Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MEKANIKA FLUIDA

TEKNIK SAMPLING AIR

DISUSUN OLEH:
LAODE MUHAMAD SHAKTYAWAN
R1D120084

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO


KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kitananti-natikansyafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini dari mata kuliah Mekanika Fluida dengan judul teknik
sampling air.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terimakasih.

Kendari, 2 juli 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan hal terpenting penunjang kehidupan.Segala aspek kegiatan


memerlukan air sebagai bahan pokok dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.Selain itu
tubuh makhluk hidup sebagian besar adalah air sehingga tubuh sangat bergantung dengan
air.Air di bumi sangat melimpah, hal ini dapat dilihat dengan begitu luas lingkungan perairan
di bumi dan lebih dari 98% air yang ada di bumi terdapat di bawah permukaan tanah di
bawah pori-pori batuan.

Air yang letaknya berada di bawah permukaan tanah biasa disebut dengan air tanah
biasa disebut dengan air tanah.Contoh air tanah seperti sumur bor, sumur gali dan sumur
patek.Selain air tanah, juga air permukaan.Air permukaan merupakan air yang berada di atas
permukaan tanah misalnya, danau dan sungai.Kehidupan makhluk hidup bergantung dengan
pasokan air yang berada di atas maupun di bawah permukaan tanah. Jika air tersebut
terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya maka proses kehidupan serta berbagai kegiatan akan
terganggu. WHO memperkirakan 80% penyakit di dunia bersinggungan dengan sanitasi dan
air yang tidak layak.Namun demikian sampai saat ini sebagian besar kebutuhan air masih
mengandalkan dari sumber air permukaan. Oleh karena itu, sumber air permukaan perlu
dikelola dengan baik sehingga mampu memberikan manfaat baik

Sampai saat ini air permukaan masih merupakan sumber air yang memberikan
konstribusi terbesar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik untuk memenuhi
kebutuhan langsung hidupnya maupun sebagai sumber air irigasi untuk kegiatan budidaya
pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan maupun peternakan).Dengan demikian
pemanfaatan air permukaan sebagai sumber air irigasi perlu dikelola dengan baik sesuai
dengan potensinya sehingga dapat dimanfaatkan secara lestari.
Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air, maka perlu dilaksanakan kegiatan
pemeriksaan kualitas air yang diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan
agar air yang digunakan terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan kualitas air.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan airsehingga tercapai kualitas yang
diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam
kondisis alamiahnya. Salah satunya denganteknik sampling air, yang dapat digunakan untuk
memperoleh efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pemeriksaan, agar hasil
pemeriksaannya dapat dipertanggung jawabkan kualitas mutunya.

Oleh karena itu, praktikum ini dilaksanakan agar mahasiswa mengetahui teknik
pengambilan sampel air permukaan yang baik dan benar serta mengetahui cara menggunakan
alat-alat untuk pengambilan sampel dan cara pengukuran parameter air.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui cara penggunaan alat pengambil sampel air permukaan beserta alat
pengukur parameternya.
2. Mengetahui faktor-faktor mempengaruhi pengambilan sampel air permukaan.
3. Untuk dapat dibandingkan kualitas air Sungai Karang Mumus dengan standar baku
mutu kualitas dan pengendalian pencemaran air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air,
sungai,danau,lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan air bawah tanah atau
airatmosfer.Air permukaan secara alami terisi melalui presipitasi dan secara alami berkurang
melalui penguapan dan rembesan ke bawah permukaan sehingga menjadi air bawah tanah.
Meskipun ada sumber lainnya untuk air bawah tanah, yakni air jebak dan air magma,
presipitasi merupakan faktor utama dan air bawah tanah yang berasal dari proses ini disebut
air meteor. Air permukaan merupakansumber terbesaruntuk air bersih (Anonim, 2011).

Salah satu jenis air permukaan yang banyak ditemui dan dimanfaatkan adalah sungai.
Sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar.Air yang mengalir lewat sungai bisa berasal
dari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang mengalir (Gletser).
Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

a. Sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran. Sungai Hujan, adalah sungai yang
airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai
yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai
yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja boleh dikatakan tidak
ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Pegunungan
Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen)
dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
c. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari
hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan
Sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya). (Anonim, 2011)
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu
sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.

a. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap.
Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di
Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak
terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa
Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai
Brantas di Jawa Timur.
c. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada
musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau
Sumba.
d. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan.
Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja
pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
(Suyono, 1984)

Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden
dan sungai sungai superposed.

a. Sungai Anteseden, adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya
walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena
kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
b. Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya
dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
(Asdak, C. 2002)

2.2 Standar Baku Mutu Air

Kualitas air dinyatakan sebagai mutu air. Mutu air diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Masing-masing kelas air mempunyai criteria atau tolok ukur mutu air yang berbeda
yang menunjukkan bahwa air dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukkan
sesuai kelasnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup
menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia
serta kehidupan makhluk hidup lainnya, hal ini dikarenakan air sebagai komponen lingkungan
hidup akan memepengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya.

Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, sumber air diklasifikasikan ke dalam 4 (empat)

kelas mutu air, yaitu:

a. Kelas Satu, yaitu air yang dapat digunakan untuk air minum, dan atau
diperuntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
b. Kelas Dua, yaitu air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau
diperuntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
c. Kelas Tiga, air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau diperuntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas Empat, air yang dapat digunakan untuk mengairi tanaman, dan atau
diperuntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

2.3 Jenis-Jenis Sampel Air

Jenis-jenis sampel air dapat dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut:

1. Sampel sesaat (Grab Sample)

Yaitu sampel yang diambil secara langsung dari bahan air yang sedang
dipantau.Sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan sampel.

2. Sampel Komposit (Composite Sample)

Yaitu sampel campuran dari beberapa waktu pengamatan. Pengambilan sampel


komposit dapat dilakukan secara manual ataupun secara otomatis dengan
menggunakan peralatan yang dapat mengambil air pada waktu-waktu tertentu dan sekaligus
dapat mengukur debit air. Pengambilan sampel secara otomatis hanya dilakukan jika ingin
mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas air secara terus-menerus.

3. Sampel gabungan tempat (Integrated Sample)

Yaitu sampel gabungan yang diambil secara terpisah dari beberapa tempat, dengan
volume yang sama. (Effendi, 2003)

2.4 Teknik Sampling Air

Data hasil pengujian parameter kualitas lingkungan harus dapat pertanggung


jawabkan baik secara ilmiah maupun hukum karena data tersebut dapat digunakan sebagai
dasar perencanaan, Evaluasi, maupun pengawasan yang sangat berguna bagi para pengambil
keputusan, perencanaan, penyusunan program baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah
dalam menentukan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup selain itu hasil pengujian dapat
sebagai informasi adanya pencemaran lingkungan pada daerah tertentu atau pembuktian
kasus lingkungan dalam rangka penegakan hukum lingkungan (Susrianti, 2011).

Mengingat pentingnya data hasil pengujian parameter kualitas lingkungan tersebut,


maka proses pengambilan contoh yang merupakan langkah awal dalam menghasilkan data
kualitas lingkungan, harus mempertimbangkan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan
peraturan undang-undang yang berlaku. Jika proses pengambilan contoh lingkungan
dilakukan kurang tepat maka peralatan secanggih apapun yang digunakan tidak dapat
menghasilkan data yang mengambarkan kondisi kualitas lingkungan yang sesungguhnya
kecuali hanya data dari contoh yang representative (Susrianti, 2011)

Dalam pengumpulan limbah dilakukan dalam wadah dengan persyaratan sebagai


berikut:

1. Wadah plastik yang merupakan korosif

2. Volume wadah harus di sesuaikan dengan kategori limbah

3. Wadah harus menjamin keselamatan


4. Pemberian label harus sesuai dengan kategori limbah.

5. Instruksi untuk menyimpan atau untuk masing-masing kategori limbah harus


disertakan contohnya. ”simpan pada pH kurang dari 7“ dll.
(Susrianti, 2011)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


