Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANG

JUDUL :
PEMBIBITAN DAN PEREMAJAAN SERTA MANAJEMEN
PEMASARAN TANAMAN HIAS ANGGREK
Di
DD ORCHID NURSERY BATU

Oleh :

A. FAHRIZAL RAMADHAN 201710210311008


NUR AFIFATUL AZIZAH 201710210311039

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2022

1
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

JUDUL:
PEMBIBITAN DAN PEREMAJAAN SERTA MANAJEMEN
PEMASARAN TANAMAN HIAS ANGGREK
Di
DD ORCHID NURSERY BATU

Oleh:

A. FAHRIZAL RAMADHAN 201710210311008


NUR AFIFATUL AZIZAH 201710210311039

Malang, 12 April 2022

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Mengetahui :

Ketua Prodi Agribisnis Pembimbing Lapang Mitra Dosen Pembimbing

Ary Bakhtiar, SP,. M.Si. Dedek Setia Santoso Ary Bakhtiar, SP,. M.Si
NIP: 170701011992 Owner DD Orchid NIP: 170 7010 1 1992

Mengetahui :
Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Peternakan,
Universitas Muhammadiyah Malang

Ir. Henik Sukorini, MP., Ph.D., IPM


NIP. 1964 0228 199003 1 003

2
RINGKASAN
Judul : Pembibitan Dan Peremajaan Serta Manajemen Pemasaran Tanaman
Hias Anggrek Di DD Orchid Nursery Batu

Disusun oleh :

A. FAHRIZAL RAMADHAN 201710210311008


NUR AFIFATUL AZIZAH 201710210311039

DD Orchid Nursery adalah salah satu home industry yang sudah berdiri
sejak 2005 dan bergerak dibidang budidaya anggrek serta pemeliharaan dan
pemasarannya. DD Orchid Nursery tidak hanya menjual berbagai jenis anggrek
yang sudah siap menjadi indukkan, tetapi juga menjual anggrek dalam bentuk
bibit, baik bibit yang sudah siap ditanam maupun bibit yang masih di dalam botol
kultur. DD Orchid Nursery membudidayakan berbagai jenis anggrek diantaranya
Dendrobium, vanda, Cattlea, Phalanaenopsis, Paphiopedilum dan lain-lain.
Proses pembibitan atau yang biasa disebut dengan peremajaan tanaman anggrek
dapat digolongkan berdasarkan umur tanaman yaitu: 1). Tanaman Seedlings
(Bibit), yaitu kategori bibit ini adalah tanaman anggrek mulai keluar dari botol
sampai umur 9 bulan. 2). Tanaman Mid-size (Ukuran sedang/remaja), yaitu
tanaman setelah sembilan bulan sampai siap berbunga pertama yaitu 18 bulan. 3).
Tanaman Flowering-size (Ukuran berbunga), yaitu tanaman anggrek setelah 18
bulan dan masuk fase pembungaan. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh DD
Orchid Nursery Batu yakni dengan menggunakan pemasaran media sosial dan
pemasaran langsung. Pemasaran anggrek-anggrek di DD Orchid menggunakan
media internet seperti Facebook. Pemasaran ini dilakukan karena media facebook
menjadi wadah yang sangat mudah bagi pencinta anggrek. Bapak Dedek hanya
modal foto dan upload tinggal menunggu peminat dan langsung mengadakan
transaksi. Pengiriman paket anggrek menggunakan jasa pengiriman barang antar
local dan terkadang jasa internasional, melihat peminat anggrek juga dari luar
negeri.

Kata Kunci : Pemasaran, Pembibitan, Peremajaan

3
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan taufiq serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapang ini tepat pada waktunya. Proposal
Praktek Kerja Lapang ini di susun sebagai langkah awal dalam proses kegiatan
PKL di Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
Selama penyusunan Proposal Praktek Kerja Lapang ini berlangsung, tidak
lepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Ary Bakhtiar, SP,. M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu untuk berkonsultasi.
2. Ary Bakhtiar, SP,. M.Si Ketua Program Studi Agribisnis.
3. Dr. Ir. Aris Winaya, MM, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Pertanian-
Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Serta semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan
Proposal Praktek Kerja Lapang secara langsung maupun tidak langsung.
Demi kesempurnaan dalam penulisan Proposal Praktek Kerja Lapang ini,
kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun. Serta kami berharap
pula, Proposal Praktek Kerja lapang ini dapar bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 12 April 2022

Penyusun

4
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
RINGKASAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Pelaksanaan PKL 2

1.3 Manfaat Pelaksanaan PKL 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tanaman Anggrek 4

2.2 Klasifikasi Tanaman Anggrek 6

2.3 Manfaat Tanaman Anggrek 18

2.4 Syarat Pertumbuhan Tanaman Anggrek 19

2.5 Pembibitan 21

2.6 Strategi Pemasaran 24

BAB III METODOLOGI


3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 25

3.2 Metode Praktik 25

3.3 Strategi Pelaksanaan Kerja Praktik 25

3.4 Peran Mahasiswa dan Hasil yang Ingin Dicapai 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Profil DD Orchid Nursery Batu 27

5
4.2 Teknik Budidaya Anggrek di DD Orchid Nursery Batu 29

4.3 Strategi Pemasaran di DD Orchid Nursery Batu 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 37

5.2 Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 41

6
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Dokumentasi 41

7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anggrek atau dalam nama latin disebut Orchidaceae memiliki
kurang lebih 5000 spesies yang tersebar di perhutanan seluruh Indonesia.
Keanekaragaman anggrek yang terdapat di Indonesia berpotensi untuk
dapat digunakan sebagai induk persilangan. Namun pada kenyataannya,
untuk pemanfaatan anggrek belum dilakukan dengan optimal meskipun
sudah terdapat banyak peningkatan pada setiap tahunnya. Perkembangan
produksi anggrek di Indonesia pada periode 1997 – 2014 cenderung naik,
dengan rata-rata pertumbuhan 10,67%. Produksi anggrek di tahun 1997
sebesar 6,50 Juta tangkai hingga di tahun 2014 mencapai 19,74 juta
tangkai. Sentra luas panen angrek di Indonesia terdapat di pulau Jawa
yaitu provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten, dengan luas panen
masing-masing sebesar 460.712 m2 , 313.119 m2 dan 274.393 m2. Ketiga
provinsi tersebut kontribusi produksi anggrek di Indonesia masing-masing
sebesar 5,06 juta tangkai, 4,81 juta tangkai dan 2,64 juta tangkai (Suryani,
2015).
Dewasa ini, anggrek banyak digunakan untuk berbagai macam acara
seperti upacara keagamaan, hiasan, dekorasi rumah serta sebagai bunga
ucapan. Jenis anggrek yang banyak dibudidayakan untuk tujuan komersil
adalah Dendodrium, Cattleya, Vanda, dan Orcidium. Namun demikian,
dikalangan penggemar, anggrek dari jenis Phalanaenopsis, Cimbidium,
dan Paphiopedilum turut dibudidayakan. Segmen pasar yang sebagian
besar kalangan eksekutif dan memiliki selera eksklusif terhadap jenis
anggrek tertentu, mengakibatkan Indonesia tetap melakukan impor
anggrek baik dalam wujud bibit maupun tanaman dikarenakan anggrek
jenis tertentu yang belum mampu dihasilkan di dalam negeri. Meskipun
demikian, beberapa lembaga penelitian dan nursery dalam negeri telah
mampu mengembangkan varietas-varietas baru yang berdaya saing kuat
dengan varietas impor. Dengan kondisi tanah dan iklim yang memadai

1
maka usaha anggrek dapat berkembang dengan baik di Indonesia
(Setiawan, 2005). Salah satu faktor yang menjadi dasar untuk usaha atau
budidaya anggrek yaitu bunga anggrek ini memiliki keaneragaman bentuk,
ukuran, dan warna. Kemudian keberadan anggrek yang terancam punah,
menjadikan faktor tersebut menjadi dasar untuk membudidayakan anggrek
(Anggelina, 2014). Untuk mendapatkan keturunan yang sama dengan
induknya melalui kultur jaringan (Indarto, 2011). Untuk mendapatkan
jenis anggrek yang memiliki potensi sebagai tanaman induk, dibutuhkan
teknik pemuliaan tanaman atau biasa disebut peremajaan dan perawatan
yang intensif sehingga menghasilkan hibrida-hibrida yang berkualitas, dan
dengan demikian diharapkan akan meningkatkan kepuasan tersendiri bagi
pembudidaya serta juga dapat meningkatkan nilai jual pada anggrek
tersebut (Gunawan, 1998).
Berdasarkan latar belakang diatas, dengan demikian terdapat banyak
keunggulan melalui kultur jaringan, teknik pemuliaan tanaman atau
peremajaan serta perwatan yang intensif maka akan mendapatkan banyak
jenis anggrek yang berkualitas, sehingga para produsen tertarik untuk lebih
mengembangkan usaha ini. Salah satu usaha yang bergerak dalam bidang
kultur jaringan anggrek adalah DD Orchid Nursery yang terletak di Desa
Areng-areng, Dadaprejo, kota Batu.

1.2 Tujuan Pelaksanaan PKL


Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapang adalah:
a. Mahasiswa mampu menambah wawasan, keterampilan, dan
kemampuan mahasiswa melalui analisis berbagai persoalan dalam
lingkungan kerja profesional di DD Orchid Nursery Batu yang
diharapkan akan berguna dalam dunia kerja masa depan.
b. Mahasiswa mampu mengetahui aspek aspek budidaya tanaman
anggrek yang diterapkan oleh DD Orchid Nursery Batu.
c. Mahasiswa mampu mengembangkan wawasan mengenai pemasaran
yang diterapkan oleh DD Orchid Nursery Batu.

