika. 

11. Ratri,Junga, Dkk.2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keteraturan  Pemeriksaan


Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas  Ronatana Weru Kota Manado. e-
Journal Keperawatan. 5(1). 

12. Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.  Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 

13. Sri Daryanti, Menik. 2019. Paritas Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal  Care
diPMB Seleman Yogyakarta. Jurnal Kebidanan. 8(1): Hal. 56-60 

14. Wiknjosastro, 2015. Buku Acuan Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT.  Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
JOURNAL OF MEDICAL INTERNET RESEARCH Jiang et al Original Paper 

Maternal Mental Health Status and Approaches for


Accessing Antenatal Care Information During the
COVID-19 Epidemic in China: Cross-Sectional Study 

Hong Jiang , MD, PhD; Longmei Jin , MD; Xu Qian , MD, PhD; Xu Xiong , DrPH; Xuena La ,
1,2,3,4* 4,5* 1,2,3,4 6 1,2

MD; Weiyi Chen , MD; Xiaoguang Yang , PhD; Fengyun Yang , MD; Xinwen Zhang , MD;
1,2 1,2,3,4 7 8

Nazhakaiti Abudukelimu ; Xingying Li ; Zhenyu Xie , MD; Xiaoling Zhu , MD; Xiaohua Zhang , MD;
1 1 9 10 4,5

Lifeng Zhang , MD; Li Wang , MD, PhD; Lingling Li , MPH; Mu Li , MD, PhD 
7 11 12 13,14

1
School of Public Health, Fudan University, Shanghai, China 
2
Key Lab of Health Technology Assessment (National Health Commission), Fudan University, Shanghai, China 
3
Global Health Institute, Fudan University, Shanghai, China 
4
Minhang Branch, School of Public Health, Fudan University, Shanghai, China 
5
Minhang Maternal and Child Health Care Hospital, Shanghai, China 
6
School of Public Health and Tropical Medicine, Tulane University, New Orleans, LA, United States 
7
Jiading Maternal and Child Health Care Hospital, Shanghai, China 
8
The Fourth People’s Hospital of Shaanxi Province, Xi’an, China 
9
Pudong New District Maternal and Child Health Care Hospital, Shanghai, China 
10
Leping Maternal and Child Health Care Hospital, Leping, China 
11
Changzhou Maternal and Child Health Care Hospital, Changzhou, China 
12
Changzheng Hospital, Second Military Medical University, Shanghai, China 
13
School of Public Health, The University of Sydney, Sydney, Australia 
14
China Studies Centre, The University of Sydney, Sydney, Australia 
*
these authors contributed equally 

Corresponding Author: 
Hong Jiang, MD, PhD 
School of Public Health 
Fudan University 
Mailbox 175 
138 Yixueyuan Road 
Shanghai, 200032 
China 
Phone: 86 2154237267 
Email: h_jiang@fudan.edu.cn 

Abstract 
Background: China was the first country in the world to experience a large-scale COVID-19 outbreak. The rapid
spread of the disease and enforcement of public health measures has caused distress among vulnerable populations
such as pregnant women. With a limited understanding of the novel, emerging infectious disease, pregnant women
have sought ways to access timely and trusted health care information. The mental health status of pregnant women
during this public health emergency, as well as how they responded to the situation and where and how they
obtained antenatal care information, remain to be understood. 
Objective: This study aimed to evaluate the mental health status of pregnant women during the COVID-19
epidemic in China by measuring their perceived stress, anxiety, and depression levels; explore the approaches used
by them to access antenatal health care information; and determine their associations with maternal mental health
status. 
Methods: We conducted a web-based, cross-sectional survey to assess the mental health status of Chinese pregnant
women by using the validated, Chinese version of Perceived Stress Scale, Self-Rating Anxiety Scale, and Edinburgh
Depression Scale. We 

http://www.jmir.org/2021/1/e18722/ J Med Internet Res 2021 | vol. 23 | iss. 1 | e18722 | p. 1 


Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70  
https://doi.org/10.1186/s12884-020-2746-0

R E S EAR CH A R TIC L E Open Access 

Perceptions of pregnant women of


reasons for late initiation of antenatal
care: a 
qualitative interview study 
Denis Warri1* and Asha George2 

Abstract 
Background: Antenatal care serves as a key entry point for a pregnant woman to receive a broad range
of services and should be initiated at the onset of pregnancy. The aim of the study was to understand
the reasons for the late initiation of antenatal care by pregnant women in Nkwen Baptist Health Centre,
Bamenda, Cameroon. Methods: The study applied purposive sampling to recruit eighteen pregnant
women and three key informants for data collection through individual interviews. Pregnant women who
initiated antenatal care after the first trimester were recruited during antenatal care clinics and were
interviewed in a room at the Antenatal Care Unit. Key informants were midwives working at the
Antenatal Care Unit. Participation in the study was voluntary. The purpose of the study was explained to
participants, and they signed a consent form if they were willing to participate in the research. Data
were audio-recorded and analyzed using thematic coding analysis. Results: Pregnant women placed a
low value on early antenatal care because they perceived pregnancy to be a normal health condition or
to not be a serious issue that required seeking health care. Furthermore, previous positive pregnancy
outcomes for which women did not access care made them less motivated to initiate antenatal care
early. Participants perceived the booking system to be user-unfriendly and complained of overcrowded
conditions, long waiting times and some rude service providers. The cost of services and distance to
health facilities that required travel via uncomfortable transport on poor road networks were identified as
perceived barriers. The absence of effective community health programmes, perceived lack of support
from parents and spouses, fear of bewitchment and stigma due to cultural beliefs about the early
initiation of antenatal care were also identified as variables influencing late initiation. 
Conclusion: Pregnant women lack information on the purpose of early antenatal care. Health facility
barriers as well as socio-cultural beliefs have significant influences on the timing of antenatal care
initiation. The government of Cameroon should strengthen the health system and implement activities
to engage communities in improving care seeking for antenatal care and thereby improving maternal
health status of women. 
Keywords: Antenatal care, Maternal health, Pregnant women, Midwives, Care-seeking, Health education 
* Correspondence: deniswarri@cbchealthservices.org 
1
Cameroon Baptist Convention Health Services, P. O. Box 1, Bamenda, 
Cameroon 

Full list of author information is available at the end of the article 

© The Author(s). 2020 Open Access This article is distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 
International License (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), which permits unrestricted use, distribution, and 
reproduction in any medium, provided you give appropriate credit to the original author(s) and the source, provide a link to 
the Creative Commons license, and indicate if changes were made. The Creative Commons Public Domain Dedication waiver 
(http://creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/) applies to the data made available in this article, unless otherwise stated. 
Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 2 of 12

Background 
In 2015, approximately 303,000 women died from pregnancy-related causes globally, with 99% of all
mater nal deaths occurring in low and middle-income countries [1]. Within low and middle-income
countries, the highest maternal mortality rates are found in sub-Saharan Africa [2]. Within sub-Saharan
Africa, the West African region has the highest maternal mortality in Africa, accounting for
approximately 20% of global maternal deaths [3]. In West Africa, Cameroon has one of the highest
maternal mortality rates, with 596 deaths / 100,000 live births [4]. Additionally, in Cameroon,
approximately 80,000 women and girls suffer from injuries or disabilities caused by com plications
during pregnancy and childbirth each year [5]. The major causes of maternal mortality in Cameroon are
haemorrhage, malaria, complications from unsafe abor tion, hypertension, anaemia and pneumonia [ 6].
The skewed nature of maternal deaths demonstrates that the majority of maternal deaths could be
prevented through timely interventions by skilled healthcare providers, whether during the antenatal,
delivery or postpartum period [7, 8]. Antenatal care serves as a key entry point for a broad range of
services that enable the detection and management of risky conditions associated with preg nancy and
childbirth [8]. 
While research has demonstrated the benefits of ante natal care through the improved health of
mothers and babies, the exact components of antenatal care and what to do at what time have been
matters of debate [9]. Ini tially, the high-risk approach aimed to classify pregnant women as low risk and
high risk based on predeter mined criteria, which involved many visits [10]. This approach was difficult
to implement effectively since many pregnant women have at least one risk factor, and not all women
developed complications. At the same time, some low-risk women develop complications, par ticularly
during childbirth [9]. After a 2001 systematic review, the World Health Organization (WHO) moved away
from the high-risk antenatal care model developed largely for high-income countries [10]. The revised
model was based on reduced but goal-oriented clinic visits (focused antenatal care), which consisted of
at least four visits to a health facility during pregnancy [10]. More recently, evidence has shown that the
focused antenatal care model is probably associated with more perinatal deaths than models that call
for at least eight antenatal care visits [11]. 
Furthermore, evidence suggests that more antenatal care visits, irrespective of the resource setting,
are probably associated with greater maternal satisfaction than fewer antenatal care visits [11].
Currently, the 2016 WHO ante natal care model states that antenatal care models with a minimum of
eight contacts are recommended to reduce perinatal mortality and improve women’s experiences of 
care [11]. Research indicates that in low-income countries, particularly sub-Saharan African countries,
pregnant women often do not receive the recommended antenatal care services [2]. To ensure that
potential complications are identified in early pregnancy and managed effectively, the WHO recommends
that women should initiate ante natal care early and have at least eight contacts with healthcare
professionals during pregnancy [11]. In West Africa, many pregnant women, especially adolescent
women, tend to start antenatal care late, resulting in them not benefiting from preventive and curative
services. In a retrospective study on gestational age at antenatal booking and delivery outcomes in
Nigeria, the results reported a prevalence of late booking of 86% [12]. This result is in line with a cross-
sectional study in southern Benin. In this study in southern Benin, the primary target was pregnant
women attending an antenatal care visit, regardless of the length of pregnancy. The results showed that
among 301 pregnant women, only 24.6% utilized antenatal care services during the first trimester of
pregnancy [13]. An other cross-sectional study in The Gambia showed similar results of high rates of late
initiation of antenatal care. The study involved 457 women attending six urban and six rural antenatal
clinics. The results indicated that only 8.1% of the women attended antenatal care visits within the first
trimester of pregnancy, while 62.8 and 29.1% attended their first antenatal care visits in the second and
third trimesters respectively [14]. Similar to other West African studies, research has shown that most
pregnant women in Cameroon initiate antenatal care late [15, 16]. In a cross-sectional study in the Muea
Health Area in the Southwest Region of Cameroon, which is made up of rural/semi-urban settlements,
findings showed that only 27.2% of women had their first antenatal care visits in the first trimester [15].
Most of the women (69.1%) had their first visits in the second trimester, and 3.7% had their first antenatal
care visits in the third trimester [15]. The re search found that rural residence was associated with lower
antenatal care attendance. Semi- urban women were more likely than rural women to initiate antenatal
care early or attend four times or more. Financial constraints were the most significant barrier to the early
initiation of antenatal care [15]. This was because in Cameroon, payment for services is out of pocket
both in private and public health facilities with no exemption schemes. Com munity health insurance
schemes are weak and not effect ively utilized by the population. Similarly, the results of a cross-sectional
study in a suburban hospital in Buea in the Southwest Region of Cameroon revealed that while 60.5% of
women attended at least four antenatal care visits be fore delivery, only 20.5% of women attended
antenatal care during the first trimester of pregnancy [16]. In con trast to the study in the Muea Health
Area which is a rural/suburban area, in the study in Buea in the suburban 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 3 of 12

hospital, socio-demographic and obstetric factors were not found to be associated with attendance of
antenatal care in the first trimester [16]. 
The present study explored the perceptions of preg nant women concerning the late initiation of
antenatal care and how their experiences influenced their deci sions on the timing of antenatal care
initiation. This art icle presents the methods and findings of the study and discusses these findings in
relation to previous research on the late initiation of antenatal care. 

Methods 
Study design 
The study was an exploratory, qualitative study given that it aimed to gain a deeper understanding of
the percep tions, opinions and experiences of pregnant women and midwives regarding factors
influencing early antenatal care initiation during pregnancy. Qualitative research can develop concepts
that enable the understanding of social phenomena in a particular setting with emphasis on the
meaning, experiences and views of participants [17]. Hence, the approach enabled the researchers to
collect data through in-depth interviews with an interview guide using questions that were broad and
open-ended to enable detailed exploration based on the responses provided. The approach also
enabled the primary researcher to explore the reasons and opinions behind participants’ responses
through asking probing “why”, “how” and “what” ques tions to gain a deeper understanding of the
reasons for the late initiation of antenatal care among pregnant women. 

Research setting 
The study was conducted in Nkwen Baptist Health Cen ter, a semi-urban health centre located in the
Bamenda Health District in the Northwest Region of Cameroon. Nkwen Baptist Health Centre is a faith-
based outpatient clinic belonging to the Cameroon Baptist Convention Health Services. The health
centre has 144 staff mem bers and an average monthly patient attendance of 12, 128. The average
monthly antenatal care clinic attend ance of pregnant women is 358. The cost to initiate antenatal care
is at least 13,000 fcfa ($26) but slightly less in public health facilities. This cost excludes other costs,
such as for transportation to the health facility and feeding during clinics. Payment for services is out of
pocket both in private and public health facilities with no exemption schemes. The Bamenda Health
District is an urban and semi-urban area. With approximately 337, 036 inhabitants, the district has 17
health areas and covers a total surface area of 560 km 2. There is one main hospital (Bamenda Regional
Hospital), which functions as a referral hospital for 17 public, 12 lay private and 5 mission health
facilities. The Bamenda Health District is 
located in the Northwest Region of Cameroon. With Bamenda as its capital city, the Northwest Region is
the third most populated region in Cameroon, with an esti mated population of more than 1.8 million
inhabitants [18]. 

Sampling and recruitment 


The study sample comprised eighteen pregnant women and three key informant midwives. The inclusion
criteria were pregnant women who presented for their first ante natal care after twelve weeks of
pregnancy. The exclu sion criteria were pregnant women who were less than eighteen years of age, and
pregnant women who could not express themselves in English. Participants were selected through
purposive sampling. They were asked some key demographic questions, including the number of weeks
of gestation, to determine their eligibility for interviews. Key informants included Midwives serving at the
Antenatal Care Unit. The inclusion criteria were midwives who had been serving in the antenatal clinic for
at least two years. These midwives were included on the basis that they had been working and interacting
with pregnant women and could provide information on their perceptions and views regarding the timing
of ante natal care initiation. Interviewing midwives in addition to pregnant women was a means of
triangulating data sources to improve the credibility of the findings. 
Pregnant women who initiated antenatal care after the first trimester were informed about the study by
service providers at the Antenatal Care Unit during the provision of antenatal care services. Respondents
were only informed of the study at the end of their visits at the Antenatal Care Unit to ensure that the
study did not interfere with their access to care. They were informed that participation was voluntary and
that if they wished to participate, they would be referred to the primary researcher for interviews in a room
in the clinic. Those who agreed to participate were given a piece of paper by the service providers to
indicate that they were informed of the study and were directed to the primary researcher for interviews. 

Data collection method 


Data collection was conducted through in-depth inter views. Interviews were conducted face to face. This
method provided a rich form of data, as the participant was visible to the interviewer who could pick up on
non verbal cues. Questions were asked from a predetermined interview guide. The guide had a short list
of questions with probes to help direct the interview in a particular direction in a conversational manner.
Probing was a vital tool to ensure the credibility or true value of the data, as it allowed for the clarification
of interesting and relevant issues raised by the respondent. The interviews were audio-recorded. This
allowed the interviewer to prepare 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 4 of 12

the transcript for analysis, based on a verbatim account of the interview. With the data recording, the
inter viewer was able to review the recording multiple times as needed to catch elements that were
missed. Written notes were also used to record information as a supple ment to the audio- recorded
data. Data analysis was conducted alongside data collection and was stopped once saturation was
reached. Each interview took be tween thirty minutes to one hour and was assigned a code and a date
to maintain confidentiality. At the end of each interview, the audio recordings were transcribed verbatim
by the primary researcher and analyzed manu ally using thematic coding analysis (TCA). The primary
researcher’s diary notes were collated and analyzed at the end of each day to ensure reflexivity. 
Data analysis 
Data analysis was performed manually using TCA. TCA is a form of inductive analysis in which
categories or codes are allowed to emerge from the data [19]. The five phases of TCA are as follows:
familiarization, coding, identification of themes, reviewing and refining, integra tion and interpretation
[20]. The primary researcher continuously reflected on the setting and context to help interpret the
phenomena. The primary researcher also drew on existing research to inform the interpretation as well
as strengthen and support the argument. 

Ethical considerations 
Participation in the study was voluntary for pregnant women and midwives. Respondents were informed
of the study by staff only at the end of their visit at the Antenatal Care Unit to ensure that the study did
not interfere with their access to care. Each respondent was provided with a letter explaining the study,
requesting their participation and assuring them of the confidentiality of the study. Their consent was
sought, and a consent form was avail able for them to sign if they were willing to participate in the
research. Participation in the research did not inhibit the respondents’ access to care. The anonymity of
the participants was ensured by not asking questions that re vealed the identities of the participants and
not linking the results to individual participants. Pseudonyms were also used in the presentation of
findings to ensure anonymity. It was anticipated that the research would cause no harm to the research
participants. However, a professional Counsellor from Nkwen Baptist Health Centre was avail able in
case any of the pregnant women required emo tional support or counselling as a result of the research
process. Ethical clearance was obtained from the Biomed ical Research Ethics Committee of the
University of the Western Cape (UWC) and from the Institutional Review Board (IRB) of the Cameroon
Baptist Convention Health Services. Administrative clearance was also obtained from 
the Director of Health Services of the Cameroon Baptist Convention which authorized the researcher to
have ac cess to the research participants at Nkwen Baptist Health Centre. 

Results 
Eighteen pregnant women and three key informant mid wives were interviewed. The socio-demographic
details of the participants are summarized in Table 1. Pregnant women and midwives had the same
opinions on the rea sons for the late initiation of antenatal care. The results of the interviews are
summarized according to the following themes: 

Perceived susceptibility/perceived severity 

  Value of early antenatal care 


  Pregnancy as a normal health condition 
  Misconception of the ideal booking time 
  Obstetric history 

Perceived barriers 

  Accessibility of antenatal care services 

Table 1 Socio-demographic information of participants Description N = 21 Age range (in Years) n (%) 
18–22 5 (23.8) 23–27 8 (38.1) 28–32 1 (4.8) 33–37 4 (19.0) 38–42 2 (9.5) 43–47 1 (4.8) Marital status 
Single 4 (19.0) Married 17 (81.0) Gravidity 
1 5 (23.8) 2 7 (33.4) 3 4 (19.0) 4 4 (19.0) 5 1 (4.8) 
Parity 
0 5 (23.8) 1 8 (38.1) 2 4 (19.0) 3 2 (9.5) 
4 1 (4.8) 5 1 (4.8) 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 5 of 12
  High cost of initiating antenatal care 
  Distance to health facility 

Cues for action 

  Community health education 

Self-efficacy 

  Pregnancy disclosure 
  Support from spouse 
  Reaction of parents 

The Participants’ and primary researcher’s reflections about the setting and context were incorporated
into the findings to provide a richer description of the percep tions of reasons for the late initiation of
antenatal care. 

Perceived susceptibility/perceived severity due to late antenatal care initiation 


Perceptions of susceptibility and severity are perceptions that the early initiation of antenatal care is not
necessary or that there are no serious health implications of being pregnant that require the early
initiation of antenatal care. Themes that emerged under this category of percep tions were: the value of
early antenatal care; pregnancy as a normal health condition; and the ideal booking time. 

Value of early antenatal care 


Some of the pregnant women had the perception that the main purpose of the early initiation of
antenatal care was to know the state of the baby and since the baby was not fully formed in the first
trimester, they perceived the early initiation of antenatal care to be a waste of time or money. 

I could not come for ANC by one or two months [of being pregnant] because the foetus was not yet
formed so that I can do echography and know how the baby was doing. It was so early, so being so
early like that it would have just been waste of time. (P1, single, age range 18-22, parity 0) 

You need to go for antenatal care when pregnancy is big so that they can check the baby well. It’s just
that when I hear someone saying they are going for antenatal at two or three months [of pregnancy], I
judge that it’s because they have money to waste. I cannot just waste money like that. (P7, married,
age range 18-22, parity 2) 

Some women recognized the importance of early ante natal care but lacked insights into its purpose
for pregnant 
women and instead had a general understanding that pregnancy required antenatal care at some point. 

Early antenatal is good …because I am pregnant, and it [the antenatal clinic] is a place where, when
you are pregnant and preparing to deliver, you must appear. Had it been that I was not pregnant, I
could not be here, so I believe I am in the right place. (P8, married, age range 18-22, parity 1) 

Pregnancy as a normal health condition 


Many of the pregnant women considered pregnancy to be a normal life event rather than a condition that
re quires the attention of health personnel. Some of the pregnant women said they would seek antenatal
care only if they felt unwell. 

For me I don’t really see it that necessary to come for antenatal care clinic that early at two or three
months because first of all am not sick, am just nor mal, am fine and there’s nothing wrong with me.
(P17, married, age range 38-42, parity 3) 
There was no problem within the first three months, so if there was a problem, that’s when I would
have rushed and come earlier. (P2, married, age range 23-27, parity 0) 

Key informants also said most of the pregnant women who initiated antenatal care late did so as a
curative ra ther than a preventive service. 

They [pregnant women who initiate antenatal care late] feel antenatal care is a curative issue,
meanwhile that’s not the case. Antenatal care is preventive…this causes them to wait until they have a
health problem before they come for antenatal care. (P19, married, age range 43-47, parity 5) 

Misconception of the ideal booking time 


Some women said that because the purpose of initiating antenatal care was to diagnose any problems
that the baby may be having, the ideal booking time is after the first trimester when the baby is properly
formed. 

I know that it is normal [the ideal time] to come for antenatal clinic as from four or five months… at that
time you can be able to know better how the baby is faring. (P13, married, age range 23-27, parity 2) 

Many women did not have correct information on the ideal booking time due to misinformation from
family members, or inadequate health education during clinics. 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 6 of 12

As I was growing up, my mother used to teach me all those things, that when a woman is pregnant,
she needs to go for clinic from 4 to 5 months of pregnancy so that the nurses can know if the baby is
doing fine (P2, married, age range 23-27, parity 1) 

[The nurses] in the health talk [education] when I came here last time when I was pregnant [at five
months] did not tell us that a pregnant woman should start clinic when she is just one, two or three
months pregnant. I have not heard this before, it is very new to me. (P12, married, age range 23-27,
parity 1) 

Obstetric history 
Women with a positive obstetric history perceived preg nancy and safe delivery to be a normal
experience and did not see the need to initiate antenatal care early. 

[As for previous deliveries], I did not have complica tions, am always fine. I always come for antenatal
care clinic later than this [five months] usually seven months when its almost time for me to give birth.
I have always been delivering safely so I have no problem … I believe is just going to be the same be
cause the previous ones I just delivered safely, and this is even the fourth pregnancy. (P17, married,
age range 38-42, parity 3) 

Key informant midwives said that a positive obstetric history caused some pregnant women to see
antenatal care as a routine and preferred to book later. 

As women deliver more some of them think they know much and will not want to come and book
earlier. They think that antenatal care clinic is just a routine, they just think that since they have been
going for antenatal care clinic for the previous pregnancies there’s no need booking early. (PI20,
married, age range 33-37, parity 4) 
Among the pregnant women, one had a negative ob stetric history. Due to her blood group and that of
her spouse, all their previous children had sickle cell disease and did not survive. This influenced her to
delay initiat ing antenatal care because she was contemplating ter minating the pregnancy. 

I lost two children in the past due to our electrophoresis status [the incompatibility of her blood group
with that of her spouse]. I aborted the third and this is the fourth pregnancy and I am not happy about
it all…I decided to come now because I 
was still thinking whether to keep the pregnancy or not [terminate the pregnancy]. (P16, married, age
range 23-27, parity 0) 

Perceived barriers to antenatal care 


This category refers to barriers that prevent pregnant women from initiating antenatal care early. Themes
that emerged related to these perceived barriers were the ac cessibility of antenatal care services and
distance to health facilities. 

Accessibility of antenatal care services 


Some women said the booking system was user-unfriendly, with long waiting times, and that some of the
staff were rude, making accessing the services difficult and stressful. This influenced their timing of
booking antenatal care. 

The problem is the place is too congested, the population is too much. When you come you need to
stand on a very long line and aahh its really stressful…standing on the long lines every month from the
first month [of pregnancy] and for nine months is something I can’t really do….. So I decided to come
from five months to the last month so that at least I will not have to stress a lot. (P11, single, age range
18-22, parity 0) 

I was not really pleased with the way the welcome was at the clinic, some of them are very rude, they
don’t take time to explain things and end up just shouting at us and that’s even the most reason why
some of us don’t like to come early for clinic because we don’t want to interact with them. (P18, married,
age range 38-42, parity 3) 

High cost of initiating antenatal care 


Some of the pregnant women said it was expensive to initiate antenatal care. They had to delay initiating
care because they needed to plan and raise money to pay for the services. 

Let me say within the first two months, things were really difficult for us, so even if I was to start by then,
I woudn’t have started. Because you know the town is shaking [from socio-political tensions] now so
everything is difficult. Money is difficult to get ……there would have been no money to pay for tests and
drugs within the first two months. (P5, married, age range 23-27, parity 1) 

Some women said they could not afford to pay for ante natal care services and delayed initiating
antenatal care to 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 7 of 12

reduce the number of clinic visits, thereby reducing the total cost of antenatal care over the entire
pregnancy. 
You know there are financial challenges, there is a lot of hardship here and you have to pay for the
cost of antenatal care … to start coming from the first month [of pregnancy] to the last month like that I
don’t really have money because it is expensive to be coming from the first month to the last month,
no, no, I cannot afford money to pay. (P17, married, age range 38-42, parity 3) 

Midwives concurred that initiating antenatal care was expensive ($26) for many pregnant women and
that lack of finances was one of the reasons why many of them booked late. This amount was too high
for women within this community to afford to initiate antenatal care. 

For first booking you spend at least 13,000 FCFA [$26] and they [pregnant women] always see early
booking to be expensive to them…… we always at least attend to them and give them services
according to the money they are able to have and tell them to go and look for money and come and
finish their lab tests. (P21, single, age range 33-37, parity 1) 

Distance to health facility 


Some women said that the distance to the health facility was far and that transportation difficulties to
reach the facility caused them to postpone initiating antenatal care early. 

I do have difficulties of transport to come for clinic. You know the distance is far and I use bike [motor
cycle], am always very dizzy, that makes it difficult [to initiate antenatal care early] (P11, single, age
range 18-22, parity 0) 

Even though we have tarred road but the only means of transport is [by] bike we don’t have taxi. It’s
difficult with this pregnancy to climb on a bike, you are not comfortable, you are not sitting well so
most at times you find yourself trekking for long to where you can see a taxi to come for the clinic …
when you just think how you start trekking or climbing on a bike and start rolling down a long distance
with all the wind it discourages you from going [to initiate] antenatal care early. (P18, married, age
range 38-42, parity 3) 

Cues for action 


Cues for action refer to triggers that can cause a preg nant woman to take necessary action to initiate
antenatal 
care early. The absence of these cues can cause pregnant women to initiate antenatal care late. The
theme that emerged under cues for action was community health education. 

Community health education 


The absence of effective community outreach programmes that could make women aware of the need to
initiate ante natal care early caused some pregnant women to initiate late. 

To say health workers come to the community to educate us on how to go about [early antenatal care
initiation] when you are pregnant, I have not seen that… [As far as] seeing a doctor or a nurse coming
around our quarter to help enlighten [educate] us on pregnancy and [early] antenatal care, I have never
seen [that]. (P18, married, age range 38-42, parity 3) 

These pregnant women are ignorant of things about pregnancy and [early] antenatal [care], where we
can really educate women about them, they lack education…we lack a community forum [to have
education] on early start of antenatal clinic… (P19, married, age range 43-47, parity 5) 

Self-efficacy 
Self-efficacy refers to the confidence that enables a preg nant woman to be motivated to take action. It is
influ enced by socio-economic and demographic factors. In this study, some pregnant women did not
believe that they were capable of making the decision to initiate antenatal care within the first trimester.
Themes that emerged under self-efficacy were the cost of initiating antenatal care, pregnancy disclosure,
support from spouse, and the reaction of parents. 

Pregnancy disclosure 
Some of the participants initiated antenatal care late be cause they wanted to delay making the
pregnancy public, because of fear of perceived “enemies” who could harm their pregnancies. 

I did not come before this time because I did not want people to know especially people who don’t wish
me well, my enemies. (P2, married, age range 23-27, parity 1) 

Other women said they delayed making their preg nancy public because they were shy or ashamed
when the pregnancy was still early. It was noted that stigma associated with early pregnancy disclosure
influenced 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 8 of 12

both married and unmarried women in relation to the timing of antenatal care booking. 

Pregnancy in our culture even though you are married it has some types of conceptions. At times I am
shy and so I will not want my neighbours and people around to first of all know …. Culturally you feel
shy…. even though [you are] married, it has a little aspect of shame related [to it]. You don’t feel
comfortable you just feel a type [uncomfortable]. (P18, married, age range 38-42, parity 3) 

One of the key informant midwives said that unmar ried women especially young girls also hide the
pregnan cies within the first trimester due to the shame that information about their pregnancies will
bring to their parents. 

Most pregnant women at the beginning of pregnancy are always shy especially those who are not
married, they shy away first of all because they don’t want their neighbours, or their immediate family
members to know that they are pregnant so they hide the pregnancy seriously…some are ashamed
for fear of stigma that their neighbours will laugh at their parents that though she was so holy she is
not married but is pregnant. (P19, married, age range 43- 47, parity 5) 

Some of the women said community members consid ered early antenatal care to be a show of pride
and mocked women who initiated antenatal care early. 

So for us we believe that you only start going for clinic when the stomach is already very big [such] as
such from six months. Because when you go for antenatal care at one or two months when the baby
is still small, it is like you are boasting of something, proud which does not really speak well of you[in
the community]. (P17, married, age range 38-42, parity 3) 

Support from spouse 


In some cases, lack of support from the spouse con tributed to late initiation. Lack of trust made some
husbands not believe their wives when their wives told them that they were pregnant. This made the
husbands reluctant to provide money for the early initiation of antenatal care. 

Whenever I tell the father of my children that I am pregnant, he usually takes it for a lie…each time I
request for money to go for clinic he is not willing and will ask me to wait and he will give it [money] at
his own time. (P7, married, age range 18-22, parity2) 
Lack of knowledge on the ideal booking time by hus bands also contributed to them providing less
support to their wives to initiate antenatal care early. 
I was not given money on time by my husband and when I said I was pregnant and needed to go for
antenatal care early, he thought I was lying… It took many months before he gave me money….. He
thought one needed to go for antenatal care at 6 months [of pregnancy]. (P14, married, age range 18-
22, parity 0) 

Marital misunderstanding was also identified as one of the reasons that caused many husbands not to
support their wives to book early. 

Sometimes he [my husband] is not understanding, what I will actually want from him he will not even
give me. Like this food they are telling us to go and eat, I don’t know how I will explain to him because
according to him he thinks that I just want to take his money and eat… he [will] just get angry and say,
“Why are you struggling to go? You just want to waste my mone”. (P18, married, age range 38-42,
parity 3) 

Reaction of parents 
Most of the unmarried women especially young girls said that the fear of negative reactions from their
parents led to the late disclosure of pregnancy and hence con tributed to the late initiation of antenatal
care. 

My parents were not going to welcome the preg nancy since I was just a student …so telling them
when the pregnancy was still one or two months or so it would have been a taboo or something and I
will surely be beaten…my parents are wild and they could do anything, so I was scared [and decided to
hide the pregnancy from them]. (P11, single, age range 18-22, parity 0) 

Discussion 
Our study identified the following four key themes that we used as a basis to explain the reasons for late
initi ation of antenatal care: perceived susceptibility/perceived severity due to late antenatal care
initiation; perceived health system barriers to early antenatal care; cues for action; and self-efficacy.
Explanatory aspects of the find ings are elaborated and placed in the context of the broader literature. 

Perceived susceptibility/perceived severity due to late antenatal care initiation 


A major finding of the study was the lack of knowledge on the purpose of early antenatal care and
therefore the 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 9 of 12

right time to initiate antenatal care. This lack of under standing is influenced by a perception that
antenatal care is primarily provided to detect or treat diseases. This explains why many participants said
they did not have any problems in early pregnancy that required the intervention of health personnel.
Some respondents as sumed that there were no benefits in booking in the first three months. There is a
perception that women can successfully go through the first trimester of pregnancy without antenatal
care. Pregnant women view health is sues as normal health conditions or not serious enough to require
that they seek healthcare. These are the argu ments used by those advocating for goal-oriented ante
natal care visits. Hence, antenatal care is perceived as a curative rather than a preventive intervention.
This is in line with a study by Ndidi and Oseremen in which they reported that most women booked
antenatal care late because of the belief that there are no advantages to booking antenatal care in the
first three months of preg nancy [21]. Some of the women were aware of the importance of early
antenatal care but lacked insight into its comprehensive purpose. The value of the early initiation of
antenatal care was not well described, and descriptions of antenatal care most often focused on
curative care or preparation for delivery, as was found in a study in rural South Africa [22]. 
In this study, some participants believed that there was no ideal booking time for antenatal care. This
is similar to a study in southern Nigeria in which the majority of pregnant women claimed that it is safe to
book antenatal care at any time during pregnancy [23]. There were di verse reasons for the lack of
information on the ideal booking time. Some participants responded that they had never been informed
of the ideal booking time by service providers during previous antenatal clinics. Health education
programmes during antenatal care clinics failed to address the issue of the ideal booking time, and multi
gravidas who booked late in previous pregnancies were likely to continue with the same prac tice during
subsequent pregnancies. In a study in Buea Health District in Cameroon, few and ineffective health
education sessions held by service providers during ante natal care clinics were highlighted to be
related to the poor utilization of antenatal care services by pregnant women [15]. It has been found that
past experience with antenatal care services is not a predictor of the timely booking of antenatal care
[24]. 
In this study, some participants responded that they grew up observing their mothers initiating
antenatal care later in pregnancy. Other participants said they were ad vised by their mothers or
spouses to initiate antenatal care after the first trimester. The study reveals the im portant role that
parents or spouses play in deciding the time of booking antenatal care. There is a need to 
develop health education programmes that empower parents and spouses to improve their knowledge of
the importance of early antenatal care services. In a study in southwestern Nigeria, incorrect advice on
the best time to start antenatal care from relatives or partners was highlighted as one of the reasons why
women in their first pregnancies started antenatal care late [25]. 
Multigravida participants said they used previous positive pregnancy outcomes as experience in
handling subsequent pregnancies. Previous positive pregnancy experiences made pregnant women
develop confidence and thus were less motivated to initiate antenatal care early. This is in line with a
study that found that multiparous women were usually confident, believing that having delivered many
times previ ously, they were well versed in pregnancy and delivery and did not need to book antenatal
care early [23]. On the other hand, previous negative pregnancy outcomes influenced some of the
participants to delay initiating antenatal care because initially, they planned to terminate the pregnancy.
This finding is consistent with those of a study that found that some women postponed initiating antenatal
care until they were free from a perceived obligation to terminate the pregnancy. This may occur with
unplanned pregnancies among women with difficult obstetric histories [26].. 

Perceived health system barriers to early antenatal care Some respondents perceived the booking system to
be user-unfriendly. They complained of overcrowded condi tions; many movements between the
consultation room, laboratory, ultrasound room, and pharmacy, which were far from each other; long
waiting times; and some rude clinic staff. These experiences undermined the quality of antenatal care
offered to pregnant women. Women who perceived poor quality services preferred to delay the initi ation
of antenatal care to avoid going through the experi ence at the early stage of pregnancy. 
Dissatisfaction with care in health facilities, including long waiting times and, rude and unfriendly
attitudes of healthcare providers has been found to be related to late booking among pregnant women
[27]. 
In this study, some participants expressed their inabil ity to afford the cost of initiating antenatal care
and the necessity to delay booking until they raised the required amount. While some women said the
cost of initiating antenatal care ($26) was expensive, others said the nega tive economic effects of the
socio-political tensions in the region aggravated their financial hardship, limiting their ability to pay for the
cost of booking antenatal care early. Booking for antenatal care requires payment for a number of
laboratory tests and drugs. In addition, preg nant women have to pay for transport to the health facil ity.
Most of the women in this community are poor. Payment for services is out of pocket, and there are no
exemption schemes. This system renders many women 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 10 of 12
unable to afford for health services. In a low-resource setting such as Cameroon, financial constraints
and dis tance to the health facility play a major role in determin ing the timing of initiation of antenatal
care. Distance limits women’s ability and willingness to seek health care, as the road network is poor,
and the common means of transport is by motorcycles. These reasons are similar to those observed in
a study conducted in Ethiopia, where financial constraints were amongst the most common reasons for
late antenatal care booking [28]. Tolefac et al. also found that in Cameroon, distance to the nearest
health facility and transport cost were strong barriers to the early initiation of antenatal care among
pregnant women [29]. Uncomfortable transport and poor road conditions have also been found to be
barriers to the utilization of antenatal care by pregnant women [30]. 

Cues for action 


This study found that there was no effective community outreach to serve as cue for action for pregnant
women to initiate antenatal care early. The absence of a commu nity health education programme
contributed to the lack of knowledge on the ideal booking time, which led to late initiation of antenatal
care by pregnant women. If women are to be encouraged to seek antenatal care early, the purpose and
value of the early initiation of antenatal care will need to be communicated across the communities in
which they live. Other studies have found that public health strategies within communities are necessary
to raise awareness and promote early ante natal care services among pregnant women [31]. 

Self-efficacy 
In this study, fear of disclosing pregnancy due to com munity pressures and beliefs was associated with
the late initiation of antenatal care. Some participants delayed the initiation of antenatal care out of
shame, while others were afraid of being mocked by community mem bers for initiating antenatal care
too early. Fear of be witchment was also mentioned as a reason for booking antenatal care late by
some women. Fear of perceived “enemies” who could harm a woman’s pregnancy has been found to
contribute to the late initiation of ante natal care [21]. These findings may also support previous findings
that social norms such as seeking advice from village elders before disclosing pregnancy are still dom
inant in the decision-making process regarding the tim ing of antenatal care initiation [32]. Some
participants indicated that unplanned pregnancies, especially among young single women, were in most
cases associated with late disclosure to parents due to fear of potentially nega tive reactions. A
perceived lack of parental support translated into the late initiation of antenatal care. Social 
support has been shown to facilitate early antenatal care attendance [33]. Lack of support from spouses
through their refusal to provide money required to cover the cost of antenatal services or their
discouragement of the early initiation of antenatal care was highlighted by some of the participants as
reasons for the delayed initiation of antenatal care. These women had to wait for their spouses to decide
for them about when to start attend ing the clinic. Their spouses either did not provide the cash to cover
the cost of antenatal care or were ignorant of the importance of early antenatal care. In Cameroon,
husbands play a key role in decision making for women, hence the need to involve men in health
education pro grammes that aim to promote the effective utilization of antenatal care services. Having a
spouse who is not sup portive was highlighted as being associated with initiat ing antenatal care late for
both adolescent and adult pregnant women in southeastern Tanzania [34]. 

Conclusion 
The study explored the perceptions of pregnant women of reasons for the late initiation of antenatal care.
In Cameroon only approximately 20.5% of pregnant women initiate antenatal care within the first
trimester of preg nancy. The study showed that pregnant women and midwives have the same opinions
of the reasons for the late initiation of antenatal care: 

  Pregnant women place a low value on early antenatal care due to a lack of knowledge of its importance.
They perceive pregnancy to be a normal health condition or to not be a serious issue that requires
seeking health care. 
  Pregnant women lack information on the ideal booking time due to the ineffectiveness of health education
programmes during antenatal care clinics. Misinformation from family members and spouses is also a
reason for the lack of information about the ideal booking time for antenatal care among pregnant
women. 
  Some participants perceive the booking system to be user-unfriendly and complain of overcrowded condi
tions, long waiting times and rude clinic staff. 
  Women who perceive poor quality services prefer to delay initiating antenatal care to avoid going through
the experience at the early stage of pregnancy. 
  The high cost of initiating antenatal care as well as the distance to health facilities that require travel via
uncomfortable transport and poor road networks are also identified as barriers to the early initiation of
antenatal care. 
  The absence of effective community health education programmes that could serve as triggers 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 11 of 12

for early antenatal care contributed to a lack of knowledge of the ideal booking time. This causes some
pregnant women to initiate antenatal care late. 
  A perceived lack of support from parents for unmarried young women and a lack of support from spouses
for married women lead to the late 
initiation of antenatal care. Fear of bewitchment and stigma due to cultural values and beliefs about the
early initiation of antenatal care are also variables influencing late initiation. 

These findings are the same with those found by other researchers more than twenty years ago. The
major question for reflection is whether global development goals have made any difference in maternal
health ser vices and outcomes in countries such as Cameroon. The government of Cameroon should
effectively implement activities that engage communities in improving care seeking for antenatal care
and thereby improving the health status of women. Service providers should also implement strategies
that will strengthen health facilities to provide quality services to pregnant women. 
Abbreviations 
ANC: Antenatal Care; HIV: Human Immunodeficiency Virus; IEC: Information Education and Communication; IRB: Institutional Review
Board; P: Participant; PMTCT: Prevention of Mother to Child Transmission; TCA: Thematic Coding Analysis; UNICEF: United Nations
Children’s Fund; USAID: United States Agency for International Development; UWC: University of the Western Cape; WHO: World Health
Organization 

Acknowledgements 
We would like to thank all the pregnant women and midwives who participated and gave their time and support to this study. 

Authors’ contributions 
DW conceived the original ideas, wrote the study protocol, secured ethical approval, recruited the participants, conducted the interviews,
analyzed the data and wrote up the findings for publication. AG supervised the data collection, data analysis and writing of the findings
for publication. All authors read and approved the final manuscript. 

Funding 
Not applicable 

Availability of data and materials 


Not applicable 

Ethics approval and consent to participate 


Ethical clearance was obtained from the Biomedical Research Ethics Committee of the University of the Western Cape (UWC) and from
the Institutional Review Board (IRB) of the Cameroon Baptist Convention Health Services. Participation in the study was voluntary for
pregnant women and midwives. Respondents were each given a letter explaining the study, requesting their participation and assuring
them of the confidentiality of the study. Their consent was sought, and a consent form was available for them to sign if they were willing to
participate in the research. 

Consent for publication 


Not applicable 

Competing interests 
The authors declare that they have no competing interests. 
Author details 
1
Cameroon Baptist Convention Health Services, P. O. Box 1, Bamenda, Cameroon. 2School of Public Health, University of the Western
Cape, Cape Town, South Africa. 

