Disusun oleh :
dr. Warenda Wisnu Aulia Rakhman
PUSKESMAS SLEMAN
YOGYAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti yang ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri
belakang bola mata, mual dan manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet
(rumple lead) positif, bintik-bintik merah di kulit (petekie), mimisan, gusi
berdarah dan lain sebagainya. Pada umumnya penderita DBD (Demam
Berdarah Dengue) akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase
pertama: 1-3 hari ini penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi
400C, kemudian pada fase kedua penderita mengalami fase kritis pada hari
ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga
370C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa
sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara
drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase yang ketiga
ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam
kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan
perlahan naik kembali normal kembali.
Sampai saat ini BD masih menjadi masalah kesehatan bagi
masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian
sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam
keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurang usia harapan dalam
keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup
msyarakat. Dampak ekonomi langsung adalah biaya pengobatan yang cukup
mahal, sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja
dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan
akomodasi selama perawatan sakit.(Kemenkes,2017)
Berdasarkan laporan dari dinas kesehatan Kabupaten Sleman, pada
tahun 2018 angka kejadian demam berdarah dengue (DBD) sebanyak 144
kasus dengan ditemukan satu orang diantaranya meninggal dunia. Meskipun
angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2017 sebanyak 427 kasus
dengan empat orang ditemukan meninggal, tetapi angka pada tahun 2018
dianggap masih dapat meningkat. Pada awal tahun 2019 diperkirakan
jumlah kasus DBD diprediksi dapat meningkat dari tahun 2018. Hal tersebut
dikarenakan siklus empat tahunan yang terjadi di wilayah Kabupaten
Sleman. Pada awal tahun 2019 sendiri, dinas kesehatan Kabupaten Sleman
tercatat sudah ditemukan 78 kasus DBD dalam dua bulan. (Dinkes Sleman,
2019) Sedangkan diwilayah kerja puskesmas sleman yang terdiri dari 5
desa, tercatat sudah ditemukan 45 kasus DBD yang tersebar diseluruh desa,
dengan usia penderita bervariasi dari mulai anak, remaja dan dewasa.
Upaya pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan
PSN 3M Plus (menguras, menutup tempat penampungan air dan mendaur-
ulang / memanfaat kembali barang-barang bekas) serta ditambah (Plus)
seperti : menaburkan larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan
jentik, mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-lain. Upaya ini
melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait melalui wadah
Kelompok Kerja Operasional Demam Berdarah Dengue (Pokjanal DBD)
dan kegiatan Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
Oleh karena itu untuk meningkatkan keberhasilan pengendalian
DBD dan mencegah terjadinya peningkatan kasus atau KLB, maka
diperlukan adanya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dalam melakukan
pengawasan dan penyuluhan kepada seluruh masyarakat setiap desa, dusun
bahkan RT setempat agar melakukan PSN dengan 3M plus. PSN dapat
dilakukan melalui kegiatan menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali
barang bekas, plus mencegah gigitan nyamuk dengan cara
mengimplementasikan gerakan 1 rumah 1 juru pemantau jentik (Jumantik).
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa di
Kabupaten Sleman khususnya di wilayah kerja puskesmas sleman masih
cukup tinggi angka kejadian DBD. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh
beberapa sebab seperti pengetahuan dan pengaplikasian gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang efektif.
II. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi yang dirasa efektif adalah melakukan kegiatan bersama
atau lintas sektor bersama warga masyarakat dan instansi yang bekerja di
setiap kecamatan, desa, dusun maupun RW dan RT yaitu kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) bersama-sama.
Tujuan kegiatan PSN ini adalah memberikan kesadaran dan
pengetahuan pada masyarakat akan pentingnya memberantas sarang
nyamuk hingga paling ujung. Termasuk di dalamnya adalah kebersihan
lingkungan sekitar tempat tinggal (desa/dusun), rumah tangga dan diri
sendiri. Sebab dari kesehatan dan kebersihan lingkungan penyakit demam
berdarah dengue (DBD) dapat meningkat bahkan dapat ditekan angkanya
hingga serendah mungkin. Sehingga diharapkan masyarakat dapat
mendapatkan pengetahuan tambahan dan menumbuhkan rasa peduli
terhadap kesehatan lingkungan guna mencegah terjadinya penyakit DBD.
III. PELAKSANAAN
Tanggal : 28 Juni 2019
Pukul : 07.30-10.30
Tempat : Dusun Beteng, Desa Tridadi, Kecamatan Sleman
Kegiatan : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
IV.TEMUAN
Pada saat pelaksanaan dengan melakukan penyisiran disetiap rumah
dengan kelompok-kelompok masyarakat, untuk menilai apakah terdapat
lingkungan yang berisiko menjadi saran nyamuk aedes aegpty. Dari
pelaksanaan tersebut ternyata masih ditemukan dibeberapa rumah, tempat
yang dapat digunakan nyamuk untuk bersarang dan berkembang biak,
seperti kaleng atau wadah yang tergenang air dan tidak digunakan yang
didalamnya ditemukan jentik-jentik nyamuk. Selain itu, terdapat dibeberapa
rumah tempat-tempat yang tersembunyi dan jarang terjamah oleh manusia,
seperti tumpukan kayu diluar rumah yang terbuka namun terdapat genangan
air yang dapat dijadikan sarang nyamuk.
Selain itu, juga ditemukan pengetahuan masyarakat tentang
pemberantasan penyakit DBD utamanya adalah melalui fogging, yang
sebenarnya sudah tidak efektif untuk memberantas nyamuk aedes aegepty.
Sehingga paradigma tersebut harus mulai diubah sedikit demi sedikit dan
beralih ke kebersihan dan kesehatan lingkungan yang utama.
B. Saran
Untuk kedepannya masyarakat disarankan untuk lebih menjaga
kebersihan lingkungan sekitarnya dapat dilakukan :
- Melaksanakan kegiatan rutin minimal satu hari dalam seminggu
khusus untuk membersihkan lingkungan.
- Giat bersama-sama saling memberikan informasi jika ada rumah atau
lingkungan yang ditemukan jentik ataupun ada keluhan mengarah ke
demam berdarah, sehingga dapat dicegah dan diketahui lebih dini.
Sleman, Juli 2019
Peserta Pembimbing