AsuhanKeperawatanGangguanNutrisi - v.2.0 - B5 Pages 13 47 911 3047
AsuhanKeperawatanGangguanNutrisi - v.2.0 - B5 Pages 13 47 911 3047
net/publication/342465385
CITATIONS READS
0 7,240
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Wiwit Dwi Nurbadriyah on 26 June 2020.
Editor : Nama
Proofreader : Nama
Desain Cover : Nama
Tata Letak Isi : Haris Ari Susanto
Sumber Gambar : Sumber
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
vii
H. Pengkajian ......................................................................... 79
I. Diagnosa Keperawatan ....................................................... 86
J. Intervensi Keperawatan ...................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 90
viii
Komplikasi .............................................................................. 146
Patogenesis .............................................................................. 152
Pencegahan ............................................................................. 153
Pathway................................................................................... 154
Penatalaksanaan ...................................................................... 154
Pengkajian ............................................................................... 159
Perencanaan dan Implementasi ................................................ 166
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 169
ix
BAB I
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM GASTROINTESTINAL
1
Gambar 1.1 Anatomi saluran cerna
2
4) Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar
menjadi molekul kecil sehingga absorbsi dapat berlangsung.
5) Absorbsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari
lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan
limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
6) Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang
tidak tercerna juga bakteri dalam bentuk feses dari saluran
pencernaan.
3
System saraf pada saluran pencernaan.
1. Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN
X), mengeluarkan efek stimulasi konstan pada tonus otot
polos dan bertanggung jawab untuk peningkatan keseluruhan
aktivitas. Efek ini meliputi motilitas dan sekresi cairan
pencernaan.
2. Impuls simpatis yang dibawa medulla spinalis dalam saraf
splanknik, menghambat kontraksi otot polos saluran,
mengurangi motalitas dan menghambat sekresi cairan
pencernaan.
3. Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk
serabut praganklionik parasimpatis. Pleksus ini juga berfungsi
untuk pengaturan kontraktil lokal dan aktivitas sekretori
saluran.
4
serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga
mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan semua
gigi dan di sebelah belakang bersambung dengan awal faring. Atap
mulut dibentuk oleh palatum, lidah terletak di lantainya dan terikat
pada tulang hioid. Di garis tengah sebuah lipatan membran mukosa
(frenulum linguas) menyambung lidah dengan lantai mulut. Di
kedua sisi terletak papila sublingualis, yang memuat lubang kelenjar
ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari papila ini terletak
lipatan sublingualis, tempat lubang-lubang halus kelenjar ludah
sublingualis bermuara. Dan ada kelenjar parotis yang terletak agak
ke bawah dan di depan telinga dan membuka melalui duktus parotis
menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan
dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis.
Dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan
lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah dan juga
memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.
a. Bibir. Terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk
gerbang mulut. Di sebelah luar ditutupi kulit yang
mengandung folikel rambut, disebelah dalam ditutupi selaput
lendir (mukosa), dan area transisional memiliki epidermis
transparan, bagian ini tampak merah karena dilewati oleh
banyak kapiler yang dapat dilihat. Otot orbikularis oris
menutup bibir; levator anguli oris mengangkat, dan depresor
anguli menekan ujung mulut. Tempat bibir atas dan bawah
bertemu membentuk sudut mulut.
b. Palatum (langit-langit). Terdiri atas dua bagian, yaitu palatum
keras yang tersusun atas palatum dari sebelah depan tulang
maksilaris, dan lebih ke belakang terdiri atas dua tulang
palatum. Di belakang ini terletak palatum lunak, yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak dan
yang terdiri atas jaringan fibrus dan selaput lendir.
Gerakannya dikendalikan ototnya sendiri. Ditengah palatum
lunak menggantung ke luar sebuah prosesus berbentuk
kerucut, yaitu uvula. Dari sini tiang lengkungan (fauses)
melengkung ke bawah, ke samping kiri dan kanan, dan di
antara tiang tersebut terdapat lipatan rangkap otot dan
selaput lendir yang di sebelah kanan dan kiri memuat tonsil.
