PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Untuk menciptakan sebuah rumah sakit yang baik dan bermutu tinggi, maka
diperlukan manajemen rumah sakit yang terprogram, terarah dan terpadu.
1
Dengan makalah ini, penulis berharap pengetahuan mengenai ilmu Manajemen
Rumah Sakit, maka kita sebagai calon sarjana kesehatan masyarakat yang bisa saja sebagai
kepala rumah sakit nantinya, dapat mengatur semua kegiatan dan program-program Rumah
Sakit dengan lebih terprogram, terencana dan terpadu, serta berdampak baik terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat.
BAB 2
ISI
2
2.1 PENGERTIAN MANAJEMEN DAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pelayanan RS di Indonesia saat ini sudah bersifat padat modal, padat karya, dan padat
teknologi dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal rujukan medik, RS juga
diandalkan untuk memberikan pengayoman medik (pusat rujukan) untuk pusat-pusat
pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Sifat pengayoman sangat erat kaitannya dengan
klasifikasi Rumah Sakit. Ada empat jenis RS berdasarkan klasifikasi perumahsakitan di
Indonesia yaitu kelas A, B, C, dan D. Kelas RS yang lebih tinggi (A) mengayomi kelas
Rumah Sakit yang lebih rendah dan mempunyai pengayoman wilayah yang lebih luas.
Pengayoman dilaksanakan melalui dua sistem rujukan yaitu sistem rujukan kesehatan
(berkaitan dengan upaya promotif dan preventif seperti bantuan teknologi, bantuan sarana
dan operasionalnya) dan rujukan medik (berkaitan dengan pelayanan yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif)
3
Dan berubahnya RS kelas A dan B menjadi RS seadanya, bahkan ada yang menjadi
Perusahaan Jawatan (Perjan), menejemen klasik RS di Indonesia sudah pasti mengalami
perubahan. Perubahan dalam hal peningkatan profesionalisme staf, tersedianya peralatan
yang lebih canggih, dan lebih sempurnanya sistem administrasi RS yang akan bermanfaat
untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan RS.
Jadi, Manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara berbagai sumber daya (unsur
manajemen) melalui proses perencanaan, pengorganisasian, ada kemampuan pengendalian
untuk mencapai tujuan rumah sakit seperti : Menyiapkan sumber daya, mengevaluasi
efektivitas, mengatur pemakaian pelayanan, efisiensi, dan kualitas.
Rumah sakit perlu menerapkan sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan. Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus menciptakan kinerja yang unggul.
Kinerja yang unggul atau Performance Excellence merupakan salah satu faktor utama yang
harus diupayakan oleh setiap organisasi untuk memenangkan persaingan global, begitu juga
oleh perusahaan penyedia jasa pelayanan kesehatan.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh para pengelola rumah sakit untuk
menciptakan kinerja yang unggul diantaranya melalui pemberian pelayanan yang bagus serta
tindakan medis yang akurat dan mekanisme pengelolaan mutu tentunya.
Salah satu strategi yang dilakukan oleh pengelola rumah sakit swasta dalam
mempertahankan atau meningkatkan jumlah konsumen adalah pelayanan. Tuntutan untuk
mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan nyaman semakin meningkat, sesuai dengan
meningkatnya kesadaran arti hidup sehat. Keadaan ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat yang perlu mendapat perhatian dari pengelola
rumah sakit.
Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut, di setiap kota besar seperti Jakarta
banyak sekali usaha rumah sakit dengan kualitas pelayanan dan peralatan medis yang prima
dapat kita temukan di setiap sudut kota, sehingga masyarakat konsumen yang tadinya harus
ke luar negeri demi servis dan kualitas dokter yang prima, sekarang tidak perlu lagi ke luar
negeri.
4
Dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan terhadap konsumen, rumah sakit
berusaha untuk mempunyai tenaga dokter ahli yang tetap, sekaligus memperkerjakan dokter
waktu dan dokter kontrak. Bahkan di beberapa rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dapat
kita jumpai pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) yang ditangani oleh dokter tetap maupun
dokter kontrak.
Bahkan ada rumah sakit yang menyediakan tempat dan sarana lengkap seperti
laboratorium dengan tenaga analis, radiologi dan tempat perawatan yang serba lengkap.
Sedangkan untuk tenaga dokternya mereka mengambil dokter-dokter spesialis yang terkenal
dan pengelola rumah sakit menganggap dokter spesialis dan pasiennya sebagai “customer”
mereka
Untuk menjaga agar dokter spesialis ternama tersebut tetap menjadi customer mereka,
maka pihak rumah sakit melakukan strategi sedemikian rupa. Diantaranya dengan
menyediakan peralatan medis yang dikehendaki oleh para dokter tersebut
Dengan penerapan sistem manajemen mutu secara menyeluruh dan model pengukuran tepat
maka perusahaan akan menjadi perusahaan kelas dunia yang siap memenangkan persaingan.
