Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

Dosen : Ns.Lily Herlinah,M.Kep.,Sp.Kom


Disusun oleh : Kelompok 4

Adinda Nurul Ridhah M ( 2018720002 )

Nindha Amelia ( 2018720031 )

Nurhasanah Rahmanda ( 2018720033 )

Sarah Luthfiyatul Azis ( 2018720040 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbanganpikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI .....ii
BAB 1 PENDAHULUAN ....1
A. Latar Belakang ....1
B. Tujuan Penulisan .......2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..3
A. Perubahan terkait usia pada fungsi intergumen...........................................3
B. Factor risiko gangguan intergumen pada lansia...........................................5
C. Konsekwensi perubahan system intergumen pada lansia............................6
D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia 10
BAB III ASKEP KASUS PASIEN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN...19
A. Pengkajian..................................................................................................19
B. Diagnosa.....................................................................................................20
C. Intervensi....................................................................................................20
D. Implementasi..............................................................................................21
E. Evaluasi......................................................................................................22
BAB IV PENUTUP..............................................................................................23
A. Kesimpulan................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menjadi tua adalah suatu proses alamiah. Manifestasi proses
menua antara lain rambut rontok dan memutih atau abu-abu, permukaan
kulit keriput, banyak gigi yang tanggal (ompong), daya penglihatan atau
pendengaran berkurang, perubahan sistem saraf pusat, sistem
muskuloskeletal, dan lain-lain. Penuaan adalah konsekuensi yang tidak
dapat dihindari. Walaupun proses penuaan benar adanya dan merupakan
sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya proses ini menjadi beban
bagi orang lain dibadingkan dengan proses lain yang terjadi. Perawat yang
akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang
normal dan tidak normal.Penuaan sesungguhnya merupakan proses
dediffensiasi (de-growth) dari sel, yaitu proses terjadinya perubahan
anatomi maupun penurunan fungsi dari sel.
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak
tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh
manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu
yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang
universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan
dan mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda.
Pertambahan usia pada lansia menyebabkan lansia sangat rentan
dan berisiko terhadap penyakit. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan baik fisik maupun psikososial. Perubahan anatomi dan fisiologi
akibat penuaan dapat meningkatkan kerentanan pada lansia terutama untuk
masalah kulit. Prevalensi masalah gangguan integritas kulit pada lansia
cukup tinggi. Kulit pada lansia umumnya kering, tipis dan pecah-pecah.
Kerentanan lansia terhadap masalah kulit.

1
B. TUJUAN PENULISAN
1. untuk mengetahui Perubahan terkait usia pada fungsi intergumen
2. untuk mengetahui Factor risiko gangguan intergumen pada lansia
3. untuk mengetahui Konsekwensi perubahan system intergumen pada
lansia
4. untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada lansia dengan
gangguan sistem integumen
5. Untuk dapat menyelesaikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem integumen sesuai kasus

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERUBAHAN TERKAITUSIA PADA FUNGSI INTERGUMEN


Kulit adalah organ yang paling luas pada tubuh, mewakili kira-kira 16%
dari berat badan orang dewasa. Kulit merupakan organ satu-satunya yang
dapat disentuh, dipijat, dan direnggangkan. Kulit bersifat fleksibel terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang kehidupan sehari-hari (Stanley
&Beare, 2000). Secara struktural, kulit adalah suatu organ kompleks yang
terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutis. Hal yang tahan terhadap penuaan
adalah perubahan yang terlihat pada kulit seperti atropi, keriput, dan kulit
yang kendur.
Perubahan yang Terjadi
Secara struktural, kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan
jaringan subkutan (Miller, 2012). Sedangkan menurut (Stanley &Beare, 2000)
perubahan kulit dapat terjadi pada stratum korneum, epidermis, dermis,
jaringan subkutan, dan bagian tambahan dari kulit termasuk rambut, kuku,
korpus pacini, korpus meissner, kelenjar keringat, dan kelanjar sebasea. Sulit
untuk membedakan antara perubahan yang ketat yang disebabkan penuaan dan
yang terjadi karena faktor risiko. Genetika, gaya hidup, dan faktor lingkungan
mengerahkan dampak yang signifikan pada kulit selama kehidupan dan
memiliki efek kumulatif pada orang dewasa yang lebih tua.
1. Stratum Korneum
Lapisan terluar dari epidermis dan terdiri dari timbunan korneosit. Dengan
adanya peningkatan usia, jumlah keseluruhan sel dan lapisan sel secara
esensial tetap tidak berubah, tetapi kohesi sel menjadi lambat,
menghasilkan waktu penyembuhan yang lebih lama. Pelembap pada
stratum korneum berkurang, tetapi status barier air tampaknya tetap
terpelihara, yang berakibat pada penampilan kulit yang kasar dan kering.