2
1.3 Manfaat Pelaksanaan PKL
Manfaat yang dapat diambil dari Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang baik
untuk mahasiswa maupun lembaga pendidikan adalah:
a. Memperoleh pengetahuan yang nyata tentang kondisi suatu lembaga
meliputi, segi manajemen yang diterapkan, kondisi fisik perusahaan,
peralatan yang digunakan, kondisi para karyawan dan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan.
b. Memperoleh pengalaman nyata yang berguna untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan di bidang pertanian dan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan.
c. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan tentang pertanian.
d. Mahasiswa mengetahui aspek aspek budidaya tanaman anggrek yang
diterapkan oleh DD Orchid Nursery Batu.
e. Mahasiswa mengetahui teknik pemasaran yang diterapkan oleh DD
Orchid Nursery Batu.
f. Terjalinnya hubungan antar program studi Agribisnis Fakultas
Pertanian – Peternakan pada umumnya dengan DD Orchid Nursery
Batu.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Anggrek


Menurut (Santayana dkk, 2017) Tanaman anggrek (Orchideae)
adalah sejenis tanaman hias berbunga yang umumnya bersifat epifit yaitu
menempel pada tanaman lain untuk menumpang hidup. Namun dengan
adanya kemajuan teknologi perkembangbiakan tanaman dengan budidaya
kulur jaringan dihasikan tanaman baru yang merupakan hasil persilangan
yang baru yang memperkaya jenis-jenis tanaman anggrek. Selain
memperbanyak jenis-jenis tanaman baru, adanya teknologi ini menambah
tahapan masa pertumbuhan tanaman yang dapat dipanen secara singkat
sehingga dapat dijual dalam bentuk bibit dalam botol, tanaman seedling
berumur 1-6 bulan, tanaman anggrek remaja berumur 6-12 bulan dan
tanaman anggrek dewasa berumur diatas 1 tahun.
Yusuf dkk (2012) juga menyebutkan anggrek merupakan tanaman
bunga hias berupa benalu yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal
sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan
secara luas di Indonesia. Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia
termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda tricolor terdapat di Jawa
Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana berwarna ungu berbintik-bintik
berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek
bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek
Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek
Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah.
Anggrek (Orchidaceae) merupakan tanaman yang mudah
beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya sehingga tidak heran apabila
tanaman anggek dapat tumbuh dan dijumpai hampir di seluruh bagian
dunia. Tempat tumbuhnya juga beragam mulai dari daerah dataran rendah
sampai dataran tinggi dan dari bersuhu dingin sampai panas. Anggrek
menempati posisi penting dalam industri florikultura di lndonesia.

4
Popularitas tanaman anggrek disebabkan karena warna dan bentuk
bunga yang unik serta periode vase life yang tebih panjang dibandingkan
dengan bunga potong lainnya. Sekitar 750 famili, 43.000 spesies dan
35.000 varietas hibrida anggrek telah teridentifikasi dari seluruh penjuru
dunia. Kurang lebih 5.000 spesies diantaranya diketahui merupakan
spesies asli lndonesia yang tumbuh di hutan belantara maupun
dibudidayakan oleh masyarakat pencinta tanaman hias. Dari jumlah
spesies tersebut, sekitar 986 spesies tersebar di hutan pulau Jawa, 971
spesies berada di Sumatera, 113 spesies tumbuh di Maluku dan sisanya
dapat ditemukan di Sulawesi, lrian Jaya, Nusa Tenggara dan Kalimantan.
Serta diperkirakan sekitar 500 species adalah komoditas yang komersial
untuk dikembangkan. Anggrek species adalah tanaman anggrek yang
tumbuh secara alami dan pada umumnya berkembang di hutan. lstilah
anggrek species dicirikan pada tiga konsep penilaian yaitu aspek
morphologi, biologi dan philogenetik.
Dari ketiga pendekatan tersebut, pendekatan morphologi yang paling
sering digunakan untuk membedakan antar spesies yaitu kesamaan dan
perbedaan morphologi dari struktur tanaman, yang merupakan hasil
pengamatan dari karakter tumbuh tanaman. Anggrek species yang masih
asli tumbuh di ekosistem hutan dikategorikan juga sebagai plasma nuftah
sumber keragaman hayati. Hasil silangan anggrek species lndonesia
pertama tercatat dengan nama Dendrobium Caesar yang disilangkan oleh
seorang warga negara Belanda di Ngagrok yaitu antara Den phalaenopsis
dengan Den strafoifes serta sudah terdaftar di Sanders list pada tahun
1930. Sedangkan spesies anggrek dari jenis phataenopsis yang pertama
kali berhasil disilangkan di dunia Phalaenopsis omabilis yaitu pada tahun
1873 di USA.
Ditinjau dari sisi geografis, kondisi iklim tropis di lndonesia dengan
kekayaan plasma nutfah yang melimpah sebenarnya sangat potensial untuk
pengembangan usaha anggrek skala luas. Namun tampaknya kondisi dan
potensi alam tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga
pengembangan usaha anggrek di tanah air berlangsung sangat lambat.

5
Keadaan yang menyedihkan muncul ketika kekayaan plasma nutfah yang
ada di alam lndonesia justru banyak yang dimanfaatkan oleh pengusaha
dari dan di luar negeri. Species anggrek dari lndonesia kemudian
dikembangkan lebih lanjut menjadi hibrida - hibrida unggul oleh para
penganggrek di luar negeri.
Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya,
yaitu:
a. Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada
batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang
ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya,
sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah
akar udara.
b. Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya
akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari
makanan untuk berkembang.
c. Anggrek tanah atau anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang
hidup di atas tanah

2.2 Klasifikasi Tanaman Anggrek


1. Acriopsis javanica Reinw. ex Bl
Habitat: epifit. Umbi semu: rapat, bulat telur bersegi tiga,
panjang 2,5-5 cm dengan diameter 2-2,5 cm, setiap umbi semu
berdaun 2-4 helai. Daun: melanset, menyempit ke pangkal.
Perbungaan: setiap rumpun memiliki 3-5 tangkai, bercabang banyak
tumbuh dari pangkal umbi semu, panjang 40-60 cm, jumlah bunga 20-
100 bahkan dapat mencapai 200 bunga. Bunga: diameter 0,8-1,2 cm,
pangkal kelopak dan mahkotanya menyatu, kuning muda, bergaris
ungu ke bagian pangkal. Bibir: panjang ± 0,15 cm, menyatu dengan
tugu, pinggirannya mengeras, cuping tengah menyempit ke dalam,
ujung melipat keatas. Persebaran: Tersebar luas di Sumatra, Thailand,

6
Semenanjung Malaysia, Jawa, Borneo dan Taman Nasional Gunung
Halimun.
2. Appendicula rosa Blume
Habitat: epifit. Batang: tidak bercabang, biasanya mendatar,
setelah tua menggantung, panjang mencapai 65 cm, tertutup daun
pelepah. Daun: bundar-melonjong, 3,2 x 1,8 cm, bagian pangkalnya
terpelintir, ujung bercuping dua.
3. Agrostophyllum sp1
Habitat : epifit. Batang : pipih, panjang batang 8 - 30 cm dan
lebar 1,2 cm. Daun : terdiri dari 3 – 4 helai, menutupi batang dan
terselaput oleh daun penumpu. Ukuran daun 50 x 1,6 cm.
4. Agrostophyllum sp2
Habitat : epifit. Batang : panjang mencapai 50 cm, panjang ruas
2 -2,3 mm tapi semakin ke atas semakin pendek. Daun : lanset, ujung
menyempit, ujung daun bertakik, berukuran panjang ± 13,5 x 1,5 cm.
5. Agrostophyllum longifolium (BI.) Reicb.f.
Habitat: epifit. Batang: berada 2 - 4 cm pada umbi batang semu
dengan panjang mencapai 60 cm dan lebar 1 cm. Daun terpisah sekitar
4 cm. Daun: berbentuk sabuk, menyempit memanjang, ujung daun
mengecil bertakik, panjang 20 - 35 cm dengan lebar 2 - 2,8 cm.
Perbungaan: bongkol, berdiameter ± 3,5 cm, tersusun oleh 4-5 bunga.
Bunga: berwarna putih kecoklatan, diameter ± 0,75 cm, kelopak
bundar-meruncing, panjang ± 0,5 cm, mahkota di bagian pangkalnya
lebar berukuran ± 18 mm, menyempit dari bagian tengah ke ujung.
Bibir: di bagian pangkal terdapat sebuah tonjolan, cuping lateral
membentuk segitiga tumpul, cuping tengah membulat, sedikit melebar
kemudian memanjang dan meruncing. Persebaran: Tersebar luas di
Sumatra, Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa dan Borneo.
6. Apostasia nuda R. Br
Habitat: terestrial. Batang: tegak, tinggi mencapai 25-50 cm.
Daun : melanset, 10 - 20 x 1,5-2,8 cm, ujung meruncing. Perbungaan:
di ujung atau dekat ujung bercabang, berujung menjuntai, terdiri dari

7
± 22 bunga. Bunga: kuning atau putih, kelopak dan mahkota
berukuran sama, ± 4 x 0,5 mm dengan ujung menyempit. Persebaran:
Tersebar luas di Sumatra, Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa dan
Borneo.
7. Appendicula sp
Habitat: epifit. Batang: tidak bercabang, biasanya mendatar,
setelah tua menggantung, panjang mencapai 65 cm, tertutup daun
pelepah. Daun: bundar-melonjong, 3,2 x 1,8 cm, bagian pangkalnya
terpelintir, ujung bercuping dua.
8. Bulbophyllum sp 1
Habitat: epifit. Rhizome: dasarnya merambat, tergantung
diujung, panjang mencapai 35 cm, panjang jarak antar ruas 1,5 cm,
umbi semu terpisah 0,1-0,5 cm. Umbi semu: menempel rhizome,
menyempit bulat telur bersegitiga, panjang 3-4 cm, diameter 4,5 mm.
Daun: melanset, runcing, panjang 9-30 cm, dengan lebar 1,0-1,5 cm.
9. Bulbophyllum sp 2
Habitat: epifit. Rhizome: dasarnya merambat, tergantung di
ujung, panjang mencapai 20 cm, panjang jarak antar ruas 1,5 cm,
umbi semu terpisah 0,1-0,4cm. Umbi semu : menempel rhizome,
menyempit bulat telur bersegitiga, panjang 5 - 10 cm, diameter 2 cm.
Daun: melanset, runcing, panjang 20 - 35 cm, dengan lebar 3 - 7 cm.
10. Bulbophyllum flavidflorum Carr
Habitat: epifit. Rhizome: dasarnya merambat, tergantung di
ujung, percabangan bebas, panjang mencapai 30 cm, panjang jarak
antar ruas 1,9 cm, umbi semu jelas terpisah 4 - 8 cm. Umbi semu:
menempel rhizome, menyempit bulat telur bersegi tiga, panjang 2 cm,
diameter 4,5 mm. Daun : melanset, runcing, panjang 5,5–9 cm,
dengan lebar 1,1 - 1,7 cm, terbelit pada dasar dengan panjang tangkai
daun 2 mm. Perbungaan : muncul dari dasar ruas, atau dari bawah
umbi semu, panjang gagang tangkai bunga 8 mm, tangkai bunga kecil,
pendek dan terdapat bunga sekitar 2 – 4 kuntum. Bunga: diameter ± 2
cm, kelopak panjang beragam 0,8-1,3 cm, kelopak atas biasanya lebih

8
pendek dari kelopak bawah, bagian pangkal putih-coklat muda, ujung
biasanya kuning terkadang jingga, mahkota membulat-panjang,
menyendok, panjang 0,25-0,7 cm. Bibir: bersegitiga, panjang ± 0.25
cm, agak mengkilap, putih kecoklatan, dengan ujung seringkali
berwarna kuning atau jingga. Persebaran: Tersebar luas di Sumatra,
Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa, Borneo.
11. Ceratostylis sabulata BI.
Habitat: epifit. Rhizome: agak pendek. Batang: tumbuh sangat
rapat pada rimpang, menggalah, panjang sampai 25 cm. Daun:
menggalah, panjang mencapai 5 cm, permukaan atas bercelah
memanjang. Perbungaan: tumbuh rapat pada ujung batang, jumlah
bunga mencapai 10 kuntum. Bunga: berdiameter 0,2 cm, berwarna
kuning sampai ungu. Sepal: membundar, ujung meruncing, bagian
luar berbulu, lateral sepal membentuk dagu menggembung dengan
kaki tugu. Petal: melonjong dan meruncing. Bibir: pada permukaan
tonjolannya berbulu, ujung menebal dan tumpul. Column: kuning,
panjang 1,3 mm, ujung pendek dan tumpul. Persebarannya: Tersebar
luas di Sumatra, Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa dan Borneo.
12. Cleisostoma subulatum BI.
Habitat: epifit. Batang: panjang lebih dari 40 cm, setengah
menggantung. Daun : berukuran 35 x 1,6 cm, berwarna hijau
muda,jarak antara pertumbuhan daun 2,5cm. Perbungaan:
menggantung, memiliki 25-35 kuntum bunga per perbungaan. Bunga:
berdiameter ±1 mm. Sepal dan petal membalik kebelakang, berwarna
coklat, bergaris kuning kehijauan. Bibir: berwarna putih dan kuning,
cuping tengah warna ungu, bentuk bundar lonjong ke bawah.
Persebarannya: Tersebar luas di Sumatra dan Ambon.
13. Coelogyne sp 1
Habitat: epifit. Umbi semu: terpisah dengan jarak 3-4 cm,
pangkalnya bulat, ujung menyempit, panjangnya sekitar 5-13 cm,
dengan dua daun di ujungnya. Daun: lonjong, kurang lebih tumpul,

9
panjang 15-22 cm dengan lebar 3,5-5 cm, melebar agak ke ujung,
panjang tangkai daun 3-5,5 cm.
14. Coelogyne sp 2
Habitat: epifit. Umbi semu: terpisah dengan jarak 3-4 cm,
pangkalnya bulat, ujung menyempit, panjangnya sekitar 5-13 cm,
dengan dua daun di ujungnya. Daun: lonjong, kurang lebih tumpul,
panjang 15-22 cm dengan lebar 3,5-5 cm, melebar agak ke ujung,
panjang tangkai daun 3-5,5 cm.
15. Cymbidium atropurpureum (Lindl.) Rolfe
Habitat: epifit. Umbi semu: tersembunyi di dasar. Daun:
membelit seperti tali tapi tidak keras, panjang 1 cm dan lebar 2 cm.
Perbungaan: majemuk (tandan) panjang mencapai 1 m, mekar secara
bersamaan. Bunga: diameter, sepal dan petal merah kehitaman sampai
coklat kemerahan kadang-kadang sebagian besar kekuningan, bibir
bunga putih dan banyak bintik-bintik merah. Kelopak: oblong obtuse,
cembung dengan panjang 3 cm dan lebar 9 mm. Mahkota: oblong,
meruncing ukurannya sama dengan sepal. Bibir: tiga bagian, panjang
2,25 cm, dan lebar 1,5 cm, lobus samping tegak dan bundar, tidak
menyentuh column, lobus tengah bulat, ujungnya memiliki 2 lobus
terpisah, putih dengan sedikit bercak ungu dan 2 punggung tengah
warna kuning. Column: sangat lunak dengan warna gelap di bagian
belakangnya, bengkok panjang 1,3 cm. Persebaran: Tersebar luas di
Sumatera, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaysia, Borneo dan
Filipina.
16. Cymbidium bicolor Lindl.
Habitat: epifit. Umbi semu: tersembunyi di bawah daun,
biasanya 7-9 daun. Daun: sedikit tebal dan kaku, membentuk pita
panjang 50 cm dengan lebar 1,75 cm. Ujung terbelah dua.
Perbungaan: muncul dari dasar umbi, menggantung, panjang 20 - 30
cm, tangkai pendek, satu tangkai terdiri dari 10 – 20 bunga dengan
jarak 2 – 3 cm. Tangkai bunga bersegi tiga, tumpul, panjang 3 mm.
Bunga: lebar 3,6-4 cm, petal dan sepal berwarna merah gelap dengan

10
pinggir pucat, bibir kuning mempunyai bercak merah dipinggir-
pinggirnya. Sepal (kelopak): lanset, tumpul, panjang 1,9 cm dan lebar
5 mm. Petal (mahkota): seperti tali tetapi panjang 1,8 cm dan lebar 5,5
mm. Bibir: secara umum bulat telur, dengan bulu halus disisi tepinya,
3 lobus,sisi lobusnya tegak, runcing dan lobus tengah bulat telur,
runcing. Ujung membengkok ke bawah. Panjang 8 mm, lebar 7 mm.
Column: kecil berbentuk garis bengkok 1,15 cm panjangnya.
Persebaran: tersebar luas di Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaysia,
Borneo, Sulawesi, dan Filipina.
17. Cymbidium sp.
Habitat: epifit. Umbi semu: tersembunyi di bawah daun. Daun:
sedikit tebal dan kaku, membentuk pita panjang ± 50 – 60 cm dengan
lebar 1,5 cm. Ujung terbelah dua.
18. Dendobrium crumenatum Sw.
Habitat: epifit. Umbi semu: membulat, berlingiran ketika tua,
terbentuk dari beberapa ruas ± 17 x 1,5 cm, tersusun rapat pada
rimpang, letaknya berjarak ± 4 cm dari rimpang. Batang: tumbuh di
ujung umbi semu, panjang sampai 100 cm. Daun: tersusun pada
batang, melonjong, 9-12 x 1,5-2 cm. Perbungaan: tunggal, tumbuh
dari batang yang tidak berdaun, jumlah bunga 8-12 kuntum. Bunga:
putih, bergaris tengah 3-5 cm. Sepal: membentuk segitiga panjang, ± 2
x 0,5 cm, ujung runcing. Petal: berukuran sama agak melanset. Bibir:
berlobus (cuping), cuping bawah membundar, tegak, cuping tengah
berpinggiran tidak teratur, ujung meruncing, di bagian tengah
bertulang 5 memanjang. Persebaran: tersebar luas di Sumatera,
Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa, dan Filipina.
19. Dendrobium uniflorum Griff.
Habitat: epifit. Batang : panjangnya mencapai 35 cm, bagian
ujung akan rindang ketika dewasa, menebal pada separuh ujung dan
tulang daun yang lebih tua, panjang ruas ke bawah 1,5 cm, tapi ke
ujung lebih pendek. Daun: menyempit lonjong, tidak bertangkai,
dengan variasi ujung daun berlobus dua, ukuran bermacam-macam

11
tetapi rata-rata panjangnya 5 cm dengan lebar 1 cm. Perbungaan:
muncul dari dekat ujung batang, terdiri dari satu bunga, beberapa lagi
akan muncul dengan segera. Bunga: tidak bergabung, lebar 1,5 cm,
sepal dan petal berwarna putih, bibir hijau kekuningan dengan tanda
kecoklatan. Sepal: lonjong, tidak menyatu, panjang 1 cm, membentuk
cabang samping yang pendek, dasar dagu tumpul. Petal: sama
panjangnya tapi pinggirnya menyempit kedalam. Bibir: 3 lobus, lobus
samping ukurannya bervariasi tapi sangat berbeda, membundar, lobus
tengah hampir bersegi empat, beberapa menekuk ke ujung, dengan
jumlah variasi tulang daun yang membujur ke tengah, bagian
pusat/tengah terpanjang. Column: pendek dan lebar, bergigi tiga.
Persebaran: tersebar luas di Sumatera, Thailand, Vietnam,
Semenanjung Malaysia, Borneo, Filipina dan Sulawesi.
20. Dendrobrium sp.
Habitat: epifit. Batang: panjangnya 30 cm, menebal pada
separuh ujung dan tulang daun yang lebih tua, panjang ruas ke bawah
1,5 cm, tapi ke ujung lebih pendek. Daun: menyempit lonjong, tidak
bertangkai, dengan variasi ujung daun berlobus dua, ukuran 5 – 7 cm
dengan lebar 1 – 1,5 cm.
21. Eria pellipes Hook.f
Habitat: epifit. Umbi semu: tinggi 0,8 – 1,5 cm dan lebar batang
yang dekat dengan pangkal 7 mm, menyempit ke atas, dengan daun
membulat. Daun: panjang 4 sampai 15 cm dan tebal 3 -5 mm, beralur
satu pada dasar. Perbungaan: dengan 1 - 3 bunga, tangkai bunga
muncul dari bawah dengan panjang 2 sampai 5 cm, dilapisi lembaran
daun yang tipis dengan panjang dari dasar 1,5 – 2,5 cm. Dilapisi
lembaran daun yang tipis dengan panjang dari dasar 1,5 – 2,5 cm.
Bunga: lebar 1,5 – 1,8 cm, warna kuning jeruk pucat. Sepal: kelopak
atas panjang 1 cm dengan lebar 0.35 – 0.5 cm, ujung meruncing-
menyempit. Petal: lebar 2-3 mm. Bibir: panjang 1,2 cm, bundar
berdaging. Column: dengan 2 titik kecil berwarna oranye. Persebaran:
terdapat di Sumatera, Thailand, Semenanjung Malaysia, dan Borneo.

12
22. Eria sp 1
Habitat: epifit. Batang: berumpun, panjang mencapai 35 cm,
bergaris tengah 0,75 cm, mempunyai 4-8 helai daun. Daun: ± 16 x
2.75 cm, banyak diujung batang. Perbungaan: menggantung atau
mendatar, berjumlah 3 tangkai, lebih pendek dari daun, dan berbunga
banyak.
23. Flavidium sp.
Habitat: epifit. Daun: berbentuk elips dengan ujung yang
membulat. Panjang daun 3-12cm dan lebarnya 1,5 – 5 cm. Umbi
semu: umbi semu terletak berdekatan di bawah daun. Berbentuk
seperti tabung yang pendek dengan ujung yang membulat.
24. Goodyera bifida
Habitat: terestrial. Daun: oval dengan tepi bergelombang
panjang 8-12 cm dengan lebar 3-6 cm.
25. Gramatophyllum stapelliflorum
Habitat: epifit. Tumbuh di ketinggian 200-1000 mdpl. Daun:
panjang 4 sampai 15 cm dan tebal 3 - 5 mm, beralur satu pada dasar.
Perbungaan: Ratap tanggis tumbuh disekujur tangkai bunga dan dapat
menjulur sepanjang 40-50 cm, tangkai bunga tumbuh dari pangkal
batang (pseudobulb). Dalam satu tangkai tumbuh sekitar 10 kuntum.
Bunga: berdiameter ± 5 cm, warna lebih dominan coklat hingga coklat
kekuningan, dan mekar 1,5 - 2 bulan. Batang (Bulb): tumbuh
berumpun dan memiliki bentuk seperti bawang. Dalam satu bulb
tumbuh daun berjumlah 2 - 4 helai. Karakteristik batangnya tebal
dengan lapis lilin yang kuat. Akar: tidak seperti genera lainnya,
anggrek ini tidak memiliki akar angin. Persebaran: Pertama ditemukan
di wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi hingga Filipina.
26. Liparis sp.
Habitat: terrestrial. Umbi semu: agak membulat, panjang 10-12
cm, terdiri dari 3 atau 4 helai daun. Daun: lonjong, melipat, pinggir
daun berombak, panjang 8-14 cm dan lebar 5-6.5 cm, panjang tangkai
daun 3 cm. Perbungaan: panjangnya mencapai 20 cm, panjang tangkai

13
bunga 4 cm, tangkai perbungaan terdiri dari 13 kuntum bunga. Bunga:
warna merah keunguan dengan diameter 2 cm.
27. Anoetochillus sp1
Habitat: terestrial. Daun: berbentuk oval dengan ujung yang
meruncing. Mempunyai garis-garis putih di atas permukaan daun yang
menyerupai jaring
28. Anoetochillus sp2
Habitat: terestrial. Daun: berbentuk oval dengan ujung yang
meruncing. Mempunyai garis putih di atas permukaan daun dengan
pola yang lebih sederhana dan menyerupai garis.
29. Neuwiedia zollingeri Rchb.f.
Habitat: terestrial. Batang: tingginya 45 – 70 cm, seluruhnya
halus, batangnya terdiri dari 6 helai daun muncul bersama-sama di
bawah susunan tangkai bunga. Daun: menyempit melanset, runcing,
ukurannya bervariasi sekitar panjang 25 cm dan lebar 6 cm.
Perbungaan: panjangnya 9 cm, biasanya terdapat 50 kuntum bunga,
tangkai bunga melanset menyempit, meruncing, berukuranpanjang
sekitar 2 cm dan lebar 5 mm. Bunga: kuning, tidak mekar sempurna,
panjang 3 cm. Sepal: dorsal sepal menyempit melanset, ukuran sekitar
panjang 1,6 cm dan lebar 3,25 mm. Lateral sepal sedikit lebih panjang
dan lebih lebar dari dorsal. Petal: lonjong, ukuran sekitar panjang 1,7
cm dan lebar 6 mm. Bibir: melanset, panjang 1,7 cm. Column:
panjang sekitar 6 mm, buah putih, kepala putik bawah berukuran
panjang sekitar 4-5 cm. Persebaran: tersebar luas di Sumatera tetapi
dapat juga ditemukan di Jawa.
30. Oberonia iridfolia (Roxb) Lindl.
Habitat: epifit. Batang: sangat pendek, terdiri dari 3-7 daun.
Daun: hijau terang, runcing, berukuran besar mengarah kedalam,
ukuran 20 x 2.25 cm. Perbungaan : berkembang mengarah keluar
daun, tangkai menjorong, panjang 6 cm dan lebar 2,5 mm, tangkai
perbungaan lebih panjang. Bunga : hijau kekuning-kuningan, diameter
2 mm. Sepal : menyegitiga, tumpul, melengkung, dan membelakangi

14
ovari.Petal : lonjong, tumpul, pinggir kedalam, juga membelakangi
ovary. Bibir : umumnya menjorong, ujung 2 cuping. Column : sangat
pendek berwarna hijau terang.Persebaran: tersebar luas di Sumatera
dan Himalaya sampai Burma, Thailand, Laos, Semenanjung Malaysia,
Jawa, Borneo, Filipina, Sulawesi dan beberapa pulau Pasifik.
31. Phaius pauciflorus (BI.) BI. Var pallidus (Ridl.) Holtum
Habitat: terestrial. Batang: tinggi 60-100 cm, basalnya menyudut
dan daun pelindung lebih pendek dari internodus, terdiri dari 5 helai
daun. Daun: panjang helaian daun 30 cm dan lebar 10 cm, dengan
atau tanpa gagang bunga pendek diatas daun pelindung. Perbungaan:
muncul dari bawah daun, memanjang sampai 18 cm, satu tangkai
perbungaan terdiri dari 8 -15 bunga, panjang tangkai bunga 4-7 cm,
daun pelindung panjangnya 1,3 cm. Tangkai dan ovary panjangnya 2
cm. Bunga: sepal dan petal panjangnya 3 cm, runcing, petal lebih
lebar dari sepal, sepal berwarna kuning pucat, petal warna putih
dengan bintik ungu. Bibir: kuning jeruk, dengan bintik merah.
Column: tajihnya memanjang sepanjang 2 cm, melonjong ke ujung,
warna pink. Persebaran: tersebar luas di Sumatera dan Jawa tapi juga
dapat ditemukan di Semenanjung Malaysia dan Flores.
32. Pholidota carnea var pumila (Ridl.) de Vogel
Habitat: epifit. Umbi semu: tingginya 1,5-3 cm. Daun:
bundarlonjong, sampai bundar melanset, panjang 2,5-4 cm dan lebar
0,7- 1,3 cm, tebal seperti kulit. Perbungaan: muncul dari depan umbi
semu dan daun yang belum berkembang. Umbi semu, daun dan ujung
perbungaan tersusun jarang, tangkai bunga 0,3-2,5 cm, tangkai
perbungaan 4,5-9 cm, elastis, melengkung. Bunga: tegak lurus tangkai
perbungaan, putih dengan ovary kemerahan dan column kemerahan.
Sepal dorsalnya berukuran panjang 2,8-4 mm dan lebar 1,6-2,2 mm.
Lateral sepal panjangnya 3,2-4,3 mm dengan lebar 1,7-2,3 mm. Petal
panjangnya 2,3-3,5 mm dan lebar 1,5-2 mm. Bibir: bagian bawahnya
berukuran 1,7-2,5 mm, bagian ujungnya sepanjang 1-2 mm dan lebar
1-2 mm. Column: panjang 1-1,7 mm, dengan dengan kelopak pendek

15
yang mana cuping bawah hanya lebih tinggi dari kepala putik, dengan
pinggir atas bergerigi tidak beraturan dan bagian tengahnya
memanjang. Persebaran: tersebar luas di Sumatera dan Semenanjung
Malaysia.
33. Polystachya concreta (Jacq) Garay
Habitat: epifit. Umbi semu: tumbuh berdekatan antara satu
dengan yang lainnya, kurang lebih melonjong, dan sedikit pipih,
berdaun 2-6 helai. Daun: berpelepah, ukuran beragam, dapat mencapai
ukuran ± 25 x 5 cm, ujung runcing. Perbungaan: tumbuh dari ujung
umbi semu, tangkai panjang beragam (± 20 cm), bercabang atau tidak,
tangkai perbungaan biasanya lebih pendek dari dari tangkai daun dan
berbulu, jumlah bunga 15-20 kuntum. Bunga: berwarna hijau muda,
kuning atau coklat kehijauan. Sepal: runcing, panjang ± 0,4 cm,
kelopak lateral lebih besar dari yang dorsal. Petal: membentuk pita,
lebar ± 0,75 cm. Bibir: bercuping tiga, cuping lateral sempit, cuping
tengah membundar, dan melengkung ke bawah, permukaan dalam
berbulu halus. Column: hijau pucat, panjang 2 mm, dan sangat lebar.
Persebaran: tersebar luas di Sumatera, Semenanjung Malaysia dan
Filipina
34. Robiquetla sp.
Habitat: epifit. Batang: menggantung atau mendatar dengan
ujung melengkung ke atas, panjang ± 50 cm, bergaris tengah ± 0,75
cm, berdaun sampai 20-25 helai sepanjang batang. Daun: melonjong,
13-20 x 3-4,5 cm, tebal dan kaku, ujungnya bercuping 2, tidak
setangkup dengan ujung tumpul, pelepah panjangnya ± 2,5 cm.
35. Renanthera sp
Habitat: epifit. Batang: pada bagian batang yang tua tumbuh
akar samping yang tebal batang panjang memanjat atau
menggantung, dengan ujung melengkung ke atas. Daun:
membentuk pita, tersusun pada dua sisi yang berseling, ujung terbelah
tidak setangkup.

16
36. Spathoglottis plicata BI.
Habitat: terestrial. Umbi semu: membulat telur, sebagian atau
seluruhnya berada di dalam tanah, ukuran ± 5 x 3 cm atau lebih besar,
jumlah daun 3-7 helai. Daun: melanset-sempit ke pangkal, ukuran 25-
120 x 1,25-7 cm, ujung meruncing, tegak kemudian melengkung,
panjang pelepah dan tangkai 25-50 cm. Perbungaan: tandan, lebih
panjang dari daun, panjang seluruhnya 100-200 cm, tangkai
perbungaan panjangnya 70-170 cm, jumlah bunga 10-30 kuntum,
tumbuh rapat pada tangkai perbungaan, mekar 5-6 kuntum dalam
waktu bersamaan, daun pelindung mula-mula tegak kemudian melipat
ke bawah. Bunga: berdiameter ± 5 cm, biasanya berwarna ungu
kemerahan, merah jambu atau putih. Sepal: bulat telur lebar. Petal:
membundar telur, lebih lebar dari sepal. Bibir: bercuping tiga, cuping
lateral sejajar dengan column, ujung lebih lebar daripada pangkal,
warna lebih tua, cuping tengah memita dengan ujung melebar seperti
sendok, terdapat tonjolan di pangkal berwarna kuning. Column:
memanjang, melengkung, melebar ke ujung, panjang 1,7 cm.
Persebaran: Tersebar luas di Sumatra dan terdapat juga di sepanjang
Asia Tenggara sampai ke Australia, dan Kepulauan Pasifik.
37. Trichotosia veluntina (Lodd. Ex Lindl) Kraenzl
Habitat: epifit. Batang: panjang 60 cm tapi sering pendek,
kebanyakan menggantung tapi dengan menengadah ke atas, jarak
daun setiap 2,5 cm. Daun: melanset, runcing, tidak bertangkai,
panjang 10 cm dan lebar 2,5 cm. Semua tertutup bulu-bulu agak
panjang warna coklat. Perbungaan: panjang 1 cm, dengan 2-4 kuntum
bunga, tangkai perbungaan tebal dan berbulu, daun pelindung bunga
bundar, tumpul panjang 6 mm. Bunga: diameter 8 mm, warna coklat
kekuning-kuningan. Sepal dan petal bagian dalamnya berwarna putih
dan merah. Bibir: rata, secara umum berbentuk sendok, ujungnya
bertakik, pinggir bagian ujung mengarah kedalam sempurna, dengan
tiga ruas dari pangkal ke ujung, bagian tengah kurang lebih menarik
tapi lebih panjang, dan dengan lebar tambalan dari benjolan dekat

17
sekitar ujung. Column: lurus,panjang sekitar 6 mm. Persebaran:
tersebar luas di Sumatera serta dapat juga ditemukan di Vietnam,
Burma, Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa dan Borneo.
38. Vanda sp.
Habitat: epifit. Batang: panjangnya 40 cm, diameter 1,2 – 1,5
cm. Daun: daun cukup sempit, lebar daun 2 – 2,3 cm. Panjang daun 10
– 20 cm dengan ujung belah.

2.3 Manfaat Tanaman Anggrek


(Combre, 2001) menyebutkan Sumatera diduga merupakan salah
satu pusat penyebaran anggrek dan sekitar 1.118 jenis anggrek yang sudah
diketahui namanya terdapat di Sumatra. Pada umumnya anggrek lebih
dikenal atau dimanfaatkan sebagai tanaman hias, namun (Heyne, 1987)
melaporkan lebih dari sepuluh spesies anggrek dimanfaatkan sebagai
bahan obat. (Heyne, 1987), juga menjelaskan bahwa beberapa anggrek
bermanfaat obat di Sumatera sebagai obat berasal dari genus Dendrobium
sedangkan menurut. (Huyen, 2003) masyarakat lokal Vietnam
memanfaatkan Nervilia sebagai obat. Pemanfaatan berbagai jenis anggrek
sebagai bahan obat diduga berhubungan dengan kandungan senyawa
bioaktif.
(Maridass et. al., 2008) berpendapat Anggrek memiliki senyawa
bioaktif di antaranya flavonoid, glikosida sianogenik, tannin, karbohidrat,
dan terpenoid. Sedangkan menurut (Medhi dan Chakrabarti 2008) juga
menyebutkan sebagai bahan obat, anggrek dimanfaatkan untuk tujuan
kuratif maupun aprosidiak.
Menurut (Wahyuningsih dkk, 2017) pemanfaatan famili orchidaceae
sebagai obat herbal di Cina, India, Pakistan sudah berlangsung cukup
lama, namun demikian penelitian farmakologi dan toksikologi famili
tersebut pada tubuh manusia belum diimplementasikan secara klinik.
Bagian organ yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal adalah batang dan
daun untuk mengobati mioma. Cara penggunaan tanaman ini terlebih
dahulu batang dan daun dicuci hingga bersih, kemudian direbus dengan

18
menggunakan air 400 ml selama 15 menit. Air rebusan setelah dingin
disaring dan dapat diminum dua kali sehari. Selain itu, manfaat utama
tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek
mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat
sebagai campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak
rambut.

2.4 Syarat Pertumbuhan Tanaman Anggrek


Syarat pertumbuhan anggrek didasarkan pada beberapa indikator
yang menjadi dasar atas berhasilnya pertumbuhan tanaman anggrek, antara
lain :
2.4.1 Iklim
Standar iklim yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertumbuhan
tanaman anggrek yang sempurna adalah :
a. Angin tidak dan curah hujan terlalu berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman anggrek.
b. Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini.
Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman
anggrek.
c. Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 derajat C.
Jika suhu udara malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka daerah
tersebut tidak dianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi
Dieng).
d. Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus,
akan tetapi menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.

2.4.2 Media Tanam


Terdapat tiga jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu :
A. Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:
a. Serat Pakis yang telah digodok.
b. Kulit kayu yang dibuang getahnya.
c. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.

19
d. Ijuk.
e. Potongan batang pohon enau.
f. Arang kayu .
g. Pecahan genting/batu bata.
h. Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan
akarnya.
Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel pada
media untuk mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan
seperti kompos, pupuk kandang/daundaunan.
B. Media untuk anggrek Terrestria.
Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah
pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat
pakis dan lainnya.
C. Media untuk anggrek semi Terrestria.
Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng
yang agak besar, ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu.
Dipakai media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan
lainnya. Derajat keasaman air tanah yang dipakai adalah 5,2.

2.4.3. Ketinggian Tempat


Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini
dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
A. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)
Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 derajat C
pada siang hari, 21 derajat C pada malam hari, dengan daerah
ketinggian 0-650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah:
a. Dendrobium phalaenopsis
b. Onchidium Papillo
c. Phaphilopedillum Bellatum

20
B. Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl)
Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 derajat C
dan 15–21 derajat C, pada malam hari, dengan ketinggian 150-
1500 m dpl.

C. Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl)


Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik
pada suhu udara 15-21 derajat C di siang hari dan 9–15 derajat
C pada malam hari, dengan ketinggian ≥ 1500 m dpl. Contoh:
anggrek jenis Cymbidium.

2.5 Pembibitan
Pertumbuhan tanaman anggrek berlangsung cepat bila dipeliahara
secara saksama. pemeliharan meliputi penyiraman, pemupukan, serta
pengendalian hama dan penyakit. ketika batang dan akar anggrek
monopodial tidak mampu menopang tanaman maka anggrek tersebut harus
segera diremajakan atau diperbanyak. Lain halnya dengan anggrek
simpodial, pertumbuhannya pseudobulb sudah maksimal, pertumbuhan
tanaman akan tumbuh kesamping sehingga pot penuh dengan tunas
anakan. Setelah pot dipenuhi anakan atau pseudobulb, perlu dilakukan
peremajaan atau perbanyakan. Perbanyakan anggrek secara konvensional
atau yang mudah dilakukan ada empat cara yaitu stek, pemecahan rumpun,
pemotongan keiki, dan pemotongan anakan. perbanyakan ini diperoleh
bibit tanaman yang mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya
(Setiawan, 2002).
Secara umum tanaman anggrek ini dilakukan pembibitan atau yang
biasa disebut dengan peremajaan pada umur sebagai berikut:
a) Tanaman Seedlings (Bibit); Kategori bibit ini adalah tanaman anggrek
mulai keluar dari botol sampai umur 9 bulan. Pada umur ini
dibutuhkan pupuk dengan kandungan N lebih banyak. Hal ini karena
unsur N yang tinggi akan digunakan tanaman untuk membentuk

21
protein yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Bisa
digunakan pupuk yang mengandung unsur N, P, K dengan
perbandingan 60:30:10.
b) Tanaman Mid-size (Ukuran sedang/remaja); yang termasuk dalam
katagori ini adalah tanaman setelah sembilan bulan sampai siap
berbunga pertama yaitu 18 bulan. Pada umur ini dibutuhkan ratio unsur
N, P dan K yang sama. Pertumbuhan sudah tidak secepat periode bibit.
Disamping itu tanaman perlu persiapan kondisi untuk masuk fase
generatif/pembungaan. Bisa digunakan pupuk dengan kandungan
unsur N, P, K dengan perbandingan 30:30:30 atau 20:20:20.
c) Tanaman Flowering-size (Ukuran berbunga); setelah 18 bulan tanaman
anggrek masuk fase pembungaan. Sehingga dibutuhkan pupuk dengan
kandungan unsur P yang lebih tinggi. Unsur P selain juga untuk
pertumbuhan, sangat penting untuk merangsang pembungaan. Dengan
fokus pada pembungaan, bisa digunakan pupuk dengan kandungan
unsur N, P, K dengan perbandingan 10:60:10. Pemupukan anggrek
yang terbaik adalah dengan melarutkan pupuk dalam air, kemudian
disepraykan keseluruh bagian tanaman anggrek. Tanaman anggrek
mempunyai keistimewaan yaitu daunnya dapat menyerap air serta
garam-garam yang terlarut didalamnya. Untuk itu waktu pemupukan
yang tepat saat stomata daun membuka lebar, pada pagi jam 08.00 -
10.00 dan sore jam 15.00 - 17.00 (Nanda, 2010).
Dalam SOP (Standard Oprating Procedure) untuk peremajaan anggrek
terdiri dari beberapa cara, yaitu:
1) Mengeluarkan planlet (bibit yang sudah mempunyai daun dan
berkarar) satu persatu dengan kawat pengait pada bagian akar dan
usahakan akar menghadap ke mulut botol. Letakkan planlet pada
wadah yang berisi air bersih, cuci tanaman satu persatu di bawah
kran yang mengalir hingga tidak ada media tanam yang melekat.
Kemudian mengangin-anginkan di atas koran, kurang lebih 15
menit, bibit siap ditanam (Dirjenhorti, 2008).

22
2) Planlet di tanam dengan cara di masukkan di tengah media (sabut
kelapa, mosh atau pakis, dan lain-lain). Menurut Andriyani (2005),
media yang digunakan harus di sterilkan terlebih dahulu dengan
cara merendamnya di dalam larutan Dithane M-45 selama 10,
media siap dipakai setelah kering. Media tanam anggrek harus
bersifat porus, mudah menyerap air, tidak mudah lapuk, tidak cepat
asam, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri (Dirjenhorti, 2008).
3) Penggunaan jenis pot menyesuaikan dengan jenis anggrek yang di
tanam. Pada jenis anggrek yang cenderung hidup di daerah panas
dan kelembaban udara rendah menggunakan pot tanah, karena bisa
menyerap air dan menjaga kelembaban lingkungan. Pot plastik di
gunakan pada jenis anggrek yang cenderung hidup di daerah
dingin, curah hujan dan kelembaban tinggi, karena air yang
tertangkap lebih cepat menguap (Dirjenhorti, 2008).
4) Setelah bibit anggrek semakin besar, berumuru + 3 bulan di
pindahkan ke pot yang lebih lebar. Bibit anggrek tidak dicabut dai
media, namun hanya memindahkan media beserta bibit tersebut ke
pot yang lebih besar. Satu pot berisi + 30 bibit, inilah yang disebut
compot atau community pot.
5) Re-poting harus disesuaikan dengan ukuran tanaman, jumlah bulb
atau batang dan padatnya akar. Bila media tanam sudah lapuk atau
hancur dan sudah terlalu asam, bibit dari kompot berumur + 5
bulan, tinggi sekitar 8 cm dapat di Re-poting ke pot individu
ukuran 8 - 12 cm. Anggrek dari pot 8 - 12 cm, tinggi tanaman 15 -
12 cm, dapat di Re-poting ke pot ukuruan 15 cm. Bibit remaja dari
pot ukuran 15 cm, tinggi bibi sekitar 35 cm, dapat di Re-poting ke
pot ukuran 18 cm dan tanaman dari pot 18 cm dapat dipindahkan
ke pot ukuran 24 cm (Dirjenhorti, 2008).
6) Menurut Sukma (2010), untuk meningkatkan laju pertumbuhan
dengan pemupukan melalui daun. Pupuk daun di semprotkan ke
seluruh permukaan daun, karena anggrek lebih banyak

23
memanfaatkan penyerapan pupuk melalui daun daripada melalui
akar.

2.6 Strategi Pemasaran


(Oentoro, 2010) menyebutkan strategi pemasaran adalah
pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran,
alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang
diharapkan dan kondisi persaingan pemasaran. Keberhasilan dalam
strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan tergantung pada
pengamatan perusahaan terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
strategi pemasaran perusahaan. Strategi pemasaran merupakan suatu
logika pemasaran dimana unit bisnis diharapkan dapat mencapai sasaran
utama pemasarannya.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), strategi pemasaran adalah
logika pemasaran dimana perusahaan mempunyai harapan untuk dapat
menciptakan nilai pelanggan yang menguntungkan untuk mencapai
pemasarannya. Perusahan memutuskan pelanggan mana yang akan
dilayani (segmentasi dan penetapan target) dan bagaimana cara perusahaan
melayani pelanggan (diferensiasi dan positioning). Perusahaan mengetahui
keseluruhan pasar, kemudian membagi menjadi segmen yang lebih kecil,
memilih segmen yang paling menjanjikan, dan memusatkan perhatian
kepada pelayanan dan kepuasan pelanggan dalam segmen ini

24
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktik Kerja Lapang dilaksanakan di DD Orchid Nursery Batu Jawa
Timur yang dilakukan selama 1 bulan yaitu tanggal 13 Januari 2020 sampai
dengan 13 Februari 2020, dengan aktif kerja dari hari Senin sampai dengan
Minggu dan jam kerja dari pukul 07.00-16.00 WIB.

3.2 Metode Pratik


Metode yang digunakan dalam praktek kerja ini adalah:
a. Partisipasi, yaitu ikut serta dalam membantu kegiatan-kegiatan / aktivitas
di perusahaan.
b. Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah metode
observasi partisipasi, yaitu suatu metode pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan dengan mengikuti kegiatan secara aktif yang dilakukan di DD
Orchid Nursery Batu.
c. Dalam praktik lapang juga dilakukan wawancara terbuka yang berkaitan
dengan proses produksi dan pemasaran serta kegiatan yang dipelajari di
lapangan kepada pembimbing lapang dan pihak-pihak yang ditugaskan di
setiap bagian (divisi).

3.3 Strategi Pelaksanaan Kerja Praktik


Adapun strategis yang akan dilakukan selama berlangsungnya pelaksanaan
PKL adalah:
a. Mengikuti penempatan atau job-discription sesuai dengan yang ditetapkan
oleh pembimbing lapang.
b. Menguasai dan membekali diri dengan bidang studi yang akan dikaji
selama pelaksanaan PKL.
c. Memperbanyak literatur-literatur yang dibutuhkan sebagai sumber
referensi baik dalam pelaksanaan praktik maupun dalam pembuatan
laporan.

25
d. Mengkonsultasikan hal-hal yang tidak dimengerti selama pelaksanaan
PKL kepada staf pembimbing.

3.4 Peran Mahasiswa dan Hasil Yang Ingin Dicapai


Mahasiswa berperan sebagai subjek yang melakukan kegiatan PKL
sekaligus memberikan kontribusi berupa bantuan kepada pihak perusahaan
dalam melaksanakan kegiatan internal perusahaan, dengan memperhatikan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hasil yang ingin dicapai
dalam kegiatan PKL ini adalah meningkatkan kualitas skill mahasiswa dalam
bidang akademis yang tidak hanya berpatokan pada teori saja tetapi juga
bentuk pengaplikasian yang berupa praktik. Selain itu, juga menambah
wawasan kerja yang dapat dijadikan landasan dalam prospek kedepannya,
yaitu setelah memasuki dunia kerja.

26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil DD Orchid Nursery Batu


Orchid Nursery adalah salah satu home industry yang sudah berdiri
sejak 2005 dan bergerak dibidang budidaya anggrek serta pemeliharaan dan
pemasarannya. DD’ Orchid Nursery tidak hanya menjual berbagai jenis
anggrek yang sudah siap menjadi indukkan, tetapi juga menjual anggrek
dalam bentuk bibit, baik bibit yang sudah siap ditanam maupun bibit yang
masih di dalam botol kultur. Bapak Dedek, selaku pemilik DD Orchid Nursery
sering melakukan persilangan berbagai indukan anggrek yang berkualitas di
kebunnya. Berbagai indukan anggrek yang berkualitas Bapak Dedek dapatkan
dari daerah Indonesia bagian timur seperti Irian Jaya, Papua Nugini, NTT,
NTB dll. Selain itu, Bapak Dedek juga mendapatkan indukan dari negara
tentangga, seperti Thailand, China, Vietnam, Brazil dan masih banyak lagi.
Indukan anggrek yang berkualitas tadi kemudian disilangkan sehingga mampu
menghasilkan jenis anggrek baru dan juga dapat memperbanyak berbagai jenis
anggrek yang unggul. Sehingga dengan keterampilan inilah menjadikan DD
Orchid Nursery mampu memproduksi anggrek yang berkualitas dan
mempunyai nilai jual yang tinggi. Pemasaran DD Orchid Nursey tidak hanya
di derah lokal, namun sudah ke luar negeri.
DD’ Orchid Nursery membudidayakan berbagai jenis anggrek
diantaranya Dendrobium, vanda, Cattlea, Phalanaenopsis, Paphiopedilum dan
lain-lain. DD Orchid Nursery cenderung membudidayakan jenis Dendrobium
karena cara budidaya dan perawatanya yang lebih mudah, cepat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan, daya tahan bunga lama dan tidak mudah
rontok, bentuk dan warnanya sangat bervariasi, serta memiliki nilai jual yang
tinggi.
Bapak Dedek Santoso pemilik DD Orchid Nursey juga aktif dalam
sebuah komunitas anggrek, salah satunya sebagai anggota PAI (Perhimpunan
Anggrek Indonesia) Kota Malang, dan juga aktif di kelompok Tani
Sandrianan. Di Malang Raya, anggota Nursery ada 20 lebih anggota, antara

27
lain Anita Orchid, Bogor orchid, Dewi Orchid, DD Orchid dan lainnya.
Karena banyaknya anggota Nursey di Malang raya, maka tidak heran jika
sering diadakannya pameran anggrek di wilayah Malang maupun Batu dengan
banyak peserta dan salah satunya adalah DD Orchid. Prestasi-prestasi dari DD
Orchid Nursery Batu tidak diragukan lagi. Tidak jarang anggrek dari Orchid
Nursery menjadi pemenang kategori favorit hingga pemenang juara satu.
Berbagai macam anggrek di DD Orchid berasal dari bibit yang berkualitas.
Pada bulan November 2016, DD Orchid Nursery telah mengukir sebuah
prestasi dalam pameran di Balai Kota Among Tani Kota Batu sebagai juara
Favorit. Sehingga bisa membuktikan bahwa anggrek dari DD Orchid Nursery
sangat berkualitas. Bapak Dedek pertama kali mengikuti pameran anggrek
pada tahun 2005. Pada saat itu, ada pameran anggrek di Tarekot, belakang
Balai Kota Malang. Pameran yang diikuti itu juga bukan atas modal sendiri.
Tapi modal keroyokan. Beberapa teman sekampung Bapak Dedek dan kenalan
penjual anggrek, iuran untuk membayar sewa stand. Mengetahui hasil dari
penyelenggaraan pameran cukup menjanjikan, Bapak Dedek pun memilih
lebih kerap mengikuti pameran. Sebagian hasil penjualan di pameran,
diinvestasikan untuk membeli bibit serta anggrek remaja-dewasa dan
berbunga. Aktivitas pameran itu tidak hanya dilakukan di Malang Raya. Tapi
juga pada beberapa wilayah di Indonesia seperti Surabaya, Jakarta, Papua,
Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Bandung, dan Bali.
Usaha budidaya anggrek ini sudah ditekuni sejak duduk di bangku
kuliah, dengan modal awal yang digunakan adalah 25 ribu rupiah. Usahanya
diawali dengan membeli dua bibit botol anggrek Dendrobium seharga 12.500
rupiah dan dirawat di halaman rumahnya. Berawal dari ketelatenan,
kenyamanan dan kesabaran itulah bisa berhasil mengembangkan usahanya
hingga sekarang. Kenyamanan, ketelatenan dan kesabaran itulah yang menjadi
dasar untuk menekuni anggrek secara lebih serius dan profesional. Bapak
Dedek belajar secara otodidak, dan juga membaca literatur serta bertanya
kepada orang yang ahli dalam bidang anggrek. Keterlibatannya dalam
Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) juga merupakan kunci sukses dalam

28
berkarya. Selain aktif di PAI, juga aktif di Kelompok Tani Sandriana sehingga
dapat membagikan ilmunya pada petani sekitar.
DD Orchid Nursery sangat memperhatikan habitus anggreknya.
Menurut Bapak Dedek, cara yang digunakan untuk memperhatikan
anggreknya yaitu dengan cara membangun Green House yang dibuat dengan
sengaja sesuai dengan habitat anggrek. Untuk anggrek yang biasa tumbuh di
tempat panas, maka Dedek menyiapkan plastik UV sebagai atapnya. Inovasi
media tanam juga dilakukan oleh Bapak Dedek. DD’ Orchid Nursey memiliki
satu ruang laboratorium yang di gunakan untuk kegiatan kultur jaringan, di
ruangan tersebut terdapat tiga buah enkas dan Laminar Air Flow (LAF),
laboratorium juga digunakan untuk menyimpan botol yang sudah berisi media
atau menyimpan hasil kultur dari anggrek. Selain itu juga terdapat green house
dengan luas 1000 m2, green house ini menggunakan paranet, sehingga bisa
membantu untuk menjaga suhu dan kelembaban udara agar anggrek yang
berada di dalamnya dapat tumbuh secara optimal serta digunakan sebagai
tempat proses aklimatisasi, perawatan, peremajaan atau over pot.
Bapak Dedek sekarang tidak hanya memiliki lahan pembibitan seluas
1 x 3 meter. Sudah ada empat green house dengan masing-masing luas 100
meter persegi. Beberapa lahan kosong di rumahnya juga dimanfaatkan untuk
melancarkan usaha itu, seperti di depan rumah dan samping kiri dan kanan
rumahnya. Sudah ada puluhan ribu anggrek dengan beragam spesies yang
dikoleksi. Dari dalam negeri hingga luar negeri. Asetnya kini mencapai sekitar
Rp 250 juta.

4.2 Teknik Budidaya Anggrek di DD Orchid Nursery Batu


4.2.1 Pembibitan
A. Pembibitan
Pembibitan dimulai dengan memilih bibit anggrek yang baik, sehat
dan unggul mempunyai beberapa ciri, yaitu: bentuk batang kuat,
pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat dan indah. Kemudian,
bibit anggrek berasal dari biji disemaikan. Adapun penyebaran biji
anggrek sebagai berikut:

29
a. Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih.
b. Mensterilkan biji
Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram
kaporit dilarutkan dalam 100 cc air kemudian saring kertas
filter, dimasukkan ke dalam botol. Biji dimasukan dalam botol
dan digojog 10 menit. (biji anggrek yang semula kuning
kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air
dibuang dan diganti dengan aquades, digojog berulang kali (2–3
kali).
c. Penyebaran biji anggrek
Botol-botol yang telah disterilkan dapat digunakan untuk
menyebaran biji anggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol
dipanaskan di atas lampu spritus untuk menghilangkan kuman.
Untuk memasukan biji anggrek ke dalam botol digunakan pipet
yang dibersihkan dulu dengan cara pemanasan di atas lampu
spritus sampai merah kemudian dicelup kedalam spritus. Botol
yang telah terbuka kemudian diisi biji anggrek dan diratakan
keseluruh permukaan alas makanan yang telah disediakan.
Sebelum botol ditutup kita panaskan lagi diatas spritus
kemudian ditutup kembali.

B. Teknik Penyemaian Benih


a. Pemeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji anggrek,
yang kosong berwarna putih dan yang isi kuning coklat/warna
lain.
b. Mempersiapkan botol yang bermulut lebar bersih dan tidak
berwarna agar dapat meneruskan cahaya matahari yang
dibutuhkan dan mudah dilihat.
c. Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras, ujung
diikat tali untuk memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa
yang dipotong potong. Kerapatan tutup botol menjaga agar

30
bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak terinfeksi atau
terkontaminasi.
d. Mempersiapkan lemari kaca (ent-kas) yang bersih dari
bakteri/jamur dengan kain yang sudah dicelup formalin udara
dalam lemari disterilkan dengan kapas dipiring dituangi
formalin supaya menguap mensterilkan kaca (ent-kas).
e. Pembuatan sterilsasi alas makanan dan untuk membuat alas
makanan anggrek biasanya dipakai resep Khudson C
(NORTHEN) 12 yaitu:
1) Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram
2) KH2PO4 : 0,25 gram
3) MgSO47H2O : 0,25 gram
4) (NH4)2SO4 : 0,25 gram
5) Saccharose : 20 gram
6) FeSO4 4H2O : 0,25 gram
7) MnSO4 : 0,0075 gram
8) Agar-agar : 15–17,5 gram
9) Aquadest : 1000 cc
Pembuatan alas makanan diperlukan pH 5,2, dipergunakan pH
meter/kertas Ph tekstil/Indikator Paper. Sterilisasi dengan cara
dipanaskan dalam Autoclaf yang sampai 110 derajat C selama
setengah jam atau dengan dandang kemudian diletakan pada
tempat bersih, dengan posisi miring, sehingga makanan setinggi
1/2–2/3 tinggi botol (dari alas sampai ke leher botol) dan
didiamkan selama 5–7 jam untuk mengetahui sterilisasi yang
sempurna.

C. Pemindahan Bibit
Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat besar,
tumbuh akar. Dalam tingkat ini bibit sudah dapat dipindahkan
kedalam pot penyemaian yang berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm
yang berlubang. Siapkan pecahan genting, dan akar pakis warna

31
coklat, di potong dengan panjang 5–30 mm sehingga serabutnya
terlepas satu sama lainnya. Sebelum dipakai terlebih dulu dicuci
bersih dan biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci,
direndam dulu dalam alas makanan selama 24 jam yang berupa:
a. Urea atau ZA : 0,50 mg
b. DS, TS atau ES : 0,25 mg
c. Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg
d. Air : 1000 cc
Alternatif lain sebagai alas makanan, dapat juga dipakai pupuk
buatan campuran unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dapat
juga digunakan pupuk kandang yang telah dicampur pakis dengan
perbandingan pakis: pupuk kandang = 4:1. Selain itu dapat
digunakan kulit Pinus yang di potong kecil sebesar biji kacang
tanah, yang telah direndam dalam alas makanan seperti akar pakis
selama 24 jam. Untuk isian pot ini dapat juga digunakan arang kayu
bakar/serabut kelapa yang dipotong-potong sebesar ibu jari. Pot
yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah,
kemudian isi remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi
pot/layah (tidak perlu dipadatkan). Pemindahan bibit ke dalam pot
dilakukan dengan mengeluarkan tanaman di botol dengan
memasukkan air bersih ke dalam botol. Dengan kawat bersih
berujung seperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu persatu (akar
lebih dahulu). Setelah keluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian
dengan air bersih. Seedlings (semaian) ditanam dalam pot dengan
rapat. Apabila di dalam botol sudah terjadi kontaminasi jamur
sebaik lebih dulu direndam di dalam antibiotic (penicillin,
streptomycin yang telah lewat expirydatenya) 10 menit baru
ditanam.

D. Pemindahan dari Pot Penyemaian


Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tanaman
dipindahkan ke pot biasa yang berdiamater 4–6 cm, yang berisi

32
potongan genting/batu bata merah, kemudian beri pakis/kulit pinus
yang telah direndam dalam alas makanan sampai 1 cm di bawah
tepi pot.
4.2.2 Pengolahan Media Tanam
Media tanam untuk tanaman anggrek tanah dibedakan:
a) Tanaman dalam pot (dengan diameter 7-30 cm tergantung dari jenis
tanaman). Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu dipasang
tiang di tengah-tengah pot, kemudian pot diisi pecahan genting.
Anggrek di letakkan di tengah dan akarnya disebar merata dalam pot,
kemudian batang anggrek diikat pada tiang. Pot diisi pupuk kandang
yang telah dicampur sesuai dengan komposisi kira-kira 2/3 dari pot.
b) Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam. Bak terbuat
dari batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm dan tinggi bak 2 lapis
batu bata merah. Pembuatan bak ini di atas tanah untuk menghindari
dari kebecekan, di tanah kering digali sedalam 10-20 cm kemudian
diberi bata ukuran 40 cm x 2 m dan jarak antara pembantas dengan
yang lain 3 cm. Tiang penahan dibuat 4 buah yang ditancapkan ke
dalam tanah dengan ketinggian masing-masing 1,5 m. Antara tiang
satu dengan yang lain dihubungkan dengan kayu sehingga keempat
tiang tersebut merupakan suatu rangkaian

4.2.3 Teknik Penanaman


Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dengan sifat hidup tanaman
anggrek, yaitu:
1. Anggrek Ephytis adalah anggrek yang menupang pada batang/pohon
lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi atau ditempelin.
Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar
yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
2. Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar
lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari
makanan untuk berkembang.

33
3. Anggrek tanah/anggrek Terrestris.

4.2.4 Pemeliharaan Tanaman


Pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
dalam budidaya anggrek. Kegiatan ini dilakukan agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik dan memproduksi bunga dengan optimal. Kegiatan
perawatan di DD Orchid Nursery meliputi penyiraman, pemupukan, dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Penyiraman Di DD Orchid Nursery, proses penyiraman dilakukan
setiap hari pada jam 07.00-selesai. Penyiraman menggunakan sprayer
sehingga butiran air yang keluar dapat diatur agar tidak merusak tanaman
dan media tanam. Penyiraman yang baik langsung disemprotkan pada akar
supaya langsung terserap. Berikut ini adalah gambar penyiraman dan
pemupukan anggrek.

4.3 Strategi Pemasaran di DD Orchid Nursery Batu


Strategi pemasaran yang dilakukan oleh DD Orchid Nursery Batu
yakni dengan menggunakan pemasaran media sosial dan pemasaran langsung.
Pemasaran anggrek-anggrek di DD Orchid menggunakan media internet
seperti Facebook. Pemasaran ini dilakukan karena media facebook menjadi
wadah yang sangat mudah bagi pencinta anggrek. Bapak Dedek hanya modal
foto dan upload tinggal menunggu peminat dan langsung mengadakan
transaksi. Pengiriman paket anggrek menggunakan jasa pengiriman barang
antar local dan terkadang jasa internasional, melihat peminat anggrek juga dari
luar negeri.
Bapak Dedek menjual benih anggrek dalam kemasan botol berisi 30
bibit. Harganya, Rp 40.000 per botol untuk pembelian partai besar dan Rp
75.000 sampai Rp 100.000 per botol untuk eceran. Sedangkan, anggrek siap
berbunga dibandrol mulai dari Rp 150.000 sampai Rp 40 juta per tanaman.
Pelanggannya berasal dari berbagai penjuru Indonesia. Bahkan, hingga luar
negeri, seperti Thailand, Italia, Perancis, Belanda, Rusia, Jepang, Filipina dan
lainnya. Namun, saat ini, Bapak Dedek hanya melayani pembelian benih

34
partai besar dan anggrek yang berbunga. Untuk pembelian ritel Bapak Dedek
menyarankan untuk menghubungi para agen.
Selain itu, tak jarang Bapak Dedek mengalami kendala saat
melakukan pemasaran. Permasalahan logistik kerap menjadi kendala bagi
sejumlah pengusaha. Bapak Dedek pun demikian, saat awal berbisnis, beliau
kerap menemui kesulitan saat mengirimkan anggreknya. Seringkali
perusahaan logistik meminta dokumen perijinan (karantina), meski tujuan
pengiriman hanya antar kota. Alhasil, Bapak Dedek pun sering mengaku
barang kirimannnya berupa suvenir. Lebih dari 10 tahun menjalani usaha,
Bapak Dedek masih kesulitan mendapatkan dokumen perijinan untuk ekspor
tanaman. Sampai sekarang pun dia belum bisa melakukan pengiriman
tanaman langsung ke luar negeri. Kebanyakan pelanggan di luar negeri datang
ke kebun untuk membeli benih berupa botol untuk dibawa kembali ke negara
asalnya. Bapak Dedek juga mencoba peruntungan dengan mengunggah hasil
penyilangan anggreknya di media sosial, Facebook. Unggahan foto-foto
tersebut juga menjadi modal para reseller berjualan. Sampai sekarang Bapak
Dedek tidak melayani pembelian eceran untuk pasar lokal. Beliau
menjelaskan, untuk menyilangkan anggrek butuh pengetahuan dan
ketrampilan khusus. Misalnya mengetahui gen dominan dan resesif dari setiap
tanaman, sehingga bisa menghasilkan jenis yang dinginkan. Tak semua
anggrek yang disilangkan diproduksi dalam jumlah besar. Untuk hasil
silangan tertentu atau anggrek langka hanya diproduksi terbatas, supaya harga
tetap tinggi dan stabil. Guna memenuhi seluruh kebutuhan perkebunan dan
laboratorium miliknya, Bapak Dedek harus mendatangkan langsung beberapa
kebutuhan pengemasan seperti pot fleksibel.
Beliau berharap kedepannya daerah tempatnya tinggal yaitu
Kelurahan Dadap Rejo, Areng-Areng, kota Batu menjadi kampung wisata
anggrek. Pengunjung tidak hanya datang untuk membeli tanaman tapi juga
mengenal lebih dekat tentang berbagai jenis anggrek sampai proses
perkembangbiakannya. Rencana tersebut juga dapat dijadikan tambahan
pemasukan untuk warga setempat dengan memanfaatkan lahan pertanian yang
semakin sempit. Menurutnya, sebagian lahan disana banyak disulap menjadi

35
perumahan. Untuk merealisasikan mimpinya, Bapak Dedek terbuka untuk
memberikan pengetahuan tata cara bertani anggrek.

36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan di DD Orchid
Nurseer Batu, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembibitan atau yang biasa disebut peremajaan pada anggrek dilakukan
ketika kondisi anggrek sudah tidak bisa menopang, akar mulai keluar dari
pot, terdapat tunas anakan dan kondisi media yang sudah asam artinya
media tanam tersebut sudah di tutupi lumut.
2. Pada tanaman seedlings yang berumur + 9 bulan di remajakan dengan cara
dipindahkan ke pot plastik kecil dengan media tanam berupa moss. Setelah
berumur 2 sampai 3 bulan dari pot plastik kecil, maka perlu di remajakan
lagi dengan di pindah ke pot plastik besar dengan media tanam moss atau
pakis tempel.
3. Pada tanaman mid-size yang berumur 9 sampai 18 bulan di lakukan
peremajaan dengan di pindahkan ke pot tanah liat kecil dengan media
tanam berupa arang kayu dan moss, komposisinya lebih banyak arang
kayu dari pada moss.
4. Pada tanaman flowering-size yang berumur lebih dari 18 bulan dilakukan
peremajaan dengan di pindahkan ke pot tanah liat besa dengan mediat
tanam berupa arang kayu dan disampingnya di berikan penyangga berupa
kawat.
5. Perawatan anggrek di DD Orchid Nursery Batu dilakukan dengan cara
menyirami anggrek, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu
tanaman.
6. Pemasaran anggrek di DD Orchid Nursery Batu dilakukan dengan
menggunakan pemasaran media sosial dan pemasaran langsung.

5.2 Saran
Diharapkan dalam melakukan kegiatan magang atau praktik kerja lapang pada
tahun selanjutnya, sebaiknya peserta mengikuti kegiatan secara tuntas sampai

37
dengan tahap pemasaran sehingga peserta magang atau praktik kerja lapang
dapat turut memberikan saran untuk DD Orchid Nursery kedepannya atas
kendala yang dilalui.

38
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, dkk. 2014. Potensi dan Pengembangan Jenis-Jenis Tanaman Anggrek dan
Obat-Obatan di Jalur Wisata Loop-Trail Cikaniki Citalahab Taman
Nasional Gunung Halimun Salak. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol. 8 (1).
Januari-Maret. 2014.

Anggelina, R. 2014. Budidaya Anggrek (online)


http://riskaaanggelina.blogspot.com/.

Anggrek – Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi. 2000.

Anggrek Spesies Indonesia – Direktorat Perbenihan Holtikultura Kementrian


Pertanian Republik Indonesia. 2012.

Asep Sadili, Siti Sundari. 2017. Keanekaragaman, Sebaran, dan Pemanfaatan


Jenis-Jenis Anggrek (Orchidaceae) di Hutan Bodogol, Taman Nasional
Gede Pangrango Jawa Barat. Jurnal Widyariset. Vol. 3 (2). Hlm 95-106.

Bartels, Mocha. 2007. Budidaya Tanaman Anggrek. Klaten: Sahabat.

Budidaya Tanaman Anggrek – Departemen Pertanian 1987, 63 hal.

Firnando, dkk. 2017. Identifikasi Famili Orchidaceae di Kawasan Hutan Lindung


Desa Sekendal Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak. Jurnal Hutan
Lestari. Vol. 5 (2). 183-191.

Gunawan, Livy Winata. 2007. Budidaya Anggrek. Jakarta : Penebar Swadaya.

Indarto,N.2011. Pesona Anggrek Petunjuk praktis Budidaya & Bisnis Anggrek.


Jogjakarta: Cahya Alam.

Kuntoro, dkk. 2015. Potensi Pengembangan Agribisnis Bunga Anggrek di Kota


Batu Jawa Timur. Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum. Vol. 2 (1). 2015.

Rofik, A. Peluamg Wirausaha Budidaya Anggrek Dendrobium hybrid. 2018.


Jurnal Abdimas Mahakam. Vol. 2 (1). Januari. 2018.

Santayana, dkk. 2017. Strategi Pengembangan Agribisnis Tanaman Anggrek di


Kota Semarang. Jurnal Agromedia. Vol. 35 (2). September. 2017.

Suryani, R. 2015. Outlook komoditas pertanian subsektor hortikultura anggrek.


Pusat data dan sistem informasi pertanian sekretariat jenderal kementerian
pertanian.

Tuhuteru, S.; Hehanussa, L.; Raharjo,S. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan

39
Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In Vitro dengan
Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Agrologia, Vol. 1(1): 1-12

Widiastoetuy, D. 2004. Permasalahan Anggrek dan solusinya. Jakarta: PT Penebar


Swadaya.

40
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Proses.. Gambar 2. Gambar 3.

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.

Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9.

41
Gambar 10. Gambar 11.

42

Anda mungkin juga menyukai