5
Dalam penerapannya, manajemen di rumah sakit dapat dilihat dari fungsi perencanaan
rumah sakit dan fungsi pergerakan dan pelaksanaan rumah sakit.
Ada dua alasan mengapa perencanaan diperlukan yaitu untuk mencapai “Protective
bennefits” yaitu merupakan hasil dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pembuatan keputusan dan “Positive benefit” yaitu untuk peningkatan pencapaian tujuan
organisasi.
6
6. Komunikasi serta bentuk dan standar pengawasan yang perlu dikembangkan oleh manajer
dan perlu dilaksanakan.
1. Keterbatasan dalam ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang.
2. Memerlukan biaya yang cukup besar.
3. Hambatan psikologis.
4. Menghambat timbulnya inisiatif.
5. Terhambatnya tindakan yang perlu diambil.
1. Analisis situasi
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data atau fakta. Analisis situasi ini melibatkan
beberapa aspek ilmu yaitu:
7
Ekonomi (pembiayaan kesehatan) meliputi pendapatan, tingkat pendidikan, norma
sosial, dan sistem kepercayaan masyarakat.
Organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader, keterampilan, persediaan
vaksin dan sebagainya.
Pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, yaitu:
Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, laporan khusus, hasil suatu survei, juklak
program, laporan tahunan.
Masalah penyakit (medis), intervensi medis yaitu diagnosa penyakit, pengobatan dan
tindak lanjut.
8
Masalah kesehatan masyarakat (Public health), surveilen, analisis epidemiologi,
intervensi yaitu promosi kesehatan, perlindungan spesifik atau imunisasi dan deteksi dini.
Masalah dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu masalah tentang penyakit, masalah
manajemen pelayanan kesehatan (masalah program), dan masalah perilaku, sikap dan
pengetahuan masyarakat. Prioritas masalah secara praktis dapat ditetapkan berdasarkan
pengalaman staf, dana, dan mudah tidaknya maslah dipecahkan. Prioritas masalah dijadikan
dasar untuk menentukan tujuan.
Contoh masalah tentang penyakit antara lain KIA/ KB, tingginya prevalensi anemia
pada remaja putri dan wanita hamil, partus kasep, kematian ibu bersakin, BBLR, kematian
neonatal dan perinatal (misalnya akibat tetanus neonatorum, ISPA, diare), infertility, mioma,
Ca. Cervix, Ca. Mammae serta masalah komplikasi pemakaian IUD.
Masalah input, jumlah staf kurang, keterampilan dan motivasi kerja rendah, peralatan
kurang memadai, jenis obat yang tersedia tidak sesuai.
Masalah proses, terkait dengan fungsi manajemen (POAC) yaitu kurang jelas tujuan
program, kurang jelas rumusan masalah program (Planning), pembagian tugas tidak
jelas (Organizing), kepemimpinan kurang (Actuating), pengawasan atau supervisi
lemah (Controlling).
Contoh masalah manajemen pelayanan kesehatan antara lain tingginya jumlah anak yang
menderita diare, air minum yang terkontaminasi air limbah, kebutuhan masyarakat akan
penyuluhan kesehatan, banyaknya tumpukan sampah di sepanjang jalan umum, pemilikan
jamban keluarga yang masih rendah, kurangnya persediaan oralit di Posyandu dan
tervatasnya jumlah staf yang mampu melakukan deteksi dini diare. Yang menjadi prioritas
atau masalah utama adalah tingginya jumlah anak yang menderita diare.
9
Apakah masalah tersebut potensial sebagai penyebab tingginya kematian bayi?
Tujuan harus sesuai dengan masalah, bisa dicapai, bisa diukur, bisa dilihat hasilnya.
10
Contoh: Untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan antenatal care ibu-ibu hamil, dirumuskan
tujuan pelayanan “meningkatnya cakupan K1 (kunjungan ibu hamil yang pertama) dari 80%
menjadi 100%, dan K4 60% menjadi 80%”. Perlu didistribusikan bidan di setiap desa. Perlu
penyediaan kit bidan lengkap.
Hambatan pada sumber daya yaitu meliputi motivasi yang rendah pada staf pelaksana,
partisipasi masyarakat yang rendah, peralatan tidak lengkap, informasi tidak valid,
dana yang kurang dan yang waktu kurang.
Hambatan pada lingkungan yaitu meliputi geografis (jalan rusak), iklim, tingkat
pendidikan rendah, sikap dan budaya masyarakat (mitos, tabu, salah persepsi) serta
perilaku masyarakat yang kurang partisipatif.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah membuat daftar hambatan dan kendala
program kemudaian mengeliminasi, memodifikasi, serta mengurangi yang tidak bisa
dilakukan dan menyesuaikannya dengan tujuan operasional kegiatan program.
11
* Dimana kegiatan akan dilaksanakan?
* Kapan kegiatan ini akan dikerjakan?
Sifat pelayanan kesehatan yang ientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan
(customer service). Hasil perawatan pasien sebagai customer RS ada tiga
kemungkinan yaitu sembug sempurna, cacat (squalae), atau mati. Apapun
kemungkinan hasilnya, kualitas pelayananharus diarahkan untuk kepuasan pasien
(customer satisfaction) dan keluarganya.
Kompleksitas ketenagaan dan jenis profesi yang dimiliki oleh RS, menuntut
dikembangkannya kepemimpinan partisipatif. Model kepemimpinan manajerial seperti ini
akan menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan mutu pelayanan RS (quality of
services) karena pelayanan kesehatan di RS hampir semuanya saling terkait satu sama lain.
Atas dasar ini, pelayanan di RS harus mengembangkan sistem jaringan kerja internal
(networking) yang solid dan menunjang satu sama lain.
Semua staf RS harus memahami visi dan misi pengembangan RS serta kebijakan
operasional pimpinan. Untuk menjaga otonomi profesi dari masing-masing SMF, kualitas
pelayanan di RS harus disesuaikan dengan standar profesi yang harus ditetapkan oleh setiap
perkumpulan dokter ahli (ikatan profesi). Stanndar profesi dikenal denga medical of conduct
dan medical ethic juga harus selalu diperhatikan oleh semua staf SMF dalam rangka menjaga
mutu pelayanan RS (quality of care).
12
Sehubungan dengan kompleksitas sistem ketenagaan dan misi yang harus diemban
oleh RS, penerapan fungsi actuating di RS akan sangat tergantung dari empat faktor. Faktor
pertama adalah kepemimpinan direktur RS; kedua adalah koordinasi yang dikembangkan
oleh masing-masing Wakil Direktur dengan kepala SMF dan kepala instalasinya; ketiga
adalah komitmen dan profesionalisme tenaga medis dan non medis di RS (dokter, perawat,
dan tenagapenunjang lainnya), dan keempat adalah pemahaman pengguna jasa pelayanan RS
(pasien dan keluarganya) akan jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di RS.
Di pihak lain, intensitas dan frekuensi komunikasi abtara pihak pimpinan RS dan
semua staf profesional harus berlangsung dinamis. Kepemimpinan, komunikasi, koordinasi
merupakan faktor penting didalam pengembangan fungsi actuating. Ketiganya akan
memudahkan penjabaran visi dan misi serta strategi pimpinan RS menembangkan mutu
pelayanan kesehatan di masing-masing SMF.Di sisi lain, dibutuhkan juga peningkatan
keterampilan manajerial di pihak pimpinan RS sehingga lebih mampu mengintregasikan
masing-masing tugas SMF ke dalam satu kesatuan gerak (networking) yang harmonis dan
saling menunjang peningkatan mutu pelayanan RS demi kepuasan pelanggannya. Jika
pendekatan ini kurang dipahami oleh pihak manajemen RS dan pimpinan SMF, budaya kerja
yang berorientasi kepada peningkatan mutu pelayanan RS tidak akan berkembang. Meraka
cenderung akan bertindak sendiri, arogansi profesi dan dukungan sarana dan prasarana
(input) pelayanan RS (teknologi dan peralatan kedokteran, logistik, keuangan, dan
sebagainya) kurang mendapat perhatian. Untuk itu pengembangan budaya kerja staf di SMF
harus diarahkan untuk mendukung tercapainya visi dan misi RS. Meraka harus menyadari
akan peranannya sebagai staf RS yang diberikan tugas istimewa memberikan asuhan
pelayanan medik dan kesehatan kepada masyarakat (customer) yang menggunakan jasa
pelayanan RS.
13
Dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran terutama di rumah sakit maupun praktik
pribadi, peranan pencatatan Rekam Medik sangat penting dan sagat melekat pada pelayanaan.
RM adalah orang ketiga dalam pelayanan kesehatan. Catatan demikian akan berguna untuk
merekam dan mengingatkan dokter engan keadaan, hasilpemeriksaan dan pengobatan yang
telah diberikan bila pasien daang kembali untuk berobat ulang setelah beberapa hari, bulan
bahkan tahu.
Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat RM mempunyai informasi pasien
antara lain:
14
Untuk pasien rawat inap, sama seperti sebelumnya hanya denagan tambahan:
Untuk di rumah sakit biasanya yang terpenting pelu diperhatikan untuk pasien rawat inap,
yaitupenmbuatan resume akhir. Yang isinya antara lain menjelaskan :
* Anamnesis
* Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rongent dan lain – lain.
* Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksnakan.
* Keadaan pasien waktu keluar
* Anjuran pengobatan dan perawatan.
Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan
yang berguna bagi dikter pad awaktu menerima pasien untuk dirawat kembali.
Untuk memenuhi permintaan dari badan – badan resmi tentang perawatan seorang
pasien.
Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter ang mengirim, dan dokter
konsultan
Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenga kesehatan lainnya yang ikut andil
dalam pelayanan kesehatan.
Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan
kepada pasien
15
Sebagai bukti tertulis segala pelayanan, perkembnagna penyakit dan pengobatan
selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit.
Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
Menyedikan data – data khusus yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan
Dalam pelaksanaan kegunaan RM di atas maka staf medik dan tenaga kesehatan
lainnya dituntut untuk mengisi RM scara cepat, akurat, dan mudah dibaca. Tanpa adanya
informasi medik yang dicatat dengan baik oleh kalangan medik maupun paramedik, maka
kegunaan seperti yang di kemukakan sebelumnya tidak akan tercapai.
Mutu asuhan kesehatan sebuah RS akan selalu terkait dengan struktur, proses,
outcome sistem pelayanan RS yersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari
tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi
RS.
Aspek struktur
Struktur adalah semua masukan (input) untuk system pelayanan sebuah RS yang
meliputi tenaga, peralatan, dana dan sebagainya. Ada sebuah asuransi yang mengatakan
bahwa jika struktur sistem RS tertata dengan baik, akan lebih menjamin mutu asuhannya.
Baik tidaknya struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya, efisiensi, mutu dari
masing – masing komponen struktur.
Proses
16
Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga professional lainnya yang
mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. Interaksi ini diukur antara lain
dalam bentuk penilaian tentang pasien, penegakan diagnosa, rencana tindakan pengobatan,
indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.
Dalam hal ini juga dianut asumsi bahwa semakin patuh tenaga profesi menjalankan
”standards of good practice” yang telah diterima dan diakui oleh masing – masing ikatan
profesi, akan semakin tinggi pula mutu asuhan terhadap pasien. Baik tidaknya pelaksanaan
proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek yaitu relevan tidaknya proses itu bagi
pasien, efektivitas prosesnya, dan kualitas interaksi asuhan terhadap pasien.
Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya di RS terhadap pasien.
Di sini diperlukan pedoman untuk mengukur mutu asuhan pelayanan kesehatan.
17
7. ALOS (Average Length of Stay)
8. Normal Tissue Removal Rate
Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan :
1. Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal pasien
2. Jumlah pelayanan dan tindakan medik
3. Jumlah tindakan pembedahan
4. Jumlah kunjungan SMF spesialis
5. Pemfaatan oleh masyarakat
6. Contact rate
7. Hospitalization rate
8. Out patient rate
9. Emergency out patient rate
Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas
dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika tidak ada angka standar nasional,
penilaian dialkukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun sebelumnya di
RS yang sama setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajemen / direksi RS yang
bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf lainnya yang terkait.
18
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat tidak sesuai standar
8. Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.
Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS
(quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS (quality of
care). Keduanya merupakan oucome dari manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance)
yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat
ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional (nonstruktural)
yang membantu direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS.
Di Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis pelayanan dan
kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam RS yaitu RS Pemerintah (RS
Pusat, RS Propinsi, RS Kabupaten), RS BUMN/ABRI, dan RS Swasta yang menggunakan
dana investasi dari sumbar dalam negeri (PMDN) dan sumber luar negeri (PMA). Jenis RS
yang kedua adalah RS Umum, RS Jiwa, RS Khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung,
kanker, dsb). Jenis RS yang ketiga adalah RS kelas A, kelas B (pendidikan dan non-
pendidikan), RS kelas C dan RS kelas D (Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979).
Pemerintah sudah meningkatkan status semua RS Kabupaten menjadi kelas C.
Kelas RS juga dibedakan berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia. Pada RS kelas A
tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk spesialistik. RS kelas B mempunyai
pelayanan minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar. RS kelas C mempunyai
minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak). Di RS kelas
D hanya terdapat pelayanan medis dasar.