3
2. Epidermis
Pada lapisan ini terjadi perlambatan dalam proses perbaikan sel, jumlah sel
basal yang lebih sedikit, dan penurunan jumlah dan kedalaman reteridge
yang mengurangi kontak epidermis dengan dermis. Terjadi penurunan
jumlah melanositsciring penuaan dan sel yang tersisa mungkin tidak dapat
berfungsi secara normal. Penurunan kompresi imun merupakan hasil dari
keseluruhan penurunan jumlah sel sehingga respon lansia terhadap
pemeriksaan kulit berkurang. Kerusakan struktur nukleus kerabosit dapat
juga di lihat yang mencerminkan suatu perubahan pertumbuhan sel yang
abnormal sehingga lansia cenderung mengalami keratosis seboroik dan
lesi kulit papilomotosa (akokordon) serta neoplasia.
3. Dermis
Terjadi penurunan volume dermis menjadi tipis dan jumlah sel biasanya
memurun. Hal tersebut menyebabkan timbulnya penyakit pada kulit,
penutupan dan penyembuhan luka yang lambat, penurunan termoregulasi,
penurunan respons inflamasi, dan absorbsi kulit terhadap zat-zat
topikalPenununan elastisitas dan kolagen yang secara bertahap
dihancurkan oleh enzim-enzim menghasilkan adanya kantung atau
pengeriputan. Organisasi kolagen menjadi tidak teratur dan turgor kulit
hilang. Juga terjadi penurunan vaskularitas, fibroblas, makrofag, dan sel
batang sehingga kulit tampak pucat dan kurang mampu melakukan
termoregulasi. Sehingga lansia beresiko tinggi mengalami hipertemia atau
hipotermia.
4. Jeringan subkutan
Terjadi penipisan sehingga terjadi kelemahan kulit dan penampilan kulit
yang kendur/menggantung diatas tulang rangka. Lapisan lemak turut
mengalami penurunan terutama pada daerah wajah, tangan, kaki, dan betis
sehingga pembuluh darah menjadi lebih terlihat jelas.
5. Bagian Tambahan dari kulit
Pada bagian ini meliputi rambut, kuku, korpus pacini, korpus meissner,
kelenjar keringat, dan kelenjar şebasea. Rambut pada umumnya terus
bertambah beruban diringi dengan penipisan rambut dikarenakan

4
penurunan jumlah folikel rambut. Pertumbuhan kuku menjadi berkurang,
lunak, rapuh, kurang berkilau, dan cepat mengalami kerusakan. Korpus
pacini dan meissner menurun sekitar dua pertiga dari usia 30 sampai usia
90 tahun, menyebabkan penurunan sensasi sentuhan (Meissner) dan
sensasi tekanan (pacini). Kelenjar keringat yang sedikit ditambah dengan
penerunan kemampuan fungsional menyebabkan lansia memiliki
penurunan respons dalam berkeringat. Bau badan pada lansia berkurang
karena jumlah kelenjar apokrin pada aksila dan kemaluan berkurang.
Kelenjar sebasea menjadi lebih besar seiring dengan peningkatan ukuran
pori-pori akibat penuaan, namun terjadi penurunan 40- 50% produksi
sebum, schingga kulit menjadi kering.

B. FACTOR RISKOGANGGUANINTERGUMEN PADA LANSIA


Faktor risiko yang mempengaruhi kulit dan rambut orang dewasa yang lebih
tua termasuk faktor keturunan, gaya hidup dan faktor lingkungan, dan efek
obat yang merugikan.
1. Pengaruh genetik
Keturunan memainkan peran penting dalam pengembangan perubahan
kulit dan rambut. Orang dengan berkulit putih, rambut tipis, dan light-
colored eyes lebih sensitif terhadap efek radiasi ultraviolet
dibandingkan orang dengan kulit gelap.
2. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan
Merokok, paparan sinar matahari, stres emosional, dan
penyalahgunaan zat atau alkohol adalah gaya hidup dan faktor
lingkungan yang secara signifikan mempengaruhi kesehatan kulit.
Paparan radiasi ultraviolet adalah faktor lingkungan yang paling
signifikan, namun kondisi iklim yang merugikan juga dapat
menyebabkan konsekuensi fungsional negatif. Photoaging adalah
istilah yang di gunakan untuk menggambarkan perubahan kulit yang
terjadi karena paparan radiasi ultraviolet, bahkan pada tingkat yang
tidak menyebabkan kulit terbakar terdeteksi meskipun perubahan ini
sering di pandang sebagai penuaan dini namun secara biologis proses

5
perubahan nya berbeda beda (Habn, 2010). Merokok adalah faktor lain
yang telah di kaitkan dengan perubahan kulit yang cenderung memiliki
lebih banyak keriput, perubahan warna ke abu abuan, berkurangnya
kemampuan untuk melindungi terhadap kerusakan radiasi ultraviolet
dan meningkatkan risiko kanker kulit, serta dengan perubahan rambut
seperti botak dan rambut ke abu-abuan. Studi kembar secara konsisten
mengidentifikasi merokok dan paparan sinar matahari sebagai faktor
lingkungan yang berkontribusi terhadap penuaan kulit (Gyuron et al,
2009 ; martires, polester, cooper, dan baron, 2009).
3. Efek medikasi
Efek obat umum yang merugikan melibatkan kulit termasuk pruritus,
dermatosis, dan reaksi fotosensitifitas. Agen sitotoksik adalah jenis
obat yang paling sering dikaitkan dengan kerontokan rambut, tetapi
obat lain yang dapat menyebabkan alopecia termasuk antikoagulan,
levodopa, indometasin, propranolol, dan obat obatan yang di gunakan
untuk asam uratdan kolestrol (Habif 2010). Dermatosis atau ruam
adalah efek samping obat yang paling sering dilaporkan dan mereka
dapat disebabkan oleh obat apapun

C. KONSEKWENSI PERUBAHAN SYSTEM INTERGUMEN PADA


LANSIA
Perubahan terkait usia dan faktor risiko berdampak negatif pada
banyak orang fungsi kulit termasuk termoregulasi, sensitivitas taktil, dan
respons terhadap cedera. Perubahan terkait usia tidak mengganggu fungsi
pelindung kuku namun, kuku pada orang tua lebih rapuh dan lebih
cenderung pecah. Konsekuensi psikososial dapat terjadi jika terjadi
perubahan pada penampilan kulit dan rambut dikaitkan dengan sikap
tentang indikator penuaan yang terlihat.
1. Kerentanan terhadap Cedera
Perubahan degeneratif progresif pada kulit berkaitan dengan efek
paparan sinar matahari jangka panjang dan merugikan lainnya
kondisi lingkungan meningkatkan kerentanan orang tua orang

6
dewasa hingga kelainan kulit seperti kulit robek, tukak tekan, stasis
dermatitis, kondisi kulit autoimun, dan reaksi obat (Farage, 2009).
Karena sambungan dermal-epidermal yang rata, lebih tua
kulit kurang tahan terhadap gaya geser dan karena itu lebih tahan
banting rentan terhadap memar dan cedera tipe geser. Terkait usia
penurunan ketebalan kulit memperparah efek dari persimpangan
dermal-epidermal yang rata, semakin meningkatkan kerentanan
kulit yang lebih tua terhadap cedera dan efek stres dan radiasi
ultraviolet. Perubahan kolagen juga mengganggu kekuatan tarik
kulit, menyebabkannya menjadi kurang tangguh dan lebih rentan
terhadap kerusakan akibat kekuatan abraif atau robek. Selain usia
lanjut, faktor risiko terkait dengan robekan kulit termasuk
imobilitas; polifarmasi; nutrisi buruk; dan gangguan sensorik,
kognitif, atau fungsional (LeBlanc & Baranoski, 2009).
Regenerasi kulit yang sehat membutuhkan waktu dua kali
lebih lama Orang berusia 80 tahun dibandingkan orang berusia 30
tahun. Pada kulit yang utuh sempurna, regenerasi yang lambat ini
tidak memiliki efek yang terlihat. Ketika integritas kulit terganggu,
bagaimanapun, ini terkait dengan usia perubahan berkontribusi
pada penyembuhan luka yang tertunda, bahkan untuk luka yang
dangkal. Konsekuensi perubahan terkait usia itu mempengaruhi
penyembuhan luka dalam termasuk peningkatan risiko untuk
gangguan luka pasca operasi, penurunan kekuatan tarik
penyembuhan luka, dan peningkatan risiko infeksi sekunder.
2. Respon terhadap Radiasi Ultraviolet
Penurunan melanosit terkait usia menyebabkan orang
dewasa yang lebih tua menjadi kurang dalam dan lebih lambat saat
terkena radiasi ultraviolet, dan peningkatan variabilitas dalam
kepadatan melanosit di kulit yang terpapar dan tidak terpapar dapat
menyebabkan belang-belang dan tidak teratur pada pigemntasi
kulit secara keseluruhan. Konsekuensi fungsional positif dari
perubahan melanosit terkait usia adalah penurunan terjadinya tahi

7
lalat yang di mulai sekitar dekade ke 4. Selain efek kosmetik ini,
konsekuensi fungsional yang lebih serius dari penurunan melanosit
terkait usia adalah peningkatan insiden kanker kulit pada orang
dewasa yang lebih tua. faktor-faktor lain yang meningkatkan
kerentanan orang dewasa terhadap kanker kulit adalah
bertambahnya usia, penurunan jumlah sel Langerhans, dan
paparan kumulatif radiasi ultraviolet.
3. Kenyamanan dan Sensasi
Kulit kering adalah salah satu keluhan paling umum dari
orang tua orang dewasa; bahkan, hal ini telah diamati pada hingga
85% lansia. Perubahan terkait usia, seperti hilangnya produksi
sebum dan keringat ekrin, berkontribusi pada penurunan kadar air
pada kulit. Faktor resiko itu dapat menyebabkan kulit kering
termasuk stres, merokok, paparan sinar matahari, lingkungan
kering, keringat berlebihan, merugikan reaksi pengobatan,
penggunaan sabun yang berlebihan, dan kondisi medis tertentu
(misalnya, hipotiroidisme).
Sensitivitas taktil mulai menurun sekitar usia 20 tahun
tahun, akhirnya menyebabkan orang dewasa yang lebih tua
mengalami penurunan dan respons yang kurang intens terhadap
sensasi kulit. Penurunan ini disebabkan, setidaknya sebagian,
perubahan terkait usia di Sel-sel Pacinian dan Meissner, yang
merupakan reseptor kulit yang merespons getaran. Faktor
pendukung lainnya termasuk suhu tubuh yang lebih rendah dan
perubahan fungsi pada sistem saraf pusat. Secara fungsional,
orang dewasa yang lebih tua lebih rentan terhadap luka bakar
melepuh karena sudah berkurang kemampuan untuk merasakan
suhu air panas yang berbahaya.
Termoregulasi juga dipengaruhi oleh pengurangan terkait
usia pada keringat ekrin, lemak subkutan, dan suplai darah dermal.
Perubahan terkait usia ini mengganggu keringat, menggigil,
vasokonstriksi dan vasodilatasi perifer, dan isolasi terhadap suhu

8
lingkungan yang merugikan. Jadi, orang dewasa yang lebih tua
lebih berisiko mengalami hipotermia dan penyakit terkait panas.
4. Efek Kosmetik
Efek kosmetik keseluruhan dari perubahan kulit terkait usia
adalah kulit tampak lebih pucat, lebih tipis, lebih tembus cahaya,
dan berpigmen tidak teratur. Indikator tambahan terkait usia kulit
perubahan termasuk kendur, kerutan, dan berbagai pertumbuhan
dan lesi. Perubahan warna kulit disebabkan penurunan melanosit
dan sirkulasi dermal. Keriput dan kendur kulit disebabkan oleh
perubahan terkait usia pada epidermis dan dermis, terutama
perubahan yang mempengaruhi kolagen serat. Jaringan subkutan
yang menurun berkontribusi pada kulit yang kendor, terutama di
lengan atas, dengan membiarkan gravitasi untuk menarik kulit ke
bawah.
Meskipun perubahan penampilan ini dilakukan secara
bertahap dantidak mengganggu fungsi fisiologis secara signifikan,
konsekuensi psikososial dari perubahan ini dapat menjadi
signifikan karena nilai sosial ditempatkan pada penampilan pribadi
dan sikap negatif yang mungkin dipegang tentang menjadi tua.
Berapapun usianya, penampilan fisik seseorang telah terbukti
menjadi penentu penting dari persepsi diri, danmasyarakat modern
mengasosiasikan daya tarik dengan penampilan muda kulit.
Karena visibilitas wajah dan leher yang tinggi, tanda-
tandanya pun peningkatan usia yang menonjol di sekitar mata dan
mulut mungkin sangat mengganggu orang yang ingin menghindar
indikasi usia yang terlihat. Tanda-tanda karakteristik usia lanjut
yang terlihat di sekitar mata termasuk pigmentasi yang meningkat,
keriputdan penumpukan lemak dan cairan di bagian atas tutup dan
di bawah mata. Juga karena elastisitas kulit yang berkurang dan
hilangnya dan pergeseran lemak subkutan, kulit leher mengendur,
dan dagu ganda bisa berkembang.

9
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSA
1. Penilaian Keperawatan Kulit
Karena kulit merupakan organ terbesar dan paling terlihat dari
tubuh, relatif mudah untuk mengidentifikasi masalah yang
mempengaruhinya. Selain itu, kulit dapat memberikan petunjuk ke
area fisiologis lain dan fungsi psikososial seperti nutrisi, hidrasi, dan
perawatan Pribadi. Perawat mengumpulkan informasi tentang kulit,
rambut, dan kuku selama wawancara penilaian dan melalui fisik
prosedur pemeriksaan. Kesempatan untuk pemeriksaan langsung juga
muncul selama kegiatan asuhan keperawatan rutin seperti membantu
dengan perawatan pribadi atau mendengarkan dan menilai paru-paru
dan jantung apikal. Memperhatikan ciri-ciri kulit, rambut, dan kuku
bisa juga memberikan informasi untuk memvalidasi atau mengajukan
pertanyaan tentang bidang fungsi lainnya
a. Mengidentifikasi Peluang untuk Promosi Kesehatan
Pertanyaan penilaian ditujukan untuk mengidentifikasi orang tersebut
persepsi masalah apa pun, faktor risiko apa pun yang mungkin
berkontribusi terhadap masalah kulit, dan perilaku perawatan pribadi
orang tersebut yang memengaruhi rambut dan status kulit. Menilai
aspek perawatan kulit dapat membantu mengidentifikasi peluang
kesehatan pendidikan tentang faktor risiko dan praktik perawatan kulit
yang sehat. Orang dewasa yang lebih tua dapat memulai diskusi
tentang bintik-bintik, usia atau lainnya perubahan kulit yang nyata,
dan biasanya sangat reseptif informasi tentang perawatan kulit dan
rambut. Perawat mendapatkan informasi tentang pengobatan dan
faktor risiko lainnya sebagai bagian dari penilaian keseluruhan, dan
mereka memasukkan informasi ini ke dalam penilaian kulit.
Demikian pula, informasi terkait lainnya yang diperoleh selama
pengkajian komprehensif, seperti informasi tentang asupan cairan,
status gizi, dan mobilitas dan keamanan, berlaku untuk penilaian kulit.

10
b. Mengamati Kulit, Rambut, dan Kuku
Pemeriksaan kulit ketat di tempat yang hangat, dan pencahayaan yang
baik lingkungan merupakan komponen penting dari penilaian kulit.
Pemeriksaan kulit sangat penting karena orang dewasa yang lebih tua
mungkin fokus pada kondisi jinak, seperti xerosis tetapi tidak
memperhatikan kondisi yang lebih serius seperti kanker kulit.
Perawat mengamati warna kulit, turgor, kekeringan, kondisi
keseluruhan, dan setiap pertumbuhan atau kondisi patologis. Perawat
juga mengamati dan mendokumentasikan variasi budaya. Misalnya,
lebih tua orang dewasa keturunan Latin, Asia, atau Afrika mungkin
telah memudar Bintik-bintik Mongolia (yaitu, area tidak beraturan
dengan warna biru muncul di pantat dan punggung bawah dan
kadang-kadang di lengan, paha, dan perut) yang mungkin memar.
Juga, saat menilai eritema atau area tekanan, perawat harus
mengingat bahwa perubahan kulit dini mungkin terjadi sulit dideteksi
pada orang dengan kulit berpigmen gelap.
Terjadinya berbagai lesi kulit melengkapi penilaian kulit pada
orang dewasa yang lebih tua. Meski kebanyakan dari perubahan ini
tidak berbahaya, kecuali dalam hal konsekuensi kosmatika, beberapa
bersifat kanker atau prakanker. Sebuah Aspek penting dari promosi
kesehatan adalah meyakinkan orang tua dewasa tentang perubahan
yang tidak berbahaya dan untuk mendorong medis evaluasi dari yang
dipertanyakan. Secara umum berikut ini karakteristik lesi kulit
memerlukan evaluasi medis:
- Kemerahan
- Bengkak
- Pigmentasi gelap
- Kelembaban atau drainase
- Nyeri atau ketidaknyamanan

11
- Tepi yang meninggi atau tidak beraturan di sekitar bagian
tengah yang datar.

