Anda di halaman 1dari 2

Analisis Proksimat:

Analisis Ultimat:
 Karbon, hidrogen dan oksigen merupakan unsur yang diperhitungkan dalam
menilai kemampuan batubara untuk dibakar, diubah menjadi gas maupun
diubah menjadi liquid fuel.
 Nitrogen dan sulfur mewakili unsur dalam batubara yang bisa mengakibatkan
polusi.
 Ash: abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara yang
berbentuk partikel halus amorf dan abu tersebut merupakan bahan anorganik
yang terbentuk dari perubahan bahan mineral (mineral matter) karena proses
pembakaran.
 Fly ash dan bottom ash.
Abu layang (fly ash) batubara hasil dari pembakaran batubara yang tidak
dimanfaatkan kembali, akan mencemari lingkungan.

Geopolimer:
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa abu layang batubara memiliki
potensi untuk menjadi bahan bangunan pengganti semen. Salah satunya
adalah penggunaan abu layang batubara (fly ash) sebagai bahan dasar
pembuatan geopolimer (Samadhi dan Pratama, 2013). Geopolimer adalah
polimer anorganik dengan bahan dasar alumino-silikat (SiO2 dan Al2O3)
yang diaktivasi oleh larutan basa kuat (Nicholson dan Fletcher, 2005).
Komposisi abu layang batubara sangat bergantung dari jenis batubara yang
digunakan dan proses pembakarannya.
Pupuk:
Wulandari mengatakan karakteristik FABA yang cocok untuk tanah dan
tanaman secara umum harus memiliki partikel halus, power of hydrogen (pH)
berkisar 4,5 - 12, kandungan SiO2, Al2O3, Fe2O3, K2O, Na2O, CaO,MgO,
MnO dan unsur lain seperti Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, Co.

Dari beberapa literatur abu batubara itu tidak semua alkali, tapi ada juga yang
asam tergantung dari kandungan sulfur di batubara, pembakaran dan
teknologi penghilangan. Intinya kandungan sulfur berbanding dengan
kandungan kalsium, meski begitu harus ada penelitian yang lebih spesifik
mengingat kualitasnya tidak sama sehingga butuh karakterisasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan lahan yang dikelola.

Fly ash can be separated into two types, class C fly ash and class F fly ash.
Class C fly ash includes selfcementing characteristics due to the high
percentage of calcium oxide content (CaO) (between 20 % and 40 %), while
class F fly ash has a calcium oxide content generally less than 12 %. In
addition, class C fly ash has cementitious and pozzolanic properties and it is
produced from low rank burning coals, lignites and subbituminous coals. On
the other hand, class F fly ash has pozzolanic properties and it is produced
from high-rank coals, anthracites or bituminous coals.

Anda mungkin juga menyukai