3.1.1 Kecepatan Aliran

4.1 Tabel Kecepatan Aliran

No Waktu (s) Kecepatan No Waktu (s) Kecepatan


(m/s) (m/s)
1 20,73 0,48 11 16,92 0,59

2 23,06 0,43 12 19,32 0,52

3 24,02 0,42 13 19,45 0,51

4 24,49 0,41 14 22,17 0,45

5 25,56 0,39 15 16,68 0,59

6 21,51 0,46 16 20,07 0,49

7 21,30 0,47 17 26,10 0,38

8 17,46 0,57 18 35,07 0,29

9 17,09 0,59 19 24,77 0,40


10 22,24 0,45 20 22,11 0,45

Keterangan: Jarak ( 10 Meter)

3.1.2 Kedalaman Sungai (Jarak tiap segmen 1m)


Panjang penampang kering = 44m
Panjang penampang basah = 23 m
4.2 Tabel Kedalaman Sungai

Titi Kedalaman Titik Kedalaman


k (m) (m)

1 1,03 12 1,55

2 1,68 13 1,8

3 2,89 14 1,89

4 2,40 15 1,94

5 2,38 16 1,9

6 2,37 17 1,43

7 2 18 2

8 1,98 19 1,83

9 1,97 20 1,38

10 1,7 21 0,83

3.2 Perhitungan

4.2.1 Kecepatan aliran sungai


v=v 1+ v 2+ v 3+ v 4+ …+ vn

n
v=v 1+ v 2+ v 3+ v 4+ v 5+v 6+ v 7+ v 8+ v 9+ v 10+v 11+ v 12+ v 13+ v 14 +v 15+ v
16+ v 17+ v 18+v 19 20

¿ 0,48+0,43+0,42+0,41+0,39+0,46+ 0,47+0,57+0,59+0,45+0,59+0,52+ 0,51+


0,45+0,59+0,49+

0,47ms

3.2.2 Luas Penampang Sungai


A=[( 2 )+( 2 )+( 2 )+( 2 )+( 2 )+( 2 )+(
(l 1 xk 1) (l1 +l 2) xk 2 (l 2+ l3) xk 3 ( l 3 +l 4 ) xk 4 (l 4 +l5 ) xk 5 (l 5 +l 6) xk 6 (l 6

l = jarak antarsegmen

k = kedalaman
3.3 Gambar Profil Kedalaman Sungai

3.5 Pembahsan

Pada praktikum Sampling Air Permukaan di Sungai Karang Mumus, Sungai Karang
Mumus memiliki dasar sungai berupa lumpur.Sungai Karangmumus mengalir sepanjang
tahun dan bermuara ke Sungai Mahakam. Kondisi air sungai tersebut secara

Fisik berwarna kecoklatan, keruh, berbau tidak sedap, dan sedikit berbuih.Sungai
yang memiliki kedalaman ± 2 m dan memiliki arus yang cukup deras sehingga pada saat
praktikum menyebabkan praktikan kesulitan melaksanakan praktikum secara optimal.

GAMBAR: Profil Sungai Karang Mumus

Warna air Sungai Karang Mumus yang keruh, dikarenakan zat padat tersuspensi, yang
bersifat organik dan anorganik. Zat organik berasal dari pelapukan tanaman dan juga hewan
dan zat anorganik berasal dari pelapukan batuan dan logam.Air Sungai Karang Mumus yang
berbau kurang sedap mengandung bahan organik yang mengalami penguraian oleh
mikroorganisme air.Jadi, karena adanya bakteri di air menyebabkan air berbau kurang sedap.

Terdapat beberapa penyebab air sungai menjadi berbuih yaitu:

a. Tingginya kadar organik terlarut dalam air.


b. Terjadi peningkatan kadar gas CO2 dan banyak plankton yang mati. Selain air yang
berbusa, kondisi ini biasanya juga menyebabkan air sungai menjadi keruh dan pekat.