Juga, setiap lesi yang mengalami perubahan, atau luka yang tidak
berubah sembuh dalam waktu yang wajar, harus dievaluasi lebih lanjut.
Evaluasi juga ditunjukkan ketika lokasinya, tahi lalat atau lesi kulit
lainnya sering mengalami gesekan atau iritasi. Ketika perawat
mengamati lesi kulit yang meragukan, mereka menilai dan
dokumentasikan semua karakteristik berikut: ukuran, bentuk, warna,
lokasi, makula (datar) versus papular (menonjol), dangkal versus
menembus, perbatasan diskrit versus menyebar, dan keberadaan atau
tidak adanya peradangan, kemerahan, atau keluarnya cairan.
Terminologi yang terkait dengan berbagai lesi kulit pada orang dewasa
yang lebih tua membingungkan, dan banyak istilah digunakan secara
bergantian.

Penilaian keperawatan pada kulit, rambut, dan kuku dapat


memberikan petunjuk untuk spektrum yang luas dari fungsi fisiologis,
khususnya ketika observasi keperawatan digabungkan dengan informasi
asesmen tambahan. Misalnya, diwarnai cokelatujung jari adalah indikasi
penggunaan rokok, dan kotoran di bawahnya.

Kuku dan sekitar kutikula mungkin merupakan petunjuk untuk


konstipasi. Dalam beberapa keadaan, kuku kaki memberikan petunjuk
tentang kesulitan bergerak, terutama saat kuku yang sangat panjang
melengkungdi bawah jari kaki. Pengamatan pada kulit mungkin
memberikan satu-satunya bukti obyektif dari masalah fungsional yang
serius bahwa orang yang lebih tua mungkin tidak mengakui. Sebagai
contoh, beberapa memar, terutama dalam berbagai tahap penyembuhan,
mungkin terjadi menjadi petunjuk penting untuk jatuh, alkoholisme,
pengabaian diri, atau pelecehan fisik. Pengamatan dan dokumentasi
tanda-tanda tersebut sangat penting ketika pengabaian atau
penyalahgunaan dicurigai tetapi orang dewasa atau pengasuh yang lebih
tua menyangkal masalah seperti itu.

12
Dalam menilai kulit untuk petunjuk tentang aspek yang lebih luas
fungsi, perlu diingat bahwa beberapa manifestasi biasa mungkin berubah
pada orang dewasa yang lebih tua. Misalnya, perawat sering menilai
turgor kulit pada tangan atau lengan sebagai indikasi status hidrasi.
Karena xerosis dan penurunan elastisitas kulit orang dewasa yang lebih
tua, bagaimanapun, turgor kulit belum tentu indikator status hidrasi yang
andal. Meski tangan atau lengan mungkin merupakan situs yang nyaman
dan dapat diterima secara sosial inspeksi, kulit di atas area yang
dilindungi, seperti tulang dada atau abdomen, adalah indikator status
hidrasi yang lebih akurat pada orang dewasa yang lebih tua. Pada orang
dewasa yang lebih tua tanpa pengobatan, lendir mulut membran
biasanya merupakan indikator hidrasi yang andal. Akan tetapi, banyak
obat, termasuk preparat over-the-counter yang mengandung bahan
antikolinergik, menyebabkan mulut kering.Perubahan terkait usia
lainnya yang memperumit penilaian kulit tertunda penyembuhan luka.
Perubahan ini membuatnya sulit untuk menilai pola penyembuhan luka
menggunakan yang sama standar yang diterapkan untuk orang dewasa
yang lebih muda.

Pengamatan pada rambut, kulit, dan kuku memberikan banyak


manfaat petunjuk untuk harga diri dan aspek lain dari fungsi
psikososial.Keterbatasan fisik dapat mengganggu penampilan pribadi,
sebisa mungkin pengaruh psikososial seperti kurangnya motivasi atau
kesadaran. Dengan demikian, bukti pengabaian diri dalam dandan dapat
mengindikasikan depressi, demensia, atau isolasi sosial. Penggunaan
pewarna rambut mungkin mencerminkan sikap orang tersebut tentang
penuaan, dan sangat dalam warna pewarna rambut atau kosmetik wajah
dapat mengindikasikan kerusakan persepsi warna.

2. Diagnosa Keperawatan
Ketika orang dewasa yang lebih tua memilikikerusakan kulit dapat
digunakan diagnosis keperawatan dari Gangguan Integritas Kulit, yang

13
didefinisikan sebagai “Epidermis dan / atau epidermis yang berubah
(NANDA International, 2009, hal. 320). Ketika orang dewasa yang
lebih tua memiliki faktor risiko tekanan ulkus, perawat dapat
menggunakan diagnosis keperawatan Risiko untuk Gangguan
Integritas Kulit, yang didefinisikan sebagai “berisiko untuk kulit
diubah secara merugikan (NANDA International, 2009, hal. 321).
Faktor terkait yang umumnya mempengaruhi lansia termasuk obat-
obatan, inkontinensia, dehidrasi, mobilitas terbatas, defisit nutrisi, atau
kombinasi dari faktor-faktor ini.
Jika orang dewasa yang lebih tua memiliki kecurigaan lesi kulit,
perawatan diagnosis Pemeliharaan Kesehatan yang Tidak Efektif
mungkin dapat diterapkan diagnosa Ini, didefinisikan sebagai
"ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan / atau
mencari bantuan untuk menjaga kesehatan ”(NANDA International,
2009, p. 57). Perawat dapat menerapkan diagnosis ini kepada orang
yang tidak menggunakan tindakan perlindungan saat terpapar terhadap
radiasi ultraviolet (dari sinar matahari atau ruang tanning).

