Tugas ini merupakan tugas individu, dikumpulkan secara individu namun secara
pengerjaannya silahkan jika ingin berdiskusi per tim.
1. Beri penjelasan mengenai jenis-jenis dokumen Akreditasi
2. Buatlah contoh dokumen akreditasi, meliputi
- 1 contoh SK
- 1 contoh SOP
- 1 contoh KAK
Jawaban di ketik dalam Word dan di upload melalui CLC,
Tugas rekan rekan akan dibahas pada sesi zoom Akreditasi Puskesmas selanjutnya
Jawab :
1
PENEMUAN SUSPEK TB PARU
No. Dokumen : I /PKMUS/2022
Terbitan : 01
SOP No. Revisi : 0
Tgl. Terbit : 28 April 2022
Halaman : ½
PUSKESMAS
UKAR SENGAN
Cara / metode menemukan secara cepat dan tepat kasus TB Paru
Pengertian dengan serangkaian kegiatan terdiri dari penjaringan suspek, diagnosa,
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.
Mendapatkan/menemukan kasus TB melalui serangkaian kegiatan
Tujuan sehingga segera dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.
Keputusan Kepala Puskesmas No.001/PKML/I/2022 tentang Standar
Kebijakan Pelayanan Publik Puskesmas Ukar Sengan
1. Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan
Pasien Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI
Referensi Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan
2. Kementerian Kesehatan RI (2012). Panduan Pengelolaan
Logistik Program Pengendalian Tuberkulosis . Jakarta
1. Ruang Pengelola.
2. Pengelola P2 TB.
3. Meja, kursi dan kipas angin.
Alat dan Bahan
4. ATK dan buku register.
5. Buku penderita TB.05 dan TB.06
6. Pot dahak
Prosedur 1. Penemuan pasien TB secara pasif, dengan penyuluhan aktif dengan
melibatkan semua layanan dengan maksud untuk mempercepat
penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan.
2. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :
a. Kelompok khusus tang rentan atau resiko tinggi sakit TB seperti
pasien dengan HIV AIDS.
b. Kelompok yang rentan tertular TB (rumah tahanan), daerah
kumuh, keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang
dengan TB BTA positif.
c. Pemeriksaan anak < 5 tahun pada keluarga TB untuk
menentukan tindak lanjut apakah perlu pengobatan TB /
pengobatan pencegahan.
d. Kontak dengan pasien TB resistan obat.
3. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang
memiliki gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
2
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan.
4. Pengelola melalukan anamese dan mencatat mengenai
- Berapa lama batuk ?
- Berdahak/tidak ?
- Dahak bercampur darah/tidak ?
- Sesak nafas /tidak ?
- Nyeri dada / tidak ?
- Kurang nafsu makan/tidak ?
- Berat badan menurun / tidak ?
- Riwayat kontak dengan penderita TBC ?... dan
- Apakah pernah minum obat paru-paru selama kurang dari 1
bulan atau lebih dari 1 bulan ?
5. Mengisi buku daftar suspek form. TB.06
6. Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan
dahak dan cara batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang
kental dan purulen.
7. Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama dan
pengambilan dilakukan disamping Puskesmas.
8. Memeriksa kekentalan, warna dan volume dahak. Dahak yang baik
untuk pemeriksaan adalah berwarna kuning kehijau-hijauan
(mukopurulen), kental, dengan volume 3-5ml. Bila volumennya
kurang, pengelola harus meminta agar penderita batuk lagi sampai
volumenya mencukupi.
Jika tidak ada dahak keluar, pot dahak dianggap sudah terpakai dan
harus dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
kontaminasi kuman TBC.
9. Memberikan label pada dinding pot yang memuat nomor identitas
sediaan dahak sesuai dengan TB.06
10. Memberikan pot dahak pagi yang sudah diberi label untuk diisi di
rumah penderita dan disuruh datang besok pagi membawa dahak
paginya dan kemudian petugas mengambil dahak sewaktu
kunjungan kedua.
11. Mengisi form. TB.05, mengirim sediaan ke laboratorium.
12. Menerima jawaban dengan form TB 05, kemudian memasukkan
hasil pemeriksaan ke TB 06.
13. Bila hasil pemeriksaan BTA positif, memberikan pengobatan sesuai
protap pengobatan TB.
14. Bila hasil pemeriksaan negative, dilakukan pemeriksaan dahak
ulang, bila hasilnya tetap negative diberikan pengobatan dengan
antibiotic selama dua minggu.
15. Bila masih tetap batuk dilakukan pemeriksaan rongsen thorax.
16. Bila hasil positif diobati sesuai dengan protap TB.
17. Pasien mendaftar di loket pendaftaran.
18. Buku rawat jalan pasien dibawa ke ruang BP berdasarkan nomor
urut pendaftaran.
19. Pasien disilahkan duduk sambil menunggu namanya di panggil.
20. Penderita masuk di ruang BP.
Unit terkait Penderita tersangka TB Paru ( Suspek )
KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS UKAR SENGAN
NOMOR: I/ /SK ADM/PKM US/2022
TENTANG
PENGELOLA VAKSIN DI PUSKESMAS
MEMUTUSKAN
ARMAN, S.Kep.,Ns
5
NOMOR : 440/SK/ /ADM-PKM-BLJ/20212
TENTANG : PENGELOLAAN VAKSIN DILAKUKAN
OLEH TIM PUSKESMAS DAN
PENANGGUNG JAWAB IMUNISASI
ARMAN, S.Kep.,Ns
6
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
KLINIK SANITASI
Nomor : 01/KAK/ /PKMUS/2022
7
A. Pendahuluan
Klinik sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan
pelayanan kesehatan promotif, prefentif, dan kuratif yang difokuskan pada
penduduk yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit yang berbasis
lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman.
Anamnesa adalah wawancara terhadap pasien atau kelurganya mengenai :
1. Keluhan utama
2. Keluhan tambahan
3. Riwayat penyakit terdahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Lamanya sakit
6. Kondisi lingkungan
7. Sarana sanitasi yang digunakan
Konseling adalah komunikasi antara dua orang atau lebih antara petugas
konseling dan pasien atau klien yang memutuskan untuk bekerja sama sehingga
pasien dan klien dapat mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan
secara mandiri maupun dengan bantuan pihak lain.
B. Latar Belakang
1. Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan air meliputi : penyakit diare,
demam berdarah, malaria dan kulit.
2. Penyakit – penyakit yang penularannya berkaitan dengan kondisi perumahan dan
lingkungan yang jelek antara lain ISPA dan TB Paru
3. Penyakit – penyakit yang penyebabnya atau cara penularannya melalui makanan
antara lain : diare, kecacingam dan keracunan makanan
4. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia dan
pestisida di rumah tangga.
2. Tujuan Khusus
a) Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sector dalam
program pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan
dengan memberdayakan masyarakat.
8
b) Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampua dari perilaku masyarakat
(pasien, klien, dan masyarakat) untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku
hidup bersih dan sehat.
c) Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
mencegah dan menanggulangi penyakit berbasis lingkungan serta masalah
kesehatan lingkungan dengan sumber daya yang ada.
d) Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya kondisi
kesehatan lingkungan.
F. Sasaran
1) Penderita penyakit / pasien/ keluarga yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang datang ke
puskesmas.
2) Masyarakat umum atau klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan
dan penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas.
3) Penderita penyakit / pasien / keluarga yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lingkungan, dan penyakit yang berbasis lingkungan yang dikunjungi
rumahnya.
4) Masyarakat umum / klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan
penyakit yang berbasis lingkungan yang daerahnya dikunjungi.
9
2. Di luar gedung pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati dengan klien/ pasien.
H. Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporan
Indikator monitoring adalah keberlanjutan program. Monitoring dilakukan
melalui wawancara dengan pasien yang berkonsultasi dan berkunjung ke klinik
sanitasi atau kunjungan, dan dilakukan setiap hari bila memungkinkan. Evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setelah kegiatan tersebut
dilaksanakan sehingga dapat menentukan rencana tindak lanjut.
10
11