Anda pasti setuju kalau saya bilang, “Pantang bagi seorang istri membeberkan aib suaminya
kepada orang lain, apalagi sampai menjadikannya konsumsi publik di forum-forum grup di
sosial media.”
Membocorkan aib suami di depan umum adalah tindakan tercela yang dilarang agama.
Selain bisa mendatangkan murka Allah, tindakan ini juga bisa memancing orang ketiga
untuk masuk ke dalam rumah tangga.
Ternyata, ada 3 kondisi di mana istri boleh menceritakan apa saja keburukan suaminya.
Tapi, perlu diingat, hanya di beberapa kondisi ini saja.
Secara etika, mertua wajib berpihak kepada menantu, sehingga menantu merasa nyaman
untuk berbagi bila sang suami berulah.
Akan tetapi, fakta di lapangan justru seringkali sebaliknya. Mertua lebih sering membela
anak kandungnya dan “memukul” menantu.
Kalau sudah demikian, istri seolah tidak punya pilihan selain melapor ke orang tuanya
sendiri. Kalau sudah begini, kasusnya pasti berabe dan seringkali membuat rumah tangga
geger berkepanjangan.
Intermezzo sedikit:
Anda tentu sering melihat anak-anak yang bermain, tiba-tiba mereka bertengkar, dan salah
satu dari mereka menangis, bukan? Apa yang akan dia lakukan?
Tentu saja, lapor orang tua kan?
Nah itu dia.
Coba Anda bayangkan itu dilakukan oleh pasangan suami istri yang bertengkar, lalu
melapor kepada orang tua masing-masing. Apa bedanya dengan anak kecil tadi?
Karena itu, istri boleh menceritakan aib suami hanya kepada orang tua sang suami.
Karena itu, dalam kondisi ini, si istri boleh menyampaikan keburukan suaminya.
Tapi, perlu diingat, bahwa yang diceritakan istri di sini harus sesuai dengan kenyataan.
Bukan rekayasa.
Selama yang disampaikan adalah fakta, maka di pengadilan agama ini, istri diperbolehkan
mengungkap keburukan suaminya.