3. Perencanaan Hasil Kesehatan


Saat lansia memiliki kondisi yang mempengaruhi kenyamanan
kulit atau integritas, perawat mengidentifikasi hasil kesehatan sebagai
hal yang esensial bagian dari proses keperawatan. Begitu pula saat
mereka memiliki resiko untuk kondisi yang dapat menyebabkan
masalah kulit (mis., kanker kulit atau ulkus tekanan), tujuan
keperawatan berfokus pada pencegahan. Untuk lansia sehat dengan
faktor risiko (misalnya, riwayat kanker kulit) atau masalah kulit ringan
(misalnya, xerosis), keperawatan yang berlaku Terminologi
Klasifikasi Hasil (NOC) meliputi Tingkat Kenyamanan, Integritas
Jaringan: Membran Kulit dan Mukosa, Pengetahuan: Perilaku
Kesehatan, Perilaku Mencari Kesehatan, Status Nutritional,
Pengendalian Risiko: Kanker, dan Pengendalian Gejala.

14
Untuk orang dewasa yang lebih tua dengan tukak lambung atau
jenis lainnya luka atau kerusakan kulit, istilah NOC termasuk
Gangguan Integritas Kulit, Penyembuhan Luka: Niat Utama, dan
Penyembuhan Luka: Niat Sekunder. Hasil tercapai melalui intervensi
yang dibahas di bagian berikut
a. Intervensi Keperawatan Untuk Kesehatan Kulit
Perawat memiliki banyak kesempatan untuk mempromosikan
kesehatan dengan mengacu pada kenyamanan, harga diri, dan
pemeliharaan sistem laboratorium yang sehat. Intervensi keperawatan
untuk lansia yang sehat orang dewasa fokus pada pengajaran tentang
praktik perawatan diri, seperti menunjukkan tanggung jawab untuk
mengidentifikasi dan mencari evaluasi lebih lanjut untuk lesi
berbahaya atau prakanker. Intervensi untuk orang dewasa yang lebih
tua yang dikompromikan secara fisik fokus pada mempertahankan
keutuhan kulit dan mengelola ulkus tekanan. Perawat dapat
menggunakan yang berikut ini Klasifikasi Intervensi Keperawatan
(NIC) dalam terminologi mereka rencana perawatan: Rambut,
Pendidikan Kesehatan, Pemeriksaan Kesehatan, Terapi Nutrition,
Positioning, Manajemen Tekanan, Tekanan Pencegahan Maag,
Manajemen Pruritus, Identifikasi Resiko, Peningkatan Harga Diri,
Pengawasan Kulit, dan Perawatan Luka.
b. Promoting Kulit Sehat
Karena kondisi kulit sangat bergantung pada keseluruhan kesehatan
orang, pemeliharaan nutrisi yang optimal dan hidrasi merupakan
intervensi penting dalam perawatan kulit orang tua orang dewasa.
Karena kondisi lingkungan dan perawatan pribadi praktek juga
mempengaruhi kesehatan kulit, intervensi termasuk pendidikan orang
dewasa yang lebih tua tentang faktor-faktor ini. merangkum poin
pengajaran yang harus dimasukkan dalam pendidikan orang dewasa
yang lebih tua, atau pengasuh orang dewasa yang lebih tua yang
bergantung, tentang kesehatan kulit. Meskipun banyak dari literatur
perawatan gerontologis yang menganjurkan membatasi mandi atau

15
pancuran hanya untuk satu tiga kali seminggu, tidak jelas apakah ada
sebab-akibat hubungan antara mandi atau mandi dan kulit kering.
Lain faktor, termasuk merokok, dehidrasi, paparan sinar matahari,
kelembaban lingkungan yang rendah, dan penggunaan produk
pembersih yang keras, cenderung berkontribusi pada xerosis pada
orang dewasa yang lebih tua.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pertanyaan telah muncul
apakah defisiensi vitamin D sering terjadi terhadap paparan sinar
matahari terbatas yang dianjurkan untuk pencegahan kanker kulit.
Pertanyaan-pertanyaan ini valid karena sinar matahari diperlukan
untuk sintesis vitamin D pada manusia, tetapi sinar matahari juga
penyebab kanker kulit, keriput, dan fotoaging yang terkenal. Selain
mencegah kekurangan vitamin D, didokumentasikan Manfaat
kesehatan dari sinar matahari termasuk suasana hati yang meningkat
dan membaik energi (Sivamani, Crane, & Dellavalle, 2009). Review
terbaru bukti yang berhubungan dengan sinar matahari dan vitamin D
menyimpulkan bahwa lengan dan kaki terkena sinar matahari selama
5 sampai 30 menit antara jam 10 pagi dan 3 sore dua kali seminggu
dapat mencegah kekurangan vitamin D tanpa memiliki efek
merugikan (Kulie, Groff, Redmer, Hounshell, & Schrager, 2009)
c. Mencegah Kulit Keriput
Metode terbaik untuk mencegah lesi dan kerutan kulit adalah
menghindari terlalu banyak paparan sinar matahari dan menggunakan
tabir surya dengan faktor perlindungan matahari (SPF) 15 atau lebih
tinggi bila paparan sinar matahari tidak dapat dihindari. Produk
topikal yang mengandung asam alfa atau beta-hidroksi mungkin
bermanfaat dalam pembalikan keriput dan mempromosikan regresi
keratosis matahari. Perawat perlu waspada terhadap kemungkinan
orang dewasa yang lebih tua mungkin mengembangkan reaksi alergi
atau sensitivitas terhadap beberapa bahan dalam produk topikal.
Informasi tentang Efek berbahaya sinar matahari harus dimasukkan
dalam edukasi kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan kulit dan

16
pencegahannya perubahan kulit kosmetik dan patologis yang tidak
diinginkan. Juga, perawat dapat mendorong orang-orang yang peduli
dengan keriput dan kulit kering untukmendiskusikan intervensi medis
dengan mereka penyedia perawatan primer.
d. Mencegah Kulit Kering
Petrolatum dan emolien lain efektif dalam mengurangi
ketidaknyamanan kulit kering, karena melembabkan dan
melumasibkulit. Efektifitas suatu emolien didasarkan pada
kemampuannya untuk mencegah penguapan air, sehingga efeknya
menguntungkan ditingkatkan bila diaplikasikan pada kulit yang sudah
memiliki beberapa tingkat kelembaban. Jadi, agen emolien paling
efektif bila dioleskan ke kulit lembab segera setelah mandi
e. Mendeteksi dan Mengobati Lesi Kulit Berbahaya
Deteksi dan pengobatan dini kanker atau prakanker lesi kulit
merupakan faktor kunci dalam mencegah fungsi yang serius
akibatnya, karena angka kesembuhan untuk sebagian besar kanker
kulit mendekati 100% dengan eksisi dini. Peran perawat adalah untuk
mendeteksi lesi yang tampak mencurigakan dan untuk mendorong
atau memfasilitasi evaluasi lebih lanjut. Perawat dapat mendorong
semua orang yang lebih tua orang dewasa untuk menggunakan
panduan berikut untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri setiap
perubahan kulit yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut:
 Bentuk asimetris: sisi tidak beraturan atau tampak berbeda
 Garis batas tidak beraturan: kasar, berlekuk, kabur, tidak
beraturan
 Perubahan warna: corak berbeda, distribusi tidak merata
 Diameter: lebih dari seperempat inci (6 mm), semakin
meningkat.

Jika orang dewasa yang lebih tua atau pengasuh menghindari


evaluasi medis karena takut akan kanker, perawat dapat
menyediakannya kepastian tentang angka kesembuhan yang tinggi
dan peluang minimal masalah jangka panjang jika pengobatan dini

17
diperoleh. Demikian pula, jika mereka mengabaikan perubahan
yang mencurigakan karena mereka menghubungkannya dengan
"penuaan normal", perawat dapat mengajarkan tentang pentingnya
evaluasi lebih lanjut.

4. Mengevaluasi Efektivitas Intervensi Keperawatan


Asuhan keperawatan untuk lansia dengan kulit kering atau gatal
dievaluasi dengan menentukan sejauh mana intervensi meringankan
keluhan orang tersebut. Mungkin perlu waktu beberapa minggu untuk
orang dewasa yang lebih tua untuk merasakan efek penuh dari
intervensi perawatan kulit karena penundaan terkait usia dalam respons
dermal rangsangan eksternal. Juga, ada banyak variasi individu di
antara orang dewasa yang lebih tua dalam respon mereka terhadap
intervensi. Jadi, mungkin perlu untuk mengevaluasi efek dari satu jenis
sabun atau lotion selama beberapa minggu sebelum mencoba yang lain
merek jika masalah tidak terselesaikan. Karena kelembaban
lingkungan mempengaruhi kenyamanan kulit, kondisi lingkungan
mungkin juga mempengaruhi evaluasi intervensi.
Efektivitas intervensi untuk lansia berisiko karena kerusakan kulit
diukur dengan tidak adanya tekanan bisul. Efektivitas intervensi untuk
ulkus tekanan ditentukan oleh kecepatan penyembuhan dan
pencegahan komplikasi seperti osteomielitis. Karena biaya yang
signifikan dan Masalah kualitas hidup dikaitkan dengan ulkus tekanan,
mencegah kerusakan kulit dapat memiliki konsekuensi positif yang
luas untuk orang dewasa yang lebih tua yang berisiko untuk
berkemban ulkus tekanan.

18
BAB III

ASKEP BERDASRKAN KASUS

Seorang perempuan bernam Ny X, usia 59 tahun, tinggal di panti Werdha. Hasil


pengkajian didapatkan data klien mengeluh gatal pada kulit ekstremitas bawah
kanan dan kiri, keluhan sudah dirasakan sejak 2 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan data: kulit kering, banyak bekas luka garuk pada lengan dan
kaki, TD:110/80 mmHg, suhu: 37oC , frekuensi nafas 22 x/mnt, frekuensi nadi:
80x/mnt, BB 55 kg, TB 150 cm, pasien mengatakan mempunyai riwayat diabetes
2 tahun yang lalu, pasien mengatakan malas untuk berobat lagi pada saat di
periksa GDS pasien: 210 gr/dl.

A. Pengkajian
- Nama : Ny. X
- Usia : 59 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Keluhan Utama
klien mengeluh gatal pada kulit ekstremitas bawah kanan dan kiri,
keluhan sudah dirasakan sejak 2 bulan terakhir
- Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat diabetes 2 tahun yang lalu

Analisa Data

Data fokus Etiologi Problem

DS: Neuropati Perifer Gangguan Integritas Kulit


- klien mengeluh
gatal pada kulit
ekstremitas bawah
kanan dan
kiri,keluhan sudah
dirasakan sejak 2

19
bulan terakhir
DO :

- kulit terlihat
kering, banyak
bekas luka garuk
pada lengan dan
kaki
- TD:110/80 mmHg,
suhu: 37oC ,
frekuensi nafas 22
x/mnt, frekuensi
nadi: 80x/mnt
DS: Kurang patuh pada rencana Ketidastabilan kadar gula
manajemen diabetes darah
- pasien mengatakan
mempunyai
riwayat diabetes 2
tahun yang lalu,
pasien mengatakan
tidak pernah
kontrol dan tidak
pernah berobat lagi
DO:

- GDS pasien: 210


gr/dl.

B. Diagnosa
1) Gangguan integritas kulit b.d neuropati periper
2) Ketidastabilan kadar gula darah b.d kurang patuh pada rencana
manajemen diabetes

C. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil

Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan - Monitor TTV


b.d neuropati periper keperawatan diharapkan - Monitor warna
pasien tidak mengalami kulit
- Monitor kulit
gangguan integritas kulit
untuk adanya luka
dapat berkurang atau - Monitor kulit
menunjukan penyembuhan untuk adanya
dengan kriteria hasil: kekeringan yang
- Tidak ada luka berlebih

20
pada kulit - Monitor sensasi
- Perfusi jaringan pada ekstremitas
baik yang dirasakan
- Menunjukan pasieni luka dan
pemahaman dalam penyembuhan luka
proses perbaikan dengan riwayat
kulit dan diabetes
mencegah - Edukasi kondisi
terjadinya luka dan
kerusakan secara penyembuhan luka
berulang dengan riwayat
diabetes
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
Ketidastabilan kadar gula Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi
darah b.d kurang patuh pada keperawatan diharapkan kepatuhan
rencana manajemen gula darah pasien dapat menjalani program
pengobatan
diabetes stabil atau nomal dengan
- Buatkomitmen
kriteria hasil dengan pasien
- GDS 100 untuk menjalani
program
pengobatan dengan
baik
- Informasikan
program
pengobatan yang
harus diajalani
- informasikan
manfaat yang akan
diperoleh jika
teratur menjalani
program
pengobatan
- Kolaborasi dalam
pemberian insulin
sesuai resep dokter

D. Implementasi

Diagnosa Implementasi

Gangguan integritas kulit b.d neuropati - Memonitor TTV


periper - Memonitor warna kulit
- Monitor kulit untuk adanya luka
- Memonitor kulit untuk adanya
kekeringan yang berlebih
- Memonitor sensasi pada
ekstremitas yang dirasakan pasien
- Mengedukasi kondisi luka dan
penyembuhan luka dengan riwayat
diabetes
- Berkolaborasi dengan dokter

21
dalam pemberian obat
Ketidastabilan kadar gula darah b.dkurang - Mengidentifikasi kepatuhan
patuh pada rencana manajemen diabetes menjalani program pengobatan
- Membuat komitmen dengan
pasien untuk menjalani program
pengobatan dengan baik
- Menginformasikan program
pengobatan yang harus diajalani
- Menginformasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
- Berkolaborasi dalam pemberian
insulin sesuai resep dokter

E. Evaluasi
Diagmosa Evaluasi
Gangguan integritas kulit b.d neuropati S: Pasien mengatakan kulit nya sudara tidak
periper gatal dan tidak penah menggaruk kulit
O: luka pada ekstremitas pasien terlihat
memudar
A : Masalah Teratasi
P: Intervensi Dihentikan
Ketidastabilan kadar gula darah b.d S: Pasien mengatakan akan rajin kontrol
kurang patuh pada rencana manajemen dan mengkonsumsi obat
diabetes O: GDS 190
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
Edukasi pasien tentang pola makan diabet

22
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa perubahan-
perubahan sistem integumen pada lansia seperti peradangan kulit
epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen
atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis pada kulit.
Kemudian asuhan keperawatan dilakukan sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan dasar klien dan mengembalikan kondisi klien
seoptimal mungkin dengan cara memberikan beberapa tindakan dan
perawatan secara profesional

B. SARAN
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, diharapkan mampu
melakukan tindakan untuk mengatasi masalah integritas kulit pada lansia.
Selain itu, diharapkan juga kepadaperawat yang ada di panti untuk dapat
meneruskan intervensi yangsudah dilakukan penulis untuk mengatasi
masalah integritas kulit pada kaki yaitu dengan melakukan perawatan kaki
sesuai denganSOP atau prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu hal
pentingyang harus dilakukan perawat adalah memberikan
edukasikesehatan kepada lansia tentang pentingnya melakukan
perawatandiri untuk menjaga kesehatan kulit terutama pada bagian kaki.

23
.
DAFTAR PUSTAKA

Miller,C.A. 2012. Nursing for Wellness in older adults, (6th Ed). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkin.

Stanley, M & Beare, P.G. 2000. Gerontological Nursing: A health


Promotion/protection approach, (2th Ed). Philadelphia: Devis Company

24

Anda mungkin juga menyukai