Pada pengukuran debit Sungai Karang Mumus, pertama dicari luas penampang sungai
dan kecepatan aliran dari sungai. Luas penampang sungai ini tidak dapat diukur secara tepat
karena kontur sungainya yang tidak beraturan. Luas penampang sungai hanya dapat diukur
dengan menggunakan cara mengukur lebar sungai dan kedalaman pada beberapa titik
penampang melintang basah sungai dan membagi dalam beberapa segmen hingga memenuhi
bentuk dasar yang sederhana untuk mempermudah perhitungan. Luas penampang diukur
dengan menggunakan meteran dan pipa ukur, sedangkan kecepatan aliran diukur dengan
menggunakan bola at.Teknik yang digunakan dalam pengambil jenis sampel ini adalah
sampel sesaat (Grab Sample).Sampel sesaat mewakili keadaan air pada suatu saat dari suatu
tempat.Suatu sumber air mempunyai karakteristik yang tidak banyak berubah di dalam suatu
periode atau di dalam batas jarak waktu tertentu maka sampel sesaat tersebut cukup mewakili
keadaan waktu dan tempat tersebut. Pemeriksaan parameter tertentu memerlukan metode
sesaat seperti pengukuran pH, suhu, kekeruhan dan kadar padatan terlarut.

Hasil dari praktikum Sampling Air Permukaan yang didapat bahwa profil penampang
sungai diketahui lebar penampang kering sungai 44 meter, lebar penampang basah sungai 22
meter, kecepatan arus sungai 0,47 m/s, luas penampang sungai 38,51 m2 dan debit air 18,09
m3/s. Kualitas air Sungai Karang Mumus di Kelurahan Gunung Lingai dibandingkan dengan
Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 nilai pH air sungai 6,99 yang berarti nilai tersebut
masih berada di kisaran baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan suhu didapat 27 oC dan
Conductivity 1.

Terjadi beberapa kendala pada saat praktikum Sampling Air Permukaan, yaitu:

a. Praktikan kesulitan dalam pengukurang kedalaman air, dikarenakan dasar sungainya


lumpur.
b. Terjadi hujan pada saat melakukan praktikum sehingga menghambat praktikan
kesulitan dalam pengukuran yang menyebabkan pengukuran tidak berjalan dengan
maksimal.
c. Kurangnya peralatan praktikum sehingga pengukuran tidak dapat dilakasanakan
secara keseluruhan dan maksimal seperti tidak adanya alat untuk mengukur
kecepatan arus sungai, pengambilan sampel plankton dan benthos menggunakan
Plankton Net, pengukuran kekeruhan air menggunakan Turbidity Meter
danpengukuran kecepatan angin menggunakan Anemometer.
d. Arus air sungai yang deras mempersulit pada saat pengukuran kedalaman.
e. Kurangnya praktikan yang mahir dalam berenang, sehingga hanya beberapa orang
yang langsung masuk ke dalam sungai untuk menghitung lebar dan kedalaman
sungai.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Alat-alat untuk mengukur parameter-parameter air seperti pH meter untuk mengukur


pH air, conductivity meter untuk mengukur TDS dan suhu, turbidity meter untuk
mengukur kekeruhan pada air, depth meter untuk mengukur kedalamanair, dan
plankton net untuk melihat plankton yang ada didalam air.
2. Faktor yang perlu diperhatikan ialah kesterilan alat dan bahan yang digunakan, karena
sangat penting pada saat pelaksanaannya, gunanya untuk menghindari akan terjadinya
kontaminasi air sampel dengan mikroba lainnya.
3. Kualitas air Sungai Karang Mumus di Kelurahan Gunung Lingai dibandingkan dengan
Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 nilai pH air sungai 6,99 yang berarti nilai
tersebut masih berada di kisaran baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan suhu
didapat 27oC dan Conductivity 1.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2011.http://air.bappenas.go.id/modules/doc/pdf_download. Diakses

pada tanggal 26 November 2013 pada pukul 20.29 WITA

2. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah

Mada University Press. Yogyakarta.

3. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta.

4. Sutrisno, Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Gramedia: Jakarta.

5. Susrianti. Y. Rita. 2011. Teknik sampling air. Badan Lingkungan Hidup:

Bengkulu Utara.

6. Suyono. 1984. Pemantauan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ditinjau Dari

Segi Hidrologi. Seminar Hidrologi Fakultas Geografi UGM: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai