Disusun Oleh :
Arika Noviriana
2114901110010
a.2 Etiologi
Kecelakaan jalan raya adalah penyebab terbesar, hal mana cukup kuat
untuk merusak kord spinal serta kauda ekuina. Di bidang olah-raga, tersering
karena menyelam pada air yang sangat dangkal (Pranida, Iwan Buchori, 2007).
Penyebab dari cedera medulla spinalis menurut Batticaca (2008), antara lain:
a.4 Patofisologi
Akibat suatu trauma mengenai tulang belakang, jatuh dari ketinggian,
kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga, mengakibatkan patah tulang
belakang; paling banyak cervicalis dan lumbalis. Fraktur dapat berupa patah
tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan sumsum
tulang belakang dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang, laserasi
dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, blok syaraf parasimpatis
pelepasan mediator kimia, kelumpuhan otot pernapasan respon nyeri hebat dan
akut anestesi. Iskemia dan hipoksemia syok spinal gangguan fungsi rektum,
kandung kemih.Gangguan kebutuhan gangguan rasa nyaman, nyeri, oksigen
dan potensial komplikasi, hipotensi, bradikardia, gangguan eliminasi.
a.7 Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis
Tindakan-tindakan untuk imobilisasi dan mempertahankan vertebral dalam
posisi lurus;
1. Pemakaian kollar leher, bantal psir atau kantung IV untuk mempertahankan
agar leher stabil, dan menggunakan papan punggung bila memindahkan
pasien.
2. Lakukan traksi skeletal untuk fraktur servikal, yang meliputi penggunaan
Crutchfield, Vinke, atau tong Gard-Wellsbrace pada tengkorak.
3. Tirah baring total dan pakaikan brace haloi untuk pasien dengan fraktur
servikal stabil ringan.
4. Pembedahan (laminektomi, fusi spinal atau insersi batang Harrington) untuk
mengurangi tekanan pada spinal bila pada pemeriksaan sinar-x ditemui
spinal tidak aktif.
2.1. Pengkajian
2.1.1. Riwayat kesehatan
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran
saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
2.1.2. Pemeriksaan fisik
a) Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene
stokes, biot, hiperventilasi, ataksik)
b) Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c) Sistem saraf :
Kesadaran : GCS
Fungsi saraf kranial : Trauma yang mengenai/meluas ke
batang otak akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
Fungsi sensori-motor : Adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia,
riwayat kejang.
d) Sistem pencernaan
Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah
tersedak. Jika pasien sadar : Tanyakan pola makan?
Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
e) Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik :
hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan
otot.
f) Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan :
disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf
fasialis.
g) Psikososial : data ini penting untuk mengetahui dukungan yang
didapat pasien dari keluarga.
b.2 Perencanaan
Diagnosa 1:Bersihan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
b.2.1 Tujuan dan Kriteria hasil (NOC)
a. Menunjukan pola pernapasan efktif, yang berdasarkan oleh status
pernapasan: status ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu:
kepatenan jalan napas: dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari
rentang normal
b. Menunjukan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dengan
indikator kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas, serta
ekspensi dada simetris.
c. Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernapasan: ventilasi
dibuktikan dengan indikator penggunan otot aksesorius, suara napas
tambahan, pendek napas
d. Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal.