Anda di halaman 1dari 13

TUGAS SISTEM & REKAYASA NILAI

HUBUNGAN DESAIN, SYSTEM ENGINEERING


DAN SUSTAINABILITY

EVALUASI KONSEP GREEN BUILDING PADA BANGUNAN


ASRAMA PUTRA PONDOK PESANTREN AL IZZAH KOTA BATU

Dosen : Ir. Maranatha W, S.T., M.MT., Ph.D., IPU

OLEH :
AHMAD ZUHDI
21.12.1032

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
MEI 2022
1.1. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia saat ini sedang konsen dalam meningkatkan pembangunan
infrastruktur. Pembangunan infrastruktur terus dikembangkan, baik pembangunan irigasi,
jalan, ruang-ruang publik, hingga perumahan untuk masyarakat. Pembangunan dapat
menimbulkan dampak buruk diantaranya meningkatkan limbah pemcemaran, polusi udara,
berkurangnya daerah resapan dan lahan terbuka hijau. Hal tersebut akan berpengaruh
terhadap pemanasan global, sehingga sangat penting bagi masyarakat terutama pelaku
kontruksi agar lebih mawas terhadap pembangunan yang memerhatikan lingkungan.
Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk mengurangi dampak buruk yang akan
ditimbulkan. Solusi yang ditawarkan salah satunya adalah dengan menerapkan konsep Green
Building. Konsep green building sendiri adalah suatu konsep yang menekankan peningkatan
efesiensi sumber daya alam baik penggunaan air dan energi. Selain itu, juga mengefesiensi
penggunaan material bangunan guna mengurangi dampak pembangunan terhadap lingkungan
dan kesehatan manusia. Konsep green building ini dapat diterapkan untuk bangunan baru
maupun bangunan yang sudah ada. Konsep ini meliputi proses design, proses pembangunan,
pemeliharaan hingga renovasi ulang terhadap suatu bangunan. Untuk itu, konsep ini cocok
digunakan untuk menangani pemanasan global yang saat ini semakin mengkhawatirkan
(Roshaunda et al., 2019).
Bangunan-bangunan, sarana dan fasilitas pendidikan dimasa depan harus menerapkan
konsep bangunan hijau (green building). Artinya, mulai desain, konstruksi struktur bangunan,
pemilihan tempat operasi, perawatan, renovasi, dan lainnya harus ramah lingkungan, ramah
sosial dan hemat energi. Dengan konsep green building atau bangunan hijau yaitu konsep
bangunan berkelanjutan yang mengarah pada pada struktur dan pemakaian proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup
bangunan tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi,
perawatan, dan renovasi. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan dalam hal
ekonomi, utilitas, durabilitas, dan kenyamanan.
Dalam perjalanan sejarah Indonesia pesantren telah memainkan peranan yang besar
dalam usaha memperkuat iman, meningkatkan ketakwaan, membina akhlak mulia dan
mengembangkan swadaya masyarakat Indonesia dan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui pendidikan informal, nonformal, dan pendidikan formal yang diselenggarakannya.
Perkembangan Pondok Pesantren Modern Al Izzah Kota Batu sampai saat ini masih
mengembangkan fasilitas-fasilitas pendukung pesantren seperti asrama untuk santri putra dan
santri putri, pembangunan fasilitas ini juga untuk mengatasi semakin bertambahnya jumlah
santri setiap tahunnya. Oleh karenanya Pengasuh Pesantren selalu memberikan ide-ide untuk
membuat pesantren ini bisa mencapai kenyamanan para santri yang asal kedatangannya
tersebar dari seluruh wilayah Indonesia.
Dalam konteks Pembangunan berkelanjutan, pesantren ini memiliki target
pembangunan di setiap tahunnya, untuk tahun ini adalah pembangunan asrama baru santri
putra dan rehabilitasi/renovasi asrama putri, oleh karenanya pembangunan ini dikatakan
berkelanjutan karena selain ada target pembangunan setiap 1 tahun, juga tetap berdasarkan
oleh desain yang bisa menyesuaikan dengan model yang sudah ada dan mencukupkan dengan
dana, pengolahan obyek bangunan lama yang ditambahkan dengan perluasan dan sebagainya
menurut kebutuhan dan urgensi fungsi yang harus segera diwujudkan.

1.2. Tinjauan Pustaka


1.2.1. Definisi dan Terminologi Green Building
Menurut Green Building Council Indonesia/GBCI (2010), green building
adalah bangunan yang dimana sejak mulai dalam tahap
perencanaan,pemmbangunan, pengoperasian sehingga dalam operasional
pemeliharaannya memperlihatkan aspek- aspek dalam melindungi, dan
mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di
ruangan, dan memperhatikan kesehatan yang semuanyaberpegang pada kaidah
pembangunan yang berkesinambungan . Menurut Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan
Ramah Lingkungan Bab I Pasal 1, bangunan ramah lingkungan (green building)
adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan,
pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan
dampak perubahan iklim.Prinsip lingkungan yang dimaksud adalah prinsip yang
mengedepankan dan memperhatikan unsur pelestarian fungsi lingkungan. Dalam
istilah lain green building atau bangunan hijau adalah sebuah bangunan yang
didesain untuk mereduksi dampak lingkungan dalam menjaga kesehatan manusia
maupun keadaan alam.
1.2.2. Prinsip Green Building
Berikut ini adalah prinsip-prinsip green building menurut Brenda dan Robert Vale (1991)
dalam buku Green Architecture Design For Sustainable Future:
1. Conserving Energy
Kunci utama prinsip ini adalah memanfaatkan sumber energi yaitu energy matahari
semaksimal mungkin dalam pengoperasian suatu gedung
2. Working With Climate Kunci utama prinsip ini adalah memanfaatkan kondisi alam,
iklim, dan lingkungannya kedalam bentuk pengoperasian gedung.
3. Respect For Site
Kunci dari peinsip ini adalah perencanaan yang mengacu pada hubungan antara
fungsi bangunan dengan lahan tempat dibangunnya bangunan tersebut. Hal ini
dimaksudkan supaya keberadaan bangunan tersebut baik dari segi konstruksi, bentuk
dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar.
4. Respect For User
Kunci dari prinsip ini adalah mengutamakan kenyamanan dan kesehatan
penghuninya.

1.2.3. Sistem Rating Greenship untuk Gedung Terbangun Versi 1.0 (Greenship
Rating Tools for Existing Building Version 1.0)
Penyusunan Greenship ini didukung oleh World Green Building Council
dan dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI, terdiri dari 6 (enam) kategori
dengan total kriteria prasyarat sebanyak 10 kriteria dan kriteria kredit sebanyak 41
kriteria. Enam kategori Greenship yang dimaksud, yaitu :
a. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ ASD).
b. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency andConservation/ EEC).
c. Konservasi Air (Water Conservation/ WAC).
d. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/ MRC).
e. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort/ IHC).
f. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management/
BEM).
1.2.4. Sistem Rating Menurut GBCI (2010)
Rating adalah bagian dari kategori, berisi muatan apa saja yang dinilai,
tolok ukur apa saja yang harus dipenuhi, dan berapa nilai poin yang terkandung di
dalamnya. (Selanjutnya rating disebut kriteria). Menurut GBCI (2012), ada 3
(tiga) jenis kriteria berbeda yang terdapat dalam Greenship, yaitu :
a. Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus
dipenuhi sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria
kredit dan kriteria bonus. Apabila salah satu prasyarat tidak dipenuhi, maka
kriteria kredit dan kriteria bonus dalam kategori yang sama dari gedung
tersebut tidak dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti
kriteria lainnya.
b. Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus
dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan
gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan
mendapat nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak
akan mendapat nilai.
c. Kriteria bonus adalah kriteria yang hanya ada pada kategori tertentu yang
memungkinkan pemberian nilai tambahan. Hal ini dikarenakan selain kriteria
ini tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang

1.2.5. Greenship Rating Tools Untuk Gedung Terbangun


Greenship Rating Tools atau indicator dalam menentukan bangunan
tersebut masuk dalam kategori bangunan yang ramah lingkungan atau tidak.
1.2.6. Pengertian Umum Asrama
Asrama adalah hunian bersama bagi pelajar yang dibangun dalam berbagai
skala, mulai dari skala kecil (sampai 50 penghuni) hingga skala sangat besar
dengan penyediaan lebih dari 200 kamar. Di berbagai negara, asrama ini telah
dirancang dan dibangun dengan standar-standar khusus sesuai dengan jenjang
pendidikan penghuninya (Zahara, 2021).
Bangunan asrama menjadi area yang perlu mendapat perhatian karena
telah ada panduan internasional diantaranya standar desain asrama dan kaitannya
dengan perilaku penghuni, dan standar spesial asrama dalam buku-buku standar
ruang, antara lain Times Saver Standard dan Architect’s Data. Kajian terhadap
kaitan antara desain ruang dan fasilitas asrama dengan perilaku penghuni perlu
dilakukan untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara desain dan perilaku agar
nantinya dapat dilakukan kajian untuk menyusun panduan desain yang sesuai
dengan kebutuhan dan karakter penghuni secara umum (Zahara, 2021).
1.2.7. Proses Desain
Menurut Akers dkk (2000) desain pada bangunan merupakan proses
memperoleh seluruh informasi yang berkaitan dengan konstruksi bangunan yang
harus memenuhi persyaratan dari owner dan juga kenyamanan publik, kesehatan,
keselamatan dan persyaratan keamanan.
Tujuan utama dari dari proses desain yakni mengumpulkan seluruh
informasi yang berkaitan dengan bangunan konstruksi dapat dicapai dengan
output berupa gambar, rencana, menunjukkan apa yang akan dibangun, spesifikasi
material, peralatan yang dimasukkan ke bangunan dan kontrak konstruksi antara
klien dan kontraktor. Desainer juga harus ikut mengawai proses pelaksanaan. Hal
tersebut untuk memastikan klien bahwa pengumpulan informasi di proses desain
berguna proses kontruksi bangunan. Pada sistem desain terdiri atas tahapan yang
dilakukan untuk mendapatkan pengambilan keputusan yang terbaik. Persyaratan
atau prosedur yang harus dilakukan yakni (1) Analis is sistem bangunan; (2)
Sintesis, penyeleksian komponen untuk membentuk tujuan yang spesifik; (3)
Penilaian performa sistem, di dalamnya termasuk membandingkan dengan
alternatif sistem; (4) Feedback, untuk menganalisis dan mensintesis informasi
yang diperoleh pada evaluasi sistem untuk meningkatkan desain.

1.2.8. System Engineering


System Engineering atau rekayasa sistem adalah aktivitas untuk
menetapkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat sistem, kemudian mengalokasikan
beberapa bagian dari kebutuhan-kebutuhan tersebut ke satu atau beberapa
komponen rekayasa. Menurut Pressman (2010) cakupan rekayasa sistem salah
satunya meliputi rekayasa produk (sering disebut juga dengan rekayasa sistem),
yaitu rekayasa sistem yang merupakan aktivitas penyelesaian masalah. Data,
fungsi, dan perilaku produk yang diinginkan dicari, dianalisis, dibuat model
kebutuhannya, kemudian dialokasikan ke komponen rekayasa.
Sektor konstruksi telah menjadi salah satu indikator utama pertumbuhan
ekonomi nasional, tidak dapat dielakkan konstruksi berkelanjutan mendesak untuk
diterapkan. Pemerintah telah mengatur implementasi konstruksi berkelanjutan
pada penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman
Rakyat melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor
05/PRT/M/2015 (Willar et al., 2019).
1.3. Pembahasan
Hubungan Desain, System Engineering dan Sustainability pada pembangunan
pondok pesantren Al Izzah ini adalah sebagai berikut :

Dalam hal Desain


Pengasuh selalu melibatkan tenaga-tenaga ahli dalam bidang desain, mulai dari teknik
Sipil, teknik Arsitektur, teknik Listrik, teknik mesin, teknik lingkungan dan lain sebagainya,
gunanya adalah terwujudnya bangunan yang memiliki konsep kuat dalam berbagai macam
hal, seperti tempilan bangunan, kekuatan bangunan, kenyamanan didalam bangunan dan
keterkaitan, keseimbangan antara bangunan dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
Desain dimulai dari desain konseptual, desain sistem awal, dan desain detail dan
pengembangan, proses ini membutuhkan waktu yang lama karena pembangunan didsarkan
oleh berbagai keinginab, baik dari Pengasuh maupun dari usulan para orang tua walisantri
agar dapat lebih memberikan yang terbaik untuk pesantren, ketika proses definisi ini
berkembang, ada dua tujuan :
1. Hasil desain harus dikomunikasikan dengan baik secara jelas, efektif, dan tepat
waktu kepada semua anggota tim desain. Semua orang yang terlibat dalam proses
desain harus bekerja dari dasar yang sama, konfigurasi model, dan/atau basis data.
2. Hasil desain harus sesuai dengan persyaratan awal sistem yang ditetapkan.
Meskipun setiap desainer yang bertanggung jawab harus akrab dengan spektrum
total persyaratan sistem (misalnya, persyaratan listrik dan keandalan), pemisahan
fisik dari disiplin desain dan kurangnya apresiasi sering mengakibatkan perbedaan
dari satu jenis atau lain (yaitu, konflik, kelalaian, inkompatibilitas antara
komponen sistem). Perbedaan-perbedaan ini, tentu saja, harus diperbaiki sesegera
mungkin.

Dalam hal System Engineering (Rekayasa Sistem)


Didalam sebuah sistem memiliki penghubung yang berfungsi melakukan interaksi
antar subsistem atau elemen didalam sebuah sistem. Sistem dapat juga dapat menerima energi
masukan dari elemen yang lain dan melakukan pengolahan untuk menghasilkan energi
keluaran baik yang berguna maupun tidak berguna bagi sistem. Jika keluaran tidak berguna
maka akan dijadikan sampah atau dibuang oleh sistem. Suatu sistem dibuat pasti memiliki
tujuan tertentu. Sebuah sistem dibuat jika dapat menghasilkan tujuan sesuai dengan yang
dibutuhkan.
System Engineering atau Rekayasa sistem adalah aktivitas untuk menetapkan
kebutuhan-kebutuhan pada tingkat sistem, kemudian mengalokasikan beberapa bagian dari
kebutuhan-kebutuhan tersebut ke satu atau beberapa komponen rekayasa.
Setelah desain sudah menjadi kesepakatan bersama, maka langkah berikutnya akan
dikaji ulang dengan rekayasa sitem, dimana peru mendata kembali jumlah bangunan yang
ada di pesantren, fungsi apa yang belum ada, atau pemindahan fungsi dengan memberikan
perencanaan rehabilitasi/renovasi, sehingga pembangunan akan terkontrol dengan baik
melalui sistem yang sudah terencana dengan baik.

Dalam hal Sustainability (Pembangunan Berkelanjutan)


Konsep pembangunan berkelanjutan dirumuskan untuk mencegah atau mengurangi
dampak Pengembangan pesantren yang tidak terstruktur, tertata dan ter-sistem dengan baik,
sehingga pondok pesantren menjadi tidak efisien dan efektif dalam menaungi para santri yang
ada didalamnya.
Konstruksi berkelanjutan merupakan cara bagi industry konstruksi menuju
tercapainya pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan isu-isu sosial, ekonomi,
lingkungan dan budaya (Majdalani dkk., 2016). Konsep pembangunan sedang dalam evolusi
konstan, ada sudut pandang berbeda pada konsep ini, definisi lebih dekat artinya:
transformasi kualitatif unit ekonomi yang biasanya menyertai pertumbuhan dan dihasilkan
dari kemungkinan populasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Karena karakternya tidak jelas dan terlalu umum untuk definisi ini, maka beberapa
cenderung untuk mengklarifikasi dan memperbarui lebih banyak. Istilah pembangunan
berkelanjutan, yang mengikuti, telah diciptakan pada tahun 1980 oleh Uni Internasional
untuk Konservasi Alam. Kemudian dilanjutkan dalam Laporan Brundtland, disiapkan pada
tahun 1987, oleh Komisi Lingkungan Hidup dan pengembangan Perserikatan Bangsa-
Bangsa, yang merupakan asal mula penyebaran luas istilah: Pembangunan berkelanjutan
adalah “pembangunan yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi. masa kini tanpa mengurangi
kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri” (Putra, D,
2019).
Selain sistem yang tertata, desain juga memberikan kontribusi besar untuk
pembangunan berkelanjutan, baik dari segi konsep desain, material dan bahan-banhan
bangunan yang ramah lingkungan dan bisa diolah kembali ketika bahan tersebut mengalami
kerusakan.
Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, dapat dilihat dari indikator sebagai
berikut:
Berkelanjutan ekologis
Menjamin berkelanjutan eksistensi bumi. Hal-hal yang diupayakan adalah:
1. Memelihara integrasi tatanan lingkungan dan keanekaragaman hayati
2. Memelihara integrasi tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan bumi tetap
terjamin
3. Memelihara keanekaragaman hayati
Berkelanjutan ekonomi
Pembangunan memiliki dua hal utama, yaitu:
1. Ekonomi makro
Menjamin ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efesiensi ekonomi melalui
reformasi struktural dan nasional
2. Ekonomi sectoral
Mencapainya sumber daya alam di mana nilai ekonominya dapat dihitung sebagai kapital
dalam rangka akunting ekonomi
Berkelanjutan sosial budaya
Berkelanjutan sosial budaya meliputi:
1. Stabilitas penduduk
2. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
3. Mempertahankan keanekaragaman bduaya
4. Mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan
Berkelanjutan politik
Tujuan dari pembangunan berkelanjutan politik adalah:
1. Respek pada human rights, kebebassan individu dan sosial untuk berpartisipassi di
bidang ekonomi, sosial, dan politik
2. Demokrasi, yakni memastikan proses demokrasi secara transparan dan bertanggung
jawab
Berkelanjutan pertahanan dan keamanan
Keberlanjutan kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, dan
gangguan baik dari dalam maupun luar. Baik secara langsung maupun tidak langsung yang
dapat membahayakan bangsa dan negara.

Keberhasilan dari pembangunan berkelanjutan tidak hanya di bergantung pada sektor


ekonomi melainkan perlu adanya campur tangan dari pemegang kekuasaan, dalam hal ini
pemerintah, guna mengimplementasinya pembangunan berkelanjutan sehingga tercapai
pemerataan kesejahteraan. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan berorientasi pada
pengembangan Kota Hijau yang memiliki kualitas hidup baik dan kondisi lingkungan yang
kondusif. Adapun pilar-pilar pembangunan berkelanjutan berupa berkelanjutan ekonomi,
berkelanjutan sosial dan berkelanjutan lingkungan, yang ketiganya harus berkembang secara
seimbang (Suparmoko, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Dari Jurnal :
Putra, D, A. (2019) ‘Pembangunan Berkelanjutan Di Era Revolusi Industri’, pp. 10–19.
Roshaunda, D. et al. (2019) ‘Penilaian Kriteria Green Building Pada Bangunan Gedung
Universitas Pembangunan Jaya Berdasarkan Indikasi Green Building Council Indonesia’,
Widyakala Journal, 6, p. 29. doi: 10.36262/widyakala.v6i0.181.
Suparmoko, M. (2020) ‘Konsep Pembangunan Berkelanjutan Dalam Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Regional’, Jurnal Ekonomika dan Manajemen, 9(1), pp. 39–50.
Available at: https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/ema/article/download/1112/814.
Willar, D. et al. (2019) ‘Penerapan Konstruksi Berkelanjutan Pada Pembangunana
Infrastruktur’, Polimdo Press, pp. 1–99.
Zahara, H. (2021) ‘Perencanaan Gedung Asrama Putri Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an
(Pptq) Parit 24 Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir”’, Stmj
(Structure Technology Management Journal), 1(1), p. 23. doi: 10.32520/stmj.v1i1.1490.

Dari internet :
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/pembangunan-berkelanjutan
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/21/070000369/konsep-pembangunan-
berkelanjutan-tujuan-dan-indikator?page=all

Anda mungkin juga menyukai