5
c. Pipi. Membentuk sisi berdaging pada wajah dan
menyambung dengan bibir mulai pada lipatan nasolabial,
berjalan dari sisi hidung ke sudut mulut. Pipi dilapisi dari
dalam oleh mukosa yang mengandung papila-papila. Otot
yang terdapat pada pipi ialah otot buksinator.
d. Gigi-geligi dan pengunyahan, Gigi berfungsi dalam proses
mastikasi. Terdapat dua kelompok gigi, yaitu gigi sementara
atau gigi sulung dan gigi tetap. Terdapat dua puluh gigi
sulung, sepuluh pada setiap rahang. Dari tengah kedua sisi
berturut-turut dinamai: dua insisivus atau gigi seri, satu kanina
atau gigi taring, dan dua molar atau geraham. Gigi tetap lebih
banyak yaitu tiga puluh dua, enam belas pada setiap rahang.
Dari tengah ke samping berturut-turut disebut: dua insisivus,
satu taring, dua premolar (geraham depan), dan tiga molar (
geraham belakang).
6
Umumnya pada seorang bayi gigi pertamanya muncul pada
umur enam bulan. Insisivus tengah pada rahang bawah yang
pertama keluar, kemudian insisivus lateral. Molar pertama keluar
pada kira-kira umur dua belas sampai lima belas bulan, gigi taring
pada delapan belas bulan, dan akhirnya pada dua puluh bulan
molar lainnya.
Seorang anak berumur dua belas bulan biasanya telah
memiliki delapan gigi, dua insisivus tengah dan dua yang lateral
pada kedua rahang. Pada umur dua tahun anak telah memiliki gigi
sulung yang lengkap. Pada umumnya gigi pada rahang bawah lebih
dahulu keluar daripada gigi pasangannya pada rahang atas.
Gigi tetap mulai menggantikan yang sementara pada kira-kira
umur enam tahun. Yang pertama keluar ialah sebuah molar di
belakang gigi-gigi sementara di setiap sisi, kemudian pada umur
tujuh sampai delapan tahun keluar gigi insisivus, pada umur
sembilan sampai sepuluh tahun geraham premolar, dan umur
sebelas tahun gigi taring, pada kira-kira dua belas tahun geraham
molar kedua dan terakhir geraham bungsu.
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota
gigi menjulang di atas gigi, lehernya dikelilingi gusi (gingiva), dan
akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat
keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga
pulpa. Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan
serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang di atas ditutupi email,
yang jauh lebih keras daripada dentin.
Proses mengunyah. Gigi sudah dirancang dengan sangat
tepat untuk mengunyah, gigi anterior (insisivus) menyediakan kerja
memotong yang kuat dan gigi posterior (molar), kerja menggiling.
Semua otot rahang bawah yang bekerja bersama-sama dapat
mengatupkan gigi dengan kekuatan sebesar 55 pound pada
incisivus dan 200 pound pada molar.
Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang
motorik dari saraf kranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol
oleh nukleus dalam batang otak akan menimbulkan pergerakan
mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di
hipotalamus, amigdala, dan bahkan di korteks serebri dekat area
sensoris untuk pengecapan dan penghidu seringkali dapat
menimbulkan gerakan mengunyah.
7
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu
refleks mengunyah, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Adanya
bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan
penghambat refleks otot untuk mengunyah, yang menyebabkan
rahang bawah turun ke bawah. Penurunan ini kemudian
menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang
menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis
mengangkat rahang bawah yang menimbulkan pengatupan gigi,
tetapi juga menekan bolus melawan dinding mulut, yang
menghambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang
bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain, dan ini
terjadi terulang-ulang.
Mengunyah bersifat penting untuk pencernaan semua
makanan, tetapi terutama sekali untuk sebagian besar buah dan
sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini mampunyai membran
selulosa yang tidak mudah dicerna. Membran ini melingkupi bagian-
bagian zat nutrisi sehingga harus diuraikan sebelum makanan
dapat dicerna. Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan
makanan untuk alasan sederhana berikut: enzim-enzim pencernaan
hanya bekerja pada permukaan partikel makanan; karena itu,
kecepatan pencernaan seluruhnya bergantung pada total area
permukaan yang terpapar dengan sekresi pencernaan. Selain itu,
menggiling makanan hingga traktus gastrointestinal dan
meningkatkan kemudahan pengosongan makanan dari lambung ke
dalam usus halus, kemudian ke semua segmen usus berikutnya.
Menelan dilakukan setelah mengunyah, dan dapat dilukiskan
dalam tiga tahap. Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah
bolus dengan bantuan lidah dan pipi, dan melalui bagian belakang
mulut masuk ke dalam faring.
Setelah makanan masuk faring, palatum lunak naik untuk
menutup nares posterior, glotis menutup oleh kontraksi otot-
ototnya, dan otot konstriktor faring menangkap makanan dan
mendorongnya masuk esofagus. Pada saat ini pernapasan
berhenti, kalau tidak maka akan tersedak. Orang tak dapat menelan
dan bernapas pada saat yang sama. Gerakan menelan pada
bagian ini merupakan gerakan refleks.
Makanan berjalan dalam esofagus karena kerja peristaltik,
lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di
8
belakang makanan berkontraksi. Maka gelombang peristaltik
menghantarkan bola makanan ke lambung. Esofagus dapat
terserang kardio-spasme atau akalasia, disebabkan kegagalan
fungsi motorik yang berupa hilangnya gerakan peristaltik di bagian
bawah esofagus dan kegagalan sfinkter kardiak untuk mengendor.
Gejala utama ialah disfagia (kesukaran menelan) dan regurgitasi.
e. Lidah
9
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah
dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta
pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara
dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas
lidah. Bila lidah digulung ke belakang, tampaklah permukaan
bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligamen
halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut.
Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, ujung lidah
meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, ujung lidah
berbentuk bulat. Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu
lembab, dan pada waktu sehat berwarna merah jambu. Permukaan
atasnya seperti beledu dan ditutupi papil-papil, yang terdiri atas tiga
jenis.
Papila sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah
jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papila sirkumvalata
adalah jenis papila terbesar, dan masing-masing dikelilingi
semacam lekukan seperti parit. Papila ini tersusun berjajar
membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.
Papila fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi
lidah, dan berbentuk jamur.Papila fliformis adalah yang terbanyak
dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Organ-ujung untuk
pengecapan adalah puting-puting pengecap.
Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam, dan
asin. Kebanyakan makanan memiliki ciri harum dan cita rasa, tetapi
ciri-ciri itu merangsang ujung saraf penciuman, dan bukan ujung
saraf pengecapan. Supaya dapat dirasakan, semua makanan harus
menjadi cairan, serta harus sungguh-sungguh bersentuhan dengan
ujung saraf yang mampu menerima rangsangan berbeda-beda.
Puting pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa
yang berbeda-beda juga.
e. Kelenjar Ludah (Saliva),Kelenjar ludah adalah kelenjar
majemuk bertandan, yang berarti terdiri atas gabungan
kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk
lubang-lubang kecil. Saluran-saluran dari setiap alveolus
bersatu membentuk saluran yang lebih besar dan yang
menghantar sekretnya ke saluran utama dan melalui ini sekret
dituangkan ke dalam mulut.
10
Kelenjar ludah yang utama ialah kelenjar parotis,
submandibularis dan sublingualis.
Kelenjar parotis ialah yang terbesar. Satu di sebelah kiri
dan satu di sebelah kanan dan terletak dekat di depan agak
ke bawah telinga. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut
melalui saluran parotis atau saluran Stensen, yang bermuara
di pipi sebelah dalam, berhadapan dengan geraham (molar)
kedua atas. Ada dua struktur penting yang melintasi kelenjar
parotis, yaitu arteri karotis eksterna dan saraf kranal ketujuh
(saraf fasialis).
Kelenjar submandibularis nomor dua besarnya sesudah
kelenjar parotis. Terletak di bawah kedua sisi tulang rahang,
dan berukuran kira-kira sebesar buah kenari. Sekretnya
dituangkan ke dalam mulut melalui saluran submandibularis
atau saluran Wharton, yang bermuara di dasar mulut, dekat
frenulum linguage.
Kelenjar sublingualis adalah yang terkecil. Letaknya di
bawah lidah kanan dan kiri frenulum linguage dan
menuangkan sekretnya ke dalam dasar mulut melalui
beberapa muara kecil.
Fungsi kelenjar ludah ialah mengeluarkan saliva, yang
merupakan cairan pertama yang mencernakan makanan.
Deras aliran saliva dirangsang oleh adanya makanan dalam
mulut serta melihat, membaui, dan memikirkan makanan
11
2. FARING
12
Di dalam faring terdapat tujuh lubang-dua dari saluran
Eustakhius, dua bagian posterior lubang hidung (nares) yang
berada di belakang rongga hidung, mulut, laring, dan esofagus.
Struktur faring. Dinding faring tersusun atas tiga lapisan, yaitu
lapisan mukosa, lapisan fibrosa, dan lapisan berotot. Lapisan
mukosa yang terletak paling dalam, bersambung dengan lapisan
dalam hidung, mulut, saluran Eustakhius. Lapisan dalam pada
bagian atas faring ialah epitelium saluran pernapasan dan
bersambung dengan epitelium hidung. Bagian bawah faring yang
bersambung dengan mulut dilapisi epitelium berlapis.
Lapisan fibrosanya terletak antara lapisan mukosa dan
lapisan berotot. Otot utama pada faring ialah otot konstriktor, yang
berkontraksi sewaktu makanan masuk ke faring dan mendorongnya
ke dalam esofagus.
Kedua tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang
terletak di kanan dan kiri faring di antara tiang-tiang lengkung
fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan pembuluh limfe dan
mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi membran
mukosa yang bersambung dengan bagian bawah faring.
Permukaan ini penuh dengan lekukan, dan ke dalam lekukan yang
banyak ini sejumlah besar kelenjar penghasil mukus menuangkan
sekresinya. Mukus ini mengandung banyak limfosit. Dengan
demikian tonsil bekerja sebagai garis depan pertahanan dalam
infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, dan tenggorok. Meskipun
demikian tonsil bisa gagal menahan infeksi, yaitu ketika terjadi
tonsilitis (peradangan tonsil) atau sebuah abses peritonsiler.
Setelah pengobatan dengan antibiotika dan pengobatan lokal,
tonsilektomi dapat dipertimbangkan. Tetapi dewasa ini hal itu
kurang dijalankan daripada dulu.
Selaput lendir faring yang dekat lubang posterior nares dan
lubang saluran (tuba) Eustakhius juga mengandung jaringan limfoid
yang serupa dengan jaringan tonsil. Bila menjadi hipertrofik,
jaringan ini dapat menyumbat nares posterior dan terjadilah
keadaan yang disebut sebagai pembesaran adenoid.
13
3. ESOFAGUS
14
peristaltik. Gerak peristaltik dilakukan oleh otot dinding
kerongkongan.
Menelan
Menelan (deglutition) adalah suatu respon reflek yang
dicetuskan oleh impuls aferen di nervus trigeminus,
glosofaringeous, dan vagus. Impuls-impuls ini terintegrasin di
nukleus traktus solitaries dan nucleus ambigus. Serabut-serabut
eferen berjalan ke otot faring dan lidah melalui nervus trigeminus,
fasialis dan hipoglassus. Menelan diawali dengan kerja volunter,
yakni mengumpulkan isi mulut di lidah dan mendorongnya ke
belakang menuju faring. Hal ini mencetuskan serangkaian
gelombang kontraksi involunter pada otot faring yang mendorong
makanan ke dalam esophagus. Inhibisi pernapasan dan penutupan
glotis merupakan bagian dari respon reflek ini. Terjadi suatu
kontraksi nperistaltik berbentuk cincin dari otot esophagus di
belakang makanan, yang kemudian menyapu makanan menuruni
esofagus dengan kecepatan 4 cm/ detik. Jika manusia berada pada
posisi tegak, cairan dan makanan setengah padat umumnya jatuh
oleh gaya tarik bumi ke esofagus bawah, yang mendahului
gelombang peristaltic
15
Kelainan ini disebabkan oleh peningkatan tonus SEB dan relaksasi
sfingter yang tidak sempurna saat menelan.
4. LAMBUNG
16
Getah lambung mengandung air, garam, mineral, lendir, asam
hidrochlorida (Hcl), pepsinogen, renin.
Makanan yang sudah masuk ke dalam lambung akan tetap
didalam lambung selama 3 jam atau lebih, sesuai dengan sifat
makanan dan muskularitas lambung dan diperlukan 15-30 menit
diujung kardia lambung yang bertindak sebagai reservoar.
Manfaat Asam Lambung:
1. Memberi reaksi asam yang diperlukan oleh enzim lambung.
2. Membunuh bakteri.
3. Mengontrol pilorus.
4. Menghentikan kerja ptialin.
5. Mengubah pepsinogen menjadi pepsin.
Fungsi Lambung:
1. Mengaduk makanan, memecahnya lebih lanjut dan
mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar lambung dan
memghasilkan zat yang bernama chyme.
2. Melanjutkan pencernaan makanan dengan bantuan getah
lambung.
3. Mensekresi faktor instrinsik.
4. Tempat penyimpan makanan (s/d 1,5 L tanpa nyeri)
5. Mensekresikan HCl dan enzim u/ memulai pencernaan
protein
6. Mencegah masuknya sebagaian kuman
7. Absorpsi : alkohol dan obat-obatan (aspirin)
Sekresi lambung
Sel kelenjar lambung menyekresikan sekitar 2500Ml getah
lambung setiap hari. Getah lambung ini mengandung beberapa
macam zat.
Asam hidroklorida yang disekresikan oleh kelenjar korpus
lambung membunuh sebagian besar bakteri yang masuk,
menghasilkan ph yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein,
serta merangsang aliran empedu.
Sawar mukosa
Konsentrasi asam dalam getah lambung cukup pekat untuk
dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Pada keadaan normal
17
tidak terjadi kerusakan karena adanya sawar mukosa yang dibentuk
oleh mucus dan HCO3 . Mukus yang disekresikan oleh sel leher
kelenjar lambung dan sel mukosa permukaan terdiri atas
glikoprotein yang disebut musin dan membentuk suatu gel fleksibel
yang melapisi mukosa. Sel mukosa permukaan juga mensekresi
HCO3. Sebagian besar HCO3 terperangkap dalam gel mucus
sehingga terbentuk suatu gradient ph yang memiliki rentang ph 1,0-
2,0 disisi lumial dan 6,0-7,0 di permukaan sel epitel. HCl yang
disekresikan oleh sel parietal dikelenjar lambung melintasi sawar ini
dalam kanal berbentuk jari, dengan menyisakan lapisan gel lainnya
yang utuh.
Mucus dan HCO3 yang disekresikan oleh sel mukosa juga
berperan penting dalam melindungi lambung dari kerusakan ketika
getah lambung yang sangat asam disekresikan kedalamnya.
Prostaglandin merangsang sekresi mucus. Sekresi HCO3 juga
dirangsang oleh prostaglandin dan reflex setempat.
Sekresi pepsinogen
Chief cell yang menyekresi pepsinogen (precursor inaktif
dalam getah lambung) mengandung granula zimogen. Proses
sekresi yang terjadi serupa dengan proses sekresi tripsinogen dan
enzim pancreas lainnya oleh pancreas. Aktifitas pepsinogen dapat
dideteksi dalam plasma dan dalam urine yang disebut
uropepsinogen.
18
Pengaruh usus adalah efek reflex dan umpan balik hormonal pada
sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus.
19
5. USUS HALUS (INTESTINE)
20
DAFTAR PUSTAKA
37