Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.

) IX (1): 49-55 ISSN: 0853-6384 49

Full Paper
PENDUGAAN MUTU GENETIK INDUK IKAN PATIN SIAM
(Pangasius hypophthalmus) DARI BEBERAPA SENTRA PRODUKSI BENIH
BERDASARKAN KERAGAAN ANAKANNYA

GENETIC ESTIMACY OF SIAMESE CATFISH (Pangasius hypophthalmus)


FROM VARIOUS SEED PRODUCTION CENTERS BASED ON ITS PROGENY
PERFORMANCES
*)♠) *) *)
Didik Ariyanto , Bambang Gunadi dan Sularto
Abstract

The purpose of this research was to estimate the genetic quality of siamese catfish
(Pangasius hypophthalmus) from various seed production centres.The broodstocks genetic
quality were estimated based on their progeny performances.The result showed that the
population growth rates, individually average weight, FCR, survival rate and productivity of
seeds from Central Java (Ungaran), West Java (Sukamandi and Sukabumi) and Jakarta
were 6.89, 6.08, 5.61 and 5.37 g/day; 47.08, 39.64, 36.80 and 35.51 g/individually fish;
0.82, 0.87, 0.94 and 1.00; 76.80, 86.77, 86.43 and 85.66%; 366.99, 343.95, 318.02 and
304.21 kg/10.000 fishes/8 weeks, respectively.

Key words : genetic, seed production centers, siamese catfish

Pengantar moditas perairan tawar yang sudah lebih


dahulu dibudidayakan di Indonesia seperti
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan ikan lele (Clarias spp.), mas (Cyprinus
ikan perairan tawar yang banyak carpio) dan nila (Oreochromis niloticus).
dit emukan di daerah Sumatera, Kemampuan ikan patin siam mentolerir
Kalimantan dan sebagian Jawa (Rupawan kondisi perairan yang jelek (Hardjamulia
et al., 2000). Selain di Indonesia, ikan et al., 1987) dan kemudahan teknologi
patin juga banyak ditemukan di kawasan budidayanya (Hadie & Hadie, 2001)
Asia lainnya seperti di Vietnam, Thailand, merupakan hal yang menarik bagi petani
China dan sebagainya (Weber & de ikan unt uk membudidayakan i kan
Beaufort, 1962 cit. Rupawan et al., 2000). tersebut.
Ikan patin yang dalam beberapa tahun
terakhir berkembang di Indonesia adalah Budidaya ikan patin siam mulai mengalami
ikan patin yang diintroduksi dari Thailand perkembangan yang cukup berarti sejak
pada tahun 1972, yaitu dari jenis P. akhir tahun 1981 yaitu dengan
hypophthalmus (Hardjamulia et al., 1987). keberhasilan pemi jahan buatan
Pada awal kedatangannya, ikan ini (Hardjamulia et al., 1981 cit. Legendre et
dikenal dengan nama lele bangkok al., 1998). Pada periode 1990, budidaya
(Anonim, 1985). Sebagian kalangan lain ikan patin siam berkembang dengan cukup
menyebut ikan ini dengan nama jambal pesat. Perkembangan yang cukup pesat
siam atau patin siam (Sadili, 1998). tersebut mengakibatkan kondisi ikan patin
Keberadaan ikan patin introduksi ini yang menyebar menjadi tidak terkontrol.
sedikit banyak menggeser beberapa ko- Ketidakterkontrolan tersebut dapat dianti-
*)
Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi, Subang,
Jawa Barat. 41256. Telp. /Faks. +62-260-520500
♠)
Penulis untuk Korespondensi E-mail : didik_ski@yahoo.com
Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
50 Ariyanto et al., 2007

sipasi dengan kegiatan monitoring dan Bahan dan Metode


ev aluasi yang dil akukan secara
periodik.Namun demikian kegiatan Sampel benih ikan patin siam berumur 30
tersebut sampai dengan tahun 2003 ini hari dengan berat rata-rata 0,3-0,4 g/ekor
belum pernah dilakukan. Ketiadaan sebanyak 10.000 ekor diambil dari sentra
ev aluasi dan monitoring t ersebut produksi benih di Jawa Tengah (Ungaran),
mengakibatkan mutu genetik ikan patin Jawa Barat (Sukamandi dan Sukabumi)
siam yang berkembang di masyarakat serta daerah sekitar Jakarta. Selanjutnya
tidak diketahui secara pasti. Hal ini 4 populasi ikan uji dibawa ke Loka Riset
menimbul kan kekhawatiran akan Pemuliaan dan Teknologi Budidaya
terjadinya penurunan mutu genetik ikan Perikanan Air Tawar, Sukamandi dan
patin siam yang selanjutnya dapat dipelihara dengan kepadatan 25 ekor per
berakibat menurunnya laju pertumbuhan, meter persegi di kolam percobaan yang
daya tahan terhadap penyakit serta terpisah untuk masing-masing populasi.
kemampuan beradaptasi terhadap kondisi Setiap populasi dibagi menjadi 4 sub
lingkungan perairan yang kurang optimal. populasi sebagai ulangan. Ikan uji diberi
pakan buatan berbentuk pelet dengan
Indikasi penurunan laju pertumbuhan ikan kandungan protein 30%. Pakan diberikan
patin siam mulai terlihat di beberapa sebanyak 15-5% secara menurun dari
sentra produksi seperti di Waduk Cirata biomasa ikan per hari dan diberikan 2 kali
dan Waduk Jatiluhur sejak tahun 1999. sehari. Ikan uji dipelihara selama 8
Nam un demikian, penurunan l aju minggu. Rancangan percobaan yang
pertumbuhan ikan patin siam ini diduga dipakai adalah Rancangan Acak Lengkap
disebabkan oleh adanya penurunan (RAL) dengan 4 perlakuan berupa lokasi
kualitas pakan yang digunakan dalam asal benih dan 4 kali ulangan.
usaha budidaya. Hal ini terjadi sangat
berkaitan erat dengan terjadinya krisis Parameter utama yang diamati selama
ekonomi yang berkepanj angan di pemeliharaan adalah bobot badan (g) dan
Indonesia (Hadie & Hadie, 2001). Selain selanjutnya dapat dilakukan pengukuran
dipengaruhi oleh kualitas pakan, laju terhadap :
pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh 1.Rasio konversi pakan (Food Convertion
kondisi lingkungan pemeliharaan dan Ratios/FCR).
kuaitas genet ik i kan t ersebut.
Σ pakan
Kem unduran m utu perairan yang FCR =
disebabkan oleh pencemaran lingkungan ΔW
mengakibatkan potensi genetik ikan Keterangan :
budidaya tidak terekspresikan secara Σ pakan : Jumlah total pakan yang
optimal. diberikan (g).
ΔW : Pertambahan bobot (g).
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui mutu genetik induk
ikan patin siam di beberapa sentra 2. Laju pertumbuhan rata-rata (g/hari).
produksi benih melalui pengamatan ΔW
Laju pertumbuhan =
terhadap fenotip benih ikan patin siam t
pada media pemeliharaan dan pemberian Keterangan :
pakan yang optimal. Hasil penelitian ini Δ W : Pertambahan bobot (g)
diharapkan dapat memberikan gambaran t : Waktu (hari)
mengenai kualitas genetik ikan patin siam
di Indonesia.

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): 49-55 ISSN: 0853-6384 51

3. Sintasan (%). Pada minggu ke-4 masa pemeliharaan,


Σ I0 bobot rata-rata benih dari Ungaran
Sintasan = X 100% mencapai 10,12 g/ekor lebih tinggi
Σ It dibandingkan dengan benih dari
Keterangan : Sukabumi, Jakarta dan Sukamandi
Σ I0 : Jumlah individu yag ditebar (ekor). masing-masing sebesar 9,68; 9,48 dan
Σ It : Jumlah individu pada akhir pene 8,96 g/ekor. Sampai dengan minggu ke-
litian (ekor). 8, benih dari Ungaran tetap mempunyai
4. Produktivitas (kg/10.000 ekor tebar). bobot rata-rata tertinggi yaitu sebesar
47,79 g/ekor diikuti oleh benih dari
Produktivitas = Σ It x W
Keterangan : Sukamandi, Sukabumi dan Jakarta. Pada
Σ It : Jumlah individu pada akhir pene- Tabel 1 juga terlihat bahwa pada minggu
litian (ekor). ke 8 populasi benih dari Jakarta
W : Bobot rata-rata individu pada akhir mempunyai nilai simpangan baku terkecil
penelitian (g). yaitu 0,58 sedangkan populasi benih dari
Ungaran mempunyai simpangan baku
terbesar yaitu 7,30. Hasil analisis sidik
Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam
ragam menunjukkan perbedaan yang
(Sudjana, 1975).
nyata antara benih ikan patin siam dari
Jawa Tengah (Ungaran) dibanding ketiga
Hasil dan Pembahasan benih dari sentra produksi lainnya.

Hasil pengukuran bobot selama 8 minggu Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa


dan beberapa parameter lainnya pada populasi benih dari Ungaran mempunyai
benih ikan patin siam dari 4 sentra nilai rasio konversi pakan paling kecil yaitu
produksi benih yang berbeda pada akhir 0,82, laju pertumbuhan paling cepat yaitu
kegiatan penelitian disajikan pada Tabel 6,49 g/hari, bobot akhir rata-rata individu
1 dan 2. dan nilai produktivitas per 10.000 ekor te-

Tabel 1. Bobot rata-rata ikan patin siam dari beberapa sentra produksi benih yang
berbeda selama 8 minggu pemeliharaan di kolam percobaan Sukamandi
Waktu (minggu) Bobot (g)
Sukamandi Jakarta Sukabumi Ungaran
0 0,34±0,05a 0,36±0,01a 0,37±0,01a 0,37±0,01a
4 8,96±0,78b 9,48±0,45b 9,68±0,62b 10,12±1,21b
8 39,64±2,85c 35,51±0,58c 36,79±2,64c 47,79±7,30d
Keterangan : huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

Tabel 2. Rasio konversi pakan, laju pertumbuhan, sintasan dan produktivitas pada masing-
masing populasi benih ikan patin dari beberapa sentra produksi benih yang
berbeda pada akhir penelitian
Parameter Sentra produksi benih
Sukamandi Jakarta Sukabumi Ungaran
Rasio konversi pakan 0,87±0,08 1,00±0,03 0,94±0,06 0,82±0,08
Laju pertumbuhan (g/hari) 6,08±0,13 5,37±0,06 5,61±0,08 6,49±0,62
Sintasan (%) 86,77±0,03 85,66±0,06 86,43±0,09 76,80±0,08
Produktivitas (kg/10.000 ekor) 343,95 304,21 318,02 366,99

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


52 Ariyanto et al., 2007

bar tertinggi yaitu 47,80 g dan 366,99 kg lasi diduga disebabkan oleh adanya
tetapi mempunyai sintasan paling rendah perbedaan kualitas genetik. Lebih lanjut
yaitu 76,80%, sedangkan populasi benih dijelaskan oleh Matricia (1990), Gustiano
dari Jakarta mempunyai nilai rasio (1994), Hardjosubroto (1994), Maskur et
konversi pakan paling besar yaitu sebesar al. (1996) dan Gustiano et al. (1998) bahwa
1,00, laju pertumbuhan, bobot akhir rata- salah satu ciri rendahnya kualitas genetik
rata individu dan produktivitas per 10.000 ikan adalah lambatnya laju pertumbuhan.
ekor tebar paling rendah yaitu berturut- Relatif lebih baiknya kualitas genetik induk
turut 5,37 g/hari, 35,51 g dan 304,21 kg. ikan patin siam pada sentra produksi benih
Nilai sintasan paling tinggi didapatkan di Ungaran diduga disebabkan pem-
pada populasi benih yang berasal dari benihan ikan patin di Jawa Tengah belum
Sukamandi yaitu sebesar 86,77%. Hasil berkembang dengan baik sehingga
analisis sidik ragam menunjukkan tidak pengelolaan induk masih cukup terjaga.
adanya perbedaan secara nyata antar Hal ini mengakibatkan kualitas genetiknya
masing-masing populasi benih pada masih cukup stabil. Sedangkan di Jawa
semua parameter yang diukur. Barat (Sukamandi dan Sukabumi) dan
terlebih di Jakarta pembenihan ikan patin
Sampai dengan 8 minggu pemeliharaan siam sudah sangat berkembang sehingga
nilai rasio konversi pakan, bobot rata-rata kem ungki nan penggunaan dan
individu dan laju pertumbuhan benih dari pengelolaan induk yang kurang baik lebih
Ungaran mempunyai nilai yang terbaik. besar. Kondisi ini berpotensi untuk
W alaupun populasi benih tersebut menurunkan kualitas genetik induk yang
mempunyai nilai sintasan paling rendah digunakan baik karena terjadi nya
tet api t etap mempunyai tingkat inbreeding, m aupun genetic drift
produktivitas tertinggi yaitu sebesar (bottleneck effect) yang disebabkan oleh
366,99 kg/10.000 ekor tebar. Sedangkan penggunaan induk yang tidak memenuhi
nilai rasio konversi pakan, bobot rata-rata jumlah Ne (Effective breeding number)
individu dan laju pertumbuhan benih dari yang diharapkan.
Jakarta mempunyai nilai paling jelek.
Meskipun populasi benih tersebut Dugaan lebih rendahnya kualitas genetik
mempunyai nilai sintasan cukup baik induk i kan patin siam di Jakarta
yaitu 85,66% tetapi nilai produktivitas dibandingkan dengan di Sukabumi,
sampai dengan akhir kegiatan penelitian Sukamandi dan Ungaran juga dikuatkan
paling rendah yaitu 304,21 kg. Hasil dengan nilai simpangan baku pada
pengamat an secara f enotip ini masing-masing populasi benihnya.
mengindikasikan bahwa kualitas genetik Populasi benih dari Jakarta mempunyai
induk ikan patin siam dari sentra produksi nilai simpangan baku pada semua
benih di Ungaran relatif lebih baik parameter yang diukur relatif lebih kecil
dibandingkan dengan induk-induk di sedangkan populasi benih dari Ungaran
sentra produksi benih lainnya. Menurut mempunyai nilai simpangan baku pada
Tave (1996) f enotip suatu individu semua parameter yang diukur relatif paling
dipengaruhi oleh faktor kualitas genetik, besar. Kondisi ini menunjukkan bahwa
faktor lingkungan serta interaksi antara koefisien variansi populasi benih dari
faktor genetik dengan lingkungan. Pada Jakarta lebih kecil dibandingkan dengan
penelit ian i ni kondisi lingkungan populasi dari Sukabumi, Sukamandi dan
pemeliharaan benih ikan patin siam relatif Ungaran. Hal ini mengindikasikan bahwa
sama sehingga adanya perbedaan pada variasi genetik benih dari Jakarta paling
fenotip (nilai FCR, laju pertumbuhan, rendah sedangkan variasi genetik benih
bobot akhir dan produktivitas) antar popu- dari Ungaran paling tinggi. Lebih rendah-

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): 49-55 ISSN: 0853-6384 53

nya variasi genetik populasi benih dari disampaikan kepada semua teknisi lapang
Jakarta diduga karena terjadinya reduksi yang telah membantu diselesaikannya
pada variabilitas genetik. Beberapa faktor kegiatan penelitian ini.
dapat menjadi penyebab terjadinya
reduksi pada variabilitas genetik ikan Daftar Pustaka
budidaya antara lain karena aktivitas
seleksi induk, terjadinya silang dalam Anonim. 1985. Lele bangkok bukan lele
(inbreeding) dan random genetic drift atau dumbo. Dinas Perikanan Dati II
bottleneck effect (Imron et al., 1999). Sleman. Yogyakarta. 4 p.

Rendahnya nilai sintasan pada populasi Gustiano, R. 1994. Prospect of common


benih dari Ungaran dibandingkan dengan carp culture in rural areas. IARD
populasi benih dari Jakarta, Sukabumi dan Journal. 16 (2):24-28.
Sukamandi diduga disebabkan karena
lebih besarnya perubahan lingkungan dari Gustiano, R., A. Hardjamulia, and A.
lingkungan asal ke lingkungan yang baru. Rukyani. 1998. Current status of
Populasi benih dari Ungaran merupakan common carp genetic research and
populasi benih yang paling jauh daerah breeding practies in Indonesia.
asalnya sehingga kemungkinan adanya Workshop on “Genetic Improvement
perbedaan lingkungan relatif besar pula of Carp in Asia”, 26-29 July 1997.
sedangkan populasi benih dari Sukamandi Bhubaneswar India.15 p.
merupakan populasi lokal sehingga
kemungkinan sudah beradaptasi dengan Hadie, W. dan L.E. Hadie. 2001. Karakter
lingkungannya sendiri cukup besar. kelenturan fenotipik pertumbuhan ikan
patin (Pangasius hypophthalmus)
Kesimpulan pada salinitas media berbeda. Jurnal
Aquaculture Indonesia. 2(1) : 47-56.
Secara fenotip, benih ikan patin siam dari
sentra produksi di Jawa Tengah (Ungaran) Hardjamulia, A., T.H. Prihadi, dan
mempunyai keragaan yang relatif lebih Subagyo. 1987. Pengaruh salinitas
baik dibandingkan dengan benih dari Jawa terhadap pertumbuhan dan
Barat (Sukamandi dan Sukabumi) maupun kelangsungan hidup ikan jambal siam
dari daerah sekitar Jakarta. Kualitas (Pangasius sutchi). Bull. Penel. Perik.
genetik induk ikan patin siam di sentra Darat. 5(1): 111-117.
produksi benih di Jawa Tengah (Ungaran)
relatif lebih baik dibandingkan dengan Hardjosubrot o, W . 1994. Aplikasi
induk-induk di sentra produksi benih di pemuliabiakan ternak di lapangan. PT.
Jawa Barat (Sukamandi dan Sukabumi) Grasindo Indonesia. Jakarta. 284 p.
maupun di daerah sekitar Jakarta.
Imron, K. Sugama, K. Sumantadinata, dan
Ucapan Terimakasih K. Soewardi. 1999. Genetic variation
in cultured stock of tiger shrimp
Penelitian ini dibiayai oleh APBN-RI tahun (Penaeus monodon) in Indonesia.
2004 melalui Proyek Riset Perikanan Indonesian Fish. Res. J. V(1): 10-18.
Budidaya, Jakarta. Rasa terima kasih
diucapkan kepada pengelola beberapa Legendre, M., J. Slembrouck, J. Subagja,
hatchery di Jawa Barat (Sukabumi dan and A.H. Kristanto. 1998. Effect of
Sukamandi), daerah sekitar Jakarta variying latency period on the in vivo
(Pondokgede, Bekasi) dan Jawa Tengah survival after ovaprim-and HCG
(Ungaran, Semarang). Terima kasih juga induced ovulation in the asian catfish
Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
54 Ariyanto et al., 2007

Pangasius hypophthalmus. In: The 2000. Pembesaran ikan patin


biological diversity and aquaculture of (Pangasius spp.) dalam sangkar
Clariid and Pangasiid in South-East terapung di Sungai Musi. Prosiding
Asia. Legendre and Parisele (Eds.). Seminar Hasil Penelitian Perikanan
Proceedi ngs of the Mid-t erm 1999/2000. 254-258.
W orkshop of the “Catf ish Asia
Project”. Cantho, Vietnam, 11-15 Sadili, S. 1998. Marketing of Pangasiid
May 1998. 119-125. catf ishes in Java and Sumatra,
Indonesia. In : The biological diversity
Maskur, R.W., Doyle., N. Wahyudi., T. and aquaculture of Clariid and
Susilowati, and L. Dharma. 1996. A Pangasii d in Sout h-East Asia.
case study on com mon carp Legendre and Pari sele (Eds.).
broodstock management in west java. Proceedi ngs of the Mid-t erm
Indonesian Technical Report of Workshop of the “Catfish Asia Project”.
CRIFFI Jakarta. 19 p. Cantho, Vietnam, 11-15 May 1998.
21-26.
Matricia, T. 1990. Morphological and
growth variability among common Sudjana. 1975. Metode statistika. Tarsito.
carp populat ion in di f f erent Bandung. 487 p.
geographical areas in Indonesia.
MSc. Thesis. Dalhousie Univ., Tave, D. 1996. Selectiv e breeding
Halifax, NS, Canada. 153 p. programmes for medium sized fish
farms. FAO Fish. Tech. Paper 352. 122
Rupawan, D. Oktaviani dan A.K. Gaffar. p.

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved

Anda mungkin juga menyukai