Received: 30 June 2019 Accepted: 16 January 2020 

References 
1. World Health Organization (WHO). (2018). Maternal Mortality. (Online). Available:
http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal mortality. (13/07/2017 5:35PM). 
2. United Nations Children Fund (UNICEF). (2018). UNICEF Data: Monitoring the Situation of Children and Women. (Online). Available:
http://data.unicef. org/topic/maternal-health/maternal-mortality/ 
3. United Nations Children Fund (UNICEF). (2009). Maternal and Newborn health – West and Central Africa. (Online). Available:
https://www.unicef.org/ wcaro/overview_2637.html 
4. World Health organization (WHO). (2015). Trends in maternal mortality 1990 to 2015. (Online). Available:
http://www.afro.who.int/sites/default/files/2017- 05/trendsin-maternal-mortality-1990-to-2015.pdf. 
5. United States Agency for International Development (USAID). (2006). Maternal and Neonatal Program Effort. (Online). Available:
http://www. policyproject.com/pubs/MNPI/MNPI2005/2005Cameroon.pdf. 
6. Tebeu, P., Halle-Ekane, G., Itambi, M., Mbu, R., Mawamba, Y. & Fomulu, J. (2015). Maternal mortality in Cameroon: a university teaching
hospital report. Pan Afr Med J. 21(16). (online) Available: https://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC4561158/ 
7. Awusi V, Anyanwu E, Okeleke V. Determinants of antenatal care services utilization in Emevor Village, Nigeria. Benin J Postgrad Med.
2009;11(1). 8. Kuhnt J, Vollmer S. Antenatal care services and its implications for vital and health outcomes of children: evidence from 193
surveys in 69 low-income and middle-income countries. BMJ Open. 2017;7:17122. 
9. Lincetto O, Mothebesoane-Anoh S, Gomez P, Munjanja S. Antenatal care. In: Lawnj K, editor. Opportunities for Africa’s newborns:
practical data, policy and programmatic support for newborn and child health. (online). Available:
http://www.who.int/pmnch/media/publications/oanfullreport.pdf; 2006. 
10. World Health Organization (WHO). Integrated Management of Pregnancy and Childbirth – WHO recommended interventions for improving
maternal and newborn health. Geneva: World Health Organization; 2010. 
11. World Health Organization (WHO). (2016). WHO recommendations on antenatal care for positive pregnant experience. (Online). Available:
http:// www.who.int/reproductivehealth/publications/maternal_perinatal_health/ anc-positive-pregnancy-experience/en/ 
12. Okunlola M, Owonikoko K, Fawole A. Gestational age at antenatal booking and delivery outcome. Afr J Med Med Sci. 2008;37(2):165–
9. 
13. Ouendo E, Sossa J, Saizonou J, Guedegbe C, Mongbo A, Mayaki A, Ouedraogo T. Determinants of low antenatal care services utilization
during the first trimester of pregnancy in southern Benin rural setting. Universal J Public Health. 2015;3(5):220–8. 
14. Anya S, Hydara A, Jaiteh L. Antenatal care in the Gambia: missed opportunity for information, education and communication. BMC
Pregnancy Childbirth. 2008;8(9). 
15. Halle-Ekane G, Obinchemti T, Nzang N, Mokube N, Njie M, Njamen T, Nasah B. Assessment of the content and utilization of antenatal Care
Services in a Rural Community in Cameroon: a cross-sectional study. Open J Obstet Gynecol. 2014;4:846–56. 
16. Njim M. Late pregnancy outcomes among women who attended and women who did not attend first trimester antenatal care visits in a
suburban regional Hospital in Cameroon. Int J MCH AIDS (2016). 2016; 4(1):14–23. 
17. Pope N, Mays C. Reaching the parts other methods cannot reach: an introduction to qualitative methods in health and health services
research. BMJ. 1995;311(6996):42–5. 
18. Egbe T, Ncham E, Takang W, Egbe E, Halle Ekane G. Use of the Partogram in the Bamenda Health District, north west region, Cameroon A
Cross Sectional Study Openventio Publishers. 2016;2(5). 
19. Robson C, McCartan K. Real world research. West Sussex: John Wiley and Sons; 2011. 
20. Gibbs G. Analyzing Qualitative Data. London: Sage Publications; 2007. 

Warri and George BMC Pregnancy and Childbirth (2020) 20:70 Page 12 of 12

21. Ndidi E, Oseremen I. Reasons given by pregnant women for late initiation 
of antenatal care in the Niger Delta, Nigeria. Ghana Med J. 2010;44(2):47–51. 
22. Myer L, Harrison A. Why do women seek antenatal care late? Perspectives 
from rural South Africa. J Midwifery Womens Health. 2003;48(4):268–72. 
23. Utuk N, Ekanem A, Abasiattai A. Timing and reasons for antenatal care 
booking among women in a tertiary health care center in southern Nigeria. 
Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2017;6(9):3731–6. 
24. Alemayehu T, Yilma M, Zewditu K. Previous utilization of service does not 
improve timely booking in antenatal care: cross sectional study of timing of 
antenatal care booking at public health facilities in Addis Ababa. Ethiop J 
Health Dev. 2010;24:226–33. 
25. Adekanle D, Isawuni A. Late antenatal care booking and its predictors 
among pregnant women in South Western Nigeria. Online J Health Appl 
Sci. 2008;7(1):4. 
26. Haddrill R, Jones G, Mitchell C, Anumba D. Understanding delayed access to 
antenatal care: a qualitative interview guide. MBC Pregnancy Childbirth. 
2014;14(207). 
27. Mrisho M, Obrist B, Schellenberg J, Haws R, Mushi A, Mshinda H, Tanner M, 
Shellenberg D. The use of antenatal and postnatal care: perspectives and 
experiences of women and health care providers in rural southern Tanzania. 
BMC Pregnancy Childbirth. 2009;9:10. 
28. Gulema H, Berhane Y. Timing of first antenatal care visit and its associated 
factors among pregnant women attending public health facilities in Addis 
Ababa, Ethiopia. Ethiop J Health Sci. 2017;27(2):139–46. 
29. Tolefac P, Halle-Ekane G, Agbor V, Sama C, Ngwasiri C, Tebeu P. Why do 
pregnant women present late for their first antenatal consultation in 
Cameroon? Matern Health, Neonatol Perinatol. 2017;67(8). 
30. Mathole T, Lindmark G, Majoko F, Ahlberg B. A qualitative study of women’s 
perspectives of antenatal care in a rural area of Zimbabwe. Midwifery. 2004; 
20(2):118–25. 
31. Titaley C, Hunter C, Heywood P, Dibley M. Why don’t some women attend 
antenatal and postnatal care services?: a qualitative study of community 
members’ perspectives in Garut, Sukabumi and Ciamis districts of west java 
province, Indonesia. BMC Pregnancy Childbirth. 2010;10(61):1471–2393. 
32. Roberts J, Hopp M, Sealy D, Taylor M, Mataya R, Gleason P. The role of 
cultural beliefs in accessing antenatal Care in Malawi: a qualitative study. 
Public Health Nurs. 2017;34(1):42–9. 
33. Abrahams N, Jewkes R, Mvo Z. Health care-seeking practices of pregnant 
women and the role of the midwife in Cape Town, South Africa. J 
Midwifery Womens Health. 2001;46(4):240–7. 
34. Gross K, Alba S, Glass T, Schellenberg J, Obrist B. Timing of antenatal care 
for adolescent and adult pregnant women in South-Eastern Tanzania. BMC 
Pregnancy Childbirth. 2012;12(16):1–2. 

Publisher’s Note 
Springer Nature remains neutral with regard to jurisdictional claims in 
published maps and institutional affiliations. 

Anda mungkin juga menyukai