Pasal 1 : Rumah Sakit Umum adalah organisasi di lingkungan Departemen Kesehatan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Yan Medik.
19
Pasal 2 : Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan (caring)
dan penyembuhan (curing) penderita serta pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa
(rehabilitation).
Pasal 4 :
1. RS Umum yang dimaksud dalam keputusan ini adalah RS kelas A, kelas B, kelas C.
Untuk Rumah Sakit Umum kelas A, susunan organisasinya diatur sesuai dengan SK Menkes
No. 543/VI/1994 adalah sebagai berikut.
1. Direktur
20
2. Wakil Direktur yang terdiri dari:
1. Pembinaan, pengawasan dan penelitian mutu palayanan medis, hak-hak klinis khusus
lepada SMF, program pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan (diklat), serta
penelitian dan pengembangan (litbang).
2. Pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan etika profesi.
Semua kepala SMF diangkat oleh Dirjen Yan. Medik Depkes RI berdasarkan usulan
dari Direktur RS. Dengan mengkaji struktur organisasi dan tugas-tugas pokok RS, dapat
dibayangkan bahwa manajemen sebuah RS hampir mirip dengan manajemen hotel. Yang
berbeda, tujuan mereka yang berkunjung dan jenis pelayanannya. Masyarakat yang
berkunjung ke RS bertujuan untuk memperoleh pelayanan medis karena kejadian sakit yang
dideritanya, sedangkan mereka yang berkunjung ke hotel adalah untuk bersenag-senang.
21
Medik Depkes RI sesuai dengan usul Direktur RS. Masa kerja Wadir KM adalah tiga tahun.
Di bawah Wadir KM terdapat panitia infeksi nasokomial, panitia rekam medis, farmasi da
terapi, audit medik, dan etika.
SMF yang menggantikan UPF ( Unit Pelaksanaan Fungsional) terdiri dari dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter subspesialis. Mereka mempunyai tugas pokok
menegakkan diagnosis, memberikan pengobatan, pencegahan penyakit, peningkatan dan
pemulihan kesehatan, penyuluhan, pelatihan dan penelitian pengembangan pelayanan medis.
Untuk RS kelas A jumlah SMF yang dimiliki minimal 15 buah yakni (1) Bedah (2) Kesehatan
Anak (3) Kebidanan dan Penyakit Kandungan (4) Penyakit Dalam (5) Penyakit Saraf (6)
Penyakit Kulit dan Kelamin (7) THT (8) Gigi dan Mulut (9) Mata (10) Radiologi (11)
Patologi Klinik (12) Patologi Anatomi (13) Kedokteran Kehakiman (14) Rehabilitasi Medik
(15) Anestesi.
Susunan organisasi RS kelas C dan D lebih sederhana jika dibandingkan dengan kelas
A dab B. Di sini tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan staf khusus yang
mengurus administrasi. Kondisi ini berpengaruh pada jenis pelayanan medis dan jumlah staf
profesional (medis dan paramedis) yang dipekerjakan pada tiap-tiap RS ini. Secara umum,
jenis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan juga akan ikut menentukan
peningkatan kelas sebuah RS di suatu wilayah, terutama yang berlokasi di ibu kota provinsi.
22
Struktur organisasi RSUD Dr. M.M Dunda Limboto sesuai Peraturan Daerah
Kabupaten Gorontalo Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo, terdiri
dari :
1. Direktur
23
Sub Bagian Kepegawaian dan Diklat; dan
24
URAIAN TUGAS
1. Direktur
b. Bagian Keuangan
Kepala Bagian Bina Progran dan Publikasi mempunyai tugas untuk menyiapkan
perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta
bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan perencanaan dan evaluasi,
hukum dan rekam medik, humas dan PKRS serta tugas-tugas lainnya dari atasan langsung.
25
3. Wakil Direktur Bidang Pelayanan dan Keperawatan.
b. Bidang Keperawatan
26
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara berbagai sumber daya (unsur
manajemen) melalui proses perencanaan, pengorganisasian, dan kemampuan pengendalian
untuk mencapai tujuan rumah sakit seperti : Menyiapkan sumber daya, mengevaluasi
efektivitas, mengatur pemakaian pelayanan, efisiensi, dan kualitas.
Kemudian, semua rencana yang telah di programkan, dilanjutkan dalam wujud nyata
yaitu pelaksanaan, yang dijalankan oleh sebuah organisasi yang telah dibentuk secara
terpadu dan profesional, dengan tidak melupakan adanya sebuah badan atau media kontrol
(pengawasan), sehingga tercipta manajemen rumah sakit yang bermutu, minim dengan cacat
atau kesalahan.
2